Anda di halaman 1dari 18

ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

EXTERNAL BEAM RADIATION THERAPY PADA KANKER PARU

Lia Dwikuntari1, Ana Rima Setijadi1, Hendrik2


1SMF Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2Instalasi Radioterapi, SMF Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta
Korespondensi: erick_marx2005@yahoo.com

ABSTRAK

Kanker paru merupakan salah satu penyebab utama kematian karena


kanker di seluruh dunia melebihi angka kematian karena kanker payudara,
prostat, dan usus besar. Angka kejadian kasus baru kanker paru di Amerika
Serikat diperkirakan sekitar dua ratus tiga puluh sembilan ribu (239.320) orang
dengan angka kematiannya sekitar seratus enam puluh satu ribu (161.250) orang
pada tahun 2010. Sekitar 85% kasus kanker paru adalah jenis KPKBSK yang
penyebarannya ke bagian tubuh lainnya lebih lambat dengan angka kesintasan
selama 5 tahun lebih tinggi daripada kanker paru jenis lainnya yakni KPKSK.
Radioterapi merupakan salah satu modalitas untuk terapi kanker paru
(khususnya jenis KPKBSK) yang pada umumnya diberikan dalam bentuk EBRT
baik dalam bentuk terapi tunggal atau sebagai bagian dari modalitas terapi
lainnya, dan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Sementara itu pemberian EBRT
pada kanker paru jenis KPKSK juga dapat dilakukan untuk tujuan profilaksis
terhadap terjadinya metastasis ke otak. Pemberian EBRT pada kanker paru
tentunya harus melalui beberapa tahapan prosedur pemberiannya untuk
menghasilkan efek radioterapi pada kanker paru yang maksimal.

Kata Kunci: Kanker paru, external beam radiation therapy.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 375


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

EXTERNAL BEAM RADIATION THERAPY IN LUNG CANCER

Lia Dwikuntari1, Ana Rima Setijadi1, Hendrik2


1Pulmonology and Respiratory Medicine Department of Medical Faculty of
Sebelas Maret University Surakarta
2Radiotherapy Installation, Radiology Departement of Department of Medical

Faculty of Sebelas Maret University Surakarta


Corespondence: erick_marx2005@yahoo.com

ABSTRACT

Lung cancer was one of the main causes of the death by cancer in the world
beyond the death by breast, prostate, and bowel cancer. The insidence of new cases
of the lung cancer in the USA was predicted up to two hundred and thirty nine
thousand (239.320) people with its mortality achieving one hundred and sixty one
thousand (161.250) people in 2010. About 85% of the lung cancer was non-small
cell lung cancer (NSCLC) which spread slower to other parts of the body and had 5-
year overall survival higher than SCLC. Radiotherapy was one of the modalities for
lung cancer treatment (especially for NSCLC one) which usually delivered in external
beam radiation therapy (EBRT), either as a single therapy or as a combination with
other modalities, for curative or palliative purpose. Mean while, the delivery of EBRT
in SCLC was also aimed to prophylactic brain enlargement. The delivery of EBRT in
the lung cancer indeed had to pass through some steps of the delivery procedures
to get radiotherapy effect on the lung cancer maximally.

Keywords: Lung cancer, external beam radiation therapy.

376 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

PENDAHULUAN gelombang elektromagnetik (sinar-X


Kanker paru merupakan atau sinar-J) atau radiasi partikel
penyebab utama kematian karena (elektron/sinar-E, proton, atau heavy
kanker di Amerika Serikat dan ion).8,9,10 External beam radiation
seluruh dunia, melebihi angka therapy yang banyak digunakan
kematian karena kanker payudara, dalam pengobatan kanker paru dapat
prostat, dan usus besar.1,2,3 Insidensi digunakan secara tunggal atau
kasus baru kanker paru di Amerika sebagai bagian dari regimen yang
Serikat diperkirakan sekitar 239.320 meliputi kemoterapi, pembedahan,
orang, sedangkan angka kematian atau keduanya.6,11
dilaporkan sebesar 161.250 orang Prinsip Radiobiologi
pada tahun 2010.1 Data epidemiologi Radiobiologi merupakan
kanker paru di Indonesia sampai saat istilah untuk menjelaskan efek
ini masih belum ada.4 radiasi pengion terhadap sel dan
Kanker paru didefinisikan jaringan, baik sel normal maupun sel
sebagai tumor ganas yang berasal kanker. Konsep dan model
dari lapisan epitel bronkus. Tipe radiobiologi yang ada saat ini banyak
histologis kanker paru dibagi menjadi berasal dari penelitian sel normal dan
dua yaitu kanker paru jenis kanker dari hewan dan kultur
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) jaringan.12 Pertumbuhan sel kanker
dan kanker paru jenis karsinoma sel dan sel normal dipengaruhi oleh
kecil (KPKSK).4 Sekitar 85% kasus jumlah sel yang berada dalam siklus
kanker paru adalah jenis karsinoma sel. Siklus sel terdiri dari empat fase
bukan sel kecil yang penyebarannya yaitu fase presintesis pertumbuhan
ke bagian tubuh lain lebih lambat (G1), sintesis DNA (S), premitosis
dibandingkan karsinoma sel kecil. pertumbuhan (G2), dan mitosis (M)
Pasien dengan KPKBSK memiliki seperti yang terlihat pada Gambar 1.
angka ketahanan hidup lima tahun Sel yang tidak membelah dapat
sebesar 17,3% dan 6,2% pada menetap pada fase G1 atau masuk ke
KPKSK.5 dalam fase sel tidak mampu
Prinsip terapi kanker paru membelah/ steril (G0).12,13
merupakan terapi multi modalitas Jumlah sel dalam fase
meliputi pembedahan, radioterapi, proliferasi, istirahat, atau fase steril
kemoterapi, terapi target, imuno- berpengaruh terhadap radio-
terapi, dan terapi gen.4,6 Radioterapi sensitivitas. Fase paling sensitif pada
merupakan salah satu modalitas sel normal maupun sel kanker
terapi kanker dengan menggunakan terhadap paparan radiasi pengion
sinar radiasi pengion berenergi tinggi, berenergi tinggi adalah fase G2-M dan
yang juga dapat digunakan secara paling resisten adalah fase S (S-
luas untuk pengobatan kanker paru phase). Walaupun faktanya me-
baik kuratif atau paliatif.4,7 Jenis- nunjukkan bahwa durasi siklus sel
jenis radioterapi secara garis besar yang tidak banyak berbeda antara sel
dibedakan menjadi tiga yaitu external normal dengan sel kanker me-
beam radiation therapy (EBRT), nyebabkan pemberian radiasi dapat
brakiterapi, dan internal radiation menghambat pembelahan sel baik sel
therapy (IRT). Khusus mengenai normal maupun sel kanker, namun
EBRT sumber radiasinya berasal dari demikian tidak adanya kontrol
pesawat radioterapi yang normal dari proses pembelahan pada
ditempatkan pada jarak tertentu sel-sel kanker menjadikannya meng-
terhadap organ target, yang alami proses proliferasi (per-
dihasilkan baik dalam bentuk foton/ tumbuhan) sel yang abnormal

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 377


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

sehingga sel-sel kanker lebih mudah an sel yang lebih baik dibandingkan
dihancurkan dibanding sel-sel sel kanker.12 Teknik fraksinasi dosis
normal.12 radiasi tersebut memanfaatkan
Sementara itu terjadinya perbedaan respons antara sel tumor/
kerusakan sel normal akibat paparan kanker dan sel normal terhadap
sinar radiasi dapat dihambat dengan paparan radiasi, yang ditentukan
pemberian teknik fraksinasi (pem- oleh lima faktor (the five R of
bagian) dosis radiasi karena di radiobiology) yaitu repair of cellular
samping sel normal memiliki waktu damage, redistribution, repopulation,
yang cukup untuk melakukan reoxygenation, dan radio-
perbaikan kondisinya, sel normal sensitivity. 12,14

juga memiliki kemampuan pemulih-

Gambar 1. Siklus sel.13


G1: fase presintesis pertumbuhan, S: sintesis DNA, G 2: premitosis pertumbuhan,
M: mitosis, G0: fase steril.

Efek penyinaran radiasi pada breaks). Sementara itu efek tidak


tingkat molekuler dapat bersifat langsung berupa pemutusan rantai
langsung dan tidak langsung. Efek double helix DNA secara tidak
langsung berupa terjadinya proses langsung melalui peningkatan
ionisasi atom-atom pada DNA aktivitas pemutusan rantai DNA oleh
kromosom di dalam nukleus (inti) sel radikal-radikal bebas (seperti H30+,
akibat paparan sinar radiasi secara HO, OH-) yang dihasilkan cairan
langsung pada sel sehingga terjadi sitoplasma saat terpapar sinar
pemutusan rantai double helix DNA- radiasi.12 Efek radiasi pada tingkat
nya secara parsial (single strain molekuler dijelaskan pada Gambar 2.
break) atau total (double strain

378 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

Gambar 2. Efek radiasi pada tingkat molekuler12


Keterangan: H2O: molekul air, H+: ion hidrogen, OH-: ion hidroksil, e-: elektron,
p+: proton.

Sejarah External Beam Radiation kegagalan penghantaran dosis


Therapy (Ebrt) radiasi yang adekuat, ketidaktepatan
Penggunaan EBRT dimulai pengukuran dengan mesin atau data
sejak pertengahan tahun 1950-an pasien, kesalahan pemberian volume
yaitu dengan menggunakan teknik sewaktu terapi, kesalahan peng-
two-dimensional external radiation hitungan manual atau transkripsi
therapy (2D-ERT) yang menggunakan tabel, kesalahan posisi sewaktu
pesawat radioterapi dua dimensi, terapi, dan buruknya pemeliharaan
dengan perencanaan (planning) pem- alat. Komputerisasi modern
berian hantaran sinar radiasi yang dibutuhkan untuk mengurangi
akan diberikan didasarkan pada kesalahan dalam transkripsi manual
pencitraan (imaging) simulasi dan penghitungan.18
fluroskopi 2 dimensi (konvensional). Teknik three-dimensional
15,16 Volume masa kanker dilokalisir conformal radiation therapy (3D-CRT)
secara relatif pada medan anatomis dan intensity-modulated radiation
terfiksir untuk selanjutnya diberikan therapy (IMRT) mulai diperkenalkan
pancaran sinar radiasi konvensional sejak berkembangnya penggunaan
dengan dosis 1,8-2 Gray (Gy) tiap computed tomography (CT) scan dan
fraksi. Dosis radiasi maksimal magnetic resonance imaging (MRI)
didapat sesaat setelah pancaran yang memungkinkan untuk di-
sinar radiasi memasuki permukaan lakukan simulasi dengan CT dan
tubuh pasien yang kemudian computer-intensive treatment plan-
deposisi energi radiasinya akan ning systems sehingga dapat secara
mengalami penyusutan seiring tepat memvisualisasikan bentuk
dengan kedalaman penetrasinya.17 tumor yang sebenarnya untuk
Semua proses dikerjakan pemberian radioterapi dosis tinggi
secara manual sehingga terjadi dengan memperbaiki jaraknya
banyak kesalahan seperti penentuan terhadap jaringan normal.11,17,19
volume target masa kanker yang Teknik 3D-CRT memperbaiki
kurang akurat, kekurangakuratan berbagai macam kelemahan teknik
perhitungan distribusi dosis radiasi 2D-ERT. Keuntungan teknik 3D-CRT
terhadap volume target masa kanker, ini adalah dapat memberikan dosis

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 379


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

hantaran sinar radiasi tepat dan Radiation Therapy (IMRT), dengan


akurat pada volume target masa hantaran sinar radiasi dengan dosis
kanker dengan paparan radiasi yang tinggi dan ketepatan (presisi) yang
relatif rendah pada jaringan normal sangat baik dapat diberikan dalam
di sekitar masa kankernya. 16 Namun jangka waktu yang relatif singkat
demikian teknik 3D-CRT ini dengan jumlah fraksinasi yang
memerlukan interpretasi pencitraan rendah. Sejumlah kecil fraksi (satu
yang baik, imobilisasi pasien, serta sampai lima fraksi) menghantarkan
keakuratan perencanaan pada saat dosis tinggi tiap fraksi (misalnya 3x20
eskalasi pemberian dosis pe- Gy atau 1x24 Gy) dengan ketepatan
nyinarannya. 11 (presisi) yang sangat baik terhadap
Sementara itu teknik IMRT volume target masa tumornya.18
sebagai lanjutan dari teknik 3D-CRT Selanjutnya secara umum
memiliki keunggulan yang lebih baik. pemberian radioterapi dalam teknik
Keuntungan dari penggunaan teknik apapun harus dilakukan dalam be-
IMRT adalah kemampuannya mem- berapa sesi terapi yakni berupa
berikan hantaran dosis radiasi yang fraksinasi (pembagian) dosis radiasi.
lebih besar dan tepat pada volume Penentuan fraksinasi dosis radiasi
target masa kanker dibandingkan akan memungkinkan tercapainya
teknik radiasi lainnya, sehingga dosis radiasi efektif untuk mem-
memiliki efek lebih besar dalam bunuh sel kanker dan me-
membunuh sel kanker dibandingkan mungkinkan sel-sel normal untuk
dengan efek toksik yang berpotensi mengalami pemulihan. Fraksinasi
menimbulkan cedera jaringan pada dosis radiasi ini harus disesuaikan
organ-organ sehat yang ada di sekitar pada pemanfaatan perbedaan
massa kankernya (organ at risk).16 respons 5 faktor (the five factors of
Dua hal yang menjadikan pemberian radiobiology) terhadap paparan
radioterapi dengan teknik IMRT radiasi antara sel kanker dan sel
kurang optimal adalah gerakan normal untuk mendapatkan hasil
pasien dan gerakan dari target masa pengobatan terapi radiasi
kanker itu sendiri akibat proses (therapeutic ratio) yang maksimal.15
fisiologis tubuh (seperti respirasi dan Jadwal fraksinasi secara empirik
denyut jantung).18 (berdasarkan properti radiobiologis
Teknik Stereotactic Radio yang berbeda dari masa kanker dan
Therapy (SRT) sebagai paradigma jaringan normal) dan berbagai
baru dalam teknik radioterapi yang modalitas EBRT dan dapat dilihat
juga merupakan bagian dari teknik pada Tabel 1 dan 2.
3D-CRT dan Intensity Modulated

Tabel 1. Jadwal fraksinasi radioterapi15


Fraksi *Ukuran Gy */hari Minggu
Konvensional *****oo*****oo*****oo*****o 2 1 6-7
o*****oo*****oo**
Split course *****oo*****ooooooooooooo >2 1 >5
oooooo*****oo*****
Hipofraksionasi *****oo*****oo*****oo***** >2 1 <5
Hiperfraksionasi *****oo*****oo*****oo*****o 1-1,3 2 6
o*****oo*****
*****oo*****oo*****oo*****o
o*****oo*****

380 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

Fraksi *Ukuran Gy */hari Minggu


CHART ************* 1,5 3 2
*************
*************
HART *****oo*****oo*** 1,6 3 2,5
*****oo*****oo***
*****oo*****oo***
Keterangan:
CHART = continous hyperfractionated accelerated radiation therapy
HART = hyperfractionated accelerated radiation therapy
*Fraksi radioterapi
o Tidak dilakukan radioterapi

Tabel 2. Modalitas EBRT10


Modalitas Deskripsi Indikasi Pemberian
Three- CT atau MRI Sebagian besar Diberikan tiap hari pada
dimensional digunakan pada tumor padat pasien rawat jalan (1-2
conformal tumor target menit), hari Senin
radiation untuk sampai Jum’at selama 2-
therapy (3D- meminimalisir 7 minggu
CRT) paparan radiasi Diberikan tanda berupa
terhadap jaringan tinta berwarna atau
sehat bintik tato pada bagian
kulit yang akan diradiasi,
masker wajah yang
berlubang atau papan
penyangga digunakan
untuk imobilisasi pasien
Four- Pencitraan CT dari Tumor yang Serupa 3D-CRT, pasien
dimensional target yang rentan terhadap diminta menahan napas
radiation bergerak pergerakan, sewaktu pancaran
therapy (4D- menggunakan alur seperti di paru, radiasi diaktifkan
CRT) bantuan komputer hepar,
pankreas, atau
payudara
Intensity- Pancaran radiasi Tumor yang Serupa 3D-CRT, tiap
modulated terbagi menjadi berada di terapi dapat berlangsung
radiation komponen- sekeliling atau selama lebih dari 30
therapy komponen berdekatan menit
(IMRT) sehingga dengan
memungkinkan struktur kritis
tidak terkenanya normal, seperti
jaringan sehat kepala dan
leher atau
prostat
Stereotactic Pancaran radiasi Lesi Terapi tunggal
radiosurgery multipel intrakranial Untuk memastikan
(misal terkumpul pada seperti ketepatan posisi pasien
Gamma tumor target, metastasis ke sekaligus imobillisasi,
knife) menghantarkan otak, dipasang bingkai

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 381


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

Modalitas Deskripsi Indikasi Pemberian


radiasi dosis tinggimeningioma, pengaman pada kepala
pada tumor dan neuroma untuk selanjutnya
hanya sedikit pada akustika, didekatkan pada sumber
jaringan malformasi radiasi
sekitarnya arteri vena, dan Terapi berlangsung
neuralgia sekitar 45-60 menit
trigeminal
Stereotactic Radiasi dosis Terapi tumor Sebagian besar diberikan
radiotherapy tinggi dihantarkan tulang dalam 3-5 fraksi
atau menggunakan belakang, Selama terapi, robot
Stereotactic tuntunan robot kanker paru berbentuk lengan yang
body terlokalisir, dan berisi sumber radiasi
radiation tumor lain pada (linacs) mengelilingi
therapy pasien yang pasien untuk
(misal tidak dapat menghantarkan radiasi
Cyberknife) menjalani dari berbagai posisi
pembedahan Tiap terapi berlangsung
lebih dari 2 jam

EXTERNAL BEAM RADIATION tunggal tanpa tambahan pemberian


THERAPY PADA KANKER PARU kemoterapi. Kemoterapi sebagai
JENIS KARSINOMA BUKAN SEL tambahan pada pemberian
KECIL (KPKBSK) radioterapi tidak menunjukkan pe-
ningkatan ketahanan hidup
Radioterapi pada KPKBSK bisa
(kesintasan) dan hasil terapi juga
diberikan sebagai terapi tunggal,
lebih buruk. Penderita dengan fungsi
bersamaan dengan kemoterapi
paru buruk memerlukan perencana-
(kemoradiasi) atau sebagai terapi
an radioterapi yang tepat. Batas
ajuvant dan neoajuvant pada
terluar volume tumor yang akan
pembedahan. Radioterapi diberikan
diradiasi hanya menggunakan batas
pada pasien stadium I dan II yang
minimal yaitu sekitar 5 mm dari
tidak bisa mentoleransi operasi atau
volume tumor. Dosis radioterapi dan
tumor yang diderita termasuk
volume area radiasi tergantung
golongan unresectable (stadium III
jaringan paru normal di sekitar
dan IV), terapi profilaksis (misalnya
tumor.20
pada ancaman terjadinya sindroma
Wisnivesky dkk. pada tahun
vena kava superior), atau terapi
2005 meneliti manfaat radioterapi
paliatif (misalnya untuk nyeri atau
terhadap pasien KPKBSK stadium I
pencegahan fraktur patologis pada
dan II yang menolak pembedahan
metastasis ke tulang). Dosis radiasi
atau tidak dapat menjalani pem-
standar yang diberikan adalah
bedahan karena komorbid tertentu.
sebesar 50-65 Gy selama lima sampai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
enam minggu pada pasien
angka ketahanan hidup pasien
KPKBSK. 20,21
KPKBSK yang mendapatkan radio-
1. KPKBSK stadium I dan II
terapi secara signifikan lebih baik
Penderita KPKBSK stadium I dan
bila dibandingkan dengan yang tidak
II dengan status tampilan >2 dan
mendapatkan radioterapi, dengan
fungsi paru buruk, usia tua, dan
nilai tengah pada stadium I adalah 21
menolak operasi dapat diberikan
bulan dibandingkan 14 bulan. Nilai
radioterapi dengan tujuan kuratif.33
tengah ketahanan hidup pada pasien
Radioterapi diberikan sebagai terapi
KPKBSK stadium II yang

382 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

mendapatkan dan tidak men- setiap hari. Dosis radioterapi yang


dapatkan radioterapi adalah 14 diberikan apabila bersamaan dengan
bulan berbanding sembilan bulan.22 kemoterapi adalah sebesar 6000-
Penelitian selanjutnya oleh 6300 cGy dalam fraksi 180-200 cGy
Rineer dkk. pada tahun 2010 selama tujuh minggu.24
terhadap 5908 pasien KPKBSK Penelitian Govaert dkk. pada
stadium I pasca reseksi sublobar tahun 2012 bertujuan untuk menilai
yang 493 di antaranya diberikan hasil terapi dan efek samping berupa
EBRT didapatkan hasil bahwa toksisitas akut paru dan esofagus
pemberian EBRT secara signifikan pada 68 pasien KPKBSK stadium III
memperburuk nilai tengah ke- yang mendapatkan IMRT dengan
tahanan terhadap penyakit bila ataupun tanpa kombinasi kemo-
dibandingkan dengan pasien yang terapi (sekuensial atau konkuren
tidak mendapatkan terapi kemoterapi). Hasil penelitian me-
lokoregional. Baba dkk. pada tahun
2 nyebutkan bahwa IMRT merupakan
2010 meneliti 124 pasien KPKBSK teknik yang efektif dengan toksisitas
stadium I yang menjalani SBRT akut masih dapat ditolerir, juga pada
dengan dosis 44 Gy, 48 Gy, dan 52 saat dikombinasikan dengan kemo-
Gy dalam empat fraksi pada tumor terapi secara sekuensial ataupun
berdiameter <1,5 cm, 1,5-3 cm, dan ber-samaan.26
lebih dari 3 cm. Hasil penelitian 3. KPKBSK stadium IV
menunjukkan bahwa tidak terdapat Pada KPKBSK stadium IV telah
perbedaan kontrol lokal antara terjadi penyebaran ke paru
stadium IA dengan IB walaupun kontralateral, metastasis ke organ
dengan ukuran tumor berbeda- lain (hepar, otak, atau tulang), atau
beda.23 memproduksi cairan berisi sel kanker
Radioterapi pada KPKBSK di dalam rongga pleura (efusi pleura
stadium I dan II meliputi dosis total ganas). Terapi utama KPKBSK
sebesar 6000-7000 cGy, dengan stadium IV adalah kemoterapi,
dosis sekitar 180-200 cGy setiap hari sementara pemberian radioterapi
selama tujuh minggu. Keterlibatan tidak akan menambah harapan
limfonodi mediastinal tidak di- hidup sehingga tidak digunakan
dapatkan pada KPKBSK stadium I secara rutin.24
dan II, sehingga hanya Gross Tumor Radioterapi definitif tidak
Volume (GTV) dan limfonodi dapat diberikan pada pasien dengan
berdekatan yang mendapatkan efusi pleura ganas dan metastasis
radiasi.24 jauh. Gejala lokal yang ditimbulkan
2. KPKBSK stadium III oleh KPKBSK primer maupun
Lebih dari 33% pasien KPKBSK metastasis dapat dikurangi melalui
telah mengalami perluasan lokal atau pemberian EBRT dengan dosis dan
mencapai stadium III pada saat fraksinasi bervariasi.27 Pasien
terdiagnosis.25 Terapi yang di- KPKBSK stadium IV dengan massa
rekomendasikan oleh National paru besar yang menyebabkan nyeri
Comprehensive Cancer Network dada hebat dan sesak napas dapat
(NCCN) meliputi kemoterapi diberikan radioterapi dengan dosis
konkuren dan radioterapi mulai dari 3000 cGy (diberikan
(kemoradiasi). Dosis pertama dari sebanyak sepuluh kali terapi dengan
kemoterapi dan radioterapi diberikan fraksi 300 cGy selama dua minggu)
pada hari yang sama. Berdasarkan sampai dengan 5000 cGy (diberikan
pemilihan obatnya, kemoterapi sebanyak 20 kali terapi dengan fraksi
diberikan pada interval bervariasi, 250 cGy selama empat minggu).24
sedangkan radioterapi diberikan

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 383


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

Metastasis ke otak didapatkan kan menjadi limited stage dan


pada sepertiga pasien KPKBSK extensive stage yang semuanya
stadium IV. External beam radiation membutuhkan kemoterapi sistemik.
therapy dipilih pada metastasis otak 30 Hanya sejumlah 30% pasien limited

cukup luas untuk memperkecil stage dengan kelainan terbatas pada


ukuran tumor dan mencegah makin hemitoraks ipsilateral yang toleran
meluasnya metastasis.27 Penelitian terhadap radiasi. Terapi standar pada
Casanova dkk. pada tahun 2010 yang stadium ini menggunakan kemo-
bertujuan menilai hasil akhir dari terapi dan inisiasi dini dari
pemberian booster EBRT setelah radioterapi toraks untuk menurun-
pemberian whole brain radiotherapy kan progresivitas penyakit, diikuti
(WBRT) pada pasien kanker paru dengan Prophylactic Cranial
dengan metastasis ke otak Irradiation (PCI) untuk pasien dengan
menunjukkan bahwa sebagian besar respons baik. Pasien dengan
pasien tersebut mengalami extensive stage kelainannya melebihi
progresivitas ekstrakranial.28 Dosis dari hemitoraks ipsilateral,
radioterapi yang umum digunakan mediastinum, dan fossa supra-
adalah 3000 cGy (sepuluh kali terapi klavikular ipsilateral yang dapat
dengan fraksi 300 cGy selama dua mencakup adanya efusi pleura ganas
minggu). Pasien yang memiliki tiga atau efusi perikard atau metastasis
buah lesi metastasis atau kurang, paru kontralateral maupun ekstra-
dengan diameter ≤3 cm, dapat toraks.30,31 Radioterapi pada limited
dilakukan pembedahan untuk stage paling baik diberikan konkuren
pengangkatan metastasis dan diikuti dengan kemoterapi, sesegera
dengan radiasi seluruh otak atau mungkin setelah dimulainya terapi,
pasien dapat menjalani SRS dengan angka ketahanan hidup lima
(stereotactic radiosurgery). Ke- tahun sebesar 20% pada stadium ini.
untungan dari SRS adalah dapat Dosis dan fraksinasi yang
meminimalisir area otak yang direkomendasi-kan adalah sebesar
terkena radiasi, tetapi dapat diikuti 45 Gy yang diberikan dua kali sehari
dengan munculnya metastasis otak dengan fraksi 1,5 Gy selama tiga
baru di area yang tidak terkena minggu (hiperfraksinasi
radiasi.24 terakselerasi). 30

Radioterapi toraks dapat


EXTERNAL BEAM RADIATION
memperbaiki ketahanan hidup
THERAPY PADA KANKER PARU
pasien dengan limited stage. Sebuah
JENIS KARSINOMA SEL KECIL
metaanalisis terhadap 2000 pasien
(KPKSK)
menunjukkan bahwa radioterapi ini
Kanker paru jenis karsinoma dapat mengurangi angka kegagalan
sel kecil meliputi 15-20% dari terapi sebanyak 25-30%, dan
seluruh kasus kanker paru yang didapatkan perbaikan pada angka
baru terdiagnosis, diperkirakan ketahanan hidup dua tahun
terdapat sekitar 33.380 kasus baru sebanyak 5-7% apabila dibandingkan
dan 23.600 kematian pada tahun dengan kemoterapi tanpa disertai
2010. Kanker paru jenis ini lebih radioterapi. Pemberian radioterapi
agresif apabila dibandingkan dengan toraks membutuhkan penilaian
KPKBSK karena mampu ber- terhadap beberapa faktor yang
proliferasi lebih cepat, dengan angka meliputi waktu pemberian kemo-
ketahanan rata-rata lima tahun terapi dan radioterapi (konkuren atau
sebesar 5-6%.29 sekuensial), waktu pemberian radio-
Kanker paru jenis karsinoma terapi (awal atau akhir), volume dari
sel kecil secara umum diklasifikasi- sisi yang diradiasi (volume tumor

384 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

yang asli dibandingkan dengan komplit secara klinis setelah terapi


penyusutannya), dosis radiasi, dan inisial, dengan dosis yang di-
fraksinasi radioterapi.30 rekomendasikan adalah sebesar 25-
Kemoradiasi konkuren yang 30 Gy dalam 10-15 fraksi.30
diberikan secara dini direkomendasi- Prophylactic cranial irradiation
kan pada pasien KPKSK limited stage direkomendasikan untuk pasien
berdasarkan penelitian randomisasi. limited stage maupun extensive stage
National Comprehensive Cancer yang mencapai respons komplit atau
Network merekomendasikan pem- parsial, dengan dosis total 25 Gy
berian radioterapi secara konkuren dalam sepuluh fraksi (2,5 Gy tiap
dengan kemoterapi, dan radioterapi fraksi) atau dosis total 30 Gy dalam
sebaiknya dimulai dalam satu atau 15 fraksi. Radioterapi ini sebaiknya
dua siklus (kategori 1) pada dosis 1,5 tidak diberikan secara konkuren
Gy dua kali sehari sampai tercapai dengan kemoterapi sistemik karena
dosis total 45 Gy (kategori 1), atau 2 peningkatan risiko neurotoksisitas.
Gy sekali sehari sampai tercapai Fatigue, nyeri kepala, dan mual
dosis total 60-70 Gy. Radiasi dengan muntah merupakan efek toksik akut
3D-CRT lebih disukai penggunaan- yang paling sering terjadi setelah
nya apabila tersedia, adapun IMRT PCI.31
dapat dipertimbangkan pada pasien-
PROSEDUR
pasien tertentu.31
Sekitar 10-14% pasien KPKSK Pengaruh radioterapi didasar-
didapatkan adanya metastasis ke kan pada ketepatan penghantaran
otak pada saat terdiagnosis pertama radiasi dosis tinggi pada lokasi tumor
kali yang akan mempengaruhi angka tanpa merusak jaringan sehat di
ketahanan hidup.32 Prophylactic sekitarnya, sehingga penempatan
cranial irradiation terbukti efektif posisi pasien, pembatasan volume
menurunkan kejadian metastasis ke target dan penentuan area radiasi
otak, meskipun belum terbukti dapat merupakan langkah-langkah penting
meningkatkan angka ketahanan dalam perencanaan proses radio-
hidup.30 Sekuel neurologis dapat terapi.33
muncul setelah dilakukan PCI, Simulasi
terutama yang menggunakan fraksi Simulasi merupakan suatu
lebih besar dari 3 Gy dan/ atau prosedur dimana seorang ahli
pemberian PCI konkuren dengan onkologi radiasi dan teknisi simulasi
kemoterapi sehingga PCI tidak di- (biasanya adalah seorang teknisi
rekomendasikan pada pasien dengan radioterapi/ RTT) memposisikan
tampilan status yang buruk (3-4) pasien dengan tepat selama terapi
atau gangguan fungsi mental. sehingga radiasi dipastikan tepat
Jaringan saraf pusat tidak cukup sasaran secara konsisten. Terdapat
sensitif terhadap efek kemoterapi dua macam metode simulasi yaitu
karena adanya sawar darah-otak konvensional dan virtual yang akan
sehingga PCI telah lama digunakan melokalisasikan volume target dalam
untuk mengontrol metastasis cara berbeda seperti terlihat pada
mikroskopis ke otak pada terapi Tabel 3.34 Salah satu kemajuan
KPKSK. Sejumlah penelitian meta- teknologi radioterapi dalam 20 tahun
analisis menunjukkan bahwa PCI terakhir adalah penggunaan CT atau
juga memperbaiki angka ketahanan stimulator virtual dengan alur kerja
hidup pada pasien dengan remisi seperti terlihat pada Gambar 3.33

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 385


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

Tabel 3. Perbandingan lokalisasi tumor antara simulasi konvensional dengan


virtual34
Simulasi Konvensional Simulasi Virtual
Penempatan pasien Ruang berlaser Ruang berlaser
Titik acuan Penanda pada kulit Penanda pada kulit
Lokalisasi Fluoroskopi CT scan
Isosentrik Berasal dari skala Digitally reconstructed
simulator atau film radiograph (DRR) dari
CT
Penentuan area radiasi Berasal dari skala Virtual Sim
simulator atau film
Outline pasien Manual/optikal/potongan Potongan aksial
tunggal pada CT
simulator
Isosentrik dibandingkan Pergeseran pengukuran Penghitungan dari data
titik acuan pada film Virtual Sim
Verifikasi terapi Film polos Digitally reconstructed
radiographs (DRRs)

Gambar 3. Alur kerja EBRT33

Pasien berbaring terlentang, pasien dapat berbaring pada posisi


biasanya dengan kedua lengan yang sama tiap harinya.24 Pergerakan
diletakkan di atas kepala sambil tumor dibatasi dengan cara menahan
berpegangan pada alat khusus. napas atau melalui gating
Sebuah bantalan dapat diletakkan radiotherapy. Penurunan volume
untuk membantu pasien berbaring tumor secara signifikan pada
pada posisi yang sama selama terapi. pemberian dosis melebihi 20 Gy dan
Penanda pada kulit yang dapat dicuci dosis paru rata-rata telah dilaporkan
dan tato permanen berbentuk titik pada pasien yang menahan napas
yang tidak lebih besar dari tahi lalat saat inspirasi dalam selama sekitar
dibuat dan digaris menggunakan 23 menit yang mungkin terlalu
pointer laser untuk memastikan

386 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

singkat untuk mendapatkan pen- setelah selesai dilakukan simulasi


citraan yang tepat.35 yang pencitraan CT scan-nya dikirim
Computed tomography scan secara elektronik ke komputer yang
leher dan toraks pada posisi terapi sudah dilengkapi dengan perangkat
disertai seluruh alat yang tidak lunak perencanaan terapi.24,36
bergerak. Pemeriksaan ini akan Potongan gambar CT scan diperlihat-
menghasilkan gambar tiga dimensi kan ulang, dan struktur anatomis
digital virtual model yang ter- (paru, jantung, dan korda spinalis)
komputerisasi dari toraks dan organ diberikan garis pembatas dengan
dalam pasien.24 warna berbeda. Gabungan dari
potongan-potongan gambar dengan
Rencana Terapi
garis pembatas tersebut akan
Rencana terapi berbasis CT
membentuk volume struktur
scan atau tiga dimensi paling banyak
anatomis seperti pada Gambar 4.
digunakan akhir-akhir ini, dibuat

Gambar 4. Kontur organ normal dan GTV 24

Ahli onkologi radiasi selanjut- Ahli dosimetri dan radiasi onkologi


nya akan menggambarkan bentuk selanjutnya merancang pembatas
asli tumor dan limfonodi yang atau area meliputi GTV dan
terlibat. Volume bentuk tumor yang keterlibatan limfonodi mediastinal
asli disebut sebagai GTV, biasanya setelah gambar tumor terlihat lebih
diberikan tanda berupa garis merah. jelas seperti pada Gambar 5.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 387


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

Gambar 5. Rencana terapi berbasis tiga dimensi menggunakan perangkat lunak


Plan UNC pada pasien KPKBSK lobus kanan bawah.36
Keterangan gambar: GTV= gross tumor volume, CTV= clinical target volume

Metode untuk terapi kanker baik oleh pasien sekitar 180-200 cGy
paru melibatkan dua area, yaitu area tiap terapi. Evaluasi dilakukan
menghadap ke dada depan pasien seminggu sekali untuk menilai ada
(anteroposterior/ AP) dan area tidaknya efek samping, sedangkan
menghadap ke punggung pasien penilaian ketepatan target terapi
(posteroanterior/ PA). Pasien dilakukan dengan pengambilan
menjalani prosedur verifikasi dengan radiografi dan CT scan setiap lima
ditempatkan pada mesin linacs pada kali terapi.24
posisi sama seperti saat simulasi
Efek Samping
setelah rencana terapi selesai dibuat.
Terapi radiasi dapat me-
Gambar radiografi diambil dan dilihat
nimbulkan toksisitas dan efek
ulang untuk memastikan apakah
samping terhadap organ target
gambar sesuai dengan pencitraan
maupun organ di sekelilingnya.
pada CT scan perencanaan dan
Toksisitas timbul pengaruh radio-
konsisten dengan rencana terapi
biologi dan efek radiasi terhadap sel
berbasis CT.24
dan jaringan normal, dapat berupa
Terapi efek akut atau lanjut.37 Efek samping
Radioterapi biasanya dimulai akut terjadi pada pasien radioterapi
sehari setelah verifikasi. Umumnya, paru dengan atau tanpa kemoterapi
radioterapi untuk pasien kanker paru yang meliputi beberapa gejala
diberikan setiap hari dari hari Senin sebagai berikut:24
sampai Jumat, tidak diberikan pada 1. Kemerahan dan iritasi pada kulit
akhir pekan, selama sekitar tujuh yang terkena radiasi.
minggu. Radioterapi diberikan 2. Inflamasi esofagus (esofagitis)
dengan durasi lima sampai tujuh yang menyebabkan heartburn
menit. Dosis radiasi yang diberikan atau rasa tak nyaman di
untuk sebagian besar kanker paru tenggorokan.
berkisar antara 6000-7000 cGy, 3. Iritasi paru yang menyebabkan
tergantung pada stadium dan batuk kering.
diberikan atau tidak kemoterapi. 4. Perikarditis.
Dosis yang dapat ditoleransi dengan

388 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

5. Sensasi seperti tersetrum di jantung.24 Faktor yang mem-


punggung bawah atau tungkai pengaruhi derajat kerusakan paru
saat menekuk leher (Lhermitte antara lain adalah usia pasien,
sign). kemoterapi, teknik radiasi, luas area
6. Kelemahan umum. radiasi, dosis radiasi, dan fraksinasi
dosis. Kerusakan paru jarang timbul
Efek samping tersebut biasa- pada dosis di bawah 20 Gy dan mulai
nya akan mengalami perbaikan sering timbul jika dosis yang
dalam dua minggu setelah diberikan melebihi 40 Gy. Kemoterapi
menyelesaikan radioterapi.24 seperti adriamisin dan bleomisin juga
Efek samping sub akut terjadi dapat memperberat fibrosis paru.34
dalam satu sampai enam bulan Efek samping ini jarang terjadi
setelah menyelesaikan radioterapi, karena teknik radioterapi modern
meliputi pneumonitis radiasi yang dapat memisahkan antara jaringan
menimbulkan gejala berupa nyeri tumor dengan jaringan ataupun
dada, demam, sesak, dan batuk organ normal, selain itu sebagian
nonproduktif.24,38 Pneumonitis besar pasien kanker paru meninggal
radiasi jarang terjadi, terutama bila sebelum didapatkan efek samping
V20 (volume kedua paru yang radioterapi jangka panjang.24
menerima radiasi ≥2000 cGy) masih
KESIMPULAN
kurang dari 35%.24 Efek samping ini
timbul pada 5-30% pasien kanker 1. Radioterapi digunakan secara
paru yang diterapi radiasi. Gambaran luas pada kanker paru, dapat
radiologis pada fase awal adalah bersifat kuratif atau paliatif
ground glass opacity atau konsolidasi tergantung pada derajat kanker
pada daerah radiasi.19,38 Gambaran paru.
radiologis dari pneumonitis radiasi 2. External Beam Radiation Therapy
juga dapat berbentuk opasitas merupakan jenis radioterapi yang
konsolidatif fokal atau noduler.34 paling sering digunakan pada
Pemeriksaan CT scan lebih sensitif kanker paru dengan sumber
untuk mendeteksi pneumonitis pada radiasi berasal dari mesin linacs
fase awal.19 Penatalaksanaan dan difokuskan pada lokasi
pneumonitis radiasi dengan mem- kanker.
berikan kortikosteroid seperti 3. External Beam Radiation Therapy
prednison atau deksametason.24 pada KPKBSK bisa diberikan
Efusi perikard atau sebagai terapi tunggal,
tamponade merupakan efek samping bersamaan dengan kemoterapi
sub akut lainnya yang dapat atau sebagai terapi ajuvant dan
menyebabkan penekanan pada neoajuvant pada pembedahan.
jantung, distensi vena leher, sesak 4. Prophylactic Cranial Irradiation
napas, dan takikardi. Efusi perikard terbukti efektif menurunkan
dapat mengalami perbaikan spontan, kejadian metastasis ke otak pada
tetapi pada beberapa kasus KPKSK.
membutuhkan tindakan evakuasi 5. Prosedur EBRT meliputi
cairan atau diuretik.24 simulasi, perencanaan terapi,
Efek samping radiasi jangka verifikasi, dan pemberian terapi
panjang meliputi fibrosis paru, radiasi.
fibrosis dan striktur esofagus,
perikarditis konstriktif, serta ke- DAFTAR PUSTAKA
rusakan otot jantung dan pembuluh 1. Dela Cruz CS, Tanoue LT,
darah yang meningkatkan risiko Matthay RA. Lung cancer:
gagal jantung dan serangan

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 389


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

epidemiology, etiology, and 10. Gerber DE, Chan TA. Recent


prevention. Clin Chest Med. advances in radiation therapy.
2011;32:605-44. American Family Physicians.
2. Rineer J, Schreiher D, 2008;78:1254-62.
Katsoulakis E, Nabhani T, Han P, 11. Logan PM. Thoracic
Lange C, et al. Survival following manifestations of external beam
sublobar resection for early-stage radiotherapy. American Journal
non-small cell lung cancer with or of Roentgenology. 1998;171:569-
without adjuvant external beam 77.
radiation therapy. Chest. 12. Bomford CK, Kunkler IH, Sherriff
2010;137(2):362-8. SB, Miller H. Principles of
3. Vrdoljak E, Wojtukiewicz MZ, radiobiology. In: Bomford CK,
Pienkowski T, Bodoky G, Berzinec Kunkler IH, Sherriff SB, Miller H,
P, Finek J, et al. Cancer editors. Walter and Miller’s
epidemiology in central and south Textbook of radiotherapy. 5th ed.
eastern european countries. Croat New York: Churchill Livingstone;
Med J. 2011;52:478-87. 1993. p. 253-64.
4. Perhimpunan Dokter Paru 13. National Council of Educational
Indonesia. Kanker paru jenis Research and Training. Cell cycle
karsinoma bukan sel kecil. and cell division. [cited 2013
Pedoman diagnosis dan October 20]. Available from:
penatalaksanaan di Indonesia. http:/www.ncert.nic.in/html/lea
Jakarta: Perhimpunan Dokter rning_basket/biology/cc%26cd.p
Paru Indonesia; 2011. df.
5. American Lung Association. Lung 14. Steel GG. The biological basis of
cancer. [cited 2013 March 18]. radiotherapy. [cited 2013 October
Available from: http://www. 20]. Available from:
lungusa.org. http://www.oup.co.uk/pdf/0-
6. National Comprehensive Cancer 19262926-3_4-2.pdf.
Network. NCCN clinical practice 15. National Collaborating Centre for
guidelines in oncology: non-small Cancer. The diagnosis and
cell lung cancer version 2.2013. treatment of lung cancer (update).
National Comprehensive Cancer Wales: NCCC; 2011.
Network, Inc; 2013. p.39-47. 16. Effective Health Care Program.
7. Tyng CJ, Chojniak R, Pinto PNV, Evidence-based practice center
Borba MA, Bitencourt AGV, systematic review protocol: Local
Fogaroli RC, et al. Conformal therapies for the treatment of
radiotherapy for lung cancer: stage I non-small cell lung cancer
interobservers’ variability in the and endobronchial obstruction
definition of gross tumor volume due to advanced lung tumors.
between radiologist and [cited 2013 April 15]. Available
radiotherapists. Radiation from: http://www.effectivehealth
Oncology. 2009;4(28):1-8. care.ahrq.gov.
8. Rath GK. Radiation therapy in the 17. Agency for Healthcare Research
management of cancer. [cited and Quality. Technical brief no.1:
2013 August 16]. Available from: Particle beam radiation therapies
http://www.mohfw.nic.in/pg96t for cancer. [cited 2013 April 20].
o104.pdf. Available from: http://www.
9. American Cancer Society. effectivehealthcare.ahrq.gov/repo
External beam radiation. [cited rts/final.cfm.
2013 March 16]. Available from: 18. Yorke E, Gelblum D, Ford E.
http://www.cancer.org. Patient safety in external beam

390 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN : 2460-9684 [VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017]

radiation therapy. American intensity-modulated (chemo)


Journal of Roentgenology. radiotherapy in stage III non-small
2011;196(4):766-72. cell lung cancer patients.
19. Fernando S, Kong FM. 3-D Radiation Oncology. 2012;7
conformal radiation therapy for (150):1-7.
lung cancer: potential side effects 27. Pfister DG, Johnson DH, Azzoli
and management. [cited 2013 CG, Sause W, Smith TJ, Baker S,
February 10]. Available from: et al. American society of clinical
http://www.cancernews.com/da oncology treatment of
ta/article/268.asp. unresectable non-small cell lung
20. Komaki R. Non surgical treatment cancer guideline: update 2003.
of early stage and locally Journal of Clinical Oncology.
advanced non small cell lung 2004;22(2):330-51.
cancer. In: Rosella FV, Komaki R, 28. Casanova N, Mazouni Z, Bieri S,
Putnam JB, editors. Lung cancer. Combuscure C, Pica A, Weber
1st ed. New York: Springer; 2003. DC. Whole brain radiotherapy
p. 142-55. with a conformational external
21. Tyson LB. Non-small cell lung beam radiation boost for lung
cancer. [cited 2013 May 9]. cancer patients with 1-3 brain
Available from: http://www. metastasis: a multi institutional
cinjweb.umdnj.edu. study. Radiation Oncology.
22. Wisnivesky JP, Bonomi M, 2010;5(13):1-8.
Henschke C, Iannuzzi M, McGinn 29. American College of Radiology.
T. Radiation therapy for treatment Radiation therapy for small-cell
of unresected stage I-II non-small lung cancer. [cited 2013 May 9].
cell lung cancer. Chest. Available from: http://
2005;128:1461-7. www.acr.org.
23. Baba F, Shibamoto Y, Ogino H, 30. Hayakawa K. Radiation therapy in
Murata R, Sugie C, Iwata H, et al. the treatment of lung cancer.
Clinical outcomes of stereotactic JMAJ. 2003;46(12):537-41.
body radiotherapy for stage I non- 31. National Comprehensive Cancer
small cell lung cancer using Network. NCCN clinical practice
different doses depending on guidelines in oncology: small cell
tumor size. Radiation Oncology. lung cancer version 1.2014.
2010;5(81):1-7. National Comprehensive Cancer
24. Luh JY, Thomas CR. Radiation Network, Inc; 2013.
therapy for non-small cell lung 32. Topkan E, Parlak C. Radiation
cancer. In: Trepman E, Sandt L, therapy in management of small-
Langhorne C, editors. Lung cell lung cancer. [cited 2013 May
cancer choices. Caring 9]. Available from: http://www.
Ambassadors Program; 2012. p. intechopen.com.
45-58. 33. Zimeras S. Virtual simulation for
25. Gautschi O, Goldberg Z, Calhoun radiatiotherapy treatment using
R, Gandara DR. Multimodality CT medical data. [cited 2013
therapy for stage III NSCLC: August 21]. Available from:
controversies, advances, and http://www.mariecurie.org/ann
evolving approaches. Adv Stud als/volume3/zimeras.pdf.
Med. 2006;6(48):265-75. 34. Baker GR. Localization:
26. Govaert SLA, Troost EGC, conventional and CT simulation.
Schuurbiers OCJ, de Geus-Oei The British Journal of Radiology.
LF, Termeer A, Span PN, et al. 2006;79:36-49.
Treatment outcome and toxicity of

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 391


[VOLUME: 02 – NOMOR 02 – April 2017] ISSN : 2460-9684

35. Price A. Lung cancer: state of the 38. Choi YW, Munden RF, Erasmus
art radiotherapy for lung cancer. JJ, Park KJ, Chung WK, Jeon SC,
Thorax. 2003;58:447-52. et al. Effects of radiation therapy
36. Marks LB, Sibley G. The rationale on the lung: radiologic
use of three-dimensional radiation appearances and differential
treatment planning for lung diagnosis. Radiographics RSNA.
cancer. Chest. 1999;116:539-45. 2004;24:985-96.
37. Jeremic B. Radiation therapy.
Hematology Oncology Clinics of
North America. 2004;18:1-12.

392 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana

Anda mungkin juga menyukai