M. Fikri Azhari
NPM. 1515051009
i
SISTEM PANAS BUMI
Oleh
Istifani Ferucha
ABSTRAK
Praktikum mengenai Sistem Panas Bumi yang dilaksanakan pada 12 Maret 2019
dilakukan karena perlunya pemahaman langsung mengenai hal tersebut.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui sistem panas bumi,
mampu membedakan dan mengidentifikasi jenis sistem panas bumi, serta mampu
mengidentifikasi komponen sistem panas bumi. Menurut teori, sistem panas bumu
merupakan terminology yang digunakan untuk berbagai hal tentang sistem air
dengan batuan dalam temperatur yang tinggi yang dilakukan di laboratorium atau
di lapangan. Alat yang digunakan, yaitu modul praktikum, kertas HVS, alat tulis,
dan pensil warna. Adapun langkah yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu
mengidentifiaksi jenis sistem panas bumi berdasarkan model yang diberikan, lalu
mengidentifikasi komponen penyusun sistem panas bumi, kemudian menggambar
model-model sistem panas bumi. Sehingga akan diperoleh hasil pengamatan
berupa gambar-gambar model sistem panas bumi geopressured reservoir, hot dry
rock reservoir, dan hydrothermal reservoir. Dapat disimpulkan bahwa, praktikum
ini penting untuk dilakukan karena sangat dibutuhkan sebagai pengetahuan dasar
dalam kegiatan eksplorasi panas bumi.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. i
ABSTRAK…………………………………………………………………… ii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B. Tujuan Praktikum………………………………………………………. 1
II. TEORI DASAR…………………………………………………………… 2
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan……………………………………………………….… 5
B. Diagram Alir…………………………………………………………… 5
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan…………………………………………………….… 6
B. Pembahasan…………………………………………………………….. 6
V. KESIMPULAN………………………………………………………….… 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi panas bumi (geothermal) merupakan sumber energi terbarukan berupa
energi panas yang dihasilkan dan disimpan di bawah permukaan bumi. Saat
ini energi panas bumi mulai menjadi perhatian dunia. Meningkatnya
kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak, telah memacu
negara‐negara lain untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak
dengan cara memanfaatkan energi panas bumi untuk menghasilkan energi
listrik.
Terdapat empat pegklasifikasian atau kategori dari jenis panas bumi di bawah
permukaan, yaitu geopressured reservoir, hydrothermal reservoir, hot dry
rock reservoir, dan magma reservoir. Masing-masing jenis tersebut tentunya
memiliki ciri-ciri tersendiri. Sehingga, penting untuk melakukan praktikum ini
agar kita dapat mengetahui bagaimana komponen-komponen sistem panas
bumi sehingga seorang geofisikawan dapat menginterpretasikan suatu daerah
yang memiliki kemungkinan keterdapatan energi panas bumi sehingga
nantinya akan dapat dieksplorasi ataupun dikembangkan.
B. Tujuan Praktikum
Energi panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan karena fluida panas
bumi setelah energi panas diubah menjadi energi listrik, fluida dikembalikan ke
bawah permukaan melalui sumur injeksi. Penginjeksian air ke dalam reservoir
merupakan suatu keharusan untuk menjaga keseimbangan masa sehingga
memperlambat penurunan tekanan reservoir dan mencegah terjadinya subsidence.
Penginjeksian kembali fluida panas bumi setelah fluida tersebut dimanfaatkan
untuk pembangkit listrik, serta adanya recharge air permukaan, menjadikan energi
panas bumi sebagai energi yang berkelanjutan (sustainable energy). Sistem panas
bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hydrothermal yang mempunyai
temperatur tinggi (>225°C), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai
temperatur sedang (150-225°C). Pengalaman dari lapangan-lapangan panas bumi
yang telah dikembangkan di dunia maupun di Indonesia menunjukkan bahwa
sistem panas bumi bertemperatur tinggi dan sedang, sangat potensial bila
diusahakan untuk pembangkit listrik (Hochstein dan Browne, 2000).
Terdapat beberapa komponen penting dalam sistem panas bumi, seperti harus
memiliki sumber panas (heat source) berupa batuan plutonik ataupun magma
yang telah dingin, memiliki batuan berongga (porous ricks) atau reservoir tempat
air panas atau uap panas terjebak di dalamnya, terdapat struktur geologi patahan,
perlipatan, collapse, rekahan dan ketidakselarasan), yang merupakan sistem
lolos air (permeable), memiliki lapisan penutup (caprock), berupa batuan
kedap air (impermeable), biasanya terdiri dari batuan lempung, serta terdapat
daerah resapan air (recharge area) dan siklus hidrologi atau aliran air di bawah
permukaan yang cukup untuk pengisian cadangan reservoar (Suharno, 2013).
tekanan dan temperatur saturasi air maka fluida terdiri dari dua fasa, yaitu
campuran uap dan air (Saptadji, 2009).
Potensi sumber daya panas bumi Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 27500MW,
sekitar 30-40% potensi panas bumi dunia. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada
PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Model konseptual yang menjadi
acuan pembentukan sistem panas bumi ini adalah jalur gunung api (ring of fire) di
Indonesia dan akibat aktivitas tektonik Indonesia. Pembagian sistem panas bumi
berdasarkan asosiasi lingkungan geologinya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
vulkanik, non vulkanik, dan vulkanik tektonik.
a) Sistem Panas Bumi Vulkanik
Sistem panas bumi vulkanik adalah sistem panas bumi yang memiliki asosiasi
dengan gunung api kuarter yang memanjang mulai dari Sumatera, Jawa, Bali,
dan Nusa Tenggara, sebagian Maluku dan Sulawesi. Sistem panas bumi ini
dicirikan memiliki reservoir sekitar 15 km dengan temperatur (250o – 350oC).
Sistem vulkanik dapat dikelompokan lagi menjadi beberapa tipe, yaitu sistem
tubuh gunung api strato dan sistem kaldera.
b) Sistem Panas Bumi Non Vulkanik
Sistem panas bumi ini didefinisikan sebagai sistem panas bumi yang tidak
berkaitan langsung dengan vulkanisme dan berada di luar jalur vulkanik
kuarter. Contoh adalah di daerah lengan dan kaki Pulau Sulawesi.
c) Sistem Panas Bumi Vulkano Tektonik
Sistem panas bumi ini adalah sistem yan berasosiasi antara struktur graben
dan kerucut vulkanik, umumnya ditemukan di jalur sesar besar Sumatera
(Sesar Semangko) (Kasbani, 2010).
tanah. Lalu, terdapat manifestasi lumpur panas yang merupakan panas merupakan
manifestasi panas bumi di permukaan yang umumnya mengandung uap panas
yang tidak terlalu banyak dan gas CO2 yang tidak mudah menjadi cair
(mengembun). Kawah (crater) yaitu suatu bentuk depresi berbentuk corong
terbuka ke atas yang merupakan tempat disemburkanya tepra gas dan lava.
Sedangkan batuan alterasi dapat terjadi akibat adanya proses interaksi antara
batuan asal dan fluida panas bumi. Batuan alterasi terjadi karena beberapa faktor,
antara lain suhu, tekanan, jenis batuan, komposisi fluida, pH dan lamanya
interaksi (Suharno, 2013).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
B. Diagram Alir
Adapun diagram alir dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Mulai
\
Gambar Model
Panas Bumi
Selesai
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum mengenai Sistem Panas Bumi ini
terlampir pada lampiran.
B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, kami mempelajari tentang Sistem Panas Bumi. Hal
yang diperoleh dari praktikum ini yaitu praktikan dapat membedakan jenis-
jenis sistem panas bumi serta mengetahui komponen apa saja yang terdapat
pada sistem panas bumi. Selain itu, telah diketahui pula sejarah ataupun
pengembangan-pengembangan dari eksplorasi panas bumi yang telah
dilakukan serta hal apa saja yang dapat menunjukan keberadaan suatu potensi
panas bumi di suatu daerah. Menurut Kasbani (2010), sumber daya panas
bumi pada umumnya berkaitan dengan mekanisme pembentukan magma dan
kegiatan vulkanisme. Sistem panas bumi dengan suhu yang tinggi, umumnya
terletak di sepanjang zona vulkanik punggungan pemekaran benua, di atas
zona subduksi seperti di Indonesia, dan anomali pelelehan di dalam
lempeng. Batas-batas pertemuan lempeng yang bergerak merupakan pusat
lokasi untuk munculnya sistem hidrotermal magma. Transfer energi
panas secara konduktif pada lingkungan tektonik lempeng diperbesar oleh
gerakan magma dan sirkulasi hidrotermal.
Telah kita ketahui bahwa terdapat empat jenis sistem panas bumi yang telah
dipelajari, yaitu geopressured reservoir, hydrothermal reservoir, hot dry rock
reservoir, dan magma reservoir. Namun, sistem yang paling berkembang dan
banyak dimanfaatkan adalah sistem panas bumi hydrothermal reservoir. Pada
sistem panas bumi ini, dimana reservoirnya mengandung uap, air atau
campuran keduanya, tergantung tekanan dan temperatur reservoirnya.
Apabila temperatur reservoir lebih rendah dari temperatur saturasi atau
temperatur titik didih air pada tekanan reservoir tersebut, maka maka fluida
hanya terdiri dari satu fasa saja, yaitu air. Apabila temperatur lebih tinggi dari
temperatur saturasi atau temperatur titik didih air pada tekanan reservoir
tersebut, maka fluida hanya terdiri satu fasa saja, yaitu uap. Sedangkan,
apabila tekanan dan temperatur reservoir sama dengan tekanan dan
temperatur saturasi air maka fluida terdiri dari dua fasa, yaitu campuran uap
dan air (Edwards dkk., 1982).
7
Menurut White dkk. (1995), air pada hydrothermal reservoir system berasal
dari permukaan akibat jatuh dari hujan. Air ini kemudian masuk karena
adanya perekahan batuan. Air tersebut terakumulasi di dalam reservoir.
Sumber panasnya berasal dari hasil intrusi magma akibat tumbukan antar
lempeng. Akibatnya panas dari magma tersebut dialirkan secara
konduksi melalui batuan hingga panasnya merambat ke reservoir. Pada
reservoir yang sudah berisi air, terjadilah arus konveksi sehingga
memanaskan semua air di dalam reservoir tersebut.
Selain itu, praktikan juga ditugaskan untuk membuat salah satu jenis sistem
panas bumi lengkap dengan komponen-komponen penyusunnya
menggunakan kertas dan pensil warna. Gambar yang telah dibuat yaitu sistem
panas bumi hidrotermal. Menurut Suharno (2010), komponen-komponen
penting penyusun sistem panas bumi hidrotermal dikontrol oleh adanya
sumber panas (heat source) berupa batuan plutonik, kemudian adanya batuan
berporos atau reservoir tempat uap terjebak di dalamnya. Lalu dikontrol oleh
adanya lapisan penutup (caprock) yang biasanya berupa batuan lempung.
Pada lapisan caprock harus bersifat impermeable sehingga uap yang telah
dihasilkan oleh sistem hidrotemal tidak terbuang ke luar. Selain itu, sistem
panas bumi hidrotermal ini juga dikontrol oleh adanya keberadaan struktur
geologi berupa patahan, collapse, rekahan, dan ketidakselarasan. Serta
komponen penting lainnya yaitu daerah resapan air atau aliran air bawah
permukaan atau sering disebut dengan recharge area.
Selain sistem panas bumi hidrotermal, juga telah dipelajari sistem panas bumi
geopressured reservoir. Menurut Edwards dkk. (1982), komponen sistem
panas bumi ini ini mirip dengan sistem hidrokarbon yang ditemukan di
daerah pengendapan pantai. Secara umum, komponen penyusunya terdiri atas
litologi pasir yang porous yang tersaturasi dengan air asin dari tekanan dan
temperatur yang tinggi. Sistem ini terbentuk karena perpindahan panas yang
terjebak oleh undercompacted clays yang menjadi lapisan isolasi. Air yang
berasal dari proses kompaksi dan dehidrasi terakumulasi dalam lapisan pasir
dan dengan signifikan meningkatkan cadangan fluida.
Kemudian telah dipelajari pula mengenai sistem panas bumi dengan reservoir
batuan panas kering (hot dry rock reservoir). Menurut Grant dkk. (1982),
sistem panas bumi ini memiliki kedalaman yang sangat dalam sehingga
permeabilitasnya menjadi lebih kecil. Sumber panasnya bisa berasal dari
intrusi magma atau gradient geotermalnya. Pada volume batuan panas kering
yang lebih besar terdapat pada kerak bumi dengan kedalaman sekitar 50.000
feet, melebihi kemampuan pengeboran yang ada. Karena tidak adanya air
dalam sistem ini, air harus di injeksikan saat pengeboran dan harus terdapat
8
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat
4 jenis sistem panas bumi yaitu geopressured reservoir, hydrothermal
reservoir, hot dry rock reservoir, dan magma reservoir.
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa komponen penting dalam sistem panas bumi seperti heat source,
batuan panas, reservoir, jalur migrasi (patahan atau rekahan), dan recharge
area.
3. Menurut Suharno (2010), dapat diketahui bahwa sistem panas bumi yang
paling banyak dimanfaatkan di Indonesia yaitu hydrothermal reservoir system.
DAFTAR PUSTAKA
Edwards, L.M., Chilingar, G.V., Rieke, H.H., dan Fertl, W.H. 1982. Handbook of
Geothermal Energy. Gulf. Houston. 1-21.
Grant, M.A., Donaldson, I.G., dan Bixley, P.F. 1982. Geothermal Reservoir
Engineering. Academic Press. New York, 3669 pp.
Kasbani. 2010. Tipe Sistem Panas Bumi di Indonesia dan Estimasi Potensi
Energinya. PMG-BadanGeologi.
White, P.J., Lawless, J.V., dan Bogie, I. 1995. Tectonic Features of Sumatra and
New Zealand in Relation to Active and Fossil Hydrotermal Systems: A
Comparison. Proceedings International Congress on Earth Science,
Exploration and Mining Around Pacific Rim. AIMM. p. 311-1316.
LAMPIRAN
Lampiran 1