Anda di halaman 1dari 10

KASUS WORLDCOM

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah


Pengauditan 2

Oleh
Jihan Khoirunnisa 01031181621267
Rani Defira

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KASUS WORLDCOM

1.1. WorldCom
WorldCom pada awalnya merupakan perusahaan telekomunikasi yang besar.
WorlCom menyediakan berbagai macam produk di seluruh dunia mulai dari data, Internet,
komunikasi telepon, layanan telekonfrens melalui video, sampai penjualan kartu telepon
prabayar untuk sambungan internasional. Dengan jumlah karyawan mencapai 80.000,
WorldCom menyediakan layanan telepon jarak jauh dan memiliki backbone jaringan Internet
terbesar. WorldCom berawal dari merger perusahaan Long Distance Discount Services, Inc
(LDDS) dengan Advantage Companies Inc. Bernard Ebbers yang sebagai pendiri LDDS
ditunjuk sebagai CEO WorldCom.
Selama tahun 90-an perusahaan ini melakukan beberapa akuisisi terhadap perusahaan
telekomunikasi lain. Salah satu akuisisi terbesar yang dilakukan WorldCom terjadi pada
tahun 1998. Pada saat itu WorldCom mengambil alih perusahaan MCI, yaitu perusahaan
kedua terbesar di Amerika yang bergerak pada bidang telekomunikasi jarak jauh. Hal ini
kemudian mengukuhkan posisi WorldCom menjadi operator nomor 1 dalam infrastruktur
internet.
WorldCom adalah salah satu pionir di balik boomingnya telekomunikasi di AS, yang
menjadi besar karena mengakuisisi banyak perusahaan kecil. Akuisisi itu membuat
WorldCom yang hanya berskala kecil melejit menjadi perusahaan besar berskala dunia.
Namun, pada saat yang sama, WorldCom juga terbebani utang 30 milyar dollar AS.
Menjelang tahun 1998, terjadi masalah fundamental ekonomi pada WorldCom yaitu
terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Ini disebabkan, pada saat itu Amerika sedang
mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang
drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan WorldCom yang menurun drastis sehingga
pendapatan ini jauh dari yang diharapkan.
Pada awal tahun 2000, perusahaan komunikasi tersebut sudah mulai mengalami
kemerosotan yang disebabkan oleh dot-com buble. Pendapatan mengalami penurunan dan
utang semakin banyak. Nilai saham juga terus mengalami penurunan. Tercatat, nilai pasar
saham perusahaan Worldcom turun dari sekitar 150 milyar dollar (Januari 2000) menjadi
hanya sekitar $150 juta (1 Juli 2002). Keadaan ini membuat pihak manajemen berusaha
melakukan praktik-praktik akuntansi untuk menghindari berita buruk tersebut.
1.2. Pelanggaran yang Dilakukan oleh WorldCom
Seperti yang telah disebutkan, pada awal tahun 2000 perusahaan komunikasi tersebut
sudah mulai mengalami kemerosotan. Hal itu disebabkan oleh pendapatan yang mengalami
penurunan dan utang yang semakin banyak. Nilai saham juga terus mengalami penurunan.
Melihat kondisi tersebut, Bernard Ebbers (CEO), Scott Sullivan (CFO), David Myers
(Pengawas) dan Buford "Buddy" Yates (Direktur Jenderal Akuntansi) memanipulasi laporan
keuangan perusahaan, membuat laporan keuangan palsu untuk menutupi pendapatan
WorldCom yang hakikatnya mengalami penurunan dengan membuat gambar pertumbuhan
keuangan dan profitabilitas palsu untuk menopang harga saham WorldCom di pasar saham.
Ada dua cara yang mereka tempuh. Yang pertama, mereka membukukan “line cost”
sebagai pemasukan, padahal pada kenyataannya merupakan pengeluaran. Kedua, mereka
meningkatkan pendapatan dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun pendapatan
perusahaan yang tidak teralokasi”. Dilaporkan, sekitar $3,005 milyar telah salah diklasifikasi
pada tahun 2001, sementara sisanya sekitar $797 juta pada triwulan pertama tahun 2002.
Dalam laporannya pada 25 Juni, Worldcom mengakui bahwa perusahan
mengklasifikasikan lebih dari $3,8 milyar untuk beban jaringan sebagai pengeluaran modal.
Beban jaringan adalah beban yang dibayar oleh Worldcom kepada perusahaan lain untuk
jaringan telekomunikasi, seperti biaya akses dan biaya pengiriman pesan bagi Worldcom.
Dengan memindahkan akun beban kepada akun modal, WorldCom mampu menaikkan
pendapatan atau laba. WorldCom mampu menaikan laba karena akun beban dicatat lebih
rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai
beban investasi.
Tidak hanya itu, setelah perginya pendiri dan CEO WorldCom, Bernie Ebbers, pada
bulan April 2002, skandal lainnya mencuat. Diketahui Ebbers meminjam jutaan dollar AS
dari perusahaan tersebut untuk menanggung kelebihan harga yang harus dibayarnya untuk
saham-saham perusahaan itu sendiri. Dalam proses pengadilan selama 6 minggu itu, Jaksa
menuding bahwa Ebbers tergoda untuk menjaga saham WorldCom tetap tinggi. Diketahui
kemudian, bahwa Ebbers juga memperolah US$400 juta pinjaman pribadi yang dijamin
dengan saham Worldcom.
Dengan demikian, pelanggaran yang dilakukan oleh WorldCom meliputi:
1. Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak WorldCom kepada pihak ketiga
dipertanggungjawabkan dengan tidak benar. Dimana biaya jaringan yang seharusnya
dibebankan dalam laporan laba rugi, oleh perusahaan dibebankan ke rekening modal.
Hal ini mengakibatkan laba periode berjalan menjadi lebih besar dari laba yang
sebenarnya didapat oleh perusahaan. Dengan cara ini WorldCom mampu
meningkatkan keuntungannya hingga $3,85 M.
2. Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh perusahaan. Dana
cadangan yang sudah terbentuk, nantinya akan dikurangi secara tidak benar oleh
perusahaan untuk memanipulasi jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan pada
periode berjalan. Dengan praktik ini, Worldcom berhasil memanipulasi
keuntungannya sebesar $2 M.

1.3. Terkuaknya Kasus Pelanggaran


Cynthia Cooper yang saat itu menjabat sebagai salah satu auditor internal WorldCom
merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan pelaporan keuangan di situ. Kecurigaannya
semakin nyata ketika dia menanyakan perihal keuangan kepada Sullivan, sang CFO yang
dibalas dengan menyuruhnya untuk tidak ikut campur. Pada masa-masa itu WorldCom
menggunakan jasa perusahaan Arthur Andersen sebagai auditor eksternal independen.
Sedangkan Arthur Andersen sendiri sedang terlilit skandal Enron tidak lama yang lalu. Jadi
bisa dibilang kredibilitas perusahaan Arthur Andersen sendiri mulai dipertanyakan. Cynthia
Cooper saat itu menjabat sebagai Vice President dalam divisi Internal Audit WorldCom.
Cynthia bersama beberapa rekannya membentuk sebuah tim kecil untuk melakukan
investigasi. Mereka harus mengaudit keuangan pada malam hari secara sembunyi-sembunyi
supaya tidak diketahui atasan untuk mencari kebenaran. Tetapi perjuangan para tim ini
tidaklah sia-sia. Pada bulan Mei mereka berhasil menemukan sebuah lubang pada laporan
keuangan perusahaan mereka.
Cooper lalu memutuskan menghubungi kepala komite audit mengenai penemuan
timnya. Pada tanggal 20 Juni diselenggarakan rapat komite audit dewan direksi untuk
mendengarkan Cooper dan Sullivan. Pada pertemuan itu sang CFO berusaha menjelaskan
strategi akuntasi yang dilakukan dia dan berusaha mendapat dukungan dari para dewan,
namun gagal. Pada tanggal 24 Juni, komite audit meminta Sullivan dan Myers untuk
mengundurkan diri sebelum rapat dewan direksi hari berikutnya jika tidak ingin
diberhentikan.
Myers mengundurkan diri. Sedangkan Sullivan enggan mengundurkan diri, sehingga
dipecat. Pada hari berikutnya WorldCom mengumumkan kenyataan keadaan keuangan
perusahaan mereka keluar. Akhirnya seluruh dunia mengetahui kalau perusahaan ini telah
memalsukan pendapatannya sebanyak 3,8 miliar dolar US. Perusahaan WorldCom kemudian
menyatakan dirinya pailit. Kebangkrutan WorldCom merupakan kebangkrutan terbesar
dalam sejarah Amerika pada saat itu dengan nilai asetnya sebesar 103,9 miliar dolar US.
Ebbers akhirnya diganjar penjara selama 25 tahun karena terbukti ikut terlibat dalam
penipuan pelaporan akutansi. Sedangkan Sullivan sendiri dikenakan hukuman 5 tahun
penjara.

1.4. Kasus WorldCom Dinilai dari Sudut Pandang Audit


1. Penyajian beban jaringan sebagai pengeluaran modal ditemukan oleh internal
auditor Cynthia Cooper. Auditor Cynthia Cooper kemudian mendiskusikan
masalah tersebut kepada kepala keuangan WorldCom Scott D. Sullivan dan
controller perusahaan saat itu David F. Myers. Cooper melaporkan masalah
tersebut pada kepala komite audit Max Bobbitt. Yang kemudian Max Bobbitt
meminta kepada KPMG selaku eksternal auditor saat itu untuk melakukan
investigasi. Dilaporkan bahwa Sullivan tidak pernah mengkonsultasikan
penyajian tersebut kepada Arthur Andersen selaku auditor eksernal dan
Arthur Andersen pun menyatakan bahwa Sullivan tidak pernah berkonsultasi
dengannya. Berdasarkan dokumen-dokumen internal dan email WorldCom
mengindikasikan bahwa sebenarnya pihak eksekutif sudah mengetahui salah
saji tersebut sejak awal.
2. Internal auditor adalah pertahanan awal terhadap kesalahan paktek-praktek
akuntansi dan kecurangan akuntansi. Satu pertanyaan kepada Internal Auditor
WorldCom adalah kenapa butuh waktu lama (1 tahun) untuk mengungkap
salah saji ini. Padahal mengingat nilai kapitalisasi yang begitu besar dan
pengaruhnya terhadap nilai pendapatan bersih dan total aktiva harusnya bisa
diungkap lebih cepat. Pertanyaan yang lebih berat dilayangkan kepada KAP
Arthur Andersen, beberapa pengamat menyatakan bahwa Arthur Andersen
tahu mengenai salah saji yang dilakukan pihak WorldCom. Karena
seharusnya Arthur Andersen bertugas untuk mengaudit kesalahan semacam
itu, apalagi kesalahan ini sangat material. Beberapa pengamat juga
menyatakan bahwa Arthur Andersen seharusnya lebih peka terhadap kondisi
keuangan WorldCom, yang dapat mengakibatkan manajemen perusahaan
melakukan hal diluar kewajaran praktek akuntansi.
3. Hancurnya WorldCom diakibatkan karena praktik bisnis tidak sehat yang
dijalankan perusahaan dan juga di dukung tindakan KAP Andersen yang
membiarkan praktik bisnis tidak sehat tersebut.
4. Peran auditor seharusnya sangatlah penting dalam pengendalian kontrol
perusahaan serta sebagai pendeteksi kecurangan namun Andersen malah
bersekongkol dengan manajemen perusahaan untuk melancarkan praktik
bisnis tidak sehat. Andersen telah menciderai kepercayaan dari pihak stock
holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information
mengenai pertanggungjawaban dari manajemen perusahaan dalam
mengemban amanah. WorldCom dan KAP Andersen telah bertindak secara
rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan
norma dan etika bisnis yang sehat yang seharusnya menjadi pedoman dalam
melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar.
5. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak
dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. KAP Andersen sebagai pihak yang
seharusnya menjunjung tinggi independensi, dan profesionalisme telah
melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari tanggungjawab
terhadap profesi maupun masyarakat. Karena perbuatan mereka inilah
WorldCom menuai kehancuran dengan meninggalkan hutang milyaran dolar
sedangkan KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya
dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut.
6. Pihak manajemen WorldCom telah melakukan berbagai macam pelanggaran
praktik bisnis yang tidak sehat dan keluar dari prinsip good corporate
governance. Akhirnya WorldCom harus menuai suatu kehancuran yang tragis
dengan meninggalkan hutang milyaran dolar dan menyisakan implikasi
negatif bagi banyak pihak, terutama karyawan perusahaan yang
menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di
pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan
investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai
perusahaaan di bursa efek.
7. Dari sini jelas dapat disimpulkan bahwa peran auditor sangatlah penting
dalam pengendalian kontrol perusahaan serta sebagai pendeteksi kecurangan.
Auditor seharusnya bisa bersikap independen, menjunjung tinggi
independensi, profesionalisme dan tidak melakukan pelanggaran kode etik
profesi dan ingkar dari tanggung jawab terhadap profesi maupun masyarakat.
Namun jika auditor yang seharusnya bertindak sebagai pendeteksi
kecurangan malah bersekongkol dengan manajemen perusahaan untuk
melancarkan praktik bisnis tidak sehat maka fenomena seperti WorldCom lah
yang akan terjadi, yaitu kehancuran di depan mata.
8. Dengan demikian, dapat disimpulkan juga bahwa dalam kasus WorldCom
ada beberapa prinsip audit yang telah dilanggar terutama oleh auditor
eksternal WorldCom, Arthur Andersen. Pertama adalah integritas. Dengan
menutup mata atas hal yang dilakukan oleh manajemen eksekutif WorldCom,
Andersen jelas telah mengabaikan prinsip tersebut. Andersen, dalam hal ini,
telah merusak kepercayaan masyarakat terutama para stock holder dengan
berlaku tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Andersen juga tidak
mentaati hukum dan tidak membuat pengungkapan yang diharuskan oleh
ketentuan perundang-undangan dan profesi, melibatkan dirinya dalam
aktivitas ilegal, dan tidak menghormati kode etik profesi. Kedua, objektivitas.
Andersen dan KAP-nya seharusnya tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau
hubungan apapun yang dapat mengganggu, atau dianggap dianggap
mengganggu, ketidakbiasan penilaian mereka. Namun, dengan ikut dalam
kegiatan pemalsuan laporan keuangan WorldCom, kini objektivitas Andersen
dan KAP-nya jelas telah rusak. Dengan ikut melibatkan diri dalam skandal
WorldCom, menandakan Andersen dan KAP-nya telah setuju menerima
kegiatan/aktivitas yang dapat mengganggu profesionalitas penilaian mereka.
Andersen juga tidak mengungkakan semua fakta material yang diketahuinya
demi alasan pribadi sehingga ini mengakibatkan, bukan saja WorldCom
hancur, tetapi kepentingan stock holder juga ikut menjadi korban.

1.5. Kesimpulan
Pelanggaran yang dilakukan oleh Manajemen Puncak WorldCom sebagai berikut:
1. Penggelembungan angka pada periode berjalan yang terjadi karena adanya
praktik akuntansi yang keliru dan manipulasi laporan keuangan oleh pihak
manajemen puncak perusahaan;
2. Praktik akuntansi yang keliru ini dapat terealisasi karena dibantu oleh
eksternal Arthur Andersen dan staf akuntansi perusahaan tersebut;
3. Selain praktik akuntansi yang keliru, CEO WorldCom juga menggunakan
uang perusahaan untuk kepentingan pribadi.
Hukuman yang di dapat oleh Bernie Ebbers dan Scott Sullivan masing-masing
didakwa di sembilan tuduhan:
1. Satu Dakwaan Konspirasi;
2. Satu Dakwaan Kecurangan Sekuritas;
3. Tujuh Dakwaan Temuan Pengaturan Palsu.
Manajemen WorldCom menggelembungkan angka pada periode berjalan dengan
cara:
1. Biaya jaringan yang telah dibayarkan pihak WorldCom kepada pihak ketiga
dipertanggungjawabkan dengan tidak benar. Dimana biaya jaringan yang
seharusnya dibebankan dalam laporan laba rugi, oleh perusahaan dibebankan
ke rekening modal. Hal ini mengakibatkan laba periode berjalan menjadi lebih
besar dari laba yang sebenarnya didapat oleh perusahaan. Dengan cara ini
WorldCom mampu meningkatkan keuntungannya hingga $3,85 M;
2. Dana cadangan untuk beberapa biaya operasional dinaikkan oleh perusahaan.
Dana cadangan yang sudah terbentuk, nantinya akan dikurangi secara tidak
benar oleh perusahaan untuk memanipulasi jumlah keuntungan yang diperoleh
perusahaan pada periode berjalan. Dengan praktik ini, Worldcom berhasil
memanipulasi keuntungannya sebesar $2 M.
Arthur Andersen menyetujui tindakan manipulasi karena:
1. Tidak adanya integritas dalam praktik audit Arthur Andersen, sehingga
kecurangan yang dilakukan tidak diungkapkan dalam opini auditor;
2. Adanya hubungan antara AA dengan Sullivan dan Myers yang merupakan
pekerja di KAP AA sebelum bergabung dengan WorldCom.
Cara Dewan Direksi WorldCom mencegah manipulasi yang dilakukan oleh
manajemen:
1. Dewan Direksi harus membentuk komite audit yang sepenuhnya memenuhi
asas integritas dan independensi. Hal ini agar pengukuran dan pengungkapan
atas LK WorldCom dilakukan dengan benar sehingga tidak ada informasi
yang ditutupi;
2. Dewan direksi harus yakin bahwa Sistem Pengendalian Manajemen (SPM)
perusahaan telah dengan baik mengendalikan sistem manajemen WorldCom
sehingga tidak terjadi kecurangan oleh pihak manajemen dalam perusahaan;
3. Menciptakan budaya yang sehat, terbuka dan taat terhadap corporate
governance dan corporate responsibility agar perusahaan tidak melakukan
kegiatan yang melanggar etika;
4. Transparansi dari pihak manajemen baik kepada auditor eksternal maupun
internal.
Alasan para akuntan WorldCom mau diajak bekerja sama dalam memanipulasi
laporan keuangan adalah:
1. Money: Adanya iming-iming uang dan bonus yang besar bagi para akuntan
jika mereka mau bekerja sama dengan pihak manajemen untuk memanipulasi
laporan keuangan;
2. Pressure: Adanya tekanan dari atasan untuk memanipulasi laporan keuangan.
Yang mana jika tidak dituruti akan mengakibatkan para akuntan dipecat;
3. Culture: Budaya perusahaan, yang menghalalkan segala cara untuk dapat
memperoleh penghasilan, agar perusahaan tetap terlihat baik di mata publik
dan harga saham perusahaan tidak turun drastis;
4. Internal Control: Lemahnya pengendalian internal perusahaan, sehingga
tindakan manipulasi dan kecurangan dapat terjadi dalam perusahaan;
5. Chance: Adanya kesempatan untuk memanipulasi LK WorldCom, dimana
dalam hal ini semua pihak dari manajemen puncak hingga staf akuntansi
dapat diajak bekerja sama untuk memanipulasi LK perusahaan;
6. Etika: Kurangnya etika profesi akuntansi, para akuntan yang bekerja di
WorldCom tidak berpegang teguh pada etika profesi akuntansi ataupun
GAAP, sehingga mereka bersedia untuk melakukan tindakan yang melanggar
kode etik profesi akuntansi.
Dewan direksi menyetujui pemberian pinjaman dana lebih dari $408 juta kepada
Ketua (J.Ebbers) dan CEO karena:
1. Dengan tujuan untuk membeli saham WorldCom ataupun untuk margin calls.
Namun kenyataannya, uang pribadi tersebut digunakan CEO WorldCom
untuk kepentingan pribadinya sendiri.
Bagaimana dewan memastikan bahwa whistleblower akan berani maju untuk
memberitahukan mereka tentang kegiatan yang dipertanyakan atau meragukan?
1. Dewan direksi harus memastikan bahwa whistleblower akan berada pada
kondisi yang aman walaupun mereka telah membocorkan kejahatan pihak
internal perusahaan.
Sumber Bacaan:
http://www.computesta.com/blog/2012/05/worldcom-kebangkrutan-besar-yang-penuh-
skandal/#.XKtECv0zbIU
http://auditorinternal.com/2010/01/19/kode-etik-auditor-internal/

Anda mungkin juga menyukai