Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TOKSIKOLOGI

“EFEK TOKSIK PADA OBAT-OBAT KARDIOVASKULAR”

DOSEN

Drs. Tahoma Siregar, M.Si, Apt

Kelompok 18

Putu Asti Widyanti 16330715

Desy Ananda Sari 16330716

Annisa Fikry 16330717

Siti Lulu 16330718

Mantili 16330719

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3. Tujuan ...............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Toksikologi .....................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Toksikologi .....................................................................................4
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toksikologi ................................................5
2.3.1 Faktor Intrinsik Racun .............................................................................5
2.3.2 Faktor Intrinsik Makhluk Hidup ..............................................................5
2.4 Penyimpanan Racun Dalam Diri Makhluk Hidup .............................................6
2.5 Model Masuk dan Daya Keracunan ...................................................................6
2.6 Sasaran Organ yang diserang .............................................................................7
2.7 Penggolongan Agen-agen Toksis .......................................................................8
2.8 Definisi Kardiovaskuler .....................................................................................9
2.9 Obat-obat yang Mempengaruhi Sistem Kardiovaskuler ..................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22
LAMPIRAN POWER POINT ............................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyebab kematian terbesar di dunia beberapa dekade terakhir ini adalah
penyakit jantung dan pembuluh darah seperti gagal jantung, aritmia jantung, angina
pectoris dan hipertensi. Sistem sirkulasi tubuh manusia yang terdiri atas jantung dan
pembuluh darah disebut sistem kardiovaskuler.
Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat dinamik,yang
harus mampu berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak seperti perubahan
terkanan darah, kerja dan frekuensi jantung serta komponen kardiovaskuler lain
yang merupakan resultante dari berbagai faktor pengatur yang bekerja secara
serentak. Banyak obat yang dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dan biokimia
kardiovaskuler seperti stimulansia sistem saraf pusat, depresansia sistem saraf pusat
dan obat otonom. Yang dimaksudkan dengan obat kardiovaskuler ialah obat yang
mempunyai efek utama pada jantung dan pembuluh darah.
Obat yang ada saat ini masih jauh dari ideal. Tidak ada obat yang
memenuhi semua kriteria obat ideal, tidak ada obat yang aman, semua obat
menimbulkan efek samping, respon terhadap obat sulit diprediksi dan mungkin
berubah sesuai dengan hasil interaksi obat, dan banyak obat yang mahal, tidak
stabil, dan sulit diberikan. Karena banyak obat tidak ideal, semua anggota tim
kesehatan harus berlatih “care” untuk meningkatkan efek terapeutik dan
meminimalkan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan obat, oleh karena itu pada
makalah ini akan membahas mengenai efek toksik pada obat kardiovaskular

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan toksikologi?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas ?
3. Apa saja golongan obat-obat yang mempengaruhi sistem kardiovaskular?
4. Bagaimana proses toksik pada obat kardiovaskular?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami secara umum toksikologi
2. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas
3. Mengetahui golongan obat-obat yang mempengaruhi sistem
kardiovaskular.
4. Mengetahui dan memahami proses mekanisme efek toksik pada obat obat
kardiovaskular

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Toksikologi


Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia pada
sistem biologi. Definisi ini menunjukkan bahwa obyek yang dipelajari dalam
toksikologi adalah antaraksi zat kimia atau senyawa asing dengan sistem biologi
atau makhluk hidup, dimana pusat perhatiannya terletak pada pengaruh berbahaya
racun atas kehidupan makhluk hidup. Sedangkan yang dimaksud dengan toksisitas
ialah istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan satu zat
kimia dengan lainnya. Ilmu toksikologi dikembangkan dengan tujuan utama untuk
mengantisipasi pengaruh toksik, pencegahan aksi toksik, dan penyembuhan
keracunan yang mungkin terjadi karena pemejanan suatu senyawa atas makhluk
hidup.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak
akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk
biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi
dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama
yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan
(pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh,
jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap
binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat kategori: akut, subakut,
subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya terjadi karena
suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para pekerja
terutama di lingkungan industri-industri kimia. Interaksi bahan kimia dapat terjadi
melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau lebih bahan kimia yang
diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang mungkin
bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan
membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang
dikenal dengan hubungan dosis-respons. Apabila zat kimia dikatakan berracun
(toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensial memberikan
efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat

3
toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor
“tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme,
paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila
menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi
mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas
merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan
efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme.

2.2 Jenis-jenis Toksikologi


a. Toksikologi Deskriptif
Melakukan uji toksisitas untuk mendapat informasi yang digunakan untuk
mengevaluasi resiko yang timbul oleh bahan kimia terhadap manusia dan
lingkungan
b. Toksikologi Mekanistik
Menentukan bagaimana zat kimia menimbulkan efek yang merugikan pada
organisme hidup
c. Toksikologi Regulatif
Menentukan apakah suatu obat mempunyai resiko yang rendah untuk
dipakai sebagai tujuan terapi
d. Toksikologi Forensik
Mempelajari aspek hukum kedokteran akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya dan membantu menegakkan diagnosa pada pemeriksaan
postmortem
e. Toksikologi Klinik
Mempelajari gangguan yang disebabkan substansi toksik, merawat
penderita yang keracunan dan menemukan cara baru dalam
penanggulangannya
f. Toksikologi Kerja
Mempelajari bahan kimia pada tempat kerja yang membahayakan pekerja
dalam proses pembuatan, transportasi, penyimpanan maupun
penggunaannya

4
g. Toksikologi Lingkungan
Mempelajari dampak zat kimia yang berpotensi merugikan sebagai polutan
lingkungan Ekotoksikologi Mempelajari efek toksik zat kimia terhadap
populasi masyarakat Toksikologi Ekperimental : Pemakaian obat secara
kronik (anti hipertensi, obat TBC, kontrasepsi), harus disertai data
karsinogenik dan teratogenik dari obat tersebut Pemakaian obat dalam
waktu pendek (obat cacing), harus memenuhi sarat toksisitas akut.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas


Pada dasarnya, aneka ragam faktor yang dapat mempengaruhi
ketoksikan racun, dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor yang berasal
dari racun ( faktor intrinsik racun ) dan yang berasal dari makhluk hidup (
faktor intrinsik makhluk hidup ).
2.3.1 Faktor Intrinsik Racun
Racun merupakan bahan atau zat kimia yang berbahaya tubuh. Karena
itu, ketoksikannya tidak lepas dari sifat fisika atau kimia bawaan dari racun
tersebut. Dengan kata lain, faktor kimia merupakan salah satu penentu
ketoksikan racun.Efek toksik racun diawali oleh masuknya racun tertentu ke
dalam tubuh. Selain faktor kimia diatas aneka ragam faktor yang berkaitan
dengan pemejanan (exposure) racun terhadap makhluk hidup juga dapat
mempengaruhi ketoksikannya. Makanan yang masuk ke dalam tubuh, dapat
berupa bahan mentah, bahan olahan segar, atau produk makanan jadi olahan
pabrik. Dengan demikian kemantapan zat kimia pangan, dapat berubah oleh
proses-proses pengolahan maupun oleh adanya bahan tambahan atau pengisi.
Bahkan dalam proses pengepakan pun dapat menjadi sarana pencemar
makanan. Karena itu, pengolahan bahan pangan dan proses pabrikasi, juga
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi ketoksikan racun.
2.3.2 Faktor intrinsik makhluk hidup
Pada dasarnya, faktor intrinsik makhluk hidup adalah kondisi
makhluk hidup yang meliputi berbagai keadaan fisiologis serta patologis yang
dapat mempengaruhi ketoksikan suatu racun, melalui pengaruhnya atas
keefektifan translokasi racun di dalam tubuh, atau kerentanan tempat aksi
terhadap aksi racun. Oleh karena itu, kondisi makhluk hidup dapat dibagi

5
menjadi dua golongan, yaitu kondisi normal (fisiologis) dan tidak normal
(patologis).
a. Keadaan fisiologis meliputi : berat badan, umur suhu tubuh, kecepatan
pengosongan lambung, kecepatan alir darah, status gizi, kehamilan,
genetika, jenis kelamin, irama sirkadian, irama diurnal.
b. Keadaan patologi meliputi : penyakit saluran cerna, penyakit
kardiovaskular, penyakit hati, dan penyakit ginjal .

2.4 Penyimpanan Racun Dalam Diri Makhluk Hidup


Di dalam tubuh terdapat gudang penyimpanan senyawa yang masuk ke
dalam tubuh misalnya protein, lemak, dan tulang. Bagi racun yang bersifat sangat
lipofil dan tidak atau sulit termetabolisme, cenderung ditimbun dalam jaringan yang
kaya akan lemak, sehingga racun akan sulit dikeluarkan dari tubuh. Selain itu
karena mobilisasi racun dari gudang penyimpanan ke sirkulasi darah,
memungkinkan terjadinya pelepasan racun dan meyebar ke tempat aksi tertentu.
Bila kadar racun di tempat aksi melebihi harga KTMnya, maka terjadi efek toksik
yang tak diharapkan. Keadaan ini dapat terjadi bila gudang penyimpanan telah
terpenuhi oleh racun, mengingat makanan dikonsumsi setiap hari sehingga
memungkinkan terjadinya akumulasi racun dalam gudang penyimpanan.
Contoh klasiknya ialah penumpukan insektisida DDT dan senyawa
pelunak dietilftalat. Kecuali lemak, tempat pengikatan tak khas atau gudang
penyimpanan lainya adalah tulang, enzim, dan protein. Tempat deposisi, adsorpsi
dan reaksi zat kimia ini, membatasi kemampuan tubuh untuk mengekskresikan
racun dari tubuh. Oleh karena itu penyimpanan racun di dalam tubuh dapat
mengurangi atau meningkatkan ketoksikan racun.

2.5 Model Masuk Dan Daya Keracunan


Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat
mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya rekasi kimia (Brunner & Suddarth,
2001). Arti lain dari racun adalah suatu bahan dimana ketika diserap oleh tubuh
organisme makhluk hidup akan menyebabkan kematian atau perlukaan (Muriel,
1995). Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau

6
melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat, atau
secara kumulatif. Keracunan dapat diartikan sebagai setiap keadaan yang
menunjukkan kelainan multisystem dengan keadaan yang tidak jelas (Arif Mansjor,
1999). Keracunan melalui inhalasi (pengobatan dengan cara memberikan obat
dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke
paru-paru)) dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dank arena kesengajaan
merupakan kondisi bahaya kesehatan.
Jenis-jenis keracunan (FK-UI, 1995) dapat dibagi berdasarkan:
Cara terjadinya, terdiri dari:
a. Self poisoning
Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi
dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan. Pasien tidak
bermaksud bunuh diri tetapi hanya untuk mencari perhatian saja.
b. Attempted Suicide
Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengan
kematian atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yang
dipakai
c. Accidental poisoning
Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajaan
d. Homicidal poisoning
Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja
meracuni orang lain.

2.6 Sasaran Organ Yang Diserang


Untuk mengerahkan efek toksik, agen harus dapat mencapai jaringan
rentan, organ, sel, atau kompartemen selular sub atau struktur dalam konsentrasi
yang cukup pada waktu yang memadai pula. Artinya, suatu paparan atau dosis yang
tepat diperlukan. Dosis kecil alkohol tidak akan ada pengaruhnya, tetapi dosis besar
selama waktu yang lama dapat mempengaruhi organ rentan seperti hati dan
akhirnya menyebabkan sirosis. Dosis optimal dari parasetamol akan
menghilangkan rasa sakit, tetapi dosis yang melebihi jumlah ini dapat menyebabkan
kerusakan hati. Di sisi lain, jumlah yang jauh lebih rendah daripada dosis yang
optimal tidak akan memberikan berpengaruh sama sekali. Gangguan toksik

7
(keracunan) dari bahan kimia terhadap tubuh berbeda-beda. Misalnya CCL4 dan
benzene dapat menimbulkan kerusakan pada hati ; metal isosianat dapat
menyebabkan kebutaan dan kematian ; senyawa merkuri dapat menimbulkan
kelainan genetic atau keturunan ; dan banyak senyawa organic yang mengandung
cincin benzene, senyawa nikel dan krom dapat bersifat karsinogenik atau penyebab
kanker. Gangguan-gangguan tersebut diatas sangat tergantung pada kondisi
kesehatan orang yang terpaparnya. Kondisi badan yang sehat dan makan yang
bergizi akan mudah mengganti kerusakan sel-sel akibat keracunan. Sebaliknya
kondisi badan yang kurang gizi akan sangat rawan terhadap keracunan.

2.7 Penggolongan Agen-Agen Toksis


Zat-zat toksis digolongkan dengan cara-cara yang bermacam-macam
tergantung pada minat dan kebutuhan dari yang menggolongkannya. Sebagai
contoh, zat-zat toksis dibicarakan dalam kaitannya dengan organ-organ sasaran dan
dikenal sebagai racun liver, racun ginjal penggunaannya dikenal sebagai pestisida,
pelarut, bahan additif pada makanan dan lain-lain dan kalau dihubungkan ke
sumbernya dikenal sebagai toksin binatang dan tumbuhan kalau dikaitkan dengan
efek-efek mereka dikenali sebagai karsinogen, mutagen dan seterusnya.
Agen-agen toksis bisa juga digolongkan berdasarkan:
 Sifat fisik : Gas, debu, logam-logam, radiasi, panas, debu, getaran dan
suara.
 Kebutuhan pelabelan : Mudah meledak, mudah terbakar, pengoksidir
 Kimia : Turunan-turunan anilin, Hidrokarbon dihalogenasi dan
seterusnya
 Daya racunnya : Sangat-sangat toksik, sedikit toksik dan lain-lain.
Penggolongan agent-agent toksik atas dasar mekanisme kerja
biokimianya (inhibitorinhibitor sulfhidril, penghasil met Hb) biasanya
lebih memberi penjelasan dibanding penggolongan oleh istilah-istilah
umum seperti iritasi dan korosif, tetapi penggolongan-penggolongan
yang lebih umum seperti pencemar udara, agen yang berhubungan
dengan tempat kerja, dan racun akut dan kronis dapat menyediakan satu
sentral yang berguna atas satu masalah khusus. Agen kimia dapat
berupa alami atau sintetik. Bahan kimia sintetik dikategorikan ke dalam

8
beberapa kelas-biasanya terkait dengan kegiatan atau termasuk paparan
zat farmasi, bahan tambahan makanan, pestisida, bahan kimia industri,
dan bahan kimia dalam negeri. Bahan kimia alami meliputi berbagai zat
yang biasanya ditemukan di lingkungan, seperti arsenik, timbal dan
biologi berasal dari tumbuhan, hewan atau racun mikrobiologi . Contoh
racun tanaman alkaloid pyrrolizidine dihasilkan dari berbagai spesies
seperti komprei, glikosida jantung pada oleander dan morfin dalam
tanaman opium. Contoh racun hewan adalah racun-racun yang
dihasilkan oleh berbagai spesies hewan darat dan laut, seperti
platypuses, ular, laba-laba, lebah dan ikan batu. Botulinum toksin dan
enterotoksin stafilokokal adalah contoh dari racun mikroba, sedangkan
aflatoksin adalah contoh dari racun jamur. Pra-Kondisi Untuk Efek
Toksik Untuk mengerahkan efek toksik, agen harus dapat mencapai
jaringan rentan, organ, sel, atau kompartemen selular sub atau struktur
dalam konsentrasi yang cukup pada waktu yang memadai pula. Artinya,
suatu paparan atau dosis yang tepat diperlukan. Dosis kecil alkohol
tidak akan ada pengaruhnya, tetapi dosis besar selama waktu yang lama
dapat mempengaruhi organ rentan seperti hati dan akhirnya
menyebabkan sirosis. Dosis optimal dari parasetamol akan
menghilangkan rasa sakit, tetapi dosis yang melebihi jumlah ini dapat
menyebabkan kerusakan hati. Di sisi lain, jumlah yang jauh lebih
rendah daripada dosis yang optimal tidak akan memberikan
berpengaruh sama sekali.

2.8 Definisi Kardiovaskuler


Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler.
Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal
ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan
pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung,
yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-
100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh
tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler
kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena

9
Obat kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung
dan pembuluh darah. Obat kardiovaskuler dibedakan menjadi beberapa bagian,
diantaranya ;
1. Obat antihipertensi
2. Obat gagal jantung
3. Obat antiaritmia
4. Obat antiangina

2.9 Obat – Obat Yang Mempengaruhi Sistem Kardiovaskuler.


1) Obat Antihipertensi
Suatu klasifikasi yang berguna dari obat-obat antihipertensi
membaginya dalam kategori menurut tempat pengaturan atau mekanisme
dimana tempat bekerja. Kategori tersebut meliputi:
- Diuretika
Menurunkan tekanan darah dengan menghabiskan natrium tubuh
dan mengurangi volume darah. Efek Samping : Menyebabkan
pengosongan magnesium, merusak toleransi glukosa, meningkatkan
lipid serum dan konsentrasi asam urat
 Efek toksik Furosemide
 Gejala :
- Pengobatan dalam pengakuan terbaru dari obat-
lavage lambung atau induksi muntah; oksigen, agen
hipertensi, persiapan, mengasamkan urin, IVL,
hemodialisis.
 Penanganan :
- Penanganan dilakukan untuk menurunkan gejala yang
mengganggu dan mempertahankan fungsi normal
organ vital seperti sistem pernapasan dan sistem
peredaran darah.
- Pemberian infus garam fisiologis dapat dilakukan
untuk mengatasi dehidrasi dan hipotensi.

10
- Pemasangan kateter untuk drainase yang memadai
pada pasien dengan kerusakan saluran kandung kemih
(contoh: penderita hipertrofi prostat).

- Obat simpatoplegik
Menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi resistensi
vaskular tepi, menghambat fungsi jantung dan meningkatkan
penyimpanan darah vena dalam pembuluh darah vena yang besar.
- Metildopa
Obat ini bermanfaat dalam pengobatan hipertensi ringan sampai
sedang. Metildopa menurunkan tekanan darah terutama dengan
mengurangi tahanan pembuluh darah tepi, dengan suatu frekuensi
pengurangan denyut jantung dan curah jantung yang bervariasi.
Suatu keuntungan dengan metildopa adalah karena metildopa
menyebabkan penurunan resistensi vaskular ginjal.
Dosis : dosis terepeutik biasa adalah lebih kurang 1-2 gram per hari
per oral. Efek samping : Dengan pengobatan jangka panjang,
penderita dapat mengalami kelemahan mental dan kerusakan
konsentrasi mental. Mimpi buruk, depresi mental, vertigo, dan
tanda-tanda ekstrapiramidal bisa terjadi tetapi jarang.
- Klonidin
Penelitian hemodinamik menunjukkan bahwa penurunan tekanan
darah oleh klonidin dihasilkan oleh pengurangan curah jantung yang
disebabkan oleh penurunan frekuensi jantung dan relaksasi vena-
vena kapasitan, dengan suatu penurunan resistensi vaskular perifer,
khususnya ketika penderita dalam posisi berdiri. Klonidin
mengurangi tekanan darah dalam posisi terlentang dan jarang sekali
menyebabkan hipotensi postural.
Dosis : dosis terepeutik klonidin biasanya antara 0,2-1,2 mg/hari.
Dosis maksimal yang dianjurkan adalah 1,2 mg/hari. Efek samping:
Mulut kering, penghentian klonidin setelah penggunaan yang lama,
terutama dengan dosis tinggi (lebih besar dari 1 gram/hari) dapat

11
menyebabkan krisis hipertensi yang sangat berbahaya bagi
penderita. Penderita memperlihatkan tanda-tanda gugup, sakit
kepala dan berkeringat. Kontra indikasi : Klonidin tidak boleh
diberikan pada penderita yang mempunyai risiko depresi mental
- Diazoksid
Suatu dilator arteri yang efektif dan memiliki kerja yang relatif lama,
diberikan secara parenteral yang digunakan untuk mengobati
hipertensi gawat.
Dosis : ketika diazoksid pertama kali dipasarkan dosis 300 mg
dianjurkan untuk suatu pemberian secara cepat dengan suntikan.
Namun tampaknya, hipotensi yang berlebihan dapat dihindarkan
dengan dosis yang lebih kecil (75-100 mg) Efek samping: Stroke,
Infark miokard.
2) Obat Gagal jantung
1. Penyebab gagal jantung :
- Penyakit jantung coroner : Penyempitan arteri
- Myocardial Infarction (MC) : Suplai makanan terganggu
 Digoxin
Digoxin adalah obat dengan fungsi untuk mengobati gagal jantung,
biasanya bersama dengan obat lain. Obat ini juga digunakan untuk
mengobati jenis tertentu dari denyut jantung tidak teratur (fibrilasi
atrium kronik).
Mekanisme digoxin
Secara normal :
a. Ionotropik positif (meningkatkan kontraktilitas jantung).
b. Kronotropik negatif (mengurangi frekuensi denyut ventrikel pada
takikardi atau fibrilasi atrium).
c. Mengurangi aktivasi saraf simpatis.
Mekanisme ketoksikan digoxin
1. Overdosis digoxin (>1ng/ml)
 Tonus simpatis : otomatisitas otot, AV node, dan sel-sel
konduksi; meningkatnya after depolarization

12
 Menurunnya otomatisitas SA node dan konduksi AV node
 EKG : bradidisritmia, triggered takidisritmia, sinus aritmia,
sinus bradikardi, berbagai derajat AV block, kontraksi
ventrikel premature, bigemini, VT, VF
 Kombinasi dari takiaritmia supraventrikel dan AV block
(mis.: PAT dengan AV block derajat 2; AF dengan AV
block derajat 3) atau adanya bi-directional VT ) sangat
sugestif untuk menilai adanya keracunan glikosida jantung
2. Terjadi interaksi dengan obat lain
 Kuinidin, veramapil, amiodaron, akan menghambat P-
glikoprotein, yakni transporter di usus dan di tubulus ginjal
,sehingga terjadi peningkatan absorpsi dan penurunan
sekresi digoksin, akibatnya kadar plasma digoksin
meningkat 70%-100%.
 Aminoglikosida, siklosporin, amfoterisin B menyebabkan
gangguan fungsi ginjal, sehingga ekskresi digoksin
terganggu, kadar plasma digoksin mengalami peningkatan.
 Diuretik tiazid, furosemid menyebabkan hipokalemia
sehingga meningkatkan toksisitas digoksin
Efek toksik digoksin berupa :
a. Efek proaritmik, yakni : penurunan potensial istirahat,
menyebabkan after potential melampaui AUC serta peningkatan
automatisitas.
b. Efek samping gastrointestinal: anoreksia, mual, mintah, nyeri
lambung.
c. Efek samping visual: penglihatan berwarna kuning.
d. Lain-lain : delirium,rasa lelah, malaise, bingung, mimpi buruk
Antidotum toksikologi glikosida jantung :
1. Menghentikan pemberian glikosida jantung dan diuretika yang
mengeluarkan K+.
2. Merawat penderita di ruang intensif.
3. Memantau keadaan jantung dengan EKG secara kontinu

13
4. Memberikan fenitoin, lidokain, prokainamid untuk mengontrol
aritmia (takiaritmia).
5. Memberikan kalium oral atau IV untuk menurunkan ikatan
digitalis otot jantung sehingga efek digitalis dihilangkan secara
langsung.
6. Memberikan imunoglobin antidigoksin.
7. Menghindari kardioversia elektrikal.
Imunoglobin antidigoksin
Antidotum (penawar racun) efektif untuk toksisitas digoksin
atau digitoksin yang mengancam jiwa. Tersedia dalam bentuk
imunoterapi antidigoksin dengan fragmen FAB yang dimurnikan dari
antiserum antidigoksin yang diperoleh dari domba (digibind). Dosis
penetralisirnya didasarkan atas perkiraan total dosis obat tertentu atau
beban total tubuh.
3) Obat Antiaritmia
Yang dimaksud dengan aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama,
tempat asal dari impuls, atau gangguan konduksi yang menyebabkan
perubahan dalam urutan normal aktivasi atrium dan ventrikel.
1. Kelas IA : Kuinidin, Prokainamid, dan Disopiramid
 Kuinidin
Kunidin adalah di antara obat paling umum yang digunakan secara
oral sebagai antiaritmia di Amerika Serikat. Dosis : dosis oral yang
biasa adalah 200-300 mg yang diberikan 3 atau 4 kali sehari.
Kuinidin dapat diberikan intervena jika diawasi dengan hati-hati.
Dosis intravena jangan melebihi 10 mg/kg dalam bentuk kuinidin
glukonat dan jangan diberikan dengan kecepatan lebih dari 0,5
mg/kg/menit. Efek samping mempunyai efek muskarinik yang
menghambat efek vagus , menyebabkan denyut ventrikel
meningkat secara hebat, blokade AV derajat tinggi, pada pasien
dengan penyakit sindrom sinus kuinidin dapat menekan aktivitas
pacu nodus sinoatrial, diare, mual dan muntah, tuli, penglihatan
kabur, sakit kepala, tinitus.

14
Pengobatan :
Dalam pengakuan terbaru dari obat - lavage lambung atau induksi
muntah; oksigen, agen hipertensi, persiapan, mengasamkan urin,
IVL, hemodialisis.
 Prokainamid
Prokainamid adalah obat pilihan kedua pada kebanyakan unit
perawatan jantung untuk pengobatan aritmia ventrikuler yang
terus-menerus berkaitan dengan infark miokardium akut. Dosis :
Prokainamid hidroklorida (Pronestyl) tersedia dalam bentuk tablet
dan kapsul (250-500 mg) dan sebagai tablet lepas lambat (250-
1000 mg). Suntikan prokainakid hidroklorida berisi 100-500
mg/mL dan digunakan untuk suntikan intramuskular dan intravena.
Efek samping Memperlambat frekuensi denyut atrium pada
fibrilasi atrium Gejala mirip lupus eritematosa , Pleuritis,
Perikarditis, Penyakit perenkim paru dapat juga terjadi, Mual,
Diare, Ruam kulit, Demam
 Disopiramid
Dosis : tersedia dalam bentuk tablet 100 atau 150 mg basa. Dosis
total harian adalah 400-800 mg yang pemberiannya terbagi atas 4
dosis.
Efek samping Mulut kering, Konstipasi, Penglihatan kabur,
Hambatan miksi, Retensi urin.
2. Kelas IB : Lidokain, Fenitoin, Tokainid dan Meksiletin
 Lidokain
Lidokain adalah obat antiaritmia yang paling lazim dipakai dengan
pemberian secara inravena. Dosis : untuk memperoleh kadar
efektif dengan cepat, diberikan dosis 0,7-1,4 mg/kg Bbsecara
intravena. Dosis berikutnya mungkin diperlukan 5 menit
kemudian, tetapi jumlahnya tak lebih dari 200-300 mg dalam
waktu 1 jam. Infus dalam rentang dosis 1-4 mg/menit
menghasilkan kadar terapi dalam plasma setinggi 1-5 µg/mL dalam
waktu 7-10 jam.

15
Efek samping Menyebabkan hipotensi, Parestesia, Tremor,
Kejang, Mual karena pengaruh sentral, Kepala terasa
ringan, Kelainan pendengaran, Konvulsi (terjadi pada orang tua
atau pada pasien yang peka dan berhubungan dengan dosis).
Lidokain hanya digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel,
terutama di ruang perawatan intensif.
 Fenitoin
Fenitoin adalah obat antikonvulasi dengan sifat antiaritmia. Dosis:
Rancangan waktu untuk suntikan intravena intermiten adalah 100
mg fenitoin yang diberikan tiap 5 menit sampai aritmia terkendali.
Kecepatan suntikan tak boleh melebihi 50 mg per menit. Biasanya
diperlukan dosis sebesar 700 mg, dan jarang melebihi 1000 mg.
Pengobatan dengan fenitoin dimulai dengan dosis tinggi. Hari
pertama 15 mg/kg BB, hari kedua 7,5 mg/kg BB dan selanjutnya
diberi 4-6 mg/kg BB (umumnya antara 300-400 mg/hari). Efek
samping Mengantuk, Nistagmus, Vertigo, Ataksia, Mual. Fenitoin
hanya digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel dan atrium
yang disebabkan oleh digitalis.
 Tokainid dan Meksiletin
Tokainid dan Meksiletin adalah turunan lidokain yang tahan
terhadap metabolisme hati pada lintasan pertama. Dosis : Tokainid
hidroklorida (Tonocard) tersedia sebagai tablet 400 mg dan 600
mg. Dosis oral biasanya adalah 400-600 mg tiap 8 jam, tak boleh
melebihi 2.400 mg/hari dan harus diturunkan kurang dari 1.200 mg
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Meksiletin
hidroklorida (Mexitex) tersedia dalam kapsul 150, 200 dan 250 mg.
Dosis oral biasa adalah 200-300 mg (maksimal 400 mg) yang
diberikan tiap 8 jam dengan makanan atau antasid. Efek samping
Tokainid dan Meksiletin, Pusing, Tremor, Mual, Muntah,
Anoreksia. Tokainid menyebabkan depresi sumsum tulang.
Tokainid dan Meksiletin digunakan untuk pengobatan aritmia
ventrikel.

16
3. Kelas IC : Flekainid, Enkainid, Propafenon dan Morisizin
4. Kelas II β-Blocker : Propranolol, Asebutolol dan Esmolol
 Propranolol
Terutama diberikan per oral untuk pengobatan aritmia jangka lama.
Dosis : dosis berkisar 30-320 mg/hari untuk pengobatan aritmia
yang sensitif tergadap obat ini. Untuk menekan beberapa jenis
aritmia ventrikel mungkin diperlukan dosis sebesar 1000 mg/hari
diberikan sebanyak 3-4 kali sehari. Efek samping Hipotensi atau
gagal ventrikel kiri, Infark miokard akut (penghentian β-blocker
pada pasien angina pektoris)
5. Kelas III : Bretilium, Amiodaron, dan Sotalol
 Bretilium
Mempengaruhi pelepasan katekolamin saraf tetapi juga
mempunyai sifat sebagai antiaritmia secara langsung. Dosis :
tersedia dalam larutan 50 mg/mL, obat ini diencerkan menjadi 10
mg/mL. Dosisnya adalah 5-10 mg/kg BB yang diberikan per infus
selama 10-30 menit. Efek samping Hipotensi, Mual dan muntah.
6. Kelas IV (Antagonis Kalsium) : Verapamil dan Diltiazem
 Verapamil dan Diltiazem
Verapamil dan Diltiazem tidak digunakan pada pengobatan atrimia
ventrikel, kecuali jika penyebabnya adalah spasme arteri koronaria.
Dosis : Verapamil dengan dosis 5-10 mg diberikan secara
intravena selama 2-3 menit. Untuk mencegah kembalinya PSVT
atau untuk mengontrol irama ventrikel pada fibrilasi atrium,
diberikan dosis oral 240-380 mg/hari dibadi dalam 3-4 dosis.
Walaupun indikasinya belum disetujui, diltiazem telah digunakan
untuk pencegahan PSVT dalam dosis 60-90 mg yang diberikan tiap
6 jam. Efek samping Meningkatkan frekuensi denyut jantung,
Penurunan masa refrakte, Hipotensi berat, Bradikardia sinus, Gagal
jantung, Bloker AV.

17
7. Kelas V (Lain-lain) : Digitalis, Adenosin, Magnesium
 Digitalis
Digitalis memperlihatkan khasiat vagotonik, yang menyebabkan
penghambatan aliran kalsium di nodus AV dan aktivasi aliran
kalium yang diperantai asetilkolin di atrium.
 Adenosin
Adalah nukleosid yang berada di seluruh tubuh secara alamiah.
Adenosin merupakan obat pilihan untuk penanggulangan segera
terhadap takikardia paroksismal supraventrikel karena
kemampuannya tinggi (90-95%) dan kerjanya berlangsung sangat
pendek. Adenosin menyebabkan muka merah pada kira-kira 20%
pasien dan pernapasan singkat atau dada seperti terbakar. Efek
yang jarang adalah sakit kepala, hipotensi, mual, dan kesemutan.
 Magnesium
Efek magnesium terhadap jantung dapt langsung dan tak lamgsung
melalui efeknya terhadap homeostatus kalium dan kalsium.
Magnesium memperpanjang siklus sinus, memperlambat konduksi
AV, dan memperlambat konduksi intraatrial dan intravena
4) Obat Antiangina
Secara klinis ada 3 jenis Angina Pektoris :
1. Angina stabil kronik
Angina yang tidak mengalami perubahan dalam frekuensi, kuat dan
lamnya serangan dalam beberapa bulan observasi. Walaupun
penyebab dasarnya adalah ateroskleorosis koroner, nyeri angina
tidak berhubungan dengan luas atau beratnya ateoskleorosis. Jenis
angina ini yang paling umum ditemukan dan terjadi setelah kerja
fisik, emosi atau makan.
2. Angina tidak stabil
Ditandai oleh serangan angina berulang dengan frekuensi dan lama
serangan angina yang progresif, serangan infark jantung akut dan
kematian mendadak. Serangan angina terjadi baik sewaktu istirahat
ataupun kerja fisik.

18
3. Angina varian
Dikemukakan pertama kali oleh M. Prinzmetal (1959) sebagai suatu
serangan angina yang terjadi saat istrahat yang diikuti oleh elevasi
segmen ST pada EKG karena vasospasme koroner.
 Digoksin
Indikasi : Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama
atrial fibrilasi)
Dosis, cara pemberian dan lama pemberian
- Oral, untuk digitalisasi cepat, 1 – 1,5 mg dalam dosis
terbagi, bila tidak diperlukan cepat, 250 – 500 mikrogram
sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi).
- Dosis pemeliharaan : 62,5 – 500 mikrogram sehari (dosis
yang lebih tinggi harus dibagi). Disesuaikan dengan fungsi
ginjal dan pada atrial fibrilasi, tergantung pada respon
denyut jantung; dosis pemeliharaan biasanya berkisar 125
– 250 mcg sehari (dosis yang lebih rendah diberikan pada
penderita lanjut usia). Pada kondisi emergensi, loading
dose (dosis muatan) diberikan secara infus intravena , 0,75
– 1 mg hingga paling sedikit 2 jam, kemudian dilanjutkan
dosis pemeliharaan melalui oral.
 Efek toksik Isosorbid Dinitrat (ISDN)
Pemberian pada penderita yang mengalami peningkatan
tekanan intrakranial, hipotensi berat (sistolik di bawah
90mmHg) hipovolemia, bradikardia paradosikal, kardiomiopati
hipertropik. Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum
dapat ditetapkan. Selama pengobatan, nadi dan tekanan darah
harus diperhatikan. Hati-hati pemakaian pada wanita menyusui
karena Isosorbida Dinitrat dieksresikan melalui air susu ibu.
 Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui
dengan pasti, oleh sebab itu diberikan bila manfaat lebih besar
dari resiko. Pada penderita dengan sirkulasi darah labil dapat
terjadi kolaps vaskuler setelah pemberian dosis tinggi. Penderita

19
harus duduk, sewaktu menggunakan sediaan sublingual karena
berdiri memudahkan terjadinya sinkope, sedangkan berbaring
meningkatkan alir balik vena jantung.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Toksikologi adalah antaraksi zat kimia atau senyawa asing dengan sistem
biologi atau makhluk hidup, dimana pusat perhatiannya terletak pada
pengaruh berbahaya racun atas kehidupan makhluk hidup.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas yaitu faktor intrinsik racun
dan faktor instrinsik mahluk hidup.
3. Obat kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung
dan pembuluh darah. Obat kardiovaskuler dibedakan menjadi beberapa
bagian, diantaranya :
- Obat antihipertensi
- Obat gagal jantung
- Obat antiaritmia
- Obat antiangina
4. Salah satu proses mekanisme efek toksik pada obat obat kardiovaskular
yaitu terjadinya interaksi obat Diuretik tiazid, furosemid menyebabkan
hipokalemia sehingga meningkatkan toksisitas digoksin.

3.2 Saran
Dengan adanya tugas toksikologi ini, penulis dapat lebih memahami
tentang efek-efek toksik pada obat-obat kardiovaskular dan diharapkan dapat
dijadikan sebagai bacaan atau referensi untuk menambah wawasan dalam
pembelajaran kedepannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Rachamawati, 2013 Toksikologi, Universitas Negeri Malang Diakses pada


tanggal 15 November 2017
<https://www.academia.edu/6509942/makalah_toksikologi>

Pramolis.2014.Toksisitas Obat Glikosida Jantung.Universitas Muhammdiyah


Surakarta. Diakses Pada Tanggal 20 November 2017 :
<https://www.academia.edu/7781242/toksisitas_obat_glikosida_jantung>

Zainal azman wan abdullah, wan. 1995. racun organoklori bahayakan kesehatan.
<http://www.prn.usm.my/bulletin_articles_racun.php?id=2> diakses pada tanggal
20 November 2017

Rimantho. 2012. Konsep dasar toksikologi. Diakses 20 November


<http://bushido02.wordpress.com/2012/01/23/konsep-dasar-toksikologi-2/>

22

Anda mungkin juga menyukai