DOSEN
Kelompok 18
Mantili 16330719
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3. Tujuan ...............................................................................................................2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami secara umum toksikologi
2. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas
3. Mengetahui golongan obat-obat yang mempengaruhi sistem
kardiovaskular.
4. Mengetahui dan memahami proses mekanisme efek toksik pada obat obat
kardiovaskular
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor
“tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme,
paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila
menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi
mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas
merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan
efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme.
4
g. Toksikologi Lingkungan
Mempelajari dampak zat kimia yang berpotensi merugikan sebagai polutan
lingkungan Ekotoksikologi Mempelajari efek toksik zat kimia terhadap
populasi masyarakat Toksikologi Ekperimental : Pemakaian obat secara
kronik (anti hipertensi, obat TBC, kontrasepsi), harus disertai data
karsinogenik dan teratogenik dari obat tersebut Pemakaian obat dalam
waktu pendek (obat cacing), harus memenuhi sarat toksisitas akut.
5
menjadi dua golongan, yaitu kondisi normal (fisiologis) dan tidak normal
(patologis).
a. Keadaan fisiologis meliputi : berat badan, umur suhu tubuh, kecepatan
pengosongan lambung, kecepatan alir darah, status gizi, kehamilan,
genetika, jenis kelamin, irama sirkadian, irama diurnal.
b. Keadaan patologi meliputi : penyakit saluran cerna, penyakit
kardiovaskular, penyakit hati, dan penyakit ginjal .
6
melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat, atau
secara kumulatif. Keracunan dapat diartikan sebagai setiap keadaan yang
menunjukkan kelainan multisystem dengan keadaan yang tidak jelas (Arif Mansjor,
1999). Keracunan melalui inhalasi (pengobatan dengan cara memberikan obat
dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke
paru-paru)) dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dank arena kesengajaan
merupakan kondisi bahaya kesehatan.
Jenis-jenis keracunan (FK-UI, 1995) dapat dibagi berdasarkan:
Cara terjadinya, terdiri dari:
a. Self poisoning
Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi
dengan pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan. Pasien tidak
bermaksud bunuh diri tetapi hanya untuk mencari perhatian saja.
b. Attempted Suicide
Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengan
kematian atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yang
dipakai
c. Accidental poisoning
Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajaan
d. Homicidal poisoning
Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja
meracuni orang lain.
7
(keracunan) dari bahan kimia terhadap tubuh berbeda-beda. Misalnya CCL4 dan
benzene dapat menimbulkan kerusakan pada hati ; metal isosianat dapat
menyebabkan kebutaan dan kematian ; senyawa merkuri dapat menimbulkan
kelainan genetic atau keturunan ; dan banyak senyawa organic yang mengandung
cincin benzene, senyawa nikel dan krom dapat bersifat karsinogenik atau penyebab
kanker. Gangguan-gangguan tersebut diatas sangat tergantung pada kondisi
kesehatan orang yang terpaparnya. Kondisi badan yang sehat dan makan yang
bergizi akan mudah mengganti kerusakan sel-sel akibat keracunan. Sebaliknya
kondisi badan yang kurang gizi akan sangat rawan terhadap keracunan.
8
beberapa kelas-biasanya terkait dengan kegiatan atau termasuk paparan
zat farmasi, bahan tambahan makanan, pestisida, bahan kimia industri,
dan bahan kimia dalam negeri. Bahan kimia alami meliputi berbagai zat
yang biasanya ditemukan di lingkungan, seperti arsenik, timbal dan
biologi berasal dari tumbuhan, hewan atau racun mikrobiologi . Contoh
racun tanaman alkaloid pyrrolizidine dihasilkan dari berbagai spesies
seperti komprei, glikosida jantung pada oleander dan morfin dalam
tanaman opium. Contoh racun hewan adalah racun-racun yang
dihasilkan oleh berbagai spesies hewan darat dan laut, seperti
platypuses, ular, laba-laba, lebah dan ikan batu. Botulinum toksin dan
enterotoksin stafilokokal adalah contoh dari racun mikroba, sedangkan
aflatoksin adalah contoh dari racun jamur. Pra-Kondisi Untuk Efek
Toksik Untuk mengerahkan efek toksik, agen harus dapat mencapai
jaringan rentan, organ, sel, atau kompartemen selular sub atau struktur
dalam konsentrasi yang cukup pada waktu yang memadai pula. Artinya,
suatu paparan atau dosis yang tepat diperlukan. Dosis kecil alkohol
tidak akan ada pengaruhnya, tetapi dosis besar selama waktu yang lama
dapat mempengaruhi organ rentan seperti hati dan akhirnya
menyebabkan sirosis. Dosis optimal dari parasetamol akan
menghilangkan rasa sakit, tetapi dosis yang melebihi jumlah ini dapat
menyebabkan kerusakan hati. Di sisi lain, jumlah yang jauh lebih
rendah daripada dosis yang optimal tidak akan memberikan
berpengaruh sama sekali.
9
Obat kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung
dan pembuluh darah. Obat kardiovaskuler dibedakan menjadi beberapa bagian,
diantaranya ;
1. Obat antihipertensi
2. Obat gagal jantung
3. Obat antiaritmia
4. Obat antiangina
10
- Pemasangan kateter untuk drainase yang memadai
pada pasien dengan kerusakan saluran kandung kemih
(contoh: penderita hipertrofi prostat).
- Obat simpatoplegik
Menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi resistensi
vaskular tepi, menghambat fungsi jantung dan meningkatkan
penyimpanan darah vena dalam pembuluh darah vena yang besar.
- Metildopa
Obat ini bermanfaat dalam pengobatan hipertensi ringan sampai
sedang. Metildopa menurunkan tekanan darah terutama dengan
mengurangi tahanan pembuluh darah tepi, dengan suatu frekuensi
pengurangan denyut jantung dan curah jantung yang bervariasi.
Suatu keuntungan dengan metildopa adalah karena metildopa
menyebabkan penurunan resistensi vaskular ginjal.
Dosis : dosis terepeutik biasa adalah lebih kurang 1-2 gram per hari
per oral. Efek samping : Dengan pengobatan jangka panjang,
penderita dapat mengalami kelemahan mental dan kerusakan
konsentrasi mental. Mimpi buruk, depresi mental, vertigo, dan
tanda-tanda ekstrapiramidal bisa terjadi tetapi jarang.
- Klonidin
Penelitian hemodinamik menunjukkan bahwa penurunan tekanan
darah oleh klonidin dihasilkan oleh pengurangan curah jantung yang
disebabkan oleh penurunan frekuensi jantung dan relaksasi vena-
vena kapasitan, dengan suatu penurunan resistensi vaskular perifer,
khususnya ketika penderita dalam posisi berdiri. Klonidin
mengurangi tekanan darah dalam posisi terlentang dan jarang sekali
menyebabkan hipotensi postural.
Dosis : dosis terepeutik klonidin biasanya antara 0,2-1,2 mg/hari.
Dosis maksimal yang dianjurkan adalah 1,2 mg/hari. Efek samping:
Mulut kering, penghentian klonidin setelah penggunaan yang lama,
terutama dengan dosis tinggi (lebih besar dari 1 gram/hari) dapat
11
menyebabkan krisis hipertensi yang sangat berbahaya bagi
penderita. Penderita memperlihatkan tanda-tanda gugup, sakit
kepala dan berkeringat. Kontra indikasi : Klonidin tidak boleh
diberikan pada penderita yang mempunyai risiko depresi mental
- Diazoksid
Suatu dilator arteri yang efektif dan memiliki kerja yang relatif lama,
diberikan secara parenteral yang digunakan untuk mengobati
hipertensi gawat.
Dosis : ketika diazoksid pertama kali dipasarkan dosis 300 mg
dianjurkan untuk suatu pemberian secara cepat dengan suntikan.
Namun tampaknya, hipotensi yang berlebihan dapat dihindarkan
dengan dosis yang lebih kecil (75-100 mg) Efek samping: Stroke,
Infark miokard.
2) Obat Gagal jantung
1. Penyebab gagal jantung :
- Penyakit jantung coroner : Penyempitan arteri
- Myocardial Infarction (MC) : Suplai makanan terganggu
Digoxin
Digoxin adalah obat dengan fungsi untuk mengobati gagal jantung,
biasanya bersama dengan obat lain. Obat ini juga digunakan untuk
mengobati jenis tertentu dari denyut jantung tidak teratur (fibrilasi
atrium kronik).
Mekanisme digoxin
Secara normal :
a. Ionotropik positif (meningkatkan kontraktilitas jantung).
b. Kronotropik negatif (mengurangi frekuensi denyut ventrikel pada
takikardi atau fibrilasi atrium).
c. Mengurangi aktivasi saraf simpatis.
Mekanisme ketoksikan digoxin
1. Overdosis digoxin (>1ng/ml)
Tonus simpatis : otomatisitas otot, AV node, dan sel-sel
konduksi; meningkatnya after depolarization
12
Menurunnya otomatisitas SA node dan konduksi AV node
EKG : bradidisritmia, triggered takidisritmia, sinus aritmia,
sinus bradikardi, berbagai derajat AV block, kontraksi
ventrikel premature, bigemini, VT, VF
Kombinasi dari takiaritmia supraventrikel dan AV block
(mis.: PAT dengan AV block derajat 2; AF dengan AV
block derajat 3) atau adanya bi-directional VT ) sangat
sugestif untuk menilai adanya keracunan glikosida jantung
2. Terjadi interaksi dengan obat lain
Kuinidin, veramapil, amiodaron, akan menghambat P-
glikoprotein, yakni transporter di usus dan di tubulus ginjal
,sehingga terjadi peningkatan absorpsi dan penurunan
sekresi digoksin, akibatnya kadar plasma digoksin
meningkat 70%-100%.
Aminoglikosida, siklosporin, amfoterisin B menyebabkan
gangguan fungsi ginjal, sehingga ekskresi digoksin
terganggu, kadar plasma digoksin mengalami peningkatan.
Diuretik tiazid, furosemid menyebabkan hipokalemia
sehingga meningkatkan toksisitas digoksin
Efek toksik digoksin berupa :
a. Efek proaritmik, yakni : penurunan potensial istirahat,
menyebabkan after potential melampaui AUC serta peningkatan
automatisitas.
b. Efek samping gastrointestinal: anoreksia, mual, mintah, nyeri
lambung.
c. Efek samping visual: penglihatan berwarna kuning.
d. Lain-lain : delirium,rasa lelah, malaise, bingung, mimpi buruk
Antidotum toksikologi glikosida jantung :
1. Menghentikan pemberian glikosida jantung dan diuretika yang
mengeluarkan K+.
2. Merawat penderita di ruang intensif.
3. Memantau keadaan jantung dengan EKG secara kontinu
13
4. Memberikan fenitoin, lidokain, prokainamid untuk mengontrol
aritmia (takiaritmia).
5. Memberikan kalium oral atau IV untuk menurunkan ikatan
digitalis otot jantung sehingga efek digitalis dihilangkan secara
langsung.
6. Memberikan imunoglobin antidigoksin.
7. Menghindari kardioversia elektrikal.
Imunoglobin antidigoksin
Antidotum (penawar racun) efektif untuk toksisitas digoksin
atau digitoksin yang mengancam jiwa. Tersedia dalam bentuk
imunoterapi antidigoksin dengan fragmen FAB yang dimurnikan dari
antiserum antidigoksin yang diperoleh dari domba (digibind). Dosis
penetralisirnya didasarkan atas perkiraan total dosis obat tertentu atau
beban total tubuh.
3) Obat Antiaritmia
Yang dimaksud dengan aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama,
tempat asal dari impuls, atau gangguan konduksi yang menyebabkan
perubahan dalam urutan normal aktivasi atrium dan ventrikel.
1. Kelas IA : Kuinidin, Prokainamid, dan Disopiramid
Kuinidin
Kunidin adalah di antara obat paling umum yang digunakan secara
oral sebagai antiaritmia di Amerika Serikat. Dosis : dosis oral yang
biasa adalah 200-300 mg yang diberikan 3 atau 4 kali sehari.
Kuinidin dapat diberikan intervena jika diawasi dengan hati-hati.
Dosis intravena jangan melebihi 10 mg/kg dalam bentuk kuinidin
glukonat dan jangan diberikan dengan kecepatan lebih dari 0,5
mg/kg/menit. Efek samping mempunyai efek muskarinik yang
menghambat efek vagus , menyebabkan denyut ventrikel
meningkat secara hebat, blokade AV derajat tinggi, pada pasien
dengan penyakit sindrom sinus kuinidin dapat menekan aktivitas
pacu nodus sinoatrial, diare, mual dan muntah, tuli, penglihatan
kabur, sakit kepala, tinitus.
14
Pengobatan :
Dalam pengakuan terbaru dari obat - lavage lambung atau induksi
muntah; oksigen, agen hipertensi, persiapan, mengasamkan urin,
IVL, hemodialisis.
Prokainamid
Prokainamid adalah obat pilihan kedua pada kebanyakan unit
perawatan jantung untuk pengobatan aritmia ventrikuler yang
terus-menerus berkaitan dengan infark miokardium akut. Dosis :
Prokainamid hidroklorida (Pronestyl) tersedia dalam bentuk tablet
dan kapsul (250-500 mg) dan sebagai tablet lepas lambat (250-
1000 mg). Suntikan prokainakid hidroklorida berisi 100-500
mg/mL dan digunakan untuk suntikan intramuskular dan intravena.
Efek samping Memperlambat frekuensi denyut atrium pada
fibrilasi atrium Gejala mirip lupus eritematosa , Pleuritis,
Perikarditis, Penyakit perenkim paru dapat juga terjadi, Mual,
Diare, Ruam kulit, Demam
Disopiramid
Dosis : tersedia dalam bentuk tablet 100 atau 150 mg basa. Dosis
total harian adalah 400-800 mg yang pemberiannya terbagi atas 4
dosis.
Efek samping Mulut kering, Konstipasi, Penglihatan kabur,
Hambatan miksi, Retensi urin.
2. Kelas IB : Lidokain, Fenitoin, Tokainid dan Meksiletin
Lidokain
Lidokain adalah obat antiaritmia yang paling lazim dipakai dengan
pemberian secara inravena. Dosis : untuk memperoleh kadar
efektif dengan cepat, diberikan dosis 0,7-1,4 mg/kg Bbsecara
intravena. Dosis berikutnya mungkin diperlukan 5 menit
kemudian, tetapi jumlahnya tak lebih dari 200-300 mg dalam
waktu 1 jam. Infus dalam rentang dosis 1-4 mg/menit
menghasilkan kadar terapi dalam plasma setinggi 1-5 µg/mL dalam
waktu 7-10 jam.
15
Efek samping Menyebabkan hipotensi, Parestesia, Tremor,
Kejang, Mual karena pengaruh sentral, Kepala terasa
ringan, Kelainan pendengaran, Konvulsi (terjadi pada orang tua
atau pada pasien yang peka dan berhubungan dengan dosis).
Lidokain hanya digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel,
terutama di ruang perawatan intensif.
Fenitoin
Fenitoin adalah obat antikonvulasi dengan sifat antiaritmia. Dosis:
Rancangan waktu untuk suntikan intravena intermiten adalah 100
mg fenitoin yang diberikan tiap 5 menit sampai aritmia terkendali.
Kecepatan suntikan tak boleh melebihi 50 mg per menit. Biasanya
diperlukan dosis sebesar 700 mg, dan jarang melebihi 1000 mg.
Pengobatan dengan fenitoin dimulai dengan dosis tinggi. Hari
pertama 15 mg/kg BB, hari kedua 7,5 mg/kg BB dan selanjutnya
diberi 4-6 mg/kg BB (umumnya antara 300-400 mg/hari). Efek
samping Mengantuk, Nistagmus, Vertigo, Ataksia, Mual. Fenitoin
hanya digunakan untuk pengobatan aritmia ventrikel dan atrium
yang disebabkan oleh digitalis.
Tokainid dan Meksiletin
Tokainid dan Meksiletin adalah turunan lidokain yang tahan
terhadap metabolisme hati pada lintasan pertama. Dosis : Tokainid
hidroklorida (Tonocard) tersedia sebagai tablet 400 mg dan 600
mg. Dosis oral biasanya adalah 400-600 mg tiap 8 jam, tak boleh
melebihi 2.400 mg/hari dan harus diturunkan kurang dari 1.200 mg
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Meksiletin
hidroklorida (Mexitex) tersedia dalam kapsul 150, 200 dan 250 mg.
Dosis oral biasa adalah 200-300 mg (maksimal 400 mg) yang
diberikan tiap 8 jam dengan makanan atau antasid. Efek samping
Tokainid dan Meksiletin, Pusing, Tremor, Mual, Muntah,
Anoreksia. Tokainid menyebabkan depresi sumsum tulang.
Tokainid dan Meksiletin digunakan untuk pengobatan aritmia
ventrikel.
16
3. Kelas IC : Flekainid, Enkainid, Propafenon dan Morisizin
4. Kelas II β-Blocker : Propranolol, Asebutolol dan Esmolol
Propranolol
Terutama diberikan per oral untuk pengobatan aritmia jangka lama.
Dosis : dosis berkisar 30-320 mg/hari untuk pengobatan aritmia
yang sensitif tergadap obat ini. Untuk menekan beberapa jenis
aritmia ventrikel mungkin diperlukan dosis sebesar 1000 mg/hari
diberikan sebanyak 3-4 kali sehari. Efek samping Hipotensi atau
gagal ventrikel kiri, Infark miokard akut (penghentian β-blocker
pada pasien angina pektoris)
5. Kelas III : Bretilium, Amiodaron, dan Sotalol
Bretilium
Mempengaruhi pelepasan katekolamin saraf tetapi juga
mempunyai sifat sebagai antiaritmia secara langsung. Dosis :
tersedia dalam larutan 50 mg/mL, obat ini diencerkan menjadi 10
mg/mL. Dosisnya adalah 5-10 mg/kg BB yang diberikan per infus
selama 10-30 menit. Efek samping Hipotensi, Mual dan muntah.
6. Kelas IV (Antagonis Kalsium) : Verapamil dan Diltiazem
Verapamil dan Diltiazem
Verapamil dan Diltiazem tidak digunakan pada pengobatan atrimia
ventrikel, kecuali jika penyebabnya adalah spasme arteri koronaria.
Dosis : Verapamil dengan dosis 5-10 mg diberikan secara
intravena selama 2-3 menit. Untuk mencegah kembalinya PSVT
atau untuk mengontrol irama ventrikel pada fibrilasi atrium,
diberikan dosis oral 240-380 mg/hari dibadi dalam 3-4 dosis.
Walaupun indikasinya belum disetujui, diltiazem telah digunakan
untuk pencegahan PSVT dalam dosis 60-90 mg yang diberikan tiap
6 jam. Efek samping Meningkatkan frekuensi denyut jantung,
Penurunan masa refrakte, Hipotensi berat, Bradikardia sinus, Gagal
jantung, Bloker AV.
17
7. Kelas V (Lain-lain) : Digitalis, Adenosin, Magnesium
Digitalis
Digitalis memperlihatkan khasiat vagotonik, yang menyebabkan
penghambatan aliran kalsium di nodus AV dan aktivasi aliran
kalium yang diperantai asetilkolin di atrium.
Adenosin
Adalah nukleosid yang berada di seluruh tubuh secara alamiah.
Adenosin merupakan obat pilihan untuk penanggulangan segera
terhadap takikardia paroksismal supraventrikel karena
kemampuannya tinggi (90-95%) dan kerjanya berlangsung sangat
pendek. Adenosin menyebabkan muka merah pada kira-kira 20%
pasien dan pernapasan singkat atau dada seperti terbakar. Efek
yang jarang adalah sakit kepala, hipotensi, mual, dan kesemutan.
Magnesium
Efek magnesium terhadap jantung dapt langsung dan tak lamgsung
melalui efeknya terhadap homeostatus kalium dan kalsium.
Magnesium memperpanjang siklus sinus, memperlambat konduksi
AV, dan memperlambat konduksi intraatrial dan intravena
4) Obat Antiangina
Secara klinis ada 3 jenis Angina Pektoris :
1. Angina stabil kronik
Angina yang tidak mengalami perubahan dalam frekuensi, kuat dan
lamnya serangan dalam beberapa bulan observasi. Walaupun
penyebab dasarnya adalah ateroskleorosis koroner, nyeri angina
tidak berhubungan dengan luas atau beratnya ateoskleorosis. Jenis
angina ini yang paling umum ditemukan dan terjadi setelah kerja
fisik, emosi atau makan.
2. Angina tidak stabil
Ditandai oleh serangan angina berulang dengan frekuensi dan lama
serangan angina yang progresif, serangan infark jantung akut dan
kematian mendadak. Serangan angina terjadi baik sewaktu istirahat
ataupun kerja fisik.
18
3. Angina varian
Dikemukakan pertama kali oleh M. Prinzmetal (1959) sebagai suatu
serangan angina yang terjadi saat istrahat yang diikuti oleh elevasi
segmen ST pada EKG karena vasospasme koroner.
Digoksin
Indikasi : Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama
atrial fibrilasi)
Dosis, cara pemberian dan lama pemberian
- Oral, untuk digitalisasi cepat, 1 – 1,5 mg dalam dosis
terbagi, bila tidak diperlukan cepat, 250 – 500 mikrogram
sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi).
- Dosis pemeliharaan : 62,5 – 500 mikrogram sehari (dosis
yang lebih tinggi harus dibagi). Disesuaikan dengan fungsi
ginjal dan pada atrial fibrilasi, tergantung pada respon
denyut jantung; dosis pemeliharaan biasanya berkisar 125
– 250 mcg sehari (dosis yang lebih rendah diberikan pada
penderita lanjut usia). Pada kondisi emergensi, loading
dose (dosis muatan) diberikan secara infus intravena , 0,75
– 1 mg hingga paling sedikit 2 jam, kemudian dilanjutkan
dosis pemeliharaan melalui oral.
Efek toksik Isosorbid Dinitrat (ISDN)
Pemberian pada penderita yang mengalami peningkatan
tekanan intrakranial, hipotensi berat (sistolik di bawah
90mmHg) hipovolemia, bradikardia paradosikal, kardiomiopati
hipertropik. Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum
dapat ditetapkan. Selama pengobatan, nadi dan tekanan darah
harus diperhatikan. Hati-hati pemakaian pada wanita menyusui
karena Isosorbida Dinitrat dieksresikan melalui air susu ibu.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui
dengan pasti, oleh sebab itu diberikan bila manfaat lebih besar
dari resiko. Pada penderita dengan sirkulasi darah labil dapat
terjadi kolaps vaskuler setelah pemberian dosis tinggi. Penderita
19
harus duduk, sewaktu menggunakan sediaan sublingual karena
berdiri memudahkan terjadinya sinkope, sedangkan berbaring
meningkatkan alir balik vena jantung.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Toksikologi adalah antaraksi zat kimia atau senyawa asing dengan sistem
biologi atau makhluk hidup, dimana pusat perhatiannya terletak pada
pengaruh berbahaya racun atas kehidupan makhluk hidup.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas yaitu faktor intrinsik racun
dan faktor instrinsik mahluk hidup.
3. Obat kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung
dan pembuluh darah. Obat kardiovaskuler dibedakan menjadi beberapa
bagian, diantaranya :
- Obat antihipertensi
- Obat gagal jantung
- Obat antiaritmia
- Obat antiangina
4. Salah satu proses mekanisme efek toksik pada obat obat kardiovaskular
yaitu terjadinya interaksi obat Diuretik tiazid, furosemid menyebabkan
hipokalemia sehingga meningkatkan toksisitas digoksin.
3.2 Saran
Dengan adanya tugas toksikologi ini, penulis dapat lebih memahami
tentang efek-efek toksik pada obat-obat kardiovaskular dan diharapkan dapat
dijadikan sebagai bacaan atau referensi untuk menambah wawasan dalam
pembelajaran kedepannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Zainal azman wan abdullah, wan. 1995. racun organoklori bahayakan kesehatan.
<http://www.prn.usm.my/bulletin_articles_racun.php?id=2> diakses pada tanggal
20 November 2017
22