Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTRUKTUR

Isu Dan KebijakanOtonomi Daerah


Oleh:

Endang

NIM: E1011161130

Nomer Absen: 43

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018
A. Pengertian isu

Isu adalah sebagai suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang dilakukan oleh satu atau

beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus

pengadilan sipil atau kriminal atau dapat menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan

legislatif atau perundangan menurut Hainsworth & Meng

Sedangkan menurut Barry Jones & Chase isu adalah sebuah masalah yang belum

terpecahkan yang siap diambil keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara

praktik korporat dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan definisi yang telah

disebutkan di atas, isu adalah suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi

yang apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap organisasi dan

berlanjut pada tahap krisis.

B. Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana

dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat

diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan

berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu

perilaku (misalnya suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan

hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.

atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan keputusan-keputusan

penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas program atau

pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai
mekanisme politis, manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan

eksplisit.

C. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan

daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri

dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan

untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga

sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

wilayah.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai

implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah

kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,

memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna

penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan

pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan

kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah selain

berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus

diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan

bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber

potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang tidak sama sekali penting dalam

rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh

pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan

kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam

melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat

ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah.

Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu

saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu perundang-undangan.

Prinsip Otonomi Daerah

Menurut penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, prinsip penyelenggaraan

otonomi daerah adalah :

- penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek demokrasi, keadilan

pemerataan serta potensi dan keaneka ragaman daerah.

-Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung

jawab.
- pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah dan daerah

kota,sedangkan otonomi provinsi adalah otonomi yang terbatas.

- Pelaksanaan otonomi harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjamin

hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.

- Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah kabupaten

dan derah kota tidak lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan

khusus yang dibina oleh pemerintah.

- Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan

legislatif daerah baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan, mempunyai fungsi

anggaran atas penyelenggaraan otonomi daerah.

- Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukan sebagai

wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintah tertentu

dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.

- Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di pemerintah daerah

dan daerah kepada desa yang disertai pembiayaan, sarana dan pra sarana serta sumber

daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung

jawabkan kepada yang menugaskan.

Tujuan dari pembangunan otonomi daerah adalah sebagai berikut : efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah berdaya guna dan berhasil

guna, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pembangunan kestabilan

politik dan dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, serta dalam rangka peran

serta masyarakat dalam pembangunan.

D. Contoh Permasalahan
Pertanahan dan Prasarana

Pembangunan perumahan dan permukiman dalam skala besar akan selalu dihadapkan

kepada masalah tanah, yang didaerah perkotaan menjadi semakin langka dan semakin mahal.

Tidak sedikit yang kita jumpai areal pertanian yang disulap menjadi kawasan permukiman, hal

ini terjadi karena ketersediaan tanah yang sangat terbatas sedangkan permintaan akan sarana

hunian selalu meningkat setiap saatnya. Konsekuensi logis dari penggunaan tanah pertanian

sebagai kawasan perumahan ini menyebabkan menurunnya angka produksi pangan serta

rusaknya ekosistem lingkungan yang apabila dikaji lebih lanjut merupakan awal dari

permasalahan lingkungan diperkotaan, seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya.

Alternatif lain dalam menanggulangi permasalahan pertanahan di dalam kota ini adalah dengan

membangun fasilitas-fasilitas hunian didaerah pinggiran kota, yang relatif lebih murah harganya.

Namun permasalahan baru muncul lagi disana, yaitu jarak antara tempat tinggal dan lokasi

bekerja menjadi semakin jauh sehingga kota tumbuh menjadi tidak efisien dan terasa mahal bagi

penghuninya. Selain itu, penyediaan perumahan dan pemukiman juga harus diikuti dengan

penyediaan prasarana dasar seperti penyediaan air bersih, sistem pembuangan sampah, sistem

pembuangan kotoran, air limbah, tata bangunan, saluran air hujan, penanggulangan bahaya

kebakaran, serta pencemaran air, udara, dan tanah yang memadai. Penyediaan prasarana dasar

tersebut membutuhkan biaya yang besar padahal kemampuan daerah dalam penyediaan

anggaran terbatas. Kemampuan pendanaan APBD Kabupaten dalam penyediaan prasarana dasar

pemukiman rata-rata hanya berkisar 15,20 Milyar pertahun, itupun sudah termasuk dana yang

bersumber dari DAK.

Anda mungkin juga menyukai