PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir; artinya tanah yang memiliki
minimal 70% pasir, dan atau bertekstur pasir, dan atau pasir berlempung.
3
sehingga akan membentuk jaringan dan membuat sungai kecil. Bila bahan ini
terangkut oleh gerakan air sampai ke saluran sungai dan diendapkan di sana,
disebut Alluvium.
4
2.6. Sifat Morfologis pada Tanah Aluvial
Terdapat perbedaan sifat morfologis pada tanah Aluvial yang
dipersawahan dengan tanah yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang sangat
nyata dapat dijumpai pada epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah
dipersawahan berstruktur granular dan warna coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan
epipedon tanah Aluvial yang dipersawahan tidak berstruktur dan berwarna
berubah menjadi kelabu. Tanah Alluvial yang lahannya sering menjadi penyebab
banjir dan mengalami endapan marine akibat adanya pasang surut air laut,
dianggap masih muda dan belum ada perbedaan horizon. Endapan aluval yang
sudah tua dan menampakan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk
inceptisol, mungkin lebih berkembang.
5
berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen
berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya.
Kandungan Tanah Aluvial
Kadar fosfor yang ada dalam tanah Alluvial ditentukan oleh banyak atau
sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya.
Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal, yaitu peredaran fosfor di dalam
tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor. Tingkat kesuburan
tanah alluvial sangat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu
kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relative
rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di
dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral.
Persebaran jenis tanah alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki sungai-sungai besar seperti di pulau Jawa, Sumatra, Halmahera,
Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan (Sungai
Bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai Glagah)
1. Permasalahan Tanah Aluvial
• Kandungan pH pada tanah aluvial tergolong rendah (5,3 – 5,8).
• Terjadinya keracunan alumunium yang sangat tinggi
• Kandungan alumunium terlarut dalam jumlah cukup banyak.
• Terdapatnya P terarbsorbsi relatif rendah.
2. Pengelolaan Tanah Aluvial
• Pemberian pupuk P dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.
• Kapur pertanian dan pupuk kandang sangat dianjurkan untuk meningkatkan
produktivitas tanah aluvial.
6
sawah dari endapan aluvial ini dapat di jumpai dalam bentuk sawah irigasi
maupun sawah tadah hujan.
Endapan aluvial merupakan bahan endapan hasil erosi ataupun pelapukan
dari hulu sungan yang terendapkan di daerah hilir yang reliefnya tergolong dasar
ataupun cekung melalui proses sedimentasi. Pada umumnya semakin jauh posisi
endapn luvial dari sumber bahan yang tererosi, sifat fisik dari tanah sawah yang
terbentuk akan semakin halus, dan semakin dekat dengan sumber bahan tererosi
sifat tanah sawahnya semakin kasar. Selain itu, semakin panjang sungai akan
semakin banyak anak sungainya, semakin banyak jenis bahan yang terangkut
pada aliran sungai, dan semakin sedikit bahan yang terangkut dan terendapkan
oleh sungai tersebut.
Bahan endapan aluvia merupakan bahan pembentuk tanah yang sangat
potensial, karena bahannya merupakan hasil pengendapan atau akumulasi, pada
umumnya terletak di daerah datar, dekat dengan sumber air. Bahan endapan ini
juga berhubungan erat dengan akumulasi bahan hasil erosi, sehingga bila daerah
yang tererosi merupakan daerah yang kaya sumber hara maka endapan aluvial di
daerah hilirnya pun kaya akan sumber hara. Namun bila daerah hulu sungainya
merupakan daerah miskin sumber hara, maka daerah endapan aluvialnya pun
akan semakin miskin sumber hara.
Beberapa hasi penelitian menunjukkan bahwa tanah sawah dari endapan
aluvial mempunyai komposisi mineral dan sifat kimia yang sangat bervariasi,
dipengaruhi oleh jenis bahan endapan yang menjadi bahan induk tanahnya.
atau melalui lubang-lubang akar, sehingga Fe2+ yang terbebaskan pada waktu
7
penggenangan dan berada di permukaan retakan akan teroksidasi oksigen
Fe3+ dan mengendap sebagai karatan dari oksida besi pada permukaan ped.
(Prasetyo, 2001). Model semacam ini banyak dijumpai pada tanah sawah yang
bersifat vertik. K e t i k a t e r j a d i p e n g g e n a n g a n l a g i oksida besi
(karatan) yang di permukaan ped akan tereduksi, dan Fe2+ yang terbawa air
dapat meresap masuk ke dalam struktur tanah, sehingga teroksidasi lagi dan
terendapkan di bagian dalam dari ped.(Prasetyo, 2004).
8
BAB III
PENUTUP
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir
halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar
muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri aliran sungai
besar. Sifat dari tanah Alluvial ini kebanyakan diturunkan dari bahan-bahan yang
diangkut dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju air mendepositkan
Alluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar yang dekat aliran
air dan bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan banjir. Terdapat
perbedaan sifat morfologis pada tanah Aluvial yang dipersawahan dengan tanah
yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang sangat nyata dapat dijumpai pada
epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah dipersawahan berstruktur
granular dan warna coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan epipedon tanah Aluvial
yang dipersawahan tidak berstruktur dan berwarna berubah menjadi kelabu.
9
DAFTAR PUSTAKA
Fanning, D.S. and M.C.B. Fanning. 1989. Soil, morphology, genesis, and
classification. John Wiley & Son. New York. P. 395.
10