Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Prematuritas atau biasa disebut dengan kelahiran kurang bulan adalah persalinan
yang berlangsung pada umur kehamilan 22 – 37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir.1 Ada sub-kategori kelahiran prematur berdasarkan usia kehamilan Extremely
preterm (kurang dari 28 minggu), Very preterm (28 sampai 31 minggu) dan Moderate to
late preterm (32 sampai 36 minggu).
Kelahiran prematur merupakan masalah global. Diperkirakan 15 juta bayi
dilahirkan prematur setiap tahunnya. Itu lebih dari 1 dari 10 bayi. Sekitar 1 juta anak
meninggal setiap tahun karena komplikasi kelahiran prematur. Indonesia merupakan 10
negara dengan jumlah kelahiran prematur terbesar dan tingkat kelahiran prematur
tertinggi per 100 kelahiran hidup menurut WHO (World Health Organization). 2
Penyebabnya oleh karena pengaruh aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-
adrenal baik pada ibu maupun janin, akibat stress pada ibu atau janin, inflamasi desidua-
korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari traktus genitourinaria atau infeksi
sistemik dan peregangan uterus patologi.1 Faktor resiko biasanya karena usia ibu,
kehamilan multipel, merokok, ketuban pecah dini, penyakit kardiovaskular, riwayat partus
prematur, bakterial vaginosis dan infeksi saluran kemih.
Pengobatan dari prematuritas sendiri harus memperhatikan langkah yang dapat
dilakukan pada persalinan preterm, terutama mencegah mobiditas dan mortalitas
neonatus preterm yaitu menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian
tokolisis, mematangkan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, dan pemberian
antibiotik bila diperlukan.1
Komplikasi dapat terjadi pada pasien prematur. Komplikasi yang mungkin terjadi
adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS), Takipnea transien, Displasia
Bronchopulmonary (BPD), Patent Ductur Arteriosus (PDA) dan lain-lain.3

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA
I. PREMATURITAS
a) Definisi Prematuritas

Prematuritas atau biasa disebut dengan kelahiran kurang bulan adalah persalinan
yang berlangsung pada umur kehamilan 22 – 37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir.1 Menurut WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa prematuritas
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Ada sub-kategori
kelahiran prematur berdasarkan usia kehamilan: 2

a. Extremely preterm (kurang dari 28 minggu)


b. Very preterm (28 sampai 31 minggu)
c. Moderate to late preterm (32 sampai 36 minggu)
.
b) Epidemiologi Prematuritas

Kelahiran prematur merupakan masalah global. Diperkirakan 15 juta bayi dilahirkan


prematur setiap tahunnya. Itu lebih dari 1 dari 10 bayi. Sekitar 1 juta anak meninggal
setiap tahun karena komplikasi kelahiran prematur.2 Di Amerika Serikat pada tahun 2005,
sekitar 28.384 bayi meninggal pada tahun pertama kehidupan mereka. 4 Lebih dari 60%
kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan. Berikut ini 10 negara dengan
jumlah kelahiran prematur terbesar dan tingkat kelahiran prematur tertinggi per 100
kelahiran hidup menurut WHO: 2

NO 10 negara dengan jumlah kelahiran prematur 10 negara dengan tingkat

2
terbesar kelahiran prematur tertinggi
per 100 kelahiran hidup (%)

1 India: 3 519 100 Malawi: 18,1

2 Cina: 1 172 300 Komoro: 16.7

3 Nigeria: 773 600 Kongo: 16.7

4 Pakistan: 748 100 Zimbabwe: 16.6

5 Indonesia: 675 700 Guinea Ekuatorial: 16.5

6 Amerika Serikat: 517 400 Mozambik: 16.4

7 Bangladesh: 424 100 Gabon: 16.3

8 Filipina: 348 900 Pakistan: 15.8

9 Republik Demokratik Kongo: 341 400 Indonesia: 15.5

10 Brasil: 279 300 Mauritania: 15.4

Ada perbedaan dramatis dalam kelangsungan hidup bayi prematur tergantung di mana
mereka dilahirkan. Misalnya, lebih dari 90% bayi yang sangat prematur (kurang dari 28
minggu) yang lahir di negara berpenghasilan rendah meninggal dalam beberapa hari
pertama kehidupan; namun kurang dari 10% bayi yang sangat prematur meninggal di
lingkungan berpenghasilan tinggi(WHO). 2
Penyebab kelahiran prematur pada berbagai negara berbeda-beda. Kenaikan jumlah
kelahiran prematur di negara-negara berpenghasilan tinggi disebabkan oleh jumlah wanita
yang memiliki bayi pada umur yang lebih tua dan peningkatan penggunaan obat
kesuburan yang menyebabkan terjadinya kehamilan kembar.Peningkatan kelahiran
prematur di beberapa negara maju disebabkan oleh induksi medis yang tidak perlu dan
persalinan sesar sebelum waktunya. Sementara itu, di negara-negara berpenghasilan
rendah penyebab utama kelahiran prematur meliputi infeksi, malaria, HIV, dan tingkat
kehamilan remaja yang tinggi. 5

c) Etiologi dan Patofisiologi Prematuritas 1

A. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu maupun janin, akibat
stress pada ibu atau janin
Adanya stres fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis
Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan
prematur. Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan

3
mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan
peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix
metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate
(DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal. Peningkatan kadar CRH pada
aterm dan kurang bulan setara. Namun, pada kurang bulan memperlihatkan peningkatan
kadar CRH 2 sampai 6 minggu lebih awal. Pada perasalinan kurang bulan yang berkaitan
dengan pengaktifan dini jenjang endoktrin adrenal janin-plasenta, kadar estrogen ibu
kemungkinan meningkat secara kurang bulan. Sehingga, peningkatan dini estrogen
memungkinkan mengubah keadaan tenang dari miometrium.

B. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari traktus


genitourinaria atau infeksi sistemik.
Infeksi korioamnion di yakini merupakan salah satu sebab terjadinya ketuban pecah
dini dan persalinan prematur. Kemugkinan diawali dengan aktivasi fosfolipase A2 yang
melepaskan asam arakidonat dari selaput amnion janin, sehingga asam arakidonat bebas
meningkat untuk sintesis prostaglandin. Endotoksin dalam air ketuban akan merangsang sel
desidua untuk menghasilkan sitokin-sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi proses
persalinan. Infeksi intraamnion akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-
inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α ). Sitokin akan merangsang pelepasan
CRH, yang akan merangsang aksis HPA janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS.
Hormon-hormon ini bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan
endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan dalam meningkatkan
pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan perubahan pada serviks dan pecahnya kulit
ketuban.

C. Peregangan uterus patologik


Tidak diragukan lagi bahwa kehamilan multijanin dan hidramnion menyebabkan
peningkatan resiko persalinan kurang bulan. Peregangan uterus memicu ekspresi protein-
protein terkait-kontraksi (CAPs) di miometrium. Gen-gen CAP yang dipengaruhi oleh
peregangan mencakup gen-gen yang menjadi protein taut-celah (gap-jucncion) misalnya
koneksin 43, untuk reseptor oksitosin, dan untuk prostaglandin sintase. Karena itu,
peregangan berlebihan menyebabkan hilangnya secara kurang bulan fase tenang miometrium.
Peregangan uterus juga menyebabkan pengaktifan dini jenjang endokrin plasenta-
janin yang diperlihatkan gambar. Peningkatan dini kadar CRH dan estrogen dapat semakin
meningkatkan ekspresi gen-gen CAP miometrium.

4
Pengaruh peregangan uterus perlu dipertimbangkan dalam kaitannya dengan serviks.
Sebagai contoh, panjang serviks adalah suatu faktor resiko penting untuk persalinan kurang
bulan pada kehamilan multijanin. Peningkatan dini perenggangan dan aktivitas endokrin
dapat memicu proses pematangan dini serviks.

d) Faktor Resiko Prematuritas


1. Usia Ibu
Pada wanita berusia 13-15 tahun, angka kelahiran prematur adalah 5,9%. Angka ini
menurun menjadi 1,7% pada wanita berusia 18-19 tahun dan 1,1% pada wanita
berusia 20-24 tahun. Tingkat kelahiran prematur meningkat pada kehamilan di mana
sang ibu berusia lebih dari 40 tahun. Sistem penilaian untuk risiko kelahiran prematur
menggunakan kriteria usia lebih dari 40 tahun.6
2. Kehamilan Multipel
Wanita dengan kehamilan kehamilan multipel berisiko tinggi mengalami persalinan
prematur. Tingkat kelahiran prematur untuk anak kembar meningkat dari 40,9% pada
1981 menjadi 55% pada 1997. Kelahiran prematur (<35 minggu kehamilan) terjadi
pada 26% anak kembar dibandingkan dengan 3% dari anak tunggal. Kehamilan anak
kembar tiga dikaitkan dengan peningkatan insidensi persalinan prematur dan
persalinan pada usia kehamilan dan berat lahir yang menurun, dibandingkan dengan
tunggal dan kembar dua.

3. Preeklamsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia 20 minggu kehamilan dan
disertai dengan proteinuria, sedangkan eklampsia adalah preeklampsia yang disertai
dengan kejang dan atau koma.7 Preeklampsia meningkatkan risiko terjadinya solusio
plasenta, persalinan prematur, Intrauterine Growth Retardation (IUGR), dan hipoksia
akut. Preeklampsia menyumbang sekitar 15% dari semua kelahiran prematur.19
Preeklampsia/eklamspia didasari oleh beberapa teori, namun teori yang saat ini paling
banyak digunakan adalah teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel.
Berdasarkan teori ini terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis” sehingga
menyebabkan plasenta mengalami iskemia dan terjadi disfungsi endotel. Spasme
pembuluh darah arteriola yang menuju organ penting dalam tubuh dapat
menyebabkan mengecilnya aliran darah yang menuju retroplasenta sehingga
mengakibatkan gangguan pertukaran CO2, O2 dan nutrisi pada janin. Hal ini
menyebabkan terjadinya vasospasme dan hipovolemia sehingga janin menjadi
hipoksia dan malnutrisi. Hipoksia menyebabkan plasenta mengtransfer kortisol
dengan kadar yang tinggi ke dalam sirkulasi janin. Konsentrasi kortisol yang tinggi

5
akan mensintesis prostaglandin yaitu protasiklin (PGE-2) yang menyebabkan
timbulnya kontraksi, perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban, sehingga
bayi sering terlahir prematur. 8
4. Penyakit Kardiovaskular
Selama masa kehamilan curah jantung akan mengalami peningkatan 30-50%.
Perubahan curah jantung ini disebabkan karena peningkatan preload akibat
bertambahnya volume darah, penurunan afterload akibat menurunya resistesi vaskular
sitemik, dan peningkatan denyut jantung ibu saat istirahat 10-20 kali/menit.
Peningkatan curah jantung dipengaruhi juga oleh isi sekuncup jantung yang
meningkat 20-30% selama kehamilan.9 Pada penyakit jantung yang disertai
kehamilan, pertambahan denyut jantung dan volume sekuncup jantung dapat
menguras cadangan kekuatan jantung. Payah jantung akan menyebabkan stres
maternal sehingga terjadi pengaktifan aksis HPA yang akan memproduksi kortisol dan
prostaglandin, kemudian mencetuskan terjadinya persalinan prematur. New York
Heart Association (NYHA) kelas III dan IV dengan aktivitas fisiknya sangat terbatas,
tidak dianjurkan untuk hamil. Jika kehamilan masih awal sebaiknya diterminasi, dan
jika kehamilan telah lanjut sebaiknya kehamilan diteruskan dengan persalinan
pervaginam serta kehamilan berikutnya dilarang. 10

5. Riwayat Partus Prematur


Riwayat persalinan prematur sebelumnya merupakan penanda risiko paling kuat dan
paling penting. Berdasarkan data Health Technology Assessment Indonesia tahun 2010
bahwa insiden terjadinya persalinan prematur selanjutnya setelah 1x persalinan
prematur meningkat hingga 14,3% dan setelah 2x persalinan prematur meningkat
hingga 28%. Wanita yang mengalami persalinan prematur memiliki risiko untuk
mengalaminya kembali pada kehamilan selanjutnya.11
6. Merokok
Sekitar 15-20% wanita hamil merokok tembakau. Penggunaan tembakau adalah
faktor risiko untuk solusio plasenta dan merupakan 15% kelahiran prematur dan 20-
30% bayi BBLR. Penggunaan produk tembakau oleh wanita hamil dikaitkan dengan
plasenta previa, abruptio placentae, ketuban pecah dini, kelahiran prematur,
pembatasan pertumbuhan intrauterin, dan sindrom kematian bayi mendadak.12
7. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya kulit ketuban sebelum persalinan, sedangkan
pecahnya kulit ketuban pada usia kehamilan <37 minggu disebut ketuban pecah dini
kehamilan prematur. Ketuban pecah dini kehamilan prematur terjadi pada 1% -3%
dari seluruh kehamilan dan bertanggung jawab untuk sepertiga dari semua kelahiran

6
prematur. Ketuban pecah selama persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang, keseimbangan antara sintesis dan degradasi
ekstraseluler matriks, perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktivitas kolagen berubah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antar MMP dan Tissue Inhibitor
of Metalloproteinase (TIMP-1) mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks
ekstraseluler dan membran janin. Pecahnya selaput ketuban yang berfungsi
melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim pecah dan
mengeluarkan air ketuban menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahim yang memudahkan terjadinya infeksi asenden. Semakin lama
periode laten maka semakin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
prematur dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi
atau janin dalam rahim. 13
8. Bakterial Vaginosis dan ISK
Vagina yang sehat mengandung berbagai jenis bakteri yang penting dalam memerangi
infeksi. Bakterial Vaginosis (BV) diperkirakan terjadi pada 40% wanita dan
merupakan faktor risiko kuat penyebab prematur. BV dapat meningkatkan risiko
prematur 2 kali lipat terutama jika dijumpai pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu. Di Indonesia, angka kejadian persalinan prematur sebesar 20,5% pada
wanita hamil muda dengan BV dan 10,7% terjadi pada akhir kehamilan. BV
merupakan suatu kondisi tanpa dijumpai adanya peradangan. Bakteri BV
menghasilkan enzim mukolitik yang mempermudah bakteri tersebut menembus barier
lendir serviks masuk kedalam traktus genitalis bagian atas. Selain itu jumlah
mikroflora vagina normal yaitu Lactobacillus fakultatif menurun, maka akan
mempengaruhi tingkat keasaman vagina dan mempermudah pertumbuhan bakteri
anaerob. 14
Pada infeksi dan inflamasi dapat menginduksi kontraksi uterus. Banyak
mikroorganisme yang menghasilkan fosfolipid A2 dan C sehingga meningkatkan
konsentrasi asam arakidonat secara lokal dan pada gilirannya dapat menyebabkan
pelepasan PGF-2 dan PGE-2 sehingga terjadi kontraksi miometrium uterus. Selain itu
pada keadaan infeksi terdapat juga produk sekresi dari makrofag/monosit berupa
interleukin-1 dan interleukin-6, sitokin, tumor necrosis factor, yang juga akan
menghasikan sitokin dan prostaglandin.15

7
e) Penegakan Diagnosis Prematuritas
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman persalinan preterm.
Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar merupakan
ancaman proses persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman
persalinan preterm, yaitu: 1
Indikator Klinik :
- Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu
10 menit
- Adanya nyeri pada punggung bawah
- Perdarahan bercak
- Perasaan menekan daerah serviks
- Pemeriksaan serviks menunjukan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm, dan
penipisan 50-80 %
- Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika
- Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awak terjadinya persalinan preterm
- Teradi pada usia kehamilan 22-37 minggu
Indikator Laboratorik :
- Jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih)
- Pemeriksaan CRP ( >0,7 mg/ml)
- Pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (>13.000)
Indikator Biokimia :
- Fibronektin janin : peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina, serviks dan air
ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antara korion dan
desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin 50ng/ml atau
lebih mengindikasikan resiko persalinan preterm
- Corticotropin releasing hormone (CRH) : peningkatan CRH dini atau pada trimester 2
merupakan indikator kuat untuk terjadinya persalinan preterm
- Sitokin inflamasi : seperti IL-1B, IL-6, IL-8 dan TNF-a telat diteliti sebagai mediator
yang mungkin berperasn dalam sintesis prostaglandin.

8
f) Penatalaksanaan Prematuritas1
Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor antara lain sebagai
berikut :
1. Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat bilamana
selaput ketuban sudah pecah.
2. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan mencapai 4 cm.
3. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinan makin
perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan berlangsung bila TBJ > 2.000 atau
kehamilan > 34 minggu.
4. Penyebab/ komplikasi persalinan preterm.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama mencegah
mobiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah :

a. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis. Meski beberapa


macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan, tidak ada yang benar-benar
efektif. Namun, pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi
uterus yang reguler dengan perubahan serviks. Alasan pemberian tokolisis pada persalinan
preterm adalah :
- Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur
- Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan paru
janin
- Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap
- Optimalisasi personel

Beberapa macam obat yang digunakan sebagai tokolisis adalah :


- Kalsium antagonis : Nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8
jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi
ulang.
- Obat B-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol, dapat
digunakan tetapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.
- Sulfas magnesikus dan antiprostaglandin (indometasin) : Jarang dipakai karena
efek samping pada ibu atau janin.
- Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolisis, perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring.

b. Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid


Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin,
menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya

9
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan
kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan adalah : deksametason atau betametason. Pemberian steroid ini
tidak diulang karena resiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah :
- Betametason : 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam
- Deksametason : 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam

c. Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi


Antibiotik hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung resiko terjadinya infeksi
seperti kasus KPD. Obat diberikan peroral, yang dianjurkan adalah : eritromisin 3 x 500
mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau
dapat menggunakan antibiotik lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-
amoksiklaf karena resiko NEC.

g) Cara Persalinan Prematuritas


Bila janin persentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio sesarea
tidak memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu. Prematuritas
tidak dipakai sebagai indikasi untuk melakukan seksio sesarea. Oleh karena itu, seksio
sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik.
Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea dapat dipertimbangkan.
Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu, persalinan dibiarkan terjadi karena morbiditas
dianggap sama dengan kehamilan aterm. 1

h) Pencegahan Prematuritas1
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan preterm antara
lain sebagai berikut:
1. Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 17 tahun)
2. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
3. Memperoleh pelayanan antenatal yang baik
4. Anjuran tidak merokok maupun mengkonsumsi obat terlarang (narkotika)
5. Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm
6. Kenali dan obati infeksi genital /saluran kencing
7. Deteksi dan pengamanan faktor resiko terhadap persalinan preterm.
i) Komplikasi Prematuritas3

Respiratory Distress Syndrome (RDS) menyebabkan pernafasan yang keras dan


tidak teratur dan kesulitan karena kurangnya agen khusus (surfaktan) di paru-paru yang
membantu mencegah paru-paru dari kolaps. Perawatan melibatkan satu atau lebih dari
yang berikut: oksigen tambahan (melalui sungkup oksigen), penggunaan respirator
(ventilator), tekanan jalan napas positif terus menerus, intubasi endotrakeal dan dalam
kasus yang parah, dosis surfaktan.

10
Takipnea transien adalah pernapasan dangkal yang cepat. Ini dapat terjadi pada bayi
prematur maupun bayi cukup bulan. Pemulihan biasanya memakan waktu tiga hari atau
kurang. Sampai bayi baru lahir pulih, pemberian makan dapat diubah, dan dalam
beberapa kasus pemberian makanan melalui infus dapat dilakukan. Biasanya tidak ada
perawatan lain yang diperlukan.
Displasia Bronchopulmonary (BPD) terjadi ketika paru-paru bayi telah
menunjukkan bukti kemunduran. Sayangnya, ketika bayi prematur memakai ventilator
(juga dikenal sebagai respirator) paru-parunya masih belum matang dan kadang-kadang
tidak dapat menahan tekanan konstan dari respirator.

Ketidakmampuan untuk menjaga panas tubuh - Bayi prematur dilahirkan dengan


sedikit lemak tubuh dan kulit yang tidak matang, yang membuatnya lebih sulit untuk
mempertahankan panas tubuh. Pengobatan melibatkan inkubator untuk memberikan
kehangatan.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) - Ini adalah gangguan jantung yang mengakibatkan
kesulitan bernapas setelah melahirkan karena pembuluh darah terbuka yang disebut
ductus arteriosus. Selama perkembangan janin, duktus arteriosis terbuka untuk
memungkinkan darah dialihkan dari paru-paru ke aorta. Janin membuat senyawa kimia
yang disebut prostaglandin E, yang mensirkulasikan darahnya sehingga menjaga ductus
arteriosus tetap terbuka. Pada jangka waktu penuh, kadar prostaglandin E turun
menyebabkan ductus arteriosus menutup, yang memungkinkan paru-paru bayi menerima
darah yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan baik setelah dilahirkan. Dalam kasus
persalinan prematur, prostaglandin E dapat tetap pada tingkat yang sama menyebabkan
ductus arteriosus terbuka. Perawatan melibatkan obat yang menghentikan atau
memperlambat produksi prostaglandin E.
Retinopathy of Prematurity (ROP) - Ini adalah gangguan mata yang berpotensi
menyilaukan. Ini mempengaruhi sebagian besar bayi prematur antara 24-26 minggu
kehamilan, tetapi jarang mempengaruhi mereka melebihi usia kehamilan 33-34 minggu.
Ada banyak tahapan berbeda dari kondisi ini, dan perawatan yang ditentukan akan
tergantung pada tingkat keparahannya. Perawatan dapat termasuk operasi laser atau
cryosurgery.
Necrotizing Enterocolitis (NEC) - Kondisi ini terjadi ketika sebagian usus bayi baru
lahir mengalami aliran darah yang buruk, yang dapat menyebabkan infeksi di dinding
usus. Perawatan termasuk pemberian intravena dan antibiotik. Hanya dalam kasus yang
parah operasi dianggap perlu.

11
Sepsis - Ini adalah kondisi medis di mana bakteri memasuki aliran darah. Sepsis
sering membawa infeksi ke paru-paru dan dapat menyebabkan pneumonia. Perawatan
melibatkan antibiotik.

BAB III
KESIMPULAN

1. Prematuritas atau biasa disebut dengan kelahiran kurang bulan adalah persalinan yang
berlangsung pada umur kehamilan 22 – 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
2. Penyebab prematuritas adalah karena stress pada ibu atau janin, proses inflamasi dan
peregangan uterus patologik
3. Banyak fakor resiko yang menyebabkan prematuritas sebagai berikut, usia ibu, kehamilan
multipel, preeklamsia, penyakit kardiovaskular, riwayat partus prematur, merokok, ketuban
pecah dini, bakterial vaginosis dan infeksi saluran kemih.
4. Penatalaksanaan dengan pemberian tokolisis, kortikosteroid dan antibiotik jika diperlukan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo; 2009. Hal. 668-675
2. World Health Organization. Preterm Birth. 2018 [cited 2019 Mar 28]. Available from :
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth
3. American Pregnancy Association. Premature Birth Complications. 2015 [cited 2019
Apr 1]. Available from : https://americanpregnancy.org/labor-and-birth/premature-birth-
complications/
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Gilstap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Preterm birth. In : Williams Obstetrics 22nd ed. McGraw-Hill New York. 2005; hal.
846
5. Sulistiarini Dwi, Berliana SM. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelahiran prematur
di Indonesia: Analisis Data Riskesdas 2013. E-Journal WIDYA Kesehatan Dan
Lingkungan. 2013: hal. 110.
6. Destaria, Selvi. Perbandingan Luaran Maternal dan Perinatal Kehamilan Trimester
Ketiga Antara Usia Muda dan Usia Reproduksi Sehat. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2011

13
7. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo; 2009. Hal. 676
8. Turner J.A. Diagnosis and Management of Pre-eclamsia: An Update. International
Journal of Womens Health [internet]. 2010 [cited 2019 Apr 1]; 2:327-337. Available
from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2990902/
9. Supriyono M. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit
jantung koroner pada kelompok usia < 45 tahun. Semarang: Universitas Diponegoro;
2008.
10. Classes of Heart Failure [internet]. American Heart Association; 2011 [cited 2019 Apr
2]. Available from
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/AboutHeartF
ailure/Classes-of-Heart-Failure_UCM_306328_Article.jsp
11. Prediksi Persalinan Preterm [internet]. Health Technology Assessment Indonesia;
2010 [cited 2019 Apr 2]. Available from http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com
12. Furdon, Susan A. Prematurity : An Update. Medscape [ internet ]. 2017 [cited 2019
Apr 3]. Available from : https://emedicine.medscape.com/article/975909-overview#a9
13. Coltart CEM, Festin M. Antibiotics for preterm rupture of membranes [internet].
World Health Organization (WHO); 2011 [cited 2019 Apr 3]. Available from
http://apps.who.int/rhl/pregnancy_childbirth/complications/prom/cd00105
8_coltartc_com/en/index.html
14. Anggarawati D. Studi Prevalensi dan Keberhasilan Terapi Vaginosis Bakterialis Pada
Ibu Hamil. Semarang: Universitas Diponegoro; 2003.
15. Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak [internet]. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi; 2011 [cited 2019 Apr 2] .
Available from
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_Konsensus_-
Infeksi_Saluran.pdf.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai