Anda di halaman 1dari 6

DESAIN PENELITIAN

1. COHORT
Menurut Murti (1997), penelitian cohort adalah rancangan penelitian epidemologi yang mempelajari
hubungan antara pajanan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpajan (faktor
penelitian) dan kelompok tak terpajan berdasarkan status penyakit, pada umumnya
rancangan cohort merupakan penelitian epidemologi longiyudinal prospektif, yaitu :
a. Dimulai dati status keterpajanan
b. Arahnya selalu maju (prospektif)
Artinya penelitian dimulai dengan mengidentifikasi status pajanan faktor risiko. Pada saat
mengidentifikasi faktor risiko, semua subyek penelitian (kelompok terpajan faktor risiko dan kelompok
tidak terpajan faktor risiko) harus bebas dari penyakit atau efek yang diteliti. Setelah itu subyek-subyek
dengan maupun tanpa pajanan faktor risiko diiluti terus secara prospektif sampai timbul efek (penyakit
tertentu).
Secara sistematis, rancangan penelitian cohort dapat digambarkan sebagai berikut :
Skematis rancangan penelitian cohort adalah :

Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih populasi dan kelompok pembanding dalam
penelitian cohort adalah sebagai berikut :
I. Populasi
a) Relatif harus stabil
b) Mudah diamati dan terjangkau
c) Memiliki derajat keterpaparan penyakit yang diamati
d) Tidak sedang menderita penyakit yang diamati
II. Kelompok pembanding
a) Penduduk dari kelompok kohort yang sama
b) Populasi umum dan populasi kohort
c) Populasi lain yang memiliki keadaan hampir sama kecuali faktor pemajan

Kelebihan Rancangan Cohort


1) Dapat melihat hubungan satu penyebab terhadap beberapa akibat
2) Dapat mengikuti secara langsung kelompok yang dipelajari
3) Dapat menemukan mana yang lebih dulu (causa atau efek)
4) Biasnya lebih kecil

Kekurangan Rancangan Cohort


1) Membutuhkan biaya yang relatif mahal
2) Lama dalam persiapan dan hasil yang diperoleh
3) Hanya bisa mengamati satu faktor penyebab
4) Kurang efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka/jarang atau penyakit yang
bersifat kronik
5) Mempunyai risiko untuk hilangnya subyek/drop out selama penelitian, karena migrasi, partisipasi
rendah atau meninggal.

Tahapan Penelitian Cohort :

1. Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel independen) serta
variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).
2. Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian
3. Mengidentifikasi subjek dari populasi
4. Observasi
5. Mengolah dan menganalisis data.

Analisis
a. Insiden Risk (IR)
b. Attributable Risk = IRkelompok terpajan – IRkelompok tidak terpajan
c. Relative Risk (RR)

Rumus Tabel :

Eksposure Out come/ efek Jumlah


Ya Tidak
Ya a b a+b
Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d N
a. Insiden Risk ( IR ) = a/ (a+b)
b. Relative Risk ( RR ) = IR kelompok terpapar : IR kelompok tidak terpapar = (a/a + b) : (c/c
+ d)
c. Attributable Risk = IR kelompok terpapar – IR kelompok tidak terpapar

Interpretasi

 RR = 1 , faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok terpajan sama dengan kelompok tidak
terpajan.

 RR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit

 RR < 1 ; Confient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit

2. CASE CONTROL
Penelitian case control adalah rancangan penelitian epidemologi hubungan antara pajanan dan
penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
pajanannya.
Penelitian case control merupakan penelitian epidemologi longitudinal restrospektif, yaitu :
a. Dimulai dari status outcome (akibat/efek) baru kemudian sebab/eksposure.
b. Arahnya mundur

Skematis rancangan penelitian case control adalah :

Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok sampel yaitu sampel kasus dan sampel kontrol.
A. Sampel kasus, hal – hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Kriteria diagnosis (dan definisi operasional); harus dibuat dengan jelas agar tidak menimbulkan
bias informasi.
2. Populasi sumber kasus; dapat berasal dari rumah sakit atau masyarakat.
B. Sampel kontrol, hal – hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Karakter sumber populasi kasus; kontrol harus dipilih dari populasi yang karakteristik serupa
dengan populasi asal kasus, tapi tidak memiliki penyakit yang diteliti. Sumber populasi dalam memilih
kontrol adalah rumah sakit populasi umum, tetangga, teman, atau kerabat keluarga.
2. Keserupaan antara kasus dan kontrol.
3. Pertimbangan praktis dan ekonomis.

Kelebihan CASE CONTROL adalah relatif lebih murah dan cepat memperoleh hasil dan cepat dalam
persiapan survey. Baik dilaksanakan untuk penyakit yang jarang/langka atau penyakit yang masa
latennya panjang/masa inkubasinya lama serta dapat melihat hubungan beberapa penyebab terhadap
satu akibat.

Kekurangan CASE CONTROL


1) Sulit menentukan kelompok kontrol yang tepat
2) Karena waktu proses sudah berlalu, maka sulit mendapatkan informasi yang akurat
3) Adanya pengaruh faktor luar, dan tidak dapat diketahui lebih mendalam mekanisme hubungan
sebab akibat 4) Tidak dapat menemukan Relatif Risk secara langsung
5) Sulit menentukan apakah “causa” mendahului “effect”
6) Sulit melihat pada effect ganda dari suatu causa tertentu

Tahapan case control :


1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
2. Menetapkan variabel penelitian
3. Menetapkan subjek penelitian
4. Melakukan pengukuran variabel
5. Analisis hasil

Analisis
Analisis data dalam penelitian case control dengan menghitung odds ratio (OR), yang merupakan
estimasi relative risk.

Rumus Tabel :

Eksposure Efek Jumlah


Ya Tidak
Kasus Kontrol
Ya a b a+b
Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d N

Odds Ratio = ad : bc
Confidence Interval Odds Ratio = upper OR ( 1+Z/X )
= lower OR ( 1- Z/X )

Interpretasi

 OR = 1 , faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok terpajan sama dengan kelompok tidak
terpajan.
 OR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1  faktor risiko menyebabkan sakit

 OR < 1 ; Confient Interval (CI) < 1  faktor risiko mencegah sakit

3. CROSS SECTIONAL
Studi potong lintang atau cross sectional merupakan desain penelitian yang mempelajari hubungan
penyakit (outcome) dan pajanan (exposure) dengan cara mengamati status pajanan dan penyakit
serentak pada populasi tunggal. Pada suatu waktu atau periode.

Skematis rancangan penelitian cross sectional adalah :

Jadi penelitian ini mengukur prevalensi (data yang dihasilkan adalah data prevalensi, bukan data
insidensi) keluaran status kesehatan dan determinan atau keduanya dalam populasi pada satu titik
waktu atau periode waktu yang singkat, sehingga penelitian akan “memotret” frekuensi dan karakter
penyakit serta pajanan faktor pnelitian pada suatu populasi pada saat tertentu.

Tujuan studi cross sectional adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinannya
pada populasi sasaran.

Manfaat studi cross sectional adalah dapat menentukan besarnya masalah penyakit (dengan
ukuran prevalens).

Kelebihan studi cross sectional :


1) Penyelesaian pengumpulan data yang cepat dan efisien. Selain tiu biasanya menggunakan
masyarakat umum bsebagai sampel sehingga generalisasinya cukup memadai (bila perhitungan dan
pengambilan sampelnya tepat)
2) Untuk mempelajari faktor risiko penyakit yang mempunyai onset yang lama (slow onset) dan lama
sakit (duration) yang panjang.

Kekurangan studi cross sectional adalah penelitian cross secional ini sangat lemah bila digunakan
untuk menganalisis hubungan kausal (sebab akibat) antara pajanan dan penyakit.

Tahapan cross sectional :


1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
2. Mengidentifikasi variabel penelitian
3. Menetapkan subjek penelitian
4. Melakukan observasi/ pengukuran
5. Melakukan analisis

Analisis
a. Prevalen Risk (PR)
b. Prevalen Ratio (PR) = Relative Risk (RR)

Rumus Tabel :

Pajanan Out Come/Penyakit Jumlah


Ya Tidak
Ya a b a+b
Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d

Nilai RR yaitu:
a/(a+b) : c/(c+d)

Interpretasi

 RR = 1 , faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok terpajan sama dengan kelompok tidak
terpajan.
 RR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit

 RR < 1 ; Confient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit

Anda mungkin juga menyukai