Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat : 376
B. Syamsuni, 2006. Ilmu Resep : 118 C. Lachman, 2012. Teori Dan Praktek Farmasi Industri : 1029 Emulsi adalah sistem dispersi yang terdiri dari dua fase yaitu fase minyak dan air dimana salah satu fasenya terdispersi dalam cairan pembawa. 2. A. Depkes RI, 1995. Farmakope Edisi IV : 7 B. Martin, 2008. Farmasi Fisik II : 1143 C. Ansel, 2008. Bentuk Pengantar Sediaan : 377 Keuntungan dan kerugian emulsi yaitu : 1) Keuntungan Konsentrasi emulsi sangat beragam. Tidak diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koelensesi. Penggunaan emulsi intravena merupakan suatu cara merawat pasien lemah yang tidak bisa menerima obat yang diberi secara oral. Dapat menyebar dengan mudah dan sempurna pada areal dimana ia gunakan. 2) Kerugian Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Emulsi dapat mengalami flokulasi dan creaming pergabungan dan pemecahan berbagai jenis perubahan kimia dan fisika dan perubahan fase. Kerusakan yang lebih besar yaitu creaming dari suatu emulsi adalah penggabungan bulatan-bulatan fase dalam dan pemisahan fase menjadi 2 fase 3. A. Allen, 2012. Pharmaceutical Dosage Form And Drug Delivery System : 394 B. Syamsuni, 2006. Ilmu Resep : 119 C. Anwar, 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi : 113 Komposisi emulsi yaitu : Zat aktif Zat pembawa : 1. Pembawa larut air yaitu air dan alkohol 2. Pembawa larut minyak yaitu minyak mineral, minyak sayur, dan minyak sintetik Emulgator yaitu PGA, span, twen, dan lain-lain Pengawet yaitu metil paraben, propil paraben, dan natrium benzoat Antioksidan misalnya asam askorbat, asam sitrat, dan asam galat
4. A. Agoes, 2008. Sediaan Farmasi Likuida-semisolid : 149
B. Anwar, 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi : 110 C. Lachman, 2012. Teori Dan Praktek Industri Farmasi : 1038 Tipe-tipe emulsi yaitu : 1) Tipe emulsi M/A dimana fase dalamnya adalah minyak dan fase luarnya air. 2) Tipe emulsi a/m adalah fase dalamnya air dan luarnya minyak.
5. A. Lachman, 2012. Teori Dan Praktek Industri Farmasi : 1039-1040
B. Jones, 2008. Pharmaceutical Dosage Form And Design : 52 C. Aulton, 1988. Pharmaceutics The Science Of Elosage Porm Design : 348 Cara menentukan nilai emulsi yaitu : 1) Konduktivitas elektrik, emulsi M/A akan larut (berbagai komposisi fase eksternal) sedangkan emulsi A/M tidak terjadi. 2) Pengenceran dengan air, emulsi A/M akan larut (berbagai komponen fase eksternal) sedangkan emulsi M/A tidak bisa larut dalam air. 3) Penggunaan pewarna, pewarna larut minyak akan menimbulkan noda pada fase internal jika emulsi M/A sedangkan pewarna larut air akan mewarnai fase internal pada emulsi A/M. 4) Uji pencampuran dengan minyak atau air emulsi hangat akan bercampur dengan cairan yang tercampur dengan fase konstan minyak tidak akan terjadi. 6. A. Syamsuni,2006. Ilmu Resep : 129 B. Martin, 1993. Farmasi Fisik II : 1147-1148 C. Allen, 2011. Pharmaceutical dosage from and drug delivery system : 369 Jenis bahan pengemulsi yaitu : 1. Agen pengemulsi alami Akasia Tragakan Alginat Pektin 2. Agen pengemulsi sintetik SOS PEG 400 Turunan asam amino rantai panjang 3. Serbuk terbagi halus Veegum Bentonite 7. A. Aulton, 1998. Pharmaceutical The Science Of Dosage From Design Edition: 341 B. Gad, 2000. Pharmaceutical Manufacturing Handbook : 886 C. Lachman, 2010. Teori Dan Praktek Industry Farmasi : 1030 Emulgator adalah agen pengemulsi atau sebagai agen penstabil untuk mengurangi tegangan antar muka dan dapat digunakan sebagai bahan pembasah atau agen surfaktan 8. A. Jones, 2008 Pharmaceutics dosage from and Design : 56 B. Troy, 2005 Remingtons : The science practice of pharmacy 21th edition:327 C. Allen, 2011 Pharmaceutics dosage and from design and drug delivery system: 396 Syarat-syarat emulsi yaitu :
1) Semua formulasi emulsi memerlukan pengemulsi (terutama surfaktan)
untuk memastikan stabilitas emulsi 2) Harus aktif pada permukaan dan mengurangi tegangan permukaan sampai bawah dynel con 3) Diabsorbsi secara tepat sekitar tetesan terdispersi sebagai lapisan kental monoadheren dimana akan mencegah koalesen 4) Harus meningkatkan viskositas 5) harus kompatibel dengan bahan formulasi lain dan tidak mengganggu stabilitas dan efesiensi dari agen terapeutik 6) Agen pengemulsi harus tidak beracun, memiliki warna, rasa, bau dan terpenting adalah kemampuan dari agen emulsi untuk proses emulsifikasi dan untuk menjaga stabilitas emulsi untuk produk jangka panjang.
9. A. Syamsuni, 2012. Ilmu resep : 122
B. Lachman, 2010 . Teori dan praktek industri farmasi : 1034 C. Ansel, 2008. Bentuk sediaan Farmasi Edisi IV : 378 Mekanisme kerja emulgator : 1) Mengurangi tegangan antar muka, stabilitas termodinamis 2) Pembentuan suatu lapisan antar muka yang kaku pembatas mekanik untuk penggabungan 3) Pembentukan lapisan listrik rangkap-rangkap penghalang elektrik untuk mendekati partikel-partikel 10. A. Martin, 1993. Farmasi Fisik II : 1154-1167 B. Jones, 2008. Menurut Pharmaceutics Dosage from and Design : 64 C. Swarbick, 2007. Menurut Encyclopedia of Technology : 1555) Fenomena ketidakstabilan emulsi : 1) Flokulas menggabarkan asosiasi reversible antara tetesan emulsi dipisahkan laruta-larutan tipis 2) Koalesensi dimana tetesan fase terdispersi menggabungkan untuk membuat tetesan yang lebih besar, berlangsung dari 2 tahapan yang berbeda 3) Creaming terjadi ketika tetesan tesebar atau flokulasi terpisah dibawah pengaruh gravitasi untuk membentuk lapisan lebih terkonsentrasi emulsi 4) Fase inversi mengacu pada perubahan emulsi O/W keemulsi W/O atau sebaliknya 5) Cracking (ketidak stabilan ireversibel) terjadi 2 lapisan dan terjadi karena rusaknya lapisan mono atau multilayer diantar muka, antar tetsan dan fase eksternal 11. A. Lachman, 2012. Teori dan praket industri farmasi : 1043 B. Tekkern, 2012. Remington essential of pharmaceutical : 454 C. Voight, 1993 Buku pelajaran teknologi farmasi : 439 Intermitten shaking adalah metode pengocokan menggunakan wadah tertentu untuk memudahkan terbentuknya tingkat dispersi yang cenderung tidak memecah, sehingga media dispersi tersebar dengan memperoleh emulsifikasi sehingga diperoleh dispersi yang sangat halus. 12. A. Syamsuni, 2006. Ilmu resep : 131 B. Allen, 2013.Bentuk sediaan farmasetis dan sistem penghantaran obat : 426 C. Ansel, 2008. Pengantar bentuk sediaan farmasi : 38 Metode pembuatan emulsi : 1) Metode Gom kering atau metode kontinental Zat pengemulsi (biasanya Gom arab) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditanbahkan air untuk membentuk korpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia. 2) Metode Gom basah atau metode inggris Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat penggemulsi umumnya larut dalam air) agar membentuk mucilago kemudian, perlahan- lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, kemudian diencerkan dengan sisa air 3) Metode botol atau metode botol forbes Digunakan untuk minyak mengguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai visikositas rendah (kurang kental), serbuk om dimasukkan ke dalam botol kering ditambahkan dua bagian air, kemudian botol ditutu. Campuran tersebut dikocok dengan kuat, tamabahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
13. A. Atwond, 2000 . Physial Pharmacy : 70
B. Jones, 2008. Pharmaceutycal dosage form and design : 51 C. Gibson, 2004. Pharmaceutical preformulation and formulation : 553 HLB adalah suatu ukuran yang memberikan suatu nilai nomor kesurfaktan berdasarkan konstribusi dan kelompok masing-masing dalam molekul dimana surfaktan hidrofilik memiliki HLB tinggi dan surfaktan lopofilik emiliki nilai HLB rendah. 14. A. Anief, M, 2006. Ilmu meracik obat : 143 B. Martin, dkk, 2008. Farmasi fisika II : 941 C. Aulton,2002. Pharmaceutical the science of dosage form design : 96 Kegunaan HLB yaitu untuk menggolongkan sistem hidrofil lipofol seperti skala hidrofilitas dan menunjukkan aktivitas yang diharapkan dari surfaktan 15. A. Martin, 2000.Farmasi fisik II : 942 B. Syamsuni, 2007. Menurut hitungan dasar farmasi C. Aulton, 2002. Pharmaceutical the science of dosage form ang design : 97 Perhitungan nilai HLB : 1) HLB dan jumlah ester alcohol polihidrat dari asam lemah seperti gliserolmonostearat. S i. HLB = (1 − A)
ii. S= penyabunan dari ester
iii. A= bilangan dari asam lemak 2) Berdasarkan angka-angka untuk gugus surfaktan a. HLB = Z ( angka-angka gugus hidrofilik – Z(angka-angka lipofilik +7) Atau dapat juga dengsn cara: 𝑥−𝐻𝐿𝐵𝑏 % A =(𝐻𝐿𝐵𝑎−𝐻𝐿𝐵𝑏 )𝑥 100% % B = (100% - % A) Ket : X = Harga Hlb yang diminta ( HLB butuh) A = Harga HLB yang tinggi B = Harga HLB yang rendah