PENGERTIAN
Acute lympobastic leukemia adalah bentuk akut dari leukemia yang diklasifikasikan menurut cell yang
lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa lymphoblasts.
Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia,
trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian.
Faktor penyebab ALL tidak diketahui, tapi dimungkinkan karena interaksi sejumlah faktor :
1. Neoplasia
2. Infeksi
3. Radiasi
4. Keturunan
5. Zat kimia
6. Murasi gen
EPIDEMIOLOGI
Leukemia akut cepat terjadi dan lambat penyembuhannya, dapat diakhiri dengan kematian bila tidak
segera diobati. ALL sering ditemukan pada anak-anak (82 %) daripada umur dewasa (!*%) dan lebih
sering ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit atau sel darah putih
(WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang
terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang
darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagis epanjang jalur
tunggal khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang
tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang
panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan pengumpulan sel-sel
penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tinmgkat pengembangan lymphoid
yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel
normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untk menentukan/meramalkan kelanjutannya.
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis (^)%),
kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar
hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang
dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-
B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal
dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit,
timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga anak-anak
menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Jugaa
timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, “seizures” dan gangguan
penglihatan.
Menurut Soetjiningsih
Anak usia pra sekolah digolongkan pada usia 1 – 6 tahun
Identitas
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di bawah 15 tahun (85%) ,
puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan.
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pada anak pra sekolah keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam, lesudan malas makan atau
nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dan kecenderungan terjadi perdarahan.
Pola Nurisi
Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan
berat badan dan gangguan menelan, serta pharingitis.
Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran
limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi secara abnormal, ikterus,
stomatitis, ulserasi oal, dan adanya pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute monolytic
leukemia)
Pola Eliminasi
Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal, nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar
dan faeces berwarna ter, darah dalam urin, serta penurunan urin output.
Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta adanya hematuria.
Pola Seksual
Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel darah merah,
peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
2. Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan
seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan intake cairan
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek
sekunder pemberian anti leukemic agents
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energi, peningkatan
laju metabolik akibat produksi lekosit yang berlebihan, ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan
RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel darah merah,
peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
Batasan karakteristik :
- Peningkatan jumlah lekosit
- Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
Kriteria Hasil :
Klien akan :
1. Mengidentifikasi faktor resiko yang dapat dikurangi
2. Menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi
Intervensi Rasional
2. Laporkan bila ada perubahan tanda vital 2. Perubahan tanda-tanda vital merupakan
tanda din terjadinya sepsis, utamanya bila
terjadi peningkatan suhu tubuh
Batasan karakteristik :
- Muntah +
- Perdarahan masif +
- Diare +
- Intake < output
Kriteria Hasil :
Klien akan :
1. Memperlihatkan keadaaan volume cairan yang adekuat
2. Memperlihatkan tanda-tanda vital dalam bataas normal
3. Memperlihatkan urine output, PH dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Monitor intake dan output . Catat Penurunan sirkulasi sekunder dapat menyebabkan
penurunan urin, dan besarnya PH berkurangnya sirkulasi ke ginjal atau berkembang
menjadi batu ginjal sehingga menyebabkan
retensi cairan atau gagal ginjal
2. Hitung berat badan setiap hari Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan.
Intake yang lebih besar dari output dapat
diindikasikan menjadi renal obstruksi.
3. Motivasi klien untuk minum 3 – 4 l/hari jika Meningkatkan aliran urin, mencegah asam urat,
tanpa kontra indikasi dan membersihkan sisa-sisa obat neoplastik
4. Kaji adanya petechie pada kulit dan Supresi bone marrow dan prosuduksi platelet
membran mukosa, perdarahan gusi menyebabkan klien beresiko mengalami
perdarahan
5. Gunakan alat-alat yang tidak Jaringan yang mudah robek dan mekanisme
menyebakan resiko perdarahan pembekuan dapat menyebabkan perdarahan
meskipun karena trauma ringan
Kolaborasi :
1. Pemberian cairan sesuai indikasi Mempertahankan cairan dan elektrolit yang tidak
bisa dilakukan per oral, menurunkan komplikasi
renal
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek
sekunder pemberian anti leukemic agents
Batasan karakteristik :
- Keluhan nyeri (tulang,sarf, sakit kepala, dll)
- Distraksi menahan, ekspresi meringis, menangis, perubahan tonus otot
- Respon-respons autonomik
Kriteria hasil :
Klien akan :
1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
2. Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri, gunakan skala 1 – 10 Berguna mengkaji kebutuhan intervensi , bisa
berindikasi perkembangan komplikasi
2. Monitor vital signs, catat reaksi non Berguna dalam validasi verbal dan mengevaluasi
verbal keefektifan intervensi
Batasan karakteristik :
- Keluhan lemah, anak memperlihatkan penurunan kemampuan beraktifitas
- Anak rewel, dyspnea
- Abnormal HR atau respon perubahan TD
Kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan partisipasi dalam ADL sesuai kemampuan
Intervensi Rasional
1. Evaluasi keluhan lemah, rewel, Efek leukemia, anemia dan kemoterapi dapat
ketidakberdayaan dalam ADL menjadi satu sehingga memerlukan bantuan
dalam pemenuhan aktifitas ADL
2.. Ciptakan lingkungan yang tenang dan istrahat Mengumpulkan energi untuk beraktifitas dan
yang tidak terganggu untuk regenerasi sel
4. Bantu dalam setiap pemenuhan rawat Memaksimalkan kemampuan untuk rawat diri
diri/ADL
5. Jadwalkan pemberian makan sebelum Meningkatkan intake sebelum terjadi mual akibat
kemoterapi. Beri oral hidrasi sebelum makan efek samping kemoterapi
dan anti emetik sesuai indikasi
Kolaborasi :
Pemberian suplemen O2 sesuai anjuran Memaksimalkan kemampuan oksigenasi untuk
uptake seluler
DAFTAR PUSTAKA
Boediwarsono, Dr (1998), Bahan Kuliah Hematologi, FK Universitas Airlangga, Surabaya
Carpenito, Lynda Juall (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, EGC, Jakarta
Luckmann’s Sorensen (1996), Medical Surgical Nursing, Core Principles, WB Saunders, Philadelphia
Probowati, Ririn SKp (2000), Bahan Kuliah Ilmu Keperawatan Anak, PSIK, Universitas Airlangga,
Surabaya
Soeparman (1990), Ilmu Penyakit Dalam II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta