Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU NEUROLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

MANFAAT VITAMIN D DAN CALSIUM DALAM


MENURUNKAN INSIDEN PENYAKIT NEUROLOGI

Disusun Oleh:
Siska Teurupun
(2018-84-009)

Pembimbing:

Dr. dr. Bertha J. Que, Sp.S., M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT NEUROLOGI RSUD Dr. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas kasih dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan Referat pada

bagian Ilmu Penyakit Saraf dengan judul “Manfaat Vitamin D Dan Calsium

Dalam Menurunkan Insiden Penyakit Neurologi”.

Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik pada

Ilmu Penyakit Saraf Fakultas KedokteranUniversitas Pattimura Ambon tahun

2019. Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan, oleh karena

itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan, dan semoga referat

ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas segala pihak yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian pembuatan referat ini.

Ambon, Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………… 4

A. Anatomi Pedis ……………………………………………………..........……… 4

B. Congenital Talipes Equinovarus…………………………….......................... 14

a. Definisi ……………………………………………………………................ 14

b. Epidemiologi…………………………..........................…………………… 14

c. Etiologi ………………………………………………………………………. 15

d. Klasifikasi …………………………………………………………………… 16

e. Patofisiologi…………………………..........................……………………… 24

f. Diagnosis dan Gambaran Klinis………………………….............................. 26

g. Diagnosis Banding…………………………..........................……………… 27

h. Pemeriksaan penunjang……………………………………………………… 28

i. Tatalaksana…………………………………………………………….......... 29

j. Komplikasi …………………………..........................……………………… 37

k. Prognosis …………………………..........................………………………… 37

BAB III PENUTUP……………………………………………………………. .......... 38

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………................... 39

3
BAB I
PENDAHULUAN

Vitamin merupakan zat-zat organic kompleks yang tidak dapat dibetuk


oleh tubuh dan dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Vitamin harus
didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas
spesifik di tubuh. Vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan.1
Vitamin berasal dari bahasa Latin yaitu vita (dibutuhkan untuk hidup) dan
amine (unsure nitrogen). Oleh sebab itu, diberikan nama vitamine. Setelah
dilakukan penelitian selanjutnya, dibuktikan bahwa ada beberapa jenis vitamine
yang tidak merupakan amine. Kemudia, istilah vitamine diubah menjadi vitamin.2
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A,
C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin
B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh
hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam
bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan
vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan
dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut
sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh
melalui suplemen makanan.3
Terdapat dua jenis vitamin yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air.
Vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E dan K. Vitamin C dan D pula
merupakan vitamin larut air. Dalam makalah ini, akan dibahaskan tentang salah
satu vitamin larut lemak yaitu vitamin D. Sebagian besar vitamin larut lemak
diabsorpsi bersama lipida lain. Absorpsi membutuhkan cairan empedu dan
pankreas. Vitamin larut lemak akan diangkut ke hati melalui sistem limfe sebagai
bagian dari lipoprotein kemudian disimpandi beragai jaringan tubuh dan biasanya
tidak dikeluarkan melalui urin.1,4

4
Vitamin ini sendiri merupakan turunan dari molekul steroid yang
merupakan salah satu turunan dari kolesterol. Terdapat dua bentuk aktif dari
vitamin ini, yaitu vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D2 atau dikenal juga
dengan nama ergokalsiferol ini berasal dari turunan senyawa kolesterol yang
banyak ditemukan pada ragi dan tanaman. Vitamin D3 (kolekalsiferol) sendiri
berasal dari turunan senyawa 7-dehidrokolesterol. Golongan vitamin inilah yang
paling banyak ditemukan pada kulit manusia. Pada ginjal, vitamin D dikonversi
menjadi bentuk aktif yang disebut 1,25-dihidroksikolekalsiferol.3
Kalsium adalah mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, 40% dari
seluruh 2 peranan fisiologik yang penting dalam tubuh. Didalam tulang, garam-
garam kalsium berperan menjaga integritas struktur kerangka, sedangkan didalam
cairan ekstraselluler dan sitosol, Ca2+ sangat berperan pada berbagai proses
biokimia tubuh. Kedua kompartemen tersebut selalu berada dalam keadaan yang
seimbang

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 VITAMIN D
2.1.1 Definisi
Vitamin D tergolong vitamin yang mudah larut dalam lemak dan
merupakan prahormon jenis sterol. Vitamin D merupakan kelompok senyawa
sterol yang terdapat dialam. Di alam, vitamin D banyak ditemukan pada makanan
contohnya minyak ikan, hati, kuning telur, dan beberapa makanan hewani lainnya.
Vitamin D terdiri dari 2 jenis, yaitu vitamin D2 ( ergocalsiferol ) dan vitamin D3 (
cholecalsiferol ). Ergokalsiferol biasanya terdapat dalam tanaman, sedangkan
kholekalsiferol terdapat pada hewan. Pada tumbuhan iradiasi ergosterol
menyebabkan terbentuknya ergokalsiferol (Vitamin D2). Pada hewan, iradiasi 7
𝛼-dehidrokolesterol menghasilkan kholekalsiferol (Vitamin D3).12,10,Vitamin D
bukan hanya sekedar terdapat di alam namun juga mampu disintesis di kulit dan
pada kebanyakan kondisi hal tersebut merupakan sumber utama vitamin D.
Sumber dari makanan hanya diperlukan jika pajanan terhadap matahari kurang
memadai. Manusia memperoleh 80-90% vitamin D dari paparan matahari dan
sisanya dari diet. 18,19

2.1.2 Struktur Kimia Vitamin D


Vitamin D termasuk dalam grup sterol. Vitamin D terdiri dari 2 jenis yaitu
vitamin D2 ( ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kholekalsiferol).18

Ergokalsiferol

6
Kholekalsiferol
Gambar 1 . Struktur kimia ergokalsiferol dan kholekalsiferol

2.1.3 Metabolisme Vitamin D


Vitamin D dibentuk melalui proses metabolisme yang kompleks. Vitamin
D yang berasal dari kulit dan diet makanan akan diabsosrbsi kemudian dibawa
kesirkulasi melalui duktus torasikus oleh protein pengikat vitamin D menuju ke
hepar untuk dimetabolisme oleh sitokrom P450 vitamin D-25-hydroxylase
(25OHase) menjadi 25-hydroxyvitamin D (25(OH)D). Selanjutnya 25-
hydroxivitamin D dihidroksilasi oleh enzim 25-hydroxyvitamin D-1𝛼-hydroxylase
(1-OHase/ CYP27B1) menjadi bentuk aktifnya, yaitu 1,25-dihydroxivitaminD.
Kemudian oleh enzim vitamin D-24-hydroxylase (24OHase/CYP24A1) akan
diubah menjadi bentuk inaktifnya yaitu calcitroic acid (1,24,25 hydroxyvitamin
D) yang akan dieksresi melalui empedu maupun ginjal.18,20,21
Provitamin (7-dehidrokolesterol) adalah produk antara dari sintesa
kolesterol dan ergosterol. Provitamin diproduksi melimpah dikulit hewan
vertebrata termasuk pada manusia. Ketika kulit terpapar dengan sinar ultraviolet,
provitamin D pada sel epidermis dan dermis kulit menyerap radiasi sinar
ultraviolet yang kemudian mengubah provitamin D menjadi previtamin D. Karena
provitamin D tidak tahan panas, maka pemanasan sedikit saja akan mengubahnya
menjadi vitamin D. Bentuk aktif vitamin D ( 1,25-dihydroxyvitamin D ) akan
berikatan dengan protein sebelum diedarkan ke organ tubuh lain. Dalam sel tubuh,
resptor nuklear yang spesifik akan mengurai ikatan tersebut dan melepaskan
protein kealam darah, sedangkan vitamin D akan tetap berada didalam sel. Organ

7
yang memiliki reseptor nuklear spesifik diantaranya adalah tulang, kulit, otot
luruk, sel endotelial vaskular, limfosit T dan B yang aktif.

Gambar 2. Metabolisme Vitamin D

2.1.4 Fungsi Vitamin D


Vitamin D adalah salah satu vitamin larut lemak yang mempunyai sifat
sebagai vitamin dan hormon yang diperlukan untuk penyerapan dan penggunaan
kalsium dan phosphorus. Vitamin D juga perlu untuk pembentukan struktur tulang
dan gigi yang normal pada kanak-kanak. Vitamin D yang cukup selama masa
kanak-kanak juga bisa menurunkan risiko terkena osteoporosis di kemudian hari.
Vitamin D mencegah otot menjadi lemah dan terlibat untuk mengatur denyutan
jantung. Vitamin D juga penting dalam pencegahan dan rawatan kanker kolon,
osteoarthritis, dan hypocalcemia, juga berperan dalam meningkatkan imunitas
[1,5].
Generasi lokal spesifik jaringan aktif vitamin D diperkirakan menjadi
komponen kunci dari non-klasik fungsi vitamin D. Kami menyimpulkan bahwa
vitamin D mengurangi respon inflamasi terhadap infeksi virus pada saluran napas
epitel tanpa membahayakan pemberantasan virus. Hal ini menunjukkan bahwa

8
vitamin D yang memadai akan berkontribusi pada tingkat peradangan berkurang
dan kurangnya penyakit parah pada individu yang terinfeksi RSV [6].
Vitamin D merupakan satu-satunya vitamin yang diketahui berfungsi
sebagai prohormon. Vitamin D mengalami dua kali hidroksilasi untuk mendapat
aktifitasnya sebagai hormon. Pertama dihidroksilasi pada C25 yang terjadi di
dalam sel hati, kemudian disusul oleh hidroksilasi kedua pada C1 yang terjadi di
ginjal. 1,25 dihidroksi ergokalsiferol merupakan hormon yang mengatur sintesa
protein yang mentranspor kalsium ke dalam sel, disebut Calcium Binding Protein
(CaBP). Jadi agar vitamin D dapat melaksanakan tugasnya, diperlukan kondisi
hati dan ginjal yang sehat. Di dalam tubuh, vitamin D diserap di usus dengan
bantuan senyawa garam empedu. Setelah diserap, vitamin ini kemudian akan
disimpan di jaringan lemak (adiposa) dalam bentuk yang tidak aktif [3].

Efek kegiatan vitamin D tampak pada hal-hal berikut :


1. Meningkatan absorpsi Ca dan fosfat di dalam usus. Untuk penyerapan Ca
yang baik, diperlukan perbandingan yang sesuai dengan tersedianya fosfat
didalam hidangan. Perbandingan yang baik terletak di sekitar 1 Ca : 1P,
penyerapan Ca akan terganggu bila perbandingan tersebut di bawah 1Ca : 4
fosfat. Perbandingan ini akan memberikan sifat rakhitogenik kepada
hidangan, yaitu hidangan yang akan mendukung terjadinya rakhitis. Pada
perbandingan Ca dan fosfat yang sesuai, vitamin D meningkatkan
penyerapan Ca. penyerapan Ca ke dalam sel usus dilaksanakan melalui
mekanisme Ca-binding protein (CaBP), yang sintesanya diatur oleh hormon
1,25 dihidroksi ergokalsiferol.
2. Mendorong pembentukan garam-garam Ca didalam jaringan yang
memerlukannya. Garam Ca diperlukan di beberapa jaringan untuk
memperkuat struktur jaringan tersebut misalnya pada tulang-tulang dan gigi-
geligi. Yang terdapat didalam jaringan keras ini garam karbonat dan garam
fosfat, juga flouride dari Ca. Garam Ca di dalam jaringan keras terdapat
dalam suatu keseimbangan dinamis dengan kondisi cairan tubuh, artinya
terjadi suatu fluks yang sama antara Ca yang masuk ke jaringan keras

9
dengan yang keluar dari jaringan tersebut. Melalui pengaturan sintesa CaBP,
Vitamin D menyediakan kondisi yang optimum bagi pembuatan garam Ca
di dalam jaringan tersebut. Disamping hormon 1,25 dihidroksi
Ergokalsiferol, hormon paratiroid juga berpengaruh pada pengaturan kadar
Ca di dalam cairan tubuh dan di dalam jaringan.
3. Vitamin D juga berpengaruh meningkatkan reabsorpsi fosfat di dalam tubuli
ginjal, sehingga meningkatkan kondisi konsentrasi Ca dan fosfat di dalam
jaringan untuk sintesa garam Ca fosfat [3,5]

2.1.5 Sumber Vitamin D

Sinar matahari merupakan sumber utama vitamin D. Vitamin ini diproduksi


di kulit selama paparan sinar matahari secara langsung. Penduduk di daerah tropic
tidak perlu menghiraukan kemungkinan kekurangan vitamin D. Bayi dan anak-
anak dianjurkan berada di bawah sinar matahari beberapa waktu setiap hari. Dua
puluh menit di bawah sinar matahari, tiga kali seminggu, sudah cukup bagi bagi
mendapatkan vitamin D. Kekurangan vitamin D lebih mungkin terjadi di Negara-
negara yang tidak selalu mendapat sinar matahari.7

Sumber utama vitamin D di daerah nontropik adalah dari makanan.


Makanan hewani merupakan sumber utama vitamin D dalam bentuk
kolekalsiferol, yaitu kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati ikan. Susu
sapi dan Asi bukan merupakan sumber protein vitamin D yang baik. Untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan vitamin D, dilakukan fortifikasi makanan,
terutama terhadap susu, mentega dan makanan untuk bayi dengan vitamin D2
(ergosterol yang diradiasi). Minyak hati ikan sering digunakan sebagai suplemen
vitamin D untuk bayi dan anak-anak. Dalam keadaan normal suplemen vitamin D
sebetulnya tidak diperlukan. Bagi seseorang yang vegetarian, mereka mungkin
mengalami kekurangan vitamin D dalam diet seharian mereka. Bagi golongan ini,
disarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin D.6,7

10
Tabel 2.3: Sumber Makanan Terpilih vitamin D 8
Makanan IU per Persen
porsi * DV **
Cod liver oil, 1 sendok makan 1,360 340
Salmon (sockeye), dimasak, 3 ons 447 112
Makarel, dimasak, 3 ons 388 97
Ikan tuna, kalengan dalam air, dikeringkan, 3 ons 154 39
Jus jeruk yang diperkaya dengan vitamin D, 1 cangkir 137 34
(periksa label produk, sebagai jumlah bervariasi
ditambahkan vitamin D)
Susu, tanpa lemak, mengurangi lemak, dan utuh, yang 115-124 29-31
diperkaya vitamin D, 1 cangkir
Yogurt, diperkaya dengan 20% dari DV untuk vitamin D, 6 88 22
ons (lebih berat yogurt dibentengi menyediakan lebih dari
DV)
Margarin, dibentengi, 1 sendok makan 60 15
Hati, daging sapi, dimasak, 3,5 ons 49 12
Sarden, kalengan dalam minyak, tiriskan, 2 sarden 46 12
Telur, 1 besar (vitamin D ditemukan dalam kuning telur) 41 10
Siap-makan sereal, diperkaya dengan 10% dari DV untuk 40 10
vitamin D, 0,75-1 cangkir (lebih berat sereal mungkin
menyediakan lebih dari DV)
Keju, Swiss, 1 ons 6 2
* IU = International Unit.
** DV = Nilai Harian. Dvs dikembangkan oleh US Food and Drug
Administration untuk membantu konsumen membandingkan isi nutrisi antara
produk dalam konteks diet harian total. DV untuk vitamin D adalah saat ini
ditetapkan pada 400 IU untuk orang dewasa dan anak usia 4 dan lebih tua. Label
makanan, bagaimanapun, tidak diminta untuk daftar isi vitamin D kecuali
makanan telah diperkaya dengan nutrisi ini. Makanan memberikan 20% atau lebih

11
dari DV dianggap sumber nutrisi tinggi, namun makanan memberikan persentase
lebih rendah dari DV juga berkontribusi untuk diet sehat.8

2.2 KALSIUM
2.2.1 Definisi
Kalsium adalah mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, 40% dari
seluruh 2 peranan fisiologik yang penting dalam tubuh. Didalam tulang, garam-
garam kalsium berperan menjaga integritas struktur kerangka, sedangkan didalam
cairan ekstraselluler dan sitosol, Ca2+ sangat berperan pada berbagai proses
biokimia tubuh. Kedua kompartemen tersebut selalu berada dalam keadaan yang
seimbang

2.2.2 Fungsi Kalsium


Fungsi kalsium antara lain adalah untuk pembentukan tulang dan
gigi,berperan dalam pertumbuhan dan sebagai faktor pembantu dan pengatur
reaksi biokimia dalam tubuh. Pada tulang, kalsium dalam bentuk garam
(hydroxypatite) membentuk matriks pada kolagen protein pada struktur tulang
membentuk rangka yang mampu menyangga tubuh serta tempat bersandarnya otot
yang menyebabkan memungkinkan terjadinya gerakan
Fungsi kalsium diantaranya adalah:
1) Membentuk struktur tulang dan gigi sebagai cadangan kalsium tubuh.
Kalsium berfungsi sebagai pencegah osteoporosis yang berisiko terjadinya
patah tulang terutama tulang panggul, vertebrae, dan deformitas
(perubahan bentuk tulang) tulang belakang, terlihat tinggi badan kurang
(Rachmiaty, 2009).
2) Peran kalsium adalah untuk kontraksi dan eksitasi otot jantung dan otot
lainnya, transmisi sinap sistem saraf, agregasi platelet, koagulasi dan
sekresi hormon dan regulator lain yang memerlukan eksositosis (Setyorini,
2009).
3) Kalsium berperan dalam proses pembentukan hormon, enzim yang
mengatur pencernaan dan metabolisme.

12
4) Kalsium dapat membantu melenturkan otot pembuluh darah sehingga
memudahkan lepasnya plak atau endapan yang menempel pada pembuluh
darah.
5) Kalsium dapat dapat mengurangi risiko kanker usus besar dengan cara
menekan efek iritasi pada usus yang disebabkan asam empedu
(Rachmiaty, 2009).
6) Kalsium mempunyai peran terhadap regulasi tekanan darah, diantaranya
adalah menurunkan aktivitas sistem renin-angiotensin, meningkatkan
keseimbangan natrium dan kalium, serta menghambat konstriksi pembuluh
darah (Lestari, 2010). Asupan kalsium yang meningkat dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hypertensi (Yuniarti, 2014).
7) Asupan kalsium oleh ibu hamil membantu pembentukan tulang janin, gigi
janin, mencegah pengeroposan tulang, mencegah hipertensi kehamilan,
dan mencegah sesak nafas/ asma (alergi) (Sudargo, 2013)

2.2.3 Metabolisme Kalsium


Kalsium sangat penting karena merupakan mineral terbanyak dalam tubuh
dan diperlukan pada sebagian besar proses biologis. Kurang lebih 99% terdapat
pada tulang rangka dan gigi dalam bentuk kristal hydroxyapatite. Sisanya (1%)
dalam bentuk ion pada cairan intraseluler dan ekstraseluler, terikat dengan protein
dan membentuk kompleks dengan ion organik, seperti sitrat, fosfat dan
bikarbonat. Konsentrasi normal total kalsium dalam plasma adalah 2,4-2,5 mM
sedangkan konsentrasi ion kalsium bebas berkisar antara 1.25-1.3 mM.
Homeostasis kalsium yang efektif penting dalam banyak proses biologis,
termasuk metabolisme tulang, proliferasi sel, koagulasi darah, hormonal
signalling transduction dan fungsi neuromuscular Keseimbangan kalsium
dipertahankan oleh 3 organ utama, yaitu: sistem gastrointestinal, tulang, dan
ginjal. Sistem gastrointestinal menjaga homeostasis kalsium dengan mengatur
absorpsi kalsium melalui sel-sel gastrointestinal. Jumlah absorpsi tergantung dari
asupan, usia manusia, hormone vitamin D, kebutuhan tubuh akan kalsium, diet

13
tinggi protein dan karbohidrat serta derajat keasaman yang tinggi (pH rendah).
Asupan kalsium tidak boleh melebihi 2500 mg/hari. Manusia dewasa
mengkonsumsi kalsium sekitar 500-1200 mg sehari. Absorpsi kalsium ervariasi,
antara 10-60% dan pada manusia kurang lebih 175 mg/hari. Jumlah ini menurun
seiring dengan peningkatan usia dan meningkat ketika kebutuhan akan kalsium
meningkat sementara asupan sedikit. Usus hanya mampu menyerap 500-600 mg
kalsium sehingga pemberian kalsium harus dibagi dengan jarak 5-6 jam. Absorpsi
terjadi dalam usus halus melalui mekanisme yang terutama dikontrol oleh
calcitropic harmones (1,25-dihydroxycholecalciferol vitamin D3 (1,25- (OH)
2D3) dan parathyroid harmone (PTH)).
Untuk mempertahankan keseimbangan kalsium, ginjal harus
mengeksresikan kalsium dalam jumlah yang sama dengan kalsium yang
diabsorpsi dalam usus halus. Tulang tidak hanya berfungsi sebagai penopang
tubuh namun juga menyediakan sistem pertukaran kalsium untuk menyesuaikan
kadar kalsium dalam plasma dan cairan ekstraseluler. Kurang lebih 90% kalsium
yang masuk akan dikeluarkan melalui feses dan sebagian kecil melalui urin,
sekitar 200 mg/hari untuk mempertahankan kadar normal dalam tubuh.
Metabolisme kalsium dan tulang berkaitan erat satu sama lain dan terintegrasi.
Defisiensi kalsium (misalnya pada lansia), yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin D dan peningkatan PTH, mengakibatkan tulang akan melepaskan kalsium
(resorpsi tulang meningkat) untuk dapat mengembalikan kalsium serum kembali
normal (Muliani, 2012).

a. Mekanisme Absorpsi Kalsium


Transpor kalsium dalam usus halus dimediasi oleh proses transpor yang
tersusun kompleks dan diregulasi oleh calcitropic harmones, yaitu : 1,25-
(OH)2D3 and PTH. Hormon-hormon lain, seperti glukokortikoid, prolaktin dan
estrogen berperan sebagai regulator absorpsi kalsium di usus halus. Absorpsi
kalsium di usus halus dapat melalui 2 mekanisme, yaitu aktif dan pasif. Transpor
kalsium aktif terjadi terutama di duodenum dan proximal jejenum, sementara
transpor pasif terjadi pada seluruh usus halus. Usus besar juga mampu

14
mengabsorpsi kalsium namun hal tersebut masih kontroversial. Duodenum adalah
tempat absorpsi kalsium yang paling efisien karena dapat mengambil kalsium
bahkan pada keadaan diet sangat rendah kalsium melalui mekanisme aktif, juga
memiliki seluruh komponen bagi transpor kalsium melalui jalur transcellular, dan
paracellular. Mekanisme transport kalsium dalam duodenum, meliputi :
1) Transcellular Calcium Transport
Transcellular transport merupakan transpor aktif yang hanya terjadi di
duodenum. Transpor ini memicu pergerakan kalsium melalui 3 tahap, yaitu :
apical calcium entry, cytoplasmic calcium translocation dalam bentuk terikat
dengan calbindin-D9k dan basolateral calcium extrusion. Kalsium luminal
melewati membran melalui transient receptor potential vanilloid family calcium
channel (TRPV)5 dan 6. Plasma membrane Ca2+-ATPase (PMCA1b) yang
terdapat pada basolateral membrane akan mengeluarkan cytoplasmic calcium ke
dalam plasma. Cytoplasmic calcium dapat juga dikeluarkan oleh transporter lain,
yaitu NA+/Ca2+ exchanger 1 (NCX1) namun kemampuannya hanya 20%
dibandingkan engan PMCA1b (80%). Transpor kalsium melalui jalur transcellular
digunakan dalam kondisi fisiologis dan jalur ini semakin penting ketika terjadi
peningkatan kebutuhan kalsium, misalnya ketika hamil dan menyusui. Jalur ini
distimulasi langsung oleh 1,25-(OH)2D3.

2) Paracellular Calcium Ransport


Paracellular transport merupakan mekanisme aktif (cellular energy
dependent) dan pasif (calcium gradient dependent). Komponen pada paracellular
calcium transport, yaitu: passive paracellular, solvent-drag induced, dan voltage-
dependent transport. Energi untuk paracellular transport pasif ini berasal dari
energi bebas yang dihasilkan oleh transepithelial calcium gradient (5 mM pada
luminal side dan 1.25 mM padaplasma side). Transport ini penting terutama
ketika terdapat konsentrasi kalsium luminal yang tinggi akibat asupan kalsium
yang tinggi. Solvent-drag induced dan voltage-dependent transport merupakan
proses aktif yang tergantung dari aktivitas Na+/K+-ATPase yang terjadi akibat
lingkungan paracellular yang hiperosmotik bagi solvent drag dan perbedaan

15
potensial di transepithelial. Lingkungan hiperosmotik akan menginduksi aliran air
yang membawa ion kalsium melewati paracellular space. Solvent drag-induced
paracellular calcium transport merupakan 80% dari total transport kalsium aktif.
Kalsium bergerak melewati epitel melalui mekanisme transcellular atau
paracellular. Paracellular transport tergantung pada active sodium transport yang
menciptakan osmotic gradient dalam paracellular spacedan transepithelial
potential difference (PD) melewati lapisan epitel. Sodium terutama memasuki
absorptive cells bersama-sama glukosa melalui sodium-dependent glucose
transporter 1 (SGLT1). Potential difference sebesar 5 mV dengan sisi mukosa
lebih negatif daripada sisi serosal. Transcellular calcium active transport, dimulai
dengan masuknya apical passive calcium melalui transient receptor potential
vanilloid family calcium channel (TRPV). Kalsium kemudian ditranslokasi
melewati 10 cytoplasma, sebagian besar dalam bentuk terikat dengan calbindin-
D9K, menuju basolateral membrane dan akhirnya dikeluarkan dari sel oleh
Na+/K+- ATPase dan Na+/Ca2+ exchanger (NCX1). Beberapa peneliti
menyatakan bahwa paracellular transport diregulasi oleh tight junction proteins
dari claudin family. Claudins memiliki charged amino acids pada extracellular
loops yang mengontrol pergerakan ion paracellular dalam channellike manner.
Claudin-16 (paracellin-1) pada loop Henle bagian ascending meregulasi
reabsorpsi kalsium dan magnesium tubular. Claudin-3, tergantung pada 1,25-
(OH)2D3, dan ekspresi beberapa claudin dihubungkan dengan peningkatan
absorpsi kalsium di usus halus. Claudin-2,-3, dan -12 akan mengalami
polimerisasi untuk membentuk ion- selective paracellular channels, dapat
meregulasi transepithelial calcium transport. Protein transmembran lain dari tight
junction, yaitu occludin, juga penting untuk mempertahankan integritas epitel.
Sejumlah cytoplasmic tight junction proteins, misalnya protein zonula occludens
(ZO) -1, -2, -3 dan cingulin, juga dapat meregulasi ekspresi, distribusi, dan fungsi
claudins (Muliani, 2012).

16
2.2.4 Sumber Kalsium
Sumber utama kalsium dalam makanan terdapat pada susu dan hasil
olahnya, seperti keju atau yoghurt. Sumber kalsium selain susu juga penting untuk
memenuhi kebutuhan kalsium, baik yang berasal dari hewani atau nabati. Sumber
kalsium yang berasaldari hewani, seperti sarden, ikan yang dimakan dengan
tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik.

Sumber kalsium yang berasal dari nabati, seperti serealia, kacang-


kacangan dan hasil kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau
merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini
mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat
dan oksalat (Rachmiaty, 2009). Kontribusi kalsium dari kacang-kacangan dan
olahan hampir sama banyaknya kontribusi dari pangan hewani bukan susu. Hal ini
dikarenakan pangan sumber kalsium dari kacang-kacangan dan olahan seperti
tahu dan tempe, meskipun kandungan kalsiumnya lebih rendah daripada pangan
hewani bukan susu tapi lebih sering dikonsumsi. Hal yang harus diperhatikan
adalah adanya inhibitor seperti oksalat pada bayam dan fitat pada serealia
sehingga ketersediaan biologis kalsium dari pangan nabati umumnya lebih rendah
dibandingkan pangan hewani (Hardinsyah, 2008). Ikan dan sumber makanan laut
mengandung kalsium lebih banyak dibanding daging sapi maupun maupun ayam
(Rachmiaty, 2009).

17
2.3 MANFAAT VITAMIN D DAN KALSIUM DALAM MENURUNKAN
INSIDEN PENYAKIT NEUROLOGI

2.3.1 Manfaat Vitamin D Dalam Menurunkan Insiden Penyakit Neurologi


a) Vitamin D sebagai Neuroprotektor
Terdapat banyak bukti peranan vitamin D didalam regulasi perkembangan
dan fungsi sel saraf. Ada bukti bahwa vitamin D dapat disintesis dan
dimetabolisme secara lokal pada sistem saraf pusat. Metabolit vitamin D-
25(OH)D3 dan 1,25(OH)D3 dapat melewati sawar darah otak dan terlibat dalam
berbagai fungsi metabolisme didalam susunan saraf pusat. Keterlibatan vitamin D
pada susunan saraf pusat dipengaruhi oleh adanya enzim 1𝛼-hydroxylase yang
bertanggung jawab pada pembentukan vitamin D dan adanya VDR yang banyak

18
ditemukan didalam neuron, sel glia , astrosit, oligodendrosit, dan sel schwan.
11,24,25 Didalam sel otak vitamin D terlibat dalam mengatur homeostasis
kalsium neuron . Hal ini menunjukkan efek proteksi vitamin D terhadap neuron
dengan cara menurunkan influks kalsium kedalam neuron dan menurunkan
aktivas PKC. Regulasi kalsium otak oleh vitamin D juga terjadi melalui down-
regulasi L-type voltage-sensitive Calcium channels (L-VSCCs) pada sel-sel
hipokampus yang dapat melindungi sel saraf dari kematian sel eksitotoksik.25
Vitamin D juga dapat melindungi struktur dan integritas neuron melalui
peningkatan induksi sintesis neurothropin (NT), NGF, reseptor NGF, dan
meregulasi faktor-faktor tropik seperti glial cell derived neurothropic factor
(GDNF) pada korteks dan striatum.

b) Vitamin D Sebagai Antiinflamasi Langsung Terhadap Mikroglia


Selain berperan dalam regulasi kalsium vitamin D juga mempunyai sifat
imunoregulasi. Aktivitas imunomodulasi vitamin D terjadi melalui reseptor
vitamin D (VDR) yang terdapat pada semua sel-sel imun seperti antigen
presenting cell (APC) dan sel T yang teraktivasi. Vitamin D berfungsi dalam
pengaturan dan differensiasi sel-sel pada sistem imun secara langsung maupun
tidak langsung. Pemberian vitamin D menyebabkan penurunan sekresi IL-2 dan
interferon-𝛾 oleh sel T CD4 dan meningkatkan produksi IL-5 dan IL-10 yang
dapat memicu apoptosis sel dendritik. Penelitian lain menyebutkan bahwa
calcitrol dapat menghambat baik Th1 maupun Th2, termasuk IL-4. Fungsi
imunomodulator vitamin D didalam sel saraf melalui inhibisi sintesis inducible
nitric oxide synthase (iNOS), suatu enzim yang diproduksi sebaga respon
terhadap inflamasi dan berbahaya bagi sel-sel saraf.26
Fungsi antiinflamasi vitamin D bekerja degan menurunkan sekresi sitokin
proinflamasi seperti C-reactive protein (CRP), IL-6,IL-12,TNF-𝛼
danmeningkatkan sekresi sitokin antiinflamasi seperti IL-4, IL-5,dan IL- 10.
Pemberian vitamin D dapat menghambat produksi TNF- 𝛼, IL-6 dan NO pada sel
mikroglia, menunjukkan efek antiinflamasi langsung vitamin D terhadap
mikroglia. antiinflamasi langsung vitamin D terhadap mikroglia 27

19
2.3.2 Manfaat Kalsium Dalam Menurunkan Insiden Penyakit Neurologi
a) Kalsium sebagai transmisi sinap sistem saraf
Kalsium akan memicu terjadinya fusi vesikel ke dalam membran dan
pelepasan neurotransmiter pada celah sinaps melalui proses eksositosis.
Kalsium yang terdapat pada cairan ekstraseluler merupakan suatu syarat
penting dalam proses pelepasan neurotransmiter sebagai respon adanya suatu
potensial aksi. Efek kerja kalsium dapat dihambat oleh magnesium.
Mekanisme pelepasan senyawa kimia dari presinaptik diawali dengan
adanya potensial aksi pada saraf presinaptik tersebut kemudian diikuti dengan
depolarisasi yang mengakibatkan masuknya ion kalsium.Setelah kalsium
masuk, second messengerakan teraktifasi dan proses seluler pembentukan
senyawa kimia atau disebut neurotransmiter terjadi. Kalsium juga membantu
meleburnya senyawa kimia ini dengan ujung saraf dan diikuti dengan
pelepasan neurotransmiter diujung saraf. Detail dari struktur sinaptik berbeda
satu dengan yanglain.Jembatan antara saraf dengansaraf yang lain berbeda
dengan jembatan antara saraf dan otot rangka;juga berbeda pada hubungan
sinaptik antara sarafotonom dengan organ target. Pada susunan saraf pusat
jarak celah sinapsissangat sempit, dan senyawa kimia transmiternya bergerak
engan sangat mudah dicelah sinaptik. Pada sinaptikdi sarafotot, batang saraf
akan terbenam dalam targetdan terlipat di dalam, gunanya untuk mencegah
keluarnya neurotransmiter keluardari sasaran.
Pada saraf otonom, saraf eferennyaakan menembus dan membesar di
dalamnya. Jarak sinaptiknya relatif lebih besar daripada sinaptikpada saraf
pusat. Gunanya agar penyampaian neurotransmiter dapatmencapaiorganseluas
mungkin.

b. Kalsium mengontrol pelepasan neurotransmiter


Celah sinaptikterletak beberapa mikron saja dari membran presinaptik.
Ketika potensial aksi merambat pada saraf presinaptik,adanyadepolarisasi
akan mengakibatkan terbukanya kanal Ca2+dan ion ini akan masuk ke dalam
sitosol. Pada waktu Ca2+di sitosol meningkat, maka proses seluler yang

20
melibatkan second messengerdan Ca2+akan terjadi, peluangyang
mengakibatkan vesikel melebur dengan membrane presinaptik(gambar
2.5).Ada tenggang waktu sekitar 0.5 milidetik antara tibanya potensial aksi
dari batang saraf presinaptikdengan reaksi yang ditimbulkan pada
postsinaptik.Tenggang waktu tersebut. menunjukkanadanya aktifasi second
messenger pada batang sarafpostsinaptikatau target lainnya. Selain itu juga
terjadidifusi dari transmiter untuk melewati celah sinaptiktadi.Jumlah quanta
dari transmiter yang dilepaskan bergantungkepada konsentrasi Ca2+yang ada.
Jumlah quanta dari neurotransmiter menentukan manfaat atau akibat yang
akan terjadi padaproses sinaptiktersebut.

Potensial aksi adalah kejadian all–or-none, ya atau tidak sama sekali, dan
amplitudonya tetap karena permeabilitas dan jumlah Na+ dan K+selalu tetap.
Akan tetapi permeabilitas Na+ dan K+ diujung saraf umumnya dapat sedikit
berubah,baik bertambah atau berkurang.Hal ini disebabkanadanya kanal ion
lain (misalnya kanal Ca2+) sehinggaterjadi modulasi permeabilitas terhadap
kedua ion tersebut.Kontribusi kanal lain ini akan mempengaruhitinggi dan
durasi potensial aksi dan juga masuknya ion Ca2+ke sitosol. Hal ini
memungkinkan adanya penambahanatau pengurangan hasil proses sinaptik

21
BAB III
KESIMPULAN

22

Anda mungkin juga menyukai