Anda di halaman 1dari 26

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA PADA ANAK USIA SEKOLAH


DI RUANG BONA I RSUD Dr. SOETOMO

Disusun oleh :
Kelompok A Profesi Ners

1. Lutvi Choirunnisa, S.Kep 131813143001


2. Lutvia Puspitasari, S.Kep 131813143077
3. Marissa Ulfah, S.Kep 131813143072
4. Mar’atul Hasanah, S.Kep 131813143085
5. Mardhatillah Syauqina Putri, S.Kep 131813143090
6. Miladina Nahar, S.Kep 131813143041

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan
orang tua, kehilangan kontrol,dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa
nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis,
teriak, memukul, menyepak, tidak kooperaatif atau meolak tindakan keperawatan yang
akan diberikan.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk menatalaksanakan stress karena hospitalisasi menimbulkan krisis
dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan,
maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka
alamisebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi
mental,emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangandan
kebutuhan bermaintidak juga terhenti saat anak sakit atau anak dirumah sakit (Wong,
2009).
Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan
mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik hlus dan kasar pada anak. Pada
anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya sudah
baik (Soetiningsih, 1995). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan
pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang
dunia anak terutama usia anak pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk
melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain membuat anak menjadi
lebih rileks.
Bermain pada anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya,
dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenagan dimana dengan
kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak
yang mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia
akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecinya kurang mendapat kesempatan
bermain.
Ada beberapa permainan yang mampu meningkatkan perkembangan anak,
salah satunya adalah ular tangga. Permainan ualar tangga merupakan salah satu
permainan seerhana yang sering dimainkan oleh anak kecil. Permianan ini dimainkan
minimal oleh dua orang, dengan menjalankan patung permainan di dalam petak sesuai
dengan jumlah angka yyang keluar dari kocokan dadu. Pemain yang pertama kali
berhasil mencapai petak 30 maka dialah pemenangnya. Melalui permainan sederhana
ular tangga ternyata banyak hal yang bisa di pelajari. Pertama, permainan ini melatih
keterampilan dalam menghitung jumlah angka yang keluar dari dadu. Kedua, ular
tangga bermanfaat bagi perkembangan anak karena hal ini dapat melatih emosi anak,
orang tua harus mengarahkan bagaimana sebaiknya anak menanggapi emosi yang
dirasakan. Apabila anak berada dikotak ular yang mengharuskan turun kebawah,
berikan semangat agar ia tidak menyerah. Sebaliknya, saat ia mendapatkan giliran
berada dikotak tangga yang menghantarkan menuju kotak atas, berikan nasehat agar ia
tidak sombong, cepat puas, serta selalu bersyukur. Ketiga, ular tangga mengajarkan
anak untuk terus berusaha untuk meraih target.
Ruang Bona 1 merupakan ruang perawatan buat anak-anak. Dimana diruang
bona 1 terdiri dari ruang nefro, ruang hematologi, ruang tropik, ruang gastro, dan ruang
isolasi. Terapi bermain diruang bona 1 dilakukan setiap hari kecuali hari libur, tetapi
biasanya dilakukan diruang hematologi, oleh karena itu kami bermaksud mengadakan
terapi bermain diruang nefro.
Aktifitas anak yang meningkat namun kondisi daya tahan tubuh lemah
manjadikan anak rentang terserang penyakit, sehingga anak perlu menjalani
hospitalisasi. Hospitalisasi ini merupakan salah satu penyebab kecemasan. Kecemasan
pada anak merupakan hal yang harus segera diatasi karena sangat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan (Supartini, 2012).
Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan masalah utama pada anak. Anak
akan mengalami perasaan tertekan apabila mengalai hospitalisasi. Reaksi anak dalam
mengatasi hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman
pernah dirawat dirumah sakit, proses penyakit dan dirawat, sistem dukungan yang
tersedia serta keterampilan koping dalam menghadapi sterss terutama pada anak usia
prasekolah(Kyle & Carman, 2014). Respon anak prasekolah terhadap penyakit dan
hospitalisasi dapat menyebabkan mereka memandang bahwa kedua hal tersebut adalah
hukuman dan menyebabkan anak takut dengan tindakan invasif (Adriana, 2013).
Berdasarkan survei World Health Organitation (WHO) pada tahun 2008,
hampir 80% anak mengalami perawatan dirumah sakit. sedangkan diindonesia
berdasarkan survei kesehatan ibu dan anak tahun2010 didapatkan hasil bahwa dari
1.425 anak mengalami dampak hospitalisasi (Wicaksane, 2014). Berdasarkan survei
WHO (2013), 80% anak mendapat perawatan dirumah sakit dan sekitar 5% anak di
Amerika Serikat mengalami hospitalisasi setiap tahunnya. Berdasarkan survei ekonomi
nasional (SUSENAS) tahun 2014 jumlah anak prasekolah di indonesia yang mengalami
hospitalisasi sebesar 20,72%.
Salah satu intervensi untuk mengurangi stress hospitalisasi yang dapat
dilakukan adalah terapi bermain. Permainan akan membuat anak terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialami. Selain itu dengan melakukan permainan anak dapat
mengalihkan rasa sakit melalui kesengannya melakukan permainan (Supartini, 2012).
Bermain adalah pekejaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Azis, 2010).
Bermain merupakan suatu aktifitas bagi anak-anak untuk mempraktekkan keterampilan
mereka, mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan, membuat mereka
menjadi kreatif dan mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Azis,
2010).
Bermain dirumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat memberikan
pengalihan dan menyebabkan relaksasi sehingga menghilangkan ketakutan dan
ketegangan, membantu anak merasa lebih aman dilingkungan asing atau baru baginya,
mambantu mengurangi stres akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah, mengurangi
stres akibat tidakan keperawatan yang dilakukan dan sebagai alat ekspresi ide-ide dan
minat (Wong, 2009). Contoh terapi bermain yang dapat dilakukn dirumah sakit yaitu
ular tangga. Menurut penelitian Azis, 2010 terapi bermain ular tangga terbukti efektif
untuk meningkatkan tingkat kooperatif pasien anak usia prasekolah selama menjalani
perawatan di rumah sakit. Penelitian lain juga mengatakan bahwa terapi bermain ular
tangga berpengaruh terhadap perubahan kecemasan anak usia pra sekolah (3-5 tahun)
yang mengalami hospitalisasi diruang perawatan anak (Alini, 2017).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Anak dapat diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
aktivitas dan kreativitas serta kesabaran melalui permainan ular tangga.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengenal benda
2. Penggunaan permainan ular tangga dapat membantu anak melatih keterampilan fisik
dengan tangan ketika mereka memanipulasi pion dengan jari mereka. Anak dapat
berlatih seperti mencubit, memegang dan menggerakkan pion.
3. Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif lainnya seperti
imitasi, simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini membantu anak belajar lebih
banyak tentang lingkungan saat ia meniru bentuk benda sehari-hari dengan gambar pada
bidang ulartangga.
4. Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah. Memegang dan memindahkan
pion dapat menghasilkan efek menenangkan pada si anak dan berguna untuk
mengajarkan keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk
mengekspresikan.
5. Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama dengan anak-anak lain
dan dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk latihan bekerja sama dengan
berbagi.
6. Anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus.
7. Dapat mengenal warna-warna.
1.3 Manfaat
1. Bagi Anak
Sebagai sarana atau metode yang dapat memacu anak untuk menemukan ide-ide,
kreativitas, serta membantu perkembangan kognitif dan memberi kontribusi pada
perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir dengan menentukan jalan menuju
berbagai pengalaman yang tentu saja memperkaya cara berpikirnya.
2. Bagi Orang Tua
Sebagai masukan bagi orang tua dan tenaga pengajar agar menggunakan terapi bermain
sebagai salah satu metode dalam usaha mengembangkan aktivitas dan kreativitas serta
kesabarannya melalui permainan ular tangga.
3. Bagi Perawat
Sebagi masukkan agar menggunakan terapi bermain sebagai salah satu metode dalam
usaha mengembangkan aktivitas dan kreativitas melalui permainan ular tangga.
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai informasi untuk mengembangkan ilmu keperawatan kususnya keperawatan
anak dalam pemberian terapi modalitas bermain dengan sebagai salah satu metode
dalam usaha mengembangkan aktivitas dan kreativitas melalui permainan ular tangga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak
akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginannya sendiri
dan memperoleh kesenangan. Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya.
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk
menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional
anak (Champbell dan Glaser, 2005).
2.2. Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensori
a) Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b) Meningkatkan perkembangan semua indra
c) Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d) Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2. Perkembangan yang intelektual
a) Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
b) Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
c) Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
d) Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
e) Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya
kedalam persepsi dan hubungan baru
f) Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara
fantasi dan realita.
3. Perkembangan sosialisasi dan moral
a) Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.
b) Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
c) Mengembangkan keterampilan sosial
d) Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain.
e) Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.
4. Kreativitas
a) Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
b) Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c) Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5. Kesadaran diri
a) Memudahkan perkembangan identitas diri
b) Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c) Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
d) Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang lain.
e) Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat
mempengaruhi orang lain
6. Nilai Teraupetik
a) Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b) Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam
bentuk yang secara sosial dapat diterima
c) Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman.
d) Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan, rasa
takut, dan keinginan.
2.3. Tujuan Bermain
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit. Pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya. Permainan adalah
media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai perasaan yang tidak
menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan
menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan sesuatu seperti
yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.

2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


Ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak yaitu tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan anak, jenis kelamin anak,
lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai
bagi anak.
a. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak
lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Permainan
adalah stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang
tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat
untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energy. Walaupun demikian, bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada
anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang terpenting
pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit bahkan dirawat di
rumah sakit orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat
dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang di rawat di
rumah sakit.
c. Jenis kelamin anak
Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dlm kaitannya dengan permainan
anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-
laki atau perempuan.untuk mengembangkan daya piker, imajinatif, kreativitas, dan
kemampuan social anak. Akan tetapi ada pendapat lain yang meyakini bahwa
permainan adalah salah satu untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga
sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh
anak laki-laki.
d. Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah
satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah.
Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari,
melompat, dan bermain dengan teman sekelompoknya.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Label
yang tertera pada permainan harus di baca terlebih dahulu sebelum membelinya,
apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus
yang dibeli di took atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat
menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali disekitar kehidupan
anak , akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus
didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan mengajarkan anak untuk dapat
mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interkasi
social dengan orang lain.

2.5 KLASIFIKASI BERMAIN


a. Berdasarkan isi permainan
1) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenagan dan
kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang
lain.permainan yang biasa dilakukan adalah “ciluk ba” berbicara sambil
tersenyum/tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada bayi dan
menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.
2) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak
dan biasanya mengasyikan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan
membuat gunung-gunung atau benda-benda apasaja yang dapat dibentuknya
dengan pasir. Bias juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-
macam permainan, misalnya memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain. Ciri
khas permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik bersentuhan
dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukan sehingga susah
dihentikkan.
3) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak,
khususnya motorik kasar dan halus. Misalkan bayi akan trampil memegang benda-
benda kecil, memindahkan benda dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dan
anak trampil naik sepeda.
4) Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu
yang menggunakan perhitungan dan/skor. Permainan ini bias dilakukan oleh anak
sendiri dan/ atau temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang
sifatnya tradisional maupun yang modern. Misalnya : ular tangga, congkla,
puzzle,dll.
5) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-
jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada
disekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu,
dan situasi atau objek yang ada disekelilingnya yang digunakannnya sebagai alat
permainan. Anak tampak senang, gembira dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya tersebut.
6) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang
lain melalui permainan. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa,
misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakanya, dan sebagainya yang ia tiru.
b. Berdasarkan karakter soaial
1) Onlooker play
Pada jenis permainan ini anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain,
tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan, jadi, anak tersebut
bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang
dilakukan temanya.
2) Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan tetapi anak
bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan
tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja
sama, atau komunikasi dengan teman sepermainan.
3) Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi
antara satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga
antara anak yang satu dengan anak yang lain tidak ada sosialisasi satu sama lain.
Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
4) Assosiatif play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak yang
lain, tetapi tidak terorganisasi tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan,
dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh bermain boneka, bermain hujan-hujanan,
bermain masak-masakan.
5) Cooperative play
Aturan permainan dlam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga
tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan
mengarahkan anggotanya,untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola.
c. Berdasarkan kelompok usia anak
1) Anak usia bayi
Bayi usia 0-3 bulan.seperti yang disinggung pada uraian sebelumnya karakteristik
khas permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi social yang menyenangkan
antara bayi dan orang tua dan atau orang dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan
senang juga menjadi cirri khas dan permainan untuk bayi usia ini. Alat permainan
yang biasa digunakan misalnya mainan gantung yang berwarna terang dan bunyi
music yang menarik.
Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan dapat dilakukan permainan
seperti mengajak bayi menonton TV, member mainan yang mudah dipeganggnya
dan berwarna terang, serrta dapat pula dengan cara member cermin dan
meletakkan bayi di depannya sehingga memungkinkan bayi dapat melihat
bayangan di cermin.stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan cara selalu
membiasakan memanggil namaya. Untuk stimulasi taktil berikan mainan yang
dapat digenggamnya lembut dan lentur, atau pada saat memandikan biar bayi
bermain air di dalam bak mandi.
Bayi usia 7-9 bulan. Untuk stimulasi penglihatan dapat dilakukan dengan
memberikan mainan yang berwarna terang atau berikan kepadanya kertas dan alat
tulis biarkan ia mencoret-coret sesuai keinginannya.
2) Anak usia toddler(>1 tahun-3tahun)
Anak usia toddler kegiatan belajar menunjukan karakteristik yang khas yaitu
banyak bergerak, tidak bias diam, dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk dapat mandiri.jenis permainan yang tepat dipilih untuk
anak usia toddler adalah solitary play dan parallel play.
3) Anak usia pra sekolah (>3 tahun-6 tahun)
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah
mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada
anak usia toddler.anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga
kemampuan berbicara dan berhubungan social dengan temannya semakin
meningkat. Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah associative play,
dramatic play, dan skill play.
4) Anak usia sekolah(6-12tahun)
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis
kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan
menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-
laki misalnya mobil-mobilan. Ank perempuan lebih tepat diberikan permainan
yang dapt menstimulasi untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan sikapnya
dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk
memasak dan boneka.
5) Anak usia remaja (13-18 tahun)
Melihat karakteristik ank remaja demikian, mereka perlu mengisi kegiatan yang
konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olahraga,
mendengar, dan atau bermain music serta melakukan kegiatan organisasi remaja
yang positif serta kelompok basket, sepak bola, karang taruna dan lain-
lain.prinsipnya, kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari
kesenagan dan meningkatkan perkembangan fisiemosional, tetapi juga lebih
kearah menyalurkan minat. Bakat, aspirasi, serta membantu remaja untuk
menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa
berbagai macam alat olahraga, alat musik, dan alat gambar atau lukis.

2.6 PRINSIP-PRINSIP DALAM AKTIVITAS BERMAIN


Soetjiningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agara aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif sebagai mana berikut ini :
a. Perlu ekstra energy
Bermain memerlukan energy yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang
memadai.asupan ( intake ) yang kurang dapat menurunkan gairah anak.anak yang sehat
memerlukan aktivitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain
pasif, untuk menghindari rasa bosan atau jenuh.
Pada anak yang sakit, keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energy yang
digunakan untuk mengatasi penyakitnya. Aktivitas bermain anak sakit yang bias
dilakukan adalah bermain pasif, misalnya : menonton tv, mendengarkan music dan
menggambar
b. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai waktu yang cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal.selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup
untuk mengenal alat – alat permainanya.
c. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini, sehingga alat
permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan
adalah alat permainan tersebut harus aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Aktivitas bermain dapat dilakukan dimana saja, diruang tamu, dihalaman bahkan
diruang tidur. Diperlukan suatu ruanganan atau tempat khhusus untuk bermain bila
memungkinkan, dimana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk
menyimpan mainanya.
e. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba – coba sendiri, meniru teman – temannya atau
diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terakhir adalah yang terbaik karena anak lebih
terarah dan lebih berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan
tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan
yang diberikan umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi
kurang hangat.
f. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya. Ada
saat – saat tertentu dimana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya
sendiri. Bermain yang dilakukan bersama dengan orang tuanya akan mengakrabkan
hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui
setiap kelainan yang dialami oleh anaknya.

2.7 ALAT PERMAINAN EDUKATIF


Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya
dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan social anak
(soetjningsih, 1995).
Agar orang tua dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat –
syarat berikut ini yang perlu diperhatikan adalah :
a. Keamanan
Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak terlalu kecil, cat
tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada
usia ini anak kadang – kadang suka memasukkan benda kedalam mulut.
b. Ukuran dan berat
Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak. Apabila
mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau
memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan akan mudah tertelan.
c. Desain
APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran, susunan,
ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE hendaknya
tidak terlalu rumit untuk menghindari kebingungan anak.
d. Fungsi yang jelas
APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan
anak.
e. Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang), namun
tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu mudah, karena anak akan
cepat bosan.
f. Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa. Jadi,
dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua
orang.
g. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat luas
Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka setiap
lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi maupun
rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bias didesain sendiri asal
memenuhi persyaratan

2.8 BERMAIN UNTUK ANAK YANG DIRAWAT DIRUMAH SAKIT


Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa
lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang
tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau
yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti sesama
pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti
takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali
dialami anak. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan
tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam
perawatan.media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang
teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang
sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan
untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan
parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian
integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
1) Meningkatkan hubungan antara klien ( anak keluaarga ) dan perawat karena
dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk
membina hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya.
Bermain merupakan alat komunikasi yang elektif antara perawat dank klien.
2) Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada
anak.
3) Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang
pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan
pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum
dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau pada anak
yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau
melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
4) Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi
secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya.
Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit :
1) Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang
dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan
yang dapat dilakukan ditempat tidur dan anak tidak boleh diajak bermain dengan
kelompoknya ditempat bermain khusus yang ada diruang rawat. Misalnya, sambil
tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau diberikan buku komik anak-anak,
mobil-mobilan yang tidak pakai remote control, robot-robotan, dan permainan
lain yang dapat dimainkan anak dan orang tuanya sambil tiduran.
2) Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih jenis
permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada
pada anak dan/atau yang tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat
permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak (misalnya,
menggambar / mewarnai, bermain boneka dan membaca buku cerita )
3) Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang aman untuk
anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari – lari dan bergerak secara
berlebihan.
4) Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan dilakukan khusus
di kamar bermain secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada
kelompok umur yang sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia
prasekolah.
5) Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang
dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya
bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat
orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak dari awal permainan
sampai mengevaluasi permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua
anak lainnya.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI RUANG BONA I RSUD Dr. SOETOMO

Topik : Terapi Bermain Ular Tangga


Sasaran : Anak usia 6-12 tahun yang sedang dirawat di ruang NEFRO Bona I
Hari / Tanggal : Jumat, 1 Januari 2019
Tempat : Ruang Bona I RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB (30 menit)
Pelaksana : Mahasiswa A14 Kelompok C3A P3N Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga

I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapat terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan
perasaannya menjadi lebih tenang selama dirawat di rumah sakit dan merasa
tidak takut lagi terhadap perawat.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit diharapkan:
1. Anak merasa tenang dan tidak bosan selama dirawat di rumah sakit.
2. Anak merasa senang dan tidak takut lagi dengan petugas kesehatan
seperti dokter dan perawat.
3. Anak mau melaksanakan anjuran dari dokter dan perawat.
4. Anak menjadi kooperatif kepada perawat.
5. Kebutuhan bermain untuk anak terpenuhi.
6. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
7. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak tentang
suatu permainan.
8. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang
tepat.
9. Anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit.
10. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman.

II. Sasaran
Peserta dalam terapi bermain ini adalah:
1. anak usia sekolah (6-12 tahun) yang sedang dirawat di ruang Nefro Bona I
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Anak bersedia mengikuti permainan (tidak rewel).
3. Tidak dalam kondisi badan panas atau kejang.
III. Materi
Terlampir
IV. Media
Papan
V. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik : Dr. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp. M.Kes
2. Pembimbing Klinik : Dwi Endah, S.Kep. Ns
3. Leader : Mardhatillah Syauqina Putri
4. Co-Leader : Marissa Ulfah
5. Fasilitator : Mar’atul Hasanah
Miladina Nahar
6. Observer : Lutvi Choirunnisa
Lutvia Puspitasari
VI. Setting Tempat

Keterangan :
: Observer
: Leader : Peserta

: Co Leader : Fasilitator
VII. Job Description
No Nama Sie Job Description
1. Leader 1. Sebagai katalisator, yaitu mempermudah
komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang
memungkinkan klien menjadi termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya.
2. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi
anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi.
3. Koordinator, yaitu mengarahkan proses
kegiatan ke arah pencapaian tujuan dengan
cara memberi motivasi kepada anggota
untuk terlibat dalam kegiatan.
2. Co Leader 1. Mengidentifikasi issue penting dalam
proses
2. Mengidentifikasi strategi yang digunakan
leader
3. Mencatat modifikasi strategi untuk
kelompok pada session atau kelompok
yang akan datang
4. Memprediksi respon anggota kelompok
pada sesi berikutnya.
3. Fasilitator 1. Mempertahankan kehadiran peserta
2. Mempertahankan dan meningkatkan
motivasi peserta
3. Mencegah gangguan atau hambatan
terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok.
4. Observer 1. Mengamati jalannya kegiatan terapi
bermain
2. Memperhatikan tingkah laku peserta
selama kegiatan
3. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya
kegiatan terapi bermain
4. Menilai performa dari setiap tim terapis
dalam memberikan terapi.
VIII. Pelaksanaan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 Menit Pembukaan :
1. Co leader mengucapkan salam 1) Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2) Mengenal tim penyuluh
3. Menjelaskan kontrak waktu 3) Mengetahui kontrak
4. Memperkenalkan anak satu per satu waktu penyuluhan
dan anak saling berkenalan dengan 4) Mendengarkan dan
temannya saling berkenalan
5. Mempersilahkan leader untuk 5) mendengarkan
memimpin terapi bermain
2. 20 Menit Pelaksanaan :
1. Leader menjelaskan cara 1) Mendengarkan
permainan. 2) Menjawab pertanyaan
2. Menanyakan pada anak, anak 3) Menerima permainan
bersedia untuk bermain atau tidak. 4) Bermain
3. Membagikan permainan. 5) Mengungkapkan
4. Leader, Co Leader, dan fasilitator perasaan
memotivasi anak.
5. Observer mengobservasi anak.
6. Menanyakan perasaan anak.
3. 5 menit Terminasi
1. Leader menghentikan permainan. 1) Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak. 2) Mengungkapkan
3. Menyampaikan hasil permainan. perasaan
4. Memberikan hadiah pada anak yang 3) Mendengarkan
menang. 4) Menjawab salam.
5. Membagikan souvenir pada semua
anak yang bermain.
6. Co leader menutup acara.
7. Mengucapkan salam.
IX. Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Kontrak waktu dan tempat dilakukan 1 hari sebelum acara dilaksanakan
b. Pembuatan proposal terapi bermain
c. Penentuan temapt yang akan digunkan dalam penyuluhan
d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumdan saat
penyuluhan dilaksanakan
e. Alat-alat yang digunakan lengkap
f. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Kriteria Proses
a. Terapi dapat berjalan dengan lancer
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Kriteria Hasil
a. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
b. Anak merasa senang
c. Anak tidak takut lagi dengan perawat
d. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
e. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
LEMBAR PENILAIAN PELAKSANAAN
TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA
DI RUANG BONA I RSUD Dr. SOETOMO
MAHASISWA P3N ANGKATAN A2014
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
No Aspek yang dinilai Bobot Nilai
1 2 3 4
A. Alat
1. Rancangan program bermain lengkap dan 3
sistematis
2. Alat bermain sesuai dengan umur atau jenis 2
kelamin dan tujuan.
B. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan kontrak waktu 2
2. Mengecek kesiapan anak (tidak mengantuk, 3
tidak rewel, keadaan umum baik/kondisi yang
memungkinkan
3. Menyiapkan ruangan dan alat-alat 2
4. Mencuci tangan 1
C. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada anak dan keluarga 1
serta menyapa nama anak
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan pelaksanaan 3
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien 1
sebelum kegiatan dilakukan.
D. Tahap Kerja
1. Memberikan petunjuk pada anak cara bermain 3
2. Mempersilahkan anak untuk melakukan 2
permainan sendiri atau dibantu.
3. Memotivasi keterlibatan anak dan keluarga 3
4. Memberikan pujian kepada anak bila dapat 3
melakukan kegitan
5. Mengobservasi emosi, hubungan interpersonal, 3
psikomotor anak pada saat bermain
6. Meminta anak menceritakan apa yang 3
dilakukan atau dibuatnya
7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain 3
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga 2
tentang permainan
E. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan 3
2. Berpamitan dengan anak dan keluarga 1
3. Membereskan dan mengembalikan alat ke 2
tempat semula
4. Mencuci tangan 1
5. Mencatat jenis permainan dan respon klien 3
serta keluarga dalam lembar catatan
keperawatan dan kesimpulan hasil bermain
meliputi emosional, hubungan interpersonal,
psikomotor, dan anjuran untuk anak dan
keluarga
DAFTAR HADIR PESERTA
TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA
DI RUANG BONA I RSUD Dr. SOETOMO
MAHASISWA P3N ANGKATAN A2014
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
No. NAMA ALAMAT TTD
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.

Anda mungkin juga menyukai