Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ELNI SUKMA

NIM : 1604112343

Keracunan Ikan dan Siput di Buton Meluas

1. Pendahuluan

Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah menyantap

makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun yang terbentuk

akibat pembusukan makanan dan bakteri (Arisman, 2009). Junaidi (2011)

menyatakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan

ke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya bagi tubuh disebut

sebagai keracunan makanan. Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan

makanan adalah keracunan yang terjadi akibat menelan makanan atau air yang

mengandung bakteri, parasit, virus, jamur atau yang telah terkontaminasi racun.

Penyebab keracunan makanan adalah kuman Clostridium botulinum yang

hidup dengan kedap udara (anaerobik), yaitu di tempat-tempat yang tidak ada

udaranya (Junaidi, 2011). Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran

bahan-bahan kimia beracun, kontaminasi zat-zat kimia, mikroba, bakteri, virus

dan jamur yang masuk kedalam tubuh manusia (Suarjana, 2013).

Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf dan

saluran cerna. Tanda gejala yang biasa terjadi pada sitem saraf adalah adanya rasa

lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot pernapasan

(Arisman, 2009). Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi

pada saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan

diare.
NAMA : ELNI SUKMA
NIM : 1604112343

2. Pembahasan

KENDARI — Korban akibat mengonsumsi siput dan ikan di Kabupaten

Buton dan Kota Bau bau, Sulawesi Tenggara (Sul tra), terus meluas. Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kendari, kini sedang meneliti dugaan

kandungan ar - senik dan sianida dalam tubuh siput dan ikan. Kantor berita Antara

menyebutkan kasus keracunan setelah mengonsumsi ikan dan siput di wilayah

Buton dan Kota Bau bau, sudah meluas ke wilayah kabupaten lain di Sulawesi

Tenggara (Sultra). Musibah keracunan ini telah menelan empat korban tewas di

Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, serta ratusan orang lainnya menjalani

perawatan medis. Pekan lalu, dua warga dalam satu keluarga di Desa Lakapera,

Kecamatan Gu, Buton, mninggal dunia setelah mengkonsumsi siput.

Pada Ahad (1/8), satu keluarga di Kelurahan Tampo, Kabupaten Muna, juga

dilaporkan ke racunan setelah mengonsumsi ikan. Kasus keracunan setelah

mengonsumsi ikan di Bu ton, awalnya menimpa warga Pulau Kadatua. Bela

kangan kasus tersebut meluas hingga ke sejumlah kecamatan di Bu - ton termasuk

Kota Baubau. Warga yang tinggal di sejumlah pulau kecil di Buton, seperti Ba tu

Atas, Siompu, dan Kadatua, dalam sebulan terakhir tidak lagi mengonsumsi

karena takut keracunan. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Kedari, Mohammad Guntur, mengatakan, pihaknya masih perlu waktu untuk

memastikan kandungan arsen dan racun sianida di dalam tubuh siput penyebab

keracunan di Buton dan Kota Baubau. “Pengujian nya di laboratorium harus

ekstra hati-hati dan teliti,” kata Gun tur, di Kendari, Senin (2/8). Berdasarkan hasil

uji laboratorium, dalam tubuh siput yang dikonsumsi warga Kota Baubau dan

Buton positif mengandung logam berat berupa Cu atau tembaga.


NAMA : ELNI SUKMA
NIM : 1604112343

Meskipun demikian, ia tidak dapat memastkan, apakah warga keracunan

karena logam berat tersebut atau bukan. “Kami bisa memastikan penyebab

keracunan itu bersumber dari siput, kalau semua makanan termasuk air minum

yang dikonsumsi saat warga keracunan, diteliti di laboratorium,” katanya. Resah

Dengan adanya kasus ini, warga menjadi resah dan takut mengonsumsi ikan dan

siput hasil tangkapan nelayan. “Ikan hasil tangkapan tidak terjual karena warga

ketakutan makan ikan laut sehingga nelayan rugi,” kata nelayan tangkap,

Amiruddin, yang dikutip sebuah media online nasional. Oleh karena itu,

Amiruddin mengharapkan pemerintah pusat, Pemprov Sultra, dan instansi terkait

menyelidiki kandungan racun tersebut. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan

Kota Baubau, Heru, mengatakan, peristiwa keracunan ikan itu terjadi karena

wilayah perairan Laut Buton saat ini dalam kondisi kelebihan phytoplankton dan

zooplankton, dua jenis makhluk hidup di laut berukuran kecil yang menjadi

makanan biota laut. “Kami sudah meneliti kondisi wilayah perairan Laut Buton.

Dua jenis makhluk kecil yang menjadi makanan biota laut itu saat ini jumlahnya

di wilayah perairan Laut Buton ber lebihan. Kuat dugaan, plankton tersebut

terbawa arus laut musim Timur dari Laut Banda,” katanya. Menurut Heru, ikan

yang bisa menyebabkan orang yang memakannya keracunan, hanya ikan-ikan

atau siput yang ke lebihan memangsa plankton.

Anda mungkin juga menyukai