PENDAHULUAN
harus tetap jernih dan permukaannya rata agar tidak menghalangi proses
pembiasan sinar. Kelainan yang bisa merusak bentuk dan kejernihan kornea
di sentral (daerah pupil), bila kelainan ini tidak diobati maka dapat terjadi
kebutaan.1,2
Keratitis merupakan suatu proses peradangan kornea yang dapat bersifat akut
maupun kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bakteri,
jamur, virus atau karena alergi. keratitis dapat dibagi menjadi beberapa
bentuk klinisnya.3
1
Gejala umum keratitis adalah visus turun perlahan, mata merah, rasa
silau, dan merasa ada benda asing di matanya. Gejala khususnya tergantung
dari jenis-jenis keratitis yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik masing-
masing keratitis pun berbeda-beda tergantung dari jenis penyebab dan tingkat
kedalaman yang terjadi di kornea, jika keratitis tidak ditangani dengan benar
maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus yang dapat merusak
haruslah cepat dan tepat agar tidak menimbulkan komplikasi yang merugikan
di masa yang akan datang terutama pada pasien yang masih muda.1,2,3
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Suku : Makassar
No. RM : 21 23 57
B. ANAMNESIS
dengan keluhan mata kanan yang kabur sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya
pasien mengeluh mata kanannya merah, dan nyeri, kemudian berair dan
silau jika melihat benda yang terang. Penglihatan kabur perlahan dan sering
3
kelilipan. Pasien mengaku matanya terkena benda kecil yang tiba-tiba
mengenai mata.
Tidak Ada
Riwayat Pengobatan:
Tidak Ada
C. STATUS GENERAL
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 19 x/menit
4
D. STATUS LOKALISASI OFTALMOLOGIS
1. Pemeriksaan Inspeksi
OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi OD OS
Nyeri tekan (+) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula pre- Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
aurikuler
3. Visus
5
VOD: 4/60, LP (-)
4. Pemeriksaan Fluoresence
OD : Fluoresence (+)
OS : Kesan normal
6. Pemeriksaan Funduskopi
6
E. RESUME
mata kanan yang kabur sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya pasien mengeluh
mata kanannya merah, dan nyeri, kemudian berair dan silau jika meliht
benda yang terang. Penglihatan kabur perlahan dan sering kelilipan. Pasien
mengaku matanya terkena benda kecil yang tiba2 mengenai mata. Riwayat
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD : 4/60 dan VOS : 6/6. Pada
lakrimasi (+), kornea tampak infiltrate halus, fluorensence (+), edem (-),
hiperemis (-), lakrimasi (-), kornea kersan normal, edem (-), BMD normal,
F. DIAGNOSIS KERJA
OD Keratitis Bakterialis
G. DIAGNOSIS BANDING
OD Keratitis Jamur
OD Keratitis Virus
OD Iridosiklitis
OD Konjungtivitis
7
OD Glaukoma Akut
H. TERAPI
Medikamentosa
- Topikal :
R/ C. LFX ED MD 6 dd 1 gtt OD
R/ C. Tobro ED MD 6 dd 1 gtt OD
I. PROGNOSIS
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
mm. Indeks bias kornea 1,375 dengan kekuatan pembiasan 80%. Sifat kornea
yang dapat ditembus cahaya ini disebabkan oleh struktur kornea yang uniform,
avaskuler dan diturgesens atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea yang
dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar
epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mencegah
dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada
8
cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan sifat transparan
hilang dan edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema
Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan
lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Jika kornea oedem
karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat
dipersarafi oleh banyak serat saraf sensorik yang didapat dari percabangan
pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V yang berjalan supra koroid, masuk
schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan didaerah limbus. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan
dan terdiri atas lima lapisan dari anterior ke posterior yaitu: lapisan epitel (yang
9
Gambar 1. Anatomi Kornea5
1. Epitel
Lapisan epitel kornea tebalnya 50m berbentuk pipih berlapis tanpa
tanduk, ada satu lapis sel basal dan sel polygonal. Sel bersifat fat soluble
substance. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel pipih,
sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan
membran basal yang saling melekat erat. Bila terjadi gangguan akan menjadi
erosi rekuren. Ujung saraf kornea berakhir di epitel, oleh karena itu kelainan
pada epitel akan menyebabkan gangguan sensibilitas korena dan rasa sakit dan
10
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian
depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi. Kerusakan pada
sekitar 90% dari ketebalan kornea. Bersifat water soluble substance. Terdiri
terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen bercabang.
Stroma bersifat higroskopis yang menarik air, kadar air diatur oleh fungsi
pompa sel endotel dan penguapan oleh sel epitel. Terbentuknya kembali serat
antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan
terletak dibawah stroma dan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya
pembuluh darah. Membran ini sangat elastis dan berkembang terus seumur
pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan
11
cairan akibat gangguan sistem pompa endotel, maka stroma akan bengkak
(kekeruhan) akan terjadi. Dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma
bedah, penyakit intraokuler dan usia lanjut. Lapisan endotel berasal dari
mesotalium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal dengan tebal 20-
40m yang melekat pada membran descmet melalui hemi desmosom dan
zonula okluden.
B. KERATITIS
1. Definisi
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea
menurun. Infeksi pada kornea bisa mengenai lapisan superficial yaitu pada lapisan
epitel atau membran bowman dan lapisan profunda jika sudah mengenai lapisan
stroma.2
2. Epidemiologi
keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih
sedikit pada negara-negara industri yang secara signifikan lebih sedikit memiliki
jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis jamur bervariasi sesuai dengan
lokasi geografis dan berkisar dari 2% dari kasus keratitis di New York untuk 35%
12
sedangkan spesies Candida dan Aspergillus lebih umum di negara-negara utara.
secara signifikan lebih sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak.5,6
3. Etiologi
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan
4. Patofisiologi4
Mata yang kaya akan pembuluh darah dapat dipandang sebagai pertahanan
mengalami dilatasi, kemudian terjadi kebocoran serum dan elemen darah yang
pada permukaan jaringan yang utuh membentuk garis pertahanan yang pertama.
pengenalan antigen yang lemah. Keadaan ini dapat berubah, kalau di kornea
13
nekrosis yang dapat dipengaruhi adanya toksin, protease atau mikroorganisme.
Secara normal kornea yang avaskuler tidak mempunyai pembuluh limfe. Bila
dengan kegiatan imunologik dalam nodus limfe yang masuk limbus (kornea
perifer) dan sklera yang letaknya berdekatan dapat ikut terkait dalam sindrom
iskhemik kornea perifer, suatu kelainan yang jarang terjadi, tetapi merupakan
kelainan yang serius. Patofisiologi keadaan ini tidak jelas, Antigen cenderung
antigen dilepas dari kornea yang avaskuler, dan dalam waktu lama akan
Sel-sel ini bergerak ke arah sumber antigen di kornea dan dapat menimbulkan
reaksi imun di tepi kornea. Sindrom iskhemik dapat dimulai oleh berbagai stimuli.
Bahwa pada proses imunologik secara histologik terdapat sel plasma, terutama di
petunjuk adanya proses imunologik. Pada keratitis herpetika yang khronik dan
jaringan kornea.
5. Klasifikasi2,3
14
1. Keratitis Pungtata (Keratitis Pungtata Superfisial dan Keratitis Pungtata
Subepitel)
2. Keratitis Marginal
3. Keratitis Interstisial
1. Keratitis Bakteri
2. Keratitis Jamur
3. Keratitis Virus
4. Keratitis Herpetik
a. Keratitis Infeksi Herpes Zoster
b. Keratitis Infeksi Herpes Simplek :
Keratitis Dendritik dan Keratitis Disiformis
5. Keratitis Alergi
a. Keratokonjungtivitis
b. Keratokonjungtivitis epidemi
c. Tukak atau ulkus fliktenular
d. Keratitis fasikularis
e. Keratokonjungtivitis vernal
1. Keratitis Flikten
2. Keratitis Sika
3. Keratitis Neuroparalitik
4. Keratitis Numuralis
a. Keratitis Bakteri1,2
1. Faktor Risiko
Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada epitel kornea
15
Riwayat operasi mata sebelumnya
Gangguan defense mechanism
Perubahan struktur permukaan kornea
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata
4. Pemeriksaan Laboratorium
16
Pemeriksaan kultur bakteri dilakukan dengan menggores ulkus kornea
5. Terapi
Dapat diberikan inisial antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil
diberikan:
17
b. Keratitis Fungi (Jamur)1,2,3
1. Etiologi
Keratitis jamur dapat disebabkan oleh:
a. Jamur berfilamen (filamentous fungi)
Bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa, terdiri dari:
Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp,
2. Patologi
Hifa jamur cenderung masuk stroma secara paralel ke lamella
mungkin ada yang terpisah pusat ulkus. Mikroabses yang multipel dapat
3. Manifestasi Klinis
Reaksi peradangan yang berat pada kornea yang timbul karena infeksi
jamur yang larut. Agen-agen ini dapat menyebabkan nekrosis pada lamella
18
kornea, peradangan akut , respon antigenik dengan formasi cincin imun,
kornea yang tidak meradang tampak elevasi keatas. Lesi satelit yang
stroma. Plak endotel dapat terlihat paralel terhadap ulkus. Cincin imun
dapat mengelilingi lesi utama, yang merupakan reaksi antara antigen jamur
dan respon antibodi tubuh. Sebagai tambahan, hipopion dan sekret yang
purulen dapat juga timbul. Reaksi injeksi konjungtiva dan kamera okuli
19
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan kerokan kornea
(sebaiknya dengan spatula Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus
Methenamine Silver.
5. Terapi
Obat-obat anti jamur yang dapat diberikan meliputi:
Polyenes termasuk natamycin, nistatin, dan amfoterisin B.
Azoles (imidazoles dan triazoles) termasuk ketoconazole,
clotrimazole.`
c. Keratitis Virus2,4
1. Etiologi
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering
rongga hidung, rongga mulut, vagina dan mata. Penularan dapat terjadi
melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata, rongga hidung, mulut,
superfisial.
Pada stromal : terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang
20
dalam stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk
mata berair, mata merah, tajam penglihatan turun terutama jika bagian
keratitis epitelial dan dapat mengenai stroma tetapi jarang. Pada dasarnya
infeksi primer ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentu
di mana daya tahan tubuh sangat lemah akan menjadi parah dan
menyerang stroma
4. Pemeriksaan Penunjang
sel raksasa, yang dihasilkan dari perpaduan dari sel-sel epitel kornea yang
5. Terapi
Debridement
21
Cara efektif mengobati keratitis dendritik adalah debridement
Terapi Obat
IDU (Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan 1%
salep
Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1%
setiap 4 jam
Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam.
Asiklovir oral dapat bermanfaat untuk herpes mata berat,
d. Keratitis Alergi2,3,4
1. Etiologi
22
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, biasanya
rumputan.
2. Manifestasi Klinis
Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang besar), diliputi
sekret mukoid.
Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan berwarna abu-abu, seperti lilin)
Gatal
Fotofobia
Sensasi benda asing
Mata berair dan blefarospasme
3. Terapi
Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati
Steroid topikal dan sistemik
Kompres dingin
Obat vasokonstriktor
Cromolyn sodium topikal
Koagulasi cryo CO2.
Pembedahan kecil (eksisi).
Antihistamin umumnya tidak efektif
Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak
a. Keratitis Pungtata5
infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea. Merupakan cacat halus kornea
23
Gambar 2 . Keratitis pungtata5
b. Keratitis Marginal6
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.
keratitis marginal ini. Keratitis marginal kataral biasanya terdapat pada pasien
c. Keratitis Interstitial3
interstitial dapat berlanjut menjadi kebutaan. Sifilis adalah penyebab paling sering
24
.Gambar 4. Keratitis Interstitial6
a. Keratitis Flikten/Skrofulosa/Eksemtosa3
ulkus. Ulkus ini dapat sembuh atau tanpa meninggalkan sikatrik. Adapula
sikatrik sedangkan bagian tengah nya masih aktif, yang disebut wander
kemudian kambuh lagi di tempat lain bila penyebabnya masih ada dan dapat
b. Keratitis Sika6
25
Merupakan peradangan konjungtiva dan kornea akibat keringnya
Gejala klinis yang sering timbul yaitu mengeluh mata terasa gatal, terasa
benang (filamen) yang sebenarnya sekret yang menempel, karena itu, disebut
c. Keratitis Numularis6
Diduga dari virus. Pada klinis, tanda-tanda radang tidak jelas, terdapat
disebut halo (diduga terjadi karena resorpsi dari infiltrat yang dimulai di
26
tengah). Tes fluoresen (-). Keratitis ini kalau sembuh meninggalkan sikatrik
yang ringan.
6. Komplikasi2,3
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis adalah penipisan kornea dan
Gangguan refraksi
Jaringan parut permanent
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Glaukoma sekunder
7. Prognosis2
Keratitis dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepat dan jika
tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatriks
Virulensi organisme
Luas dan lokasi keratitis
Hasil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen
27
BAB III
KESIMPULAN
keratitis secara garis besar dapat dibagi menjadi keratitis pungtata superfisialis,
28
keratitis akibat alergi. Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi
neuroparalitik.
Gejala umum keratitis adalah visus turun mendadak, mata merah, rasa
silau, dan merasa ada benda asing di matanya. Gejala khususnya tergantung dari
keratitis pun berbeda-beda tergantung dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman
yang terjadi di kornea, jika keratitis tidak ditangani dengan benar maka penyakit
ini akan berkembang menjadi suatu ulkus yang dapat merusak kornea secara
DAFTAR PUSTAKA
29
5. Thygeson P. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the American Medical
Association.1997. 144:1544-1549. Available at : http://webeye. ophth.uiowa.edu/
dept/service/cornea/cornea.htm (accessed: Juli 2011)
6. Reed, KK. 2007. Thygeson's SPK photos. Nova Southeastern University College
of Optometry 3200 South University Drive Ft. Lauderdale, Florida. Available at:
http://www.fechter.com/Thygesons.htm. (accessed: Juli 2011)
30