Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Leptospirosis adalah suatu penyait infeksi akut yang dapat

menyerang manusia maupun hewan (Zoonosis). Penyakit ini disebabkan

oleh Leptospira interrogans kuman aerob (termasuk golongan

Spirochaeta) yang berbentuk spiral dan bergerak aktif (Farr, 1995).

Leptospirosis merupakan zoonosis yang paling tersebar luas di

dunia di daerah beriklim tropik dan subtropik yang basah. Leptospira

bisa terdapat pada binatang peliharaan seperti anjing, sapi, babi, kerbau,

maupun binatang liar seperti tikus, musang, tupai dan sebagainya. Di

dalam tubuh hewan-hewan ini leptospira hidup di ginjal dan air kemih.

Manusia terinfeksi bakteri leptospira karena kontak dengan air atau

tanah yang terkontaminasi oleh urin atau cairan tubuh lainnya dari

hewan yang terinfeksi bakteri leptospira. Leptospira masuk lewat kulit

yang luka atau membran mukosa (Ashford, 2000 dan harison 2002).

Selain itu leptospirosis juga sering terjadi pada saat musim penghujan

dan saat banjir.

Manifestasi klinik Leptospirosis sangat bervariasi, mulai dari

infeksi subklinik, demam anikterik yang ringan seperti influenza sampai

dengan yang berat dan berpotensi fatal yaitu penyakit Weil ( Weil’s

disease atau Weil’a syndrome ). Karena variasi kliniknya yang luas,

penyakit ini bisa mirip dengan infeksi Dengue, Malaria ringan atau
berat, demam Typhoid, Hepatitis virus, infeksi Hantavirus, sepsis atau

penyakit demam lain ( Levett PN et all, 2001).

Di Indonesia leptospirosis tersebar antara lain di Propinsi Jawa

Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung, Sumatera

Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,Kalimantan Timur dan Kalimantan

Bara (Widarso, 2002). Angka kematian leptospirosis di Indonesia

termasuk tinggi, mencapai 2,5-16,45%. Pada usia lebih dari 50 tahun

kematian mencapai 56%. Penderita Leptospirosis yang disertai selaput

mata berwarna kuning (kerusakanjaringan hati), risiko kematian akan

lebih tinggi (Widarso, 2002). Di beberapa publikasi angka kematian di

laporkan antara 3 % - 54 % tergantung system organ yang terinfeksi

(Esen, 2004). Leptospirosis umumnya menyerang para petani, pekerja

perkebunan, pekerja tambang/selokan, pekerja rumah potong hewan dan

militer. Ancaman ini berlaku pula bagi mereka yang mempunyai hobi

melakukan aktivitas di danau atau di sungai seperti berenang (Sarkar,

2002). Insiden pasti Leptospirosis tidak diketahui karena penyakit ini

sering kali tidak terdiagnosis ( under - diagnosed ) atau tidak dilaporkan

( under - reported ).

Angka kejadian leptospirosis di puskesmas Halmahera dilaporkan

pada bulan januari sampai bulan desember 2012 sebanyak 7 penderita..

Hal ini perlu diperhatikan secara khusus karena penyakit leptospirosa


merupakan penyakit berbahaya dan penyakit menular, sehingga perlu

mendapatkan perhatian khusus.

Pada laporan ini akan dibahas tentang pelaksanaan manajemen

Puskesmas Halmahera Semarang khususnya di bidang kesehatan

lingkungan, terutama mengenai program leptospirosis di wilayah kerja

Puskesmas Halmahera.

1. 1. Tujuan
1. 2. 1. Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan
manajemen dan permasalahannya di Puskesmas Halmahera
Semarang (periode Januari – Desember 2011 dalam rangka
perbaikan kinerja puskesmas).

1. 2. 2. Tujuan Khusus
1. 2. 2. 1. Mencari data umum dan khusus tentang Puskesmas
Halmahera Semarang (periode Januari – Desember 2011).
1. 2. 2. 2. Mencari data mengenai pelaksanaan manajemen di
Kesehatan Lingkungan Puskesmas Halmahera

Anda mungkin juga menyukai