dengan berat isi kering air suling pada 4 C yang isinya sama dengan isi semen.
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta pengaruhnya terhadap beton
dengan benar. Serta dapat menentukan nilai berat jenis semen Portland.
2.1.3 Peralatan
a. Botol Le Chantelier
b. Nampan
c. Termometer
d. Corong
2.1.4 Bahan
Dalam pengujian kali ini bahan yang diperlukan antara lain :
a. Semen portland
b. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API (American
Petrolium Institute)
Benda Uji
Pemeriksaan
I II III IV
Berat PC (gram) 64 64 64 64
Berat Semen
Berat Jenis Semen ¿ xd
(V 2−V 1)
Dimana : V1 = Pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(V2 – V1) = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat
Tertentu.
berat semen
Bj Semen = xd
(V 2−V 1)
64
Bj Semen I = x 1 = 2,82
(23,20−0,5)
64
Bj Semen II = x 1 = 2,94
(22,20−0,5)
2
64
Bj Semen III = x 1 = 2,94
(22,20−0,5)
64
Bj Semen IV = x 1 = 2,96
(22,10−0,5)
2,82+2,94 +2,94+2,96
Bj Semen rata-rata = = 2,915 gr/ cm 3
4
2.1.8 Kesimpulan
Data yang di dapatkan dari hasil percobaan memenuhi persyaratan, tetapi tidak sesuai
dengan standart ketetapan berat jenis semen portland.
Penyebabnya dapat disimpulkan :
1. Berkurangnya volume semen karena pada dinding botol Le Chatelier dan corong
pada saat pemasukan semen.
2. Kurang telitinya pada saat pembacaan ukuran pada botol Le Chatelier.
3. Kesalahan pada saat pengambilan termometer ( termometer tertukar dsb )
4. Kesalahan pada saat penimbangan berat semen maupun air.
5. Tercampurnya jenis semen yang diuji dengan semen jenis lain.
6. Ada sebagian berat semen yang terbuang waktu memasukkan kedalam botol
Gambar 1. Gambar 2.
Botol Le Chantelier Nampan
Fungsi : Sebagai tempat wadah pengujian Fungsi : sebagai wadah air untuk
merendam benda uji
3
Gambar 3. Gambar 4.
Kehalusan PC merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi
antara partikel semen dengan air. Semakin halus butiran PC, maka reaksi hidrasi semen akan
semakin cepat, karena hidrasi dimulai dari permukaan butir.
Mengetahui kecepatan reaksi hidrasi antara partikel semen dengan air. Sehingga dapat
memahami sifat kehalusan PC dan terampil dalam proyek dilapangan.
2.2.3 Peralatan
a. Saringan No. 100 dan No. 200 dan PAN sesuai menurut standar ASTM
b. Neraca analitik kapasitas maksimum 2000 gram dengan ketelitian 0,1 %
c. kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai untuk keperluan ini.
2.2.4 Bahan
Dalam pengujian kali ini bahan yang diperlukan antara lain :
a. Semen portland
a. Memasukkan semen kedalam saringan no. 100 yang terletak diatas saringan
no.200 dan memasang PAN dibawahnya.
4
b. Menggoyangkan saringan perlahan antara 3-4 menit, sehingga benda uji tertahan
bebas dari partikel halus.
c. Menutup saringan dan melepaskan PAN, kemudian membersihkan bagian bawah
saringan dengan kuas.
d. Melanjutkan penyaringan dengan menggoyangkan dengan menggoyangkan
saringan dengan perlahan selama 9 menit.
e. Menutup saringan, melanjutkan penyaringan selama 1 menit. Kecepatan gerakan
kira-kira 150 kali/menit. Setiap 25 kali gerakan putar saringan kira-kira 60°.
Pekerjaan dihentikan jika benda uji tidak lebih dari 0,05 gr dalam 1 menit.
f. Menimbang benda uji yang ada di saringan no. 100 dan no. 200.
g. Menghitung dan mengubah dalam bentuk prosentase berat terhadap benda uji
semula.
Jumlah
2.2.8 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pengujian adalah :
Berat benda uji yang lolos di saringan No. 100 sebanyak 73,4% dan benda uji yang lolos di
saringan No. 200 sebanyak 26,4%. Nilai kehalusan di saringan No. 100 adalah 0,05%, nilai
kehalusan di saringan No. 200 adalah 18,4%.
5
2.2.9 Gambar Peralatan
Gambar 5. Gambar 6.
Saringan No. 100 dan No. 200 Semen portland
Fungsi : Untuk mengayak semen portland Fungsi : sebagai bahan benda uji
2.3.2 Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami sifat – sifat fisik, mekanik dan teknologi semen
portland serta dapat menentukan konsistensi normal semen PPC dengan alat vicat.
2.3.3 Peralatan
a. Neraca
b. Gelas ukur isi 200 ml
c. Alat vicat
d. Cincin konik
e. Stopwatch / jam
f. Alat pengaduk
g. Sarung tangan karet
2.3.4 Benda Uji
Semen PPC sebanyak 300 gram
2.3.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Memasukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari benda uji ke dalam
mangkok alat pengaduk.
b. Memasukkan benda uji ke dalam mangkok dan diamkan selama 30 detik.
c. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 140 ± 10 ) rpm, selama 30 detik.
d. Menghentikan mesin pengaduk selama 15 detik, dan membersihkan pasta yang menempel
pada mangkok.
e. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10 ) rpm selama 1menit.
6
f. Membuat pasta berbentuk seperti bola dengan tangan yang menggunakan sarung tangan,
kemudian dilempar sebanyak 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-
kira 15 cm.
g. Memegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian menekankan bola pasta dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan yang lain melalui lubang besar, sehingga cincin konik
penuh dengan pasta.
h. Meratakan kelebihan pasta pada cincin konik dengan sendok perata yang digerakkan
dengan posisi miring terhadap permukaan cincin.
i. Meletakkan plat pada lubang besar cincin konik, kemudian balikan, ratakan dan licinkan
kelebihan pasta pada lubang kecil konik dengan sendok perata.
j. Meletakkan cincin konik di bawah jarum besar alat vicat, dan kontakan jarum tepat pada
bagian tengah permukaan pasta.
k. Menjatuhkan jarum dan mencatat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.
101,
Berat Air A ( gram) 94,5 84 105
5
A 27 28 30
Konsistensi x 100 (%) 29%
B % % %
2.3.8 Kesimpulan
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa konsistensi normal pada penggunaan air adalah sebesar
29% dengan kekentalan
7
2.3.9 Gambar Peralatan
Gb.7. Gb.8.
Fungsi : Sebagai tempat pengukuran air Fungsi : Sebagai pengaduk benda uji
8
Gb.9. Cincin Konik Gb.10. Sarung Tangan
Kekekalan pasta semen atau disebut juga sebagai kemulusan pasta semen adalah
merupakan suatu ukurandari kemampuan pengembangan dari bahan – bahan campuranya
dan kemampuan untuk mempertahankan volumenya setelah mengikat
Ketidak mulusan suatu pasta semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah
kapur bebas yang pembakaranya tidak sempurna, serta magnesia yang terdapat pada
campuran tersebut. Kapur bebas akan mengikat air dan kemudian menimbulkan
gaya – gaya ekspansi yang akhirnya timbul retakan – retakan pada permukaan pasta
semen.
2.4.2 Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland
serta dapat menentukan kekekalan semen Portland dengan kue rebus.
2.4.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur isi 500 ml, dengan ketelitian 1 ml
c. Kaca datar, tebal 3 mm dengan ukuran 15 x 15
d. Stopwatch
e. Spatula
f. Alat pengaduk
g. Cawan
9
a. Memasukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan jumlah air
untuk mencapai konsistensi normal ke dalam alat pengaduk
b. Memasukkan benda uji ke dalam mangkok dan diamkan selama 30 menit
c. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 140 ± 5 ) rpm, selama 30 detik
d. Menghentikan mesin pengaduk selama 15 detik, dan bersihkan pasta yang menempel pada
mangkok
e. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10 ) rpm selama 1menit
f. Mengambil pasta sekepal tangan dan letakkan di atas plat kaca
g. Membentuk pasta tersebut seperti kue dengan diameter 12 cm dan tinggi di bagian
tengahnya 13 mm dengan mengecil tebalnya kebagian pinggir
h. Menyimpan kue tersebut dalam keadaan lembab selama 24 jam
i. Memasukkan kue tersebut ke dalam air, kemudian air tersebut di didihkan (selama 30
menit) dan kue tersebut direbus selama 3 jam
j. Setelah itu mengangkat kue tersebut dan memperhatikan keadaan fisiknya, apakah terjadi
perubahan bentuk seperti retak, pecah atau perubahan bentuk lainnya
2.4.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang diperoleh dari 8 benda uji, 4 diantaranya retak. Maka prosentase benda
uji retak 50% dan yang utuh 50%.
10
Gb.13.Mixer /Alat Pengaduk Gb.14.Spatula
Fungsi : untuk mengaduk benda uji Fungsi : untuk meratakan benda
uji
2.5.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur isi500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 ml
c. 1 set alat vicat yang dilengkapi dengan :
Batang / jarum pada ujung pluyer berdiameter 17,5 ± 0,5 mm, untuk menentukan
konsistensi normal. Berat batang + pluyer = 400 ± 0,5 mm
Jarum vicat dari baja tahan karat dengan diameter 2 ± 0,05 mm
Cincin konik dari kuningan sebagai cetakan dengan diameter 76 ± 0,5 mm dan
tinggi 40 ± 1 mm, dengan permukaan bagian dalam harus rata dan licin
Kaca datar, tebal 3 mm
Alat pemadat atau penumbuk, ukuran 13 x25 x 120 mm
d. Stopwatch
e. Spatula
f. Alat pengaduk
g. Sarung tangan karet
h. Air suling sebanyak 300 cm3
i. Cawan
12
k. Menjatuhkan jarum tiap 15 menit sampai mencapai penurunan di bawah 25 mm, setiap
menjatuhkan jarum hitunglah penurunan selama 30 detik. Jarak titik tiap menjatuhkan
jarum adalah 0,5 cm dan jarak titik pinggir konik tidak jurang dari 1cm
15 40
30 39,5
45 39
60 38,5
75 33
90 32,5
105 29
120 5
2.5.8 Kesimpulan
Dari pengujian diperoleh, setting time yang diperlukan untuk perkerasan PC adalah 120
menit.
13
Gb.16. Cawan Gb. 17. Neraca Digital
Fungsi : sebagai wadah benda uji Fungsi : Alat penimbang benda uji
saat ditimbang
14
Gb.20.Sarung Tangan Gb.21.Spatula
2.6.2. Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat fisik , mekanik dan teknologi semen portland
serta , Menentukan kekuatan tekan mortar pada semen Portland.
2.6.3 Peralatan
16
g. Mengaduk mortar dengan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 285±10 ) rpm, selama 1
menit
h. Melakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang terletak di
atas meja, cincin diisi sebanyak 2 lapis, dan tiap laps dipadatkan dengan cara di tumbuk
sebanyak 20 kali tumbukan. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata dan
angkatlah cincinkemudian getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik
i. Mengukur diameter leleh, sebanyak 4 tempat dan ambil rata-rata. Diameter leleh harus
diantara 100-115 % dari diameter semula. Apabila diameter leleh yang disyaratkan belum
didapat, ulangi langkah-langkah di atas dengan mengubah kadar air
j. Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, kemudian memasukkan mortar kedalam
mangkok pengaduk dan jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 285±10 )rpm
selama 15 detik
k. 30 detik setelah selesai pengadukan, mencetak mortar dengan cetakan kubus ukuran 5 x 5
x 5 cm, cetakan diisi dalam 2 lapis dan tiap lapis ditumbuk sebanyak 32kali dalam 4
putaran ( lihat gambar ). Keseluruhan waktu yang dipergunakan untuk mencetak mortar
tidak boleh lebih dari 2 menit
l. Meratakan permukaan mortar dengan sendok perata, kemudian simpan dalam Moist
cabinet selama 24 jam
m. Membuka cetakan dan rendam mortar dalam air bersih, kemudian periksalah kekuatan
tekan mortar dengan mesin tekan sesuai dengan umur yang diinginkan. Biasanya pada
umur 3 , 7, dan 28 hari
1 7 231 700 28
2 231,8 850 34
3 224,9 - -
4 226,7 350 14
5 247,8 1350 54
18
2.6.8 Kesimpulan
Dari hasil pengujian diperoleh kuat tekan mortar semen adalah sebagai berikut :
Gb.23.Mixer/Pengaduk Gb.24.Spatula
Fungsi : untuk mengaduk benda uji Fungsi : untuk meratakan
benda uji
BAB III
PENGUJIAN AGREGAT
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang terkandung didalam agregat
akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam campuran beton. Agregat yang
basah (banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya.
a. Timbangan
b. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
c. Cawan
Agregat kasar, yaitu kerikil (batu pecah) dan agregat halus, yaitu pasir(alami)
dengan keadaan lapangan.
20
b. Memasukkan benda uji kedalam cawan, lalu ditimbang beratnya (W2)
c. Menghitung berat benda uji (W3 = W2 - W1)
d. Mengeringkan benda uji dengan cawan di dalam oven selama 24 jam
e. Lalu menimbang berat cawan beserta benda uji kering oven (W4)
f. Menghitung berat benda uji kering oven (W5 = W4 - W1)
g. Menentukan prosentase besar kadar air dari tiap-tiap benda uji
Pasir
Pemeriksaan
I (gr) II (gr) III (gr)
Berat cawan W1 272.2 238.9 341.5
Berat cawan + benda uji W2 424.8 391.0 590.1
Berat benda uji W3=W2-W1 152.6 152.1 248.6
Berat cawan + benda uji kering oven W4 412.4 378.7 570.9
Berat benda uji kering oven W5 140.2 139.8 229.4
Kadar air 8.13% 8.09% 7.72%
Kadar air rata-rata 7.98%
Kerikil
Pemeriksaan
I II III
Berat cawan W1 395.6 443.1 412.8
Berat cawan + benda uji W2 726.0 802.6 829.2
Berat benda uji W3=W2-W1 330.4 359.5 416.4
Berat cawan + benda uji kering oven W4 710.2 797.9 824.3
Berat benda uji kering oven W5 314.6 354.8 411.5
Kadar air 4.78% 1.307% 1.176%
Kadar air rata-rata 2.421%
(W 3−W 5)
Kadar air agregat= x 100
W5
3.1.8 Kesimpulan
Hasil pengujian kadar air agregat halus adalah 7.98% dan kadar air agregat kasar
adalah 2.421%.
21
3.1.9 Gambar Peralatan
Gambar 27 : Gambar 28 :
Nama : Cawan Nama : Timbangan Digital
Fungsi : Sebagai wadah menimbang Fungsi: Untuk menimbang benda uji
benda uji dan wadah pada
saat benda uji di panaskan
Gambar 29 :
Nama : Oven
Fungsi : digunakan memanaskan dan
/ atau mengeringkan benda uji
22
3.2 PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT HALUS
3.2.1 Dasar Teori
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD=
Saturated Surface Dry )
a. Timbangan
b. Oven
c. Cawan
d. Piknometer
e. Kerucut terpancung (cone) untuk menentukan keadaan JPK/SSD
f. Penumbuk
g. Alat pembagi contoh atau riffle sampler
a. Agregat halus, yaitu pasir keadaan lapangan dibagi menggunakan rifle sample
b. Air suling
23
Memasukkan pasir ke dalam kerucut terpancung secara bertahap, yaitu
sebanyak 3 lapis, setiap lapis ditumbuk 8 kali, ditambah 1 kali pada
bagian terakhir. Sehingga total penumbukan sebanyak 25 kali.
Membersihkan bagian luar cetakan dari butiran agregat
Mengangkat cetakan kerucut terpancung secara perlahan-lahan dan harus
benar-benar vertical.
Memeriksa bentuk hasil pencetakan, jika benda uji tercetak seperti cone
berarti benda uji masih dalam keadaan basah, jika dalam keadaan runtuh
semua berarti keadaan terlalu kering, dan jika benda uji runtuh tetapi
masih dalam keadaan tercetak, berarti keadaan jenuh permukaan kering
atau SSD sudah tercapai (lihat gambar).
c. Memasukkan benda uji keadaan SSD kedalam cawan, lalu ditimbang.
d. Memasukkan air suling sebanyak tanda batas. Guncang sampai tidak ada
gelembung udara didalamnya.
e. Menambahkan air suling mencapai tanda batas.
f. Menimbang piknometer yang berisi air dan benda uji.
g. Mengeluarkan benda uji, lalu memasukkan benda uji kedalam cawan, lalu
memasukkan ke oven selama ± 24 jam.
h. Mendinginkan lalu menimbang beratnya menggunakan timbangan digital.
Benda uji
Pemeriksaan
I II III
Berat benda uji SSD/JPK (gr) Bj 418.4 356.8 309.8
Berat benda uji kering oven (gr) B2 399.4 341.8 289.8
Berat piknometer + air (gr) B3 673.4 633.8 716.4
Berat piknometer + air + benda uji (gr) B1 920.8 846.8 899.0
d. Penyerapan/ absorpsi
(Bj−B 2)
|¿| x 100
B2
Benda Uji
Perhitungan Rata-rata
I II III
Bj Kering ( bulk dry specific grafity ) (gr) 2.336 2.377 2.278 2.333
Bj Jenuh Permukaan Kering/ SSD (gr) 2.447 2.481 2.435 2.45
Bj Semu ( Apparent specific Grafity ) (gr) 2.628 2.645 2.703 2.66
Penyerapan/ absorpsi (%) 4.76% 4.39% 6.90 5.35%
25
%
Tabel 9 : Hasil Perhitungan Pengujian BJ dan Penyerapan Agregat halus
3.2.8 Kesimpulan
Hasil pengujian berat jenis pasir dalam keadaan jenuh permukaan kering adalah
2.45gr dan penyerapannya adalah 5.35%
Gambar 30 : Gambar 31 :
Nama : Penumbuk Nama : Riffle sampler
Fungsi : untuk menumbuk pasir Fungsi : untuk membagi agregat
dalam kerucut terpancung menjadi 2 bagian yang
sama.
Gambar 32 : Gambar 33 :
Nama : Piknometer Nama : Kerucut terpancung
Fungsi : digunakan untuk wadah Fungsi : digunakan sebagai cetakan
pengujian agregat untuk mengetahui keadaan
halus/pasir SSD
Gambar 34 : 26
Nama:Oven Gambar 35 :
Fungsi:digunakan Nama: Timbangan digital
mengeringkan benda uji Fungsi: digunakan untuk menimbang
benda uji dalam cawan
Gambar 36 :
Nama: Cawan
Fungsi: digunakan untuk
wadah menimbang
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
27
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan air ( SSD=
Saturated Surface Dry )
a. Timbangan
b. Oven yang dilengkapi pengatur suhu
c. Cawan
d. Gelas ukur
e. Alat pembagi contoh atau riffle sampler
f. Kain penyerap
Benda uji
Pemeriksaan
I II III
Berat benda uji SSD/JPK (gr) Bj 398.7 283.0 316.9
B
Berat benda uji kering oven (gr) 390.0 278.4 311.1
2
28
B
Berat gelas ukur + air (gr) 651.5 602.7 597.4
3
B
Berat gelas ukur + air + benda uji (gr) 899.2 775.6 798.2
1
c. Penyerapan/ absorpsi
(Bj−B 2)
|¿| x 100
B2
Keterangan: B1 = Berat gelas ukurr berisi benda uji dan air (gram)
Benda Uji
Perhitungan Rata-rata
I II III
Bj Kering ( bulk dry specific grafity ) (gr) 2.591 2.529 2.679 2.599
Bj Jenuh Permukaan Kering/ SSD (gr) 2.640 2.570 2.729 2.65
Bj Semu ( Apparent specific Grafity ) (gr) 2.74 2.639 2.820 2.733
Penyerapan/ absorpsi (%) 2.231% 1.652% 1.864% 1.915%
Tabel 11 : Hasil Perhitungan Bj dan Penyerapan Agregat Kasar
29
3.3.8 Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan didapat Berat Jenis dari kerikil pada keadaan
SSD atau jenuh permukaan kering adalah 2.65 dan penyerapan sebesar 1.915%.
Gambar 37 : Gambar 38 :
Nama: Gelas ukur Nama: Oven
Fungsi: digunakan sebagai wadah Fungsi: digunakan mengeringkan
agregat kasar/kerikil benda uji
Gambar 39 : Gambar 40 :
Nama: Timbangan digital Nama: Cawan
Fungsi: digunakan untuk menentukan Fungsi: digunakan untuk wadah
berat benda uji dalam cawan menimbang benda uji
30
Gambar 41 :
Nama: Riffle sampler
Fungsi: digunakan untuk membagi agregat
menjadi 2 bagian yang sama.
3.4 PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT
3.4.1 Dasar Teori
Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi/volume.
Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah
bahan ditakar dengan ukuran volume.
Pasir Kerikil
Pemeriksaan
Lepas Padat Lepas Padat
Berat mould (gr) W1 2100 2100 2100 2100
Berat mould + benda uji (gr) W2 5300 5900 5650 6300
Berat benda uji (gr) W3=W2-W1 3200 3800 3550 4200
Berat mould + air (gr) W4 4700 4700 4700 4700
Berat air/volume mould (gr) V=W4-W1 2600 2600 2600 2600
W3
Berat isi agregat= kg/l
V
32
V = Isi wadah (gram)
3.4.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh berat isi agregat adalah sebagai berikut :
Gambar 42 :
Nama : Penumbuk
Fungsi : digunakan untuk memadatkan
tiap-tiap lapisan agregat dalam mould
Gambar 43 :
Nama: Mould
Fungsi: Sebagai tempat benda uji
33
Gambar 45 :
Nama: Sendok pasir
Fungsi: digunakan untuk memasukkan
agregat ke wadah mould
Gambar 44 :
Nama : Timbangan
Fungsi : digunakan untuk
mengukur berat mould +
( GRADASI AGREGAT)
Gradasi agregat adalah susunan ukuran butiran agregat dari besar sampai pan. Bila
butir-butir agregat memiliki ukuran yang sama/seragam, maka volume pori akan besar.
Dan sebaliknya, apabila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih
besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.
Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang
kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan
bahan pengikat sedikit saja.
34
3.5.3 Alat Yang Digunakan
a. Timbangan
b. Alat pemisah contoh/riffle sampler
c. Talam / nampan
d. Oven
e. Satu set ayakan standar untuk agregat halus
f. Satu set ayakan standar untuk agregat kasar
g. Kuas, sikat kuningan
a. Memasukkan agregat ke dalam riffle sampler untuk mendapatkan benda uji yang
sama
b. Menimbang masing-masing berat ayakan. Lalu menyusun ayakan sesuai ukuran
diameter dari yang paling besar hingga pan.
c. Mengambil agregat dari riffle sampler, kemudian masukkan ke susunan ayakan
yang paling atas.
d. Meletakkan satu set ayakan tersebut di mesin penggetar dan getarkan selama 15
menit
e. Menimbang berat agregat yang tersaring di masing-masing ayakan.
Menghitung persentase berat agregat yang tertahan tersebut terhadap total berat
agregat.
36
3.5.7 Analisa Dan Perhitungan
37
Analisa Saringan Kerikil
38
Analisa saringan Gabungan 45% Pasir dan 55% Kerikil
Tabel 18 : Hasil Pengujian Spesifikasi Zone Pasir dan Prosentase Lolos Komulatif Pasir
Spesifikasi
Ø % Lolos Pasir
Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
19.00 100 100 100 100 100
9.50 96.53 100 100 100 100
39
4.75 86.46 90 – 100 90 – 100 90 - 100 95 – 100
2.34 68.93 60 – 95 75 – 100 85 - 100 95 – 100
1.18 34.44 30 – 70 55 – 90 75 - 100 90 – 100
0.60 2.85 15 – 34 35 – 59 60 - 79 80 – 100
0.30 0.17 5 – 20 8 – 30 12 - 40 3 – 50
0.15 0.08 0 – 10 0 - 10 0 - 10 0 – 15
pan 0 0-6
3.5.8 Kesimpulan
Prosentase analisa gabungan antara pasir dan kerikil yang digunakan untuk
campuran gradasi agregat adalah 45% - 55%.
40 Gambar 47 :
Gambar 46 : Nama: Penggetar saringan
Nama: Set Saringan Fungsi: digunakan untuk
Fungsi : digunakan untuk menggetarkan ayakan hingga
menyaring agregat agregat tersaring
Gambar 48 :
Nama: Timbangan digital
Fungsi: digunakan untuk menimbang
benda uji dalam cawan
41
kurang atau kira-kira sama dengan kekuatan beton yang direncanakan. Namun, biasanya
sebagian besar agregat yang tersedia, kekuatannya masih lebih besar dari kekuatan beton.
Nilai keausan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan No.12 terhadap berat semula dalam persen.
42
Gradasi Pemeriksaan 11 Bola
Ukuran Saringan Berat Material
(gram)
Lewat Tertahan
76.2 63.5
63.5 50.8
50.8 37.5
37.5 25.4
25.4 19 2500
19 12.5 2500 3.6.7 Analisa dan
12.5 9.5 Perhitungan
9.5 6.3
6.3 4.75 Persentase
4.75 2.36 keausan agregat
Berat Total Material
5000 kasar :
Berat Tertahan Saringan No. 12 Ø1.17
2900
A−B
Keausan x 100
A
42%
A−B
Keausan agregat= x 100
A
= 5000 – 2900 x 100% = 42%
5000
3.6.8 Kesimpulan
Keausan agregat yang diperoleh adalah 42% dimana hasil ini melebihi batas
keausan agregat kasar maksimum sebesar 40%.
43 Gambar 50 :
Gambar 49 : Nama: Sikat baja
Nama: Los Angeles Fungsi: digunakan untuk
Fungsi: digunakan untuk menghancurkan membersihkan saringan dari sisa
agregat untuk menguji keausan agregat
Gambar 51 : Gambar 52 :
Nama:Kuas Nama: Bola baja
Fungsi: digunakan untuk Fungsi: Sebagai alat bantu
membersihkan sisa atau debu menghancurkan agregat pada alat los
agregat angeles
44
3.7 PENGUJIAN KEKERASAN AGREGAT KASAR
3.7.1 Dasar Teori
Nilai kekerasan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan 2,36 mm terhadap berat semula dalam persen.
a. Timbangan
b. Satu set alat uji ( silinder, alas, plunyer/pengarah beban )
c. Saringan
d. Talam/nampan
e. Oven
f. Alat pemadat
g. Mesin penekan
45
Agregat yang lolos saringan 12,7mm dan tertahan di saringan 9,5mm yang sudah di
keringkan menggunakan oven selama 4 jam
x
100%
3.7.7 Analisa Dan Perhitungan
A−B
Kekrasan agregat = x 100
A
3.7.8 Kesimpulan
46
Dari pengujian diperoleh nilai kekerasan agregat yaitu sebesar 7.74% < 30%.
Sehingga bisa digunakan untuk beton.
Gambar 53 : Gambar 54 :
Nama: Satu set cetakan benda uji Nama : Mesin penekan
Fungsi: digunakan untuk mencetak beton Fungsi : digunakan untuk menekan
benda uji
47