Anda di halaman 1dari 47

BAB II

PENGUJIAN SEMEN PORTLAND


2.1 PENGUJIAN BERAT JENIS PORTLAND

2.1.1 Dasar Teori


Beret jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar

dengan berat isi kering air suling pada 4 C yang isinya sama dengan isi semen.

2.1.2 Tujuan Pengujian

Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami sifat-
sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland serta pengaruhnya terhadap beton
dengan benar. Serta dapat menentukan nilai berat jenis semen Portland.

2.1.3 Peralatan
a. Botol Le Chantelier
b. Nampan
c. Termometer
d. Corong

2.1.4 Bahan
Dalam pengujian kali ini bahan yang diperlukan antara lain :
a. Semen portland
b. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API (American
Petrolium Institute)

2.1.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Mengisisi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai skala antara 0 dan 1,
bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
b. Memasukkan botol kedalam nampan yang di isi air dengan suhu konstan dalam
waktu yang cukup lama menghindari variasi suhu botol lebih besar dari 0,2 .
c. Menyamakan suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1).
d. Memasukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, usahakan jangan sampai ada
semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas
cairan.
e. Setelah semua benda uji dimasukkan, memutar botol dengan posisi miring secara
perlahan – lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
f. Mengulangi lagi pekerjaan pada poin B. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam
botol, membaca lagi skala pada botol (V2).

2.1.6 Hasil Pengujian Berat Jenis PC


1
Tabel 2. Hasil Pengujian Berat Jenis Semen

Benda Uji
Pemeriksaan
I II III IV

Berat PC (gram) 64 64 64 64

Pembacaan Pertama Pada 0,5 0,5 0,5 0,5


Skala Botol V1

Pembacaan Kedua Pada Skala 23, 22, 22, 22,


Botol V2 2 2 2 1

Isi Cairan Yang Dipindahkan 22, 21, 21, 21,


V2 – V1 7 7 7 6

Berat Jenis Semen


2,8 2,9 2,9 2,9
Berat Semen 2 4 4 6
¿ xd
(V 2−V 1)
Berat Jenis Rata – Rata 2,92

2.1.7 Analisa dan Perhitungan

Berat Semen
Berat Jenis Semen ¿ xd
(V 2−V 1)
Dimana : V1 = Pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(V2 – V1) = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat
Tertentu.

D = Berat isi air pada suhu 4 (1 gr / cm3 )

berat semen
Bj Semen = xd
(V 2−V 1)
64
Bj Semen I = x 1 = 2,82
(23,20−0,5)
64
Bj Semen II = x 1 = 2,94
(22,20−0,5)

2
64
Bj Semen III = x 1 = 2,94
(22,20−0,5)
64
Bj Semen IV = x 1 = 2,96
(22,10−0,5)
2,82+2,94 +2,94+2,96
Bj Semen rata-rata = = 2,915 gr/ cm 3
4

2.1.8 Kesimpulan

Data yang di dapatkan dari hasil percobaan memenuhi persyaratan, tetapi tidak sesuai
dengan standart ketetapan berat jenis semen portland.
Penyebabnya dapat disimpulkan :
1. Berkurangnya volume semen karena pada dinding botol Le Chatelier dan corong
pada saat pemasukan semen.
2. Kurang telitinya pada saat pembacaan ukuran pada botol Le Chatelier.
3. Kesalahan pada saat pengambilan termometer ( termometer tertukar dsb )
4. Kesalahan pada saat penimbangan berat semen maupun air.
5. Tercampurnya jenis semen yang diuji dengan semen jenis lain.
6. Ada sebagian berat semen yang terbuang waktu memasukkan kedalam botol

2.1.9 Gambar Peralatan

Gambar 1. Gambar 2.
Botol Le Chantelier Nampan
Fungsi : Sebagai tempat wadah pengujian Fungsi : sebagai wadah air untuk
merendam benda uji

3
Gambar 3. Gambar 4.

Corong Termometer Thermometer air

Fungsi : Untuk memasukkan benda uji Fungsi : sebagai alat pengukur


ke dalam botol suhu benda uji

2.2 PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN PORTLAND

2.2.1 Dasar Teori

Kehalusan PC merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi
antara partikel semen dengan air. Semakin halus butiran PC, maka reaksi hidrasi semen akan
semakin cepat, karena hidrasi dimulai dari permukaan butir.

2.2.2 Tujuan Pengujian

Mengetahui kecepatan reaksi hidrasi antara partikel semen dengan air. Sehingga dapat
memahami sifat kehalusan PC dan terampil dalam proyek dilapangan.

2.2.3 Peralatan
a. Saringan No. 100 dan No. 200 dan PAN sesuai menurut standar ASTM
b. Neraca analitik kapasitas maksimum 2000 gram dengan ketelitian 0,1 %
c. kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai untuk keperluan ini.

2.2.4 Bahan
Dalam pengujian kali ini bahan yang diperlukan antara lain :
a. Semen portland

2.2.5 Prosedur Pelaksanaan

a. Memasukkan semen kedalam saringan no. 100 yang terletak diatas saringan
no.200 dan memasang PAN dibawahnya.

4
b. Menggoyangkan saringan perlahan antara 3-4 menit, sehingga benda uji tertahan
bebas dari partikel halus.
c. Menutup saringan dan melepaskan PAN, kemudian membersihkan bagian bawah
saringan dengan kuas.
d. Melanjutkan penyaringan dengan menggoyangkan dengan menggoyangkan
saringan dengan perlahan selama 9 menit.
e. Menutup saringan, melanjutkan penyaringan selama 1 menit. Kecepatan gerakan
kira-kira 150 kali/menit. Setiap 25 kali gerakan putar saringan kira-kira 60°.
Pekerjaan dihentikan jika benda uji tidak lebih dari 0,05 gr dalam 1 menit.
f. Menimbang benda uji yang ada di saringan no. 100 dan no. 200.
g. Menghitung dan mengubah dalam bentuk prosentase berat terhadap benda uji
semula.

2.2.6 Hasil Pengujian Kehalusan Semen


Tabel 1. Hasil Pengujian Kehalusan Semen

Tertahan (gram) Kehalusan


No Saringan
Individu Komulatif (%)

No. 100 0,1 0,1 0,05

No. 200 36,7 36,8 18,4

Pan 13,2 50,0 100

Jumlah

2.2.7 Analisa dan Perhitungan


A
Kehalusan ( F ) = 100%
B
Dimana :
F = Kehalusan semen portland
A =Berat benda uji yang tertahan di atas masing – masing saringan No. 100 dan
No. 200
B = Berat benda uji semula

2.2.8 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pengujian adalah :
Berat benda uji yang lolos di saringan No. 100 sebanyak 73,4% dan benda uji yang lolos di
saringan No. 200 sebanyak 26,4%. Nilai kehalusan di saringan No. 100 adalah 0,05%, nilai
kehalusan di saringan No. 200 adalah 18,4%.

5
2.2.9 Gambar Peralatan

Gambar 5. Gambar 6.
Saringan No. 100 dan No. 200 Semen portland
Fungsi : Untuk mengayak semen portland Fungsi : sebagai bahan benda uji

2.3 PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN


PORTLAND

2.3.1 Dasar Teori


Konsistensi normal semen portland adalah suatu kondisi standar yang menunjukan
kebasahan pasta. Konsistensi dinyatakan dengan banyaknya air yang dibutuhkan suatu pasta
semen dalam kondisi plastis.

2.3.2 Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami sifat – sifat fisik, mekanik dan teknologi semen
portland serta dapat menentukan konsistensi normal semen PPC dengan alat vicat.

2.3.3 Peralatan
a. Neraca
b. Gelas ukur isi 200 ml
c. Alat vicat
d. Cincin konik
e. Stopwatch / jam
f. Alat pengaduk
g. Sarung tangan karet
2.3.4 Benda Uji
Semen PPC sebanyak 300 gram
2.3.5 Prosedur Pelaksanaan
a. Memasukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari benda uji ke dalam
mangkok alat pengaduk.
b. Memasukkan benda uji ke dalam mangkok dan diamkan selama 30 detik.
c. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 140 ± 10 ) rpm, selama 30 detik.
d. Menghentikan mesin pengaduk selama 15 detik, dan membersihkan pasta yang menempel
pada mangkok.
e. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10 ) rpm selama 1menit.

6
f. Membuat pasta berbentuk seperti bola dengan tangan yang menggunakan sarung tangan,
kemudian dilempar sebanyak 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak kira-
kira 15 cm.
g. Memegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian menekankan bola pasta dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan yang lain melalui lubang besar, sehingga cincin konik
penuh dengan pasta.
h. Meratakan kelebihan pasta pada cincin konik dengan sendok perata yang digerakkan
dengan posisi miring terhadap permukaan cincin.
i. Meletakkan plat pada lubang besar cincin konik, kemudian balikan, ratakan dan licinkan
kelebihan pasta pada lubang kecil konik dengan sendok perata.
j. Meletakkan cincin konik di bawah jarum besar alat vicat, dan kontakan jarum tepat pada
bagian tengah permukaan pasta.
k. Menjatuhkan jarum dan mencatat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.

2.3.6 Hasil Pengujian Konsistensi Normal


Tabel 2. Hasil Pengujian Konsistensi Normal

Pemeriksaan Benda Uji

101,
Berat Air A ( gram) 94,5 84 105
5

Berat PC B (gram) 350 300 350 350

A 27 28 30
Konsistensi x 100 (%) 29%
B % % %

Kekentala / Penurunan (mm) 5 8,5 11 25

2.3.7 Analisa dan Perhitungan


Berat Air
Konsistensi = x 100 (%)
Berat Semen

2.3.8 Kesimpulan

Dari hasil praktikum diperoleh bahwa konsistensi normal pada penggunaan air adalah sebesar
29% dengan kekentalan

7
2.3.9 Gambar Peralatan

Gb.7. Gb.8.

Gelas Ukur Pengaduk

Fungsi : Sebagai tempat pengukuran air Fungsi : Sebagai pengaduk benda uji

8
Gb.9. Cincin Konik Gb.10. Sarung Tangan

Fungsi : sebagai cetakan benda uji Fungsi : melindungi tangan

2.4 PENGUJIAN KEKEKALAN SEMEN PORTLAND


DENGAN KUE REBUS

2.4.1 Dasar Teori

Kekekalan pasta semen atau disebut juga sebagai kemulusan pasta semen adalah
merupakan suatu ukurandari kemampuan pengembangan dari bahan – bahan campuranya
dan kemampuan untuk mempertahankan volumenya setelah mengikat
Ketidak mulusan suatu pasta semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah
kapur bebas yang pembakaranya tidak sempurna, serta magnesia yang terdapat pada
campuran tersebut. Kapur bebas akan mengikat air dan kemudian menimbulkan
gaya – gaya ekspansi yang akhirnya timbul retakan – retakan pada permukaan pasta
semen.

2.4.2 Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland
serta dapat menentukan kekekalan semen Portland dengan kue rebus.
2.4.3 Peralatan
a. Neraca dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur isi 500 ml, dengan ketelitian 1 ml
c. Kaca datar, tebal 3 mm dengan ukuran 15 x 15
d. Stopwatch
e. Spatula
f. Alat pengaduk
g. Cawan

2.4.4 Benda Uji


Semen portland sebanyak 650 gram.

2.4.5 Prosedur Pelaksanaan

9
a. Memasukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan jumlah air
untuk mencapai konsistensi normal ke dalam alat pengaduk
b. Memasukkan benda uji ke dalam mangkok dan diamkan selama 30 menit
c. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 140 ± 5 ) rpm, selama 30 detik
d. Menghentikan mesin pengaduk selama 15 detik, dan bersihkan pasta yang menempel pada
mangkok
e. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10 ) rpm selama 1menit
f. Mengambil pasta sekepal tangan dan letakkan di atas plat kaca
g. Membentuk pasta tersebut seperti kue dengan diameter 12 cm dan tinggi di bagian
tengahnya 13 mm dengan mengecil tebalnya kebagian pinggir
h. Menyimpan kue tersebut dalam keadaan lembab selama 24 jam
i. Memasukkan kue tersebut ke dalam air, kemudian air tersebut di didihkan (selama 30
menit) dan kue tersebut direbus selama 3 jam
j. Setelah itu mengangkat kue tersebut dan memperhatikan keadaan fisiknya, apakah terjadi
perubahan bentuk seperti retak, pecah atau perubahan bentuk lainnya

2.4.6 Data Hasil Pengujian


Data yang dihasilkan dari pengujian yang kami lakukan adalah 4 benda uji yang
retak dari 8 benda uji.

2.4.7 Analisa dan Perhitungan


Jumlahbenda uji yang retak
x 100
jumlah keseluruan benda uji

2.4.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang diperoleh dari 8 benda uji, 4 diantaranya retak. Maka prosentase benda
uji retak 50% dan yang utuh 50%.

2.4.9 Gambar Peralatan

Gb.11.Cawan Gb.12.Gelas Ukur

Fungsi : sebagai wadah benda uji Fungsi : sebagai wadah air

10
Gb.13.Mixer /Alat Pengaduk Gb.14.Spatula
Fungsi : untuk mengaduk benda uji Fungsi : untuk meratakan benda
uji

Gb.15.Kaca Beserta bentuk


benda uji
Fungsi : sebagai tempat benda uji

2.5 PENGUJIAN WAKTU PENGIKATAN SEMEN


PORTLAND

2.5.1 Dasar Teori


Semen jika dicampur dengan air membentuk bubur/ plasta yang secara bertahap
menjadi kurang plastis, dan akhirnya menjadi kaku atau keras. Pada proses ini, pada
tahap pertama dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu tekanan.
Waktu untuk mencapai tahap ini disebut sebagai waktu pengikatan, waktu
tersebut dihitung sejak air dicampur dengan semen. Waktu dari pencampuran semen dan air sampai
saat kehilangan sifat keplastisanya disebut waktu pengikatan awal, dan waktu
sampai mencapai pasta menjadi massa yang keras disebut waktu pengikatan akhir.
Pengertian waktu pengikatan awal adalah penting pada pekerjaan beton, waktu
pengikatan awal yang cukup lama diperlukan untuk pekerjaan beton yaitu waktu
transportasi, penuangan, pemadatan, dan peralatan permukaan.
11
2.5.2 Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland serta
dapat Menentukan nilai berat jenis semen portland.

2.5.3 Peralatan
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
b. Gelas ukur isi500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 ml
c. 1 set alat vicat yang dilengkapi dengan :
 Batang / jarum pada ujung pluyer berdiameter 17,5 ± 0,5 mm, untuk menentukan
konsistensi normal. Berat batang + pluyer = 400 ± 0,5 mm
 Jarum vicat dari baja tahan karat dengan diameter 2 ± 0,05 mm
 Cincin konik dari kuningan sebagai cetakan dengan diameter 76 ± 0,5 mm dan
tinggi 40 ± 1 mm, dengan permukaan bagian dalam harus rata dan licin
 Kaca datar, tebal 3 mm
 Alat pemadat atau penumbuk, ukuran 13 x25 x 120 mm
d. Stopwatch
e. Spatula
f. Alat pengaduk
g. Sarung tangan karet
h. Air suling sebanyak 300 cm3
i. Cawan

2.5.4 Benda Uji


Semen portland sebanyak 300 gram

2.5.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Memasukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan jumlah air
untuk mencapai konsistensi normal ke dalam alat pengaduk
b. Memasukkan benda uji ke dalam mangkok pengaduk dan mendiamkannya selama 30
menit
c. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 140 ± 5 ) rpm, selama 30 detik
d. Menghentikan mesin pengaduk selama 15 detik, dan membersihkan pasta yang menempel
pada mangkok
e. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10 ) rpm selama 1 menit
f. Membuat pasta seperti bola dengan menggunakan sarung tangan, kemudian dilempar
sebanyak 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan jarak 15 cm
g. Memegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam mesin konik yang
dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga mesin konik penuh dengan
pasta
h. Meratakan kelebihan pasta pada cincin konik dengan sendok perata yang digerakakn
dengan posisi miring terhadap permukaan cincin
i. Meletakkan plat kaca pada lubang besar cincin konik, kemudian balikan, ratakan, dan
licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin konik dengan sendok perata
j. Meletakkan cincin konik di bawah jarum besar alat vicat dan kontakan jarum tepat pada
bagian tengah permukaan pasta

12
k. Menjatuhkan jarum tiap 15 menit sampai mencapai penurunan di bawah 25 mm, setiap
menjatuhkan jarum hitunglah penurunan selama 30 detik. Jarak titik tiap menjatuhkan
jarum adalah 0,5 cm dan jarak titik pinggir konik tidak jurang dari 1cm

2.5.6 Hasil Pengujian Setting Time


Tabel 3. Hasil Pengujian Setting Time

Waktu Penetrasi Penetrasi benda Uji


(menit)

15 40

30 39,5

45 39

60 38,5

75 33

90 32,5

105 29

120 5

2.5.7 Analisa dan Perhitungan


-

2.5.8 Kesimpulan
Dari pengujian diperoleh, setting time yang diperlukan untuk perkerasan PC adalah 120
menit.

2.5.9 Gambar Peralatan

13
Gb.16. Cawan Gb. 17. Neraca Digital
Fungsi : sebagai wadah benda uji Fungsi : Alat penimbang benda uji
saat ditimbang

Gb.18.Gelas Ukur Gb.19.Mixer

Fungsi : Sebagai wadah air yang sesuai Fungsi : sebagai pencampur /

ketentuan dalam pengujian pengaduk benda uji

14
Gb.20.Sarung Tangan Gb.21.Spatula

Fungsi : sebagai pembantu mempermudah Fungsi : untuk meratakan benda


dalam pembentukan benda uji uji

Gb.22.satu set alat vicat dilengkapi

dengan jarum, cincin konik, kaca datar

Fungsi : sebagai alat penguji

2.6 PENGUJIAN KEKUATAN TEKAN MORTAR


15
SEMEN PORTLAND

2.6.1 Dasar Teori


Kekuatan tekan mortar adalah beban tiap satuan luas permukaan yang
menyebabkan mortar hancur. Kekuatan tekan mortar ini diperoleh dari benda uji
berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm, yang terbuat dengan menggunakan
contoh semen dan pencampuranya dengan pasir silika seragam dan air
dalam perbandingan – perbandingan tertentu.

2.6.2. Tujuan

Dapat mengetahui dan memahami sifat-sifat fisik , mekanik dan teknologi semen portland
serta , Menentukan kekuatan tekan mortar pada semen Portland.

2.6.3 Peralatan

a. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang di timbang


b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 ml
c. Stopwatch
d. Spatula
e. Alat pengaduk
f. Sarung tangan karet
g. Air suling sebanyak 500 cm3
h. Cawan
i. Cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm, dan alat penumbuk
j. Pasir silica atau Ottawa
k. Meja leleh

2.6.4 Benda Uji


Semen portland sebanyak 500 gram

2.6.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Memasukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 31 % dari berat semen ke dalam
mangkok alat pengaduk
b. Memasukkan semen ke dalam alat pengaduk
c. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 140±5 ) rpm, selama 30 detik
d. Memasukkan pasir silica sebanyak 1375 gram secara perlahan sambil mesin pengaduk
dijalankan dengan kecepatan ( 140±5 0 rpm, selama 30 detik
e. Menghentikan mesin pengaduk dan tambah kecepatan menjadi ( 285±10 )rpm, dan
jalankan selama 30 detik
f. Menghentikan mesin pengaduk dan bersihkan mortar yang menempel pada pinggiran
mangkok selama 15 detik, kemudian biarkan mortar selama 75 detik

16
g. Mengaduk mortar dengan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 285±10 ) rpm, selama 1
menit
h. Melakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang terletak di
atas meja, cincin diisi sebanyak 2 lapis, dan tiap laps dipadatkan dengan cara di tumbuk
sebanyak 20 kali tumbukan. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata dan
angkatlah cincinkemudian getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik
i. Mengukur diameter leleh, sebanyak 4 tempat dan ambil rata-rata. Diameter leleh harus
diantara 100-115 % dari diameter semula. Apabila diameter leleh yang disyaratkan belum
didapat, ulangi langkah-langkah di atas dengan mengubah kadar air
j. Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, kemudian memasukkan mortar kedalam
mangkok pengaduk dan jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 285±10 )rpm
selama 15 detik
k. 30 detik setelah selesai pengadukan, mencetak mortar dengan cetakan kubus ukuran 5 x 5
x 5 cm, cetakan diisi dalam 2 lapis dan tiap lapis ditumbuk sebanyak 32kali dalam 4
putaran ( lihat gambar ). Keseluruhan waktu yang dipergunakan untuk mencetak mortar
tidak boleh lebih dari 2 menit
l. Meratakan permukaan mortar dengan sendok perata, kemudian simpan dalam Moist
cabinet selama 24 jam
m. Membuka cetakan dan rendam mortar dalam air bersih, kemudian periksalah kekuatan
tekan mortar dengan mesin tekan sesuai dengan umur yang diinginkan. Biasanya pada
umur 3 , 7, dan 28 hari

2.6.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen


Tabel 4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen

Umur Berat Kuat Tekan P


No. σ=
A
(hari) (gram) (kg) (kg/cm²)
1 3 230,6 1350 54
2 237,3 1100 44
3 252,3 1800 72
4 253,5 1800 72
5 259,9 1150 46
6 262,7 1600 64
7 255,8 1550 62
8 287,4 4250 170
17
9 254,4 1350 54
10 259,9 2300 92
11 253,4 2100 84
12 277,8 4200 168
13 267,9 3600 144
14 272,6 6400 256
15 254,3 1450 58
Kuat Tekan mortar rata-rata (kg/cm²) 96

Tabel 5 Hasil Pengujian Tekan Mortar Semen

No. Umur Berat Kuat P


(hari) (gram) σ=
Tekan A
(kg) (kg/cm²)

1 7 231 700 28

2 231,8 850 34

3 224,9 - -

4 226,7 350 14

5 247,8 1350 54

Kuat Tekan Mortar Rata-rata (kg/cm²) 32,5

2.6.7 Analisa dan Perhitungan


P
Kekuatan tekan mortar = A ( kg/cm2 )
Dimana :
P = Beban maksimum ( kg )
A = Luas permukaan benda uji ( cm2 )

18
2.6.8 Kesimpulan
Dari hasil pengujian diperoleh kuat tekan mortar semen adalah sebagai berikut :

 Pada umur 3 hari = 96 kg/cm²


 Pada umur 7 hari = 32,5 kg/cm²

2.6.9 Gambar Peralatan

Gb.23.Mixer/Pengaduk Gb.24.Spatula
Fungsi : untuk mengaduk benda uji Fungsi : untuk meratakan
benda uji

Gb.25.Cetakan Kubus Gb.26.Tongkat Penumbuk

Fungsi : digunakan untuk mencetak Fungsi : untuk memadatkan


19
benda uji mortar adukan mortar

BAB III
PENGUJIAN AGREGAT

3.1. PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT


3.1.1 Dasar Teori

Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat dalam keadaan kering. Jumlah air yang terkandung didalam agregat
akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam campuran beton. Agregat yang
basah (banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya.

3.1.2 Tujuan Pengujian

Untuk mengetahui kadar air agregat bahan / benda uji.

3.1.3 Alat Yang Digunakan

a. Timbangan
b. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
c. Cawan

3.1.4 Bahan-Bahan Pengujian

Agregat kasar, yaitu kerikil (batu pecah) dan agregat halus, yaitu pasir(alami)
dengan keadaan lapangan.

3.1.5 Langkah Pengujian

a. Menimbang berat masing-masing cawan (W1)

20
b. Memasukkan benda uji kedalam cawan, lalu ditimbang beratnya (W2)
c. Menghitung berat benda uji (W3 = W2 - W1)
d. Mengeringkan benda uji dengan cawan di dalam oven selama 24 jam
e. Lalu menimbang berat cawan beserta benda uji kering oven (W4)
f. Menghitung berat benda uji kering oven (W5 = W4 - W1)
g. Menentukan prosentase besar kadar air dari tiap-tiap benda uji

3.1.6 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat

Tabel 6 : Data pengujian kadar air agregat halus

Pasir
Pemeriksaan
I (gr) II (gr) III (gr)
Berat cawan W1 272.2 238.9 341.5
Berat cawan + benda uji W2 424.8 391.0 590.1
Berat benda uji W3=W2-W1 152.6 152.1 248.6
Berat cawan + benda uji kering oven W4 412.4 378.7 570.9
Berat benda uji kering oven W5 140.2 139.8 229.4
Kadar air 8.13% 8.09% 7.72%
Kadar air rata-rata 7.98%

Tabel 7 : Data pengujian kadar air agregat kasar

Kerikil
Pemeriksaan
I II III
Berat cawan W1 395.6 443.1 412.8
Berat cawan + benda uji W2 726.0 802.6 829.2
Berat benda uji W3=W2-W1 330.4 359.5 416.4
Berat cawan + benda uji kering oven W4 710.2 797.9 824.3
Berat benda uji kering oven W5 314.6 354.8 411.5
Kadar air 4.78% 1.307% 1.176%
Kadar air rata-rata 2.421%

3.1.7 Analisa Dan Perhitungan

(W 3−W 5)
Kadar air agregat= x 100
W5

3.1.8 Kesimpulan

Hasil pengujian kadar air agregat halus adalah 7.98% dan kadar air agregat kasar
adalah 2.421%.

21
3.1.9 Gambar Peralatan

Gambar 27 : Gambar 28 :
Nama : Cawan Nama : Timbangan Digital
Fungsi : Sebagai wadah menimbang Fungsi: Untuk menimbang benda uji
benda uji dan wadah pada
saat benda uji di panaskan

Gambar 29 :
Nama : Oven
Fungsi : digunakan memanaskan dan
/ atau mengeringkan benda uji

22
3.2 PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN

AGREGAT HALUS
3.2.1 Dasar Teori

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering ( SSD=
Saturated Surface Dry )

3.2.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat halus.

3.2.3 Alat Yang Digunakan

a. Timbangan
b. Oven
c. Cawan
d. Piknometer
e. Kerucut terpancung (cone) untuk menentukan keadaan JPK/SSD
f. Penumbuk
g. Alat pembagi contoh atau riffle sampler

3.2.4 Bahan-Bahan Pengujian

a. Agregat halus, yaitu pasir keadaan lapangan dibagi menggunakan rifle sample
b. Air suling

3.2.5 Langkah Pengujian

a. Menimbang berat piknometer dan cawan.


b. Menentukan keadaan jenuh permukaan kering atau SSD, dengan cara sebagai
berikut :
 Memasukkan pasir yang telah direndam selama 24 jam kedalam oven
hingga setengah kering, kemudian mengujinya sebagai berikut :

23
 Memasukkan pasir ke dalam kerucut terpancung secara bertahap, yaitu
sebanyak 3 lapis, setiap lapis ditumbuk 8 kali, ditambah 1 kali pada
bagian terakhir. Sehingga total penumbukan sebanyak 25 kali.
 Membersihkan bagian luar cetakan dari butiran agregat
 Mengangkat cetakan kerucut terpancung secara perlahan-lahan dan harus
benar-benar vertical.
 Memeriksa bentuk hasil pencetakan, jika benda uji tercetak seperti cone
berarti benda uji masih dalam keadaan basah, jika dalam keadaan runtuh
semua berarti keadaan terlalu kering, dan jika benda uji runtuh tetapi
masih dalam keadaan tercetak, berarti keadaan jenuh permukaan kering
atau SSD sudah tercapai (lihat gambar).
c. Memasukkan benda uji keadaan SSD kedalam cawan, lalu ditimbang.
d. Memasukkan air suling sebanyak tanda batas. Guncang sampai tidak ada
gelembung udara didalamnya.
e. Menambahkan air suling mencapai tanda batas.
f. Menimbang piknometer yang berisi air dan benda uji.
g. Mengeluarkan benda uji, lalu memasukkan benda uji kedalam cawan, lalu
memasukkan ke oven selama ± 24 jam.
h. Mendinginkan lalu menimbang beratnya menggunakan timbangan digital.

3.2.6 Hasil Pengujian BJ dan Penyerapan Agregat Halus

Tabel 8 : Hasil Pengujian Bj & Penyerapan Agregat Halus

Benda uji
Pemeriksaan
I II III
Berat benda uji SSD/JPK (gr) Bj 418.4 356.8 309.8
Berat benda uji kering oven (gr) B2 399.4 341.8 289.8
Berat piknometer + air (gr) B3 673.4 633.8 716.4
Berat piknometer + air + benda uji (gr) B1 920.8 846.8 899.0

3.2.7 Analisa Dan Perhitungan

a. Berat Jenis Kering ( bulk dry specific grafity )


24
B2
BJ bulk=
(B 3+ Bj−B1)
b. Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/ SSD
Bj
BJ jpk=
( B3+ Bj−B 1)

c. Berat Jenis Semu ( Apparent specific Grafity )


B2
BJ app=
( B 3+ B 2−B 1)

d. Penyerapan/ absorpsi
(Bj−B 2)
|¿| x 100
B2

Keterangan: B1 = Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

B2 = Berat benda uji kering oven (gram)

B3 = Berat piknometer berisi air suling (gram)

500 = Berat uji dalam keadaan JPK/SSD

Benda Uji
Perhitungan Rata-rata
I II III
Bj Kering ( bulk dry specific grafity ) (gr) 2.336 2.377 2.278 2.333
Bj Jenuh Permukaan Kering/ SSD (gr) 2.447 2.481 2.435 2.45
Bj Semu ( Apparent specific Grafity ) (gr) 2.628 2.645 2.703 2.66
Penyerapan/ absorpsi (%) 4.76% 4.39% 6.90 5.35%

25
%
Tabel 9 : Hasil Perhitungan Pengujian BJ dan Penyerapan Agregat halus

3.2.8 Kesimpulan

Hasil pengujian berat jenis pasir dalam keadaan jenuh permukaan kering adalah
2.45gr dan penyerapannya adalah 5.35%

3.2.9 Gambar Peralatan

Gambar 30 : Gambar 31 :
Nama : Penumbuk Nama : Riffle sampler
Fungsi : untuk menumbuk pasir Fungsi : untuk membagi agregat
dalam kerucut terpancung menjadi 2 bagian yang
sama.

Gambar 32 : Gambar 33 :
Nama : Piknometer Nama : Kerucut terpancung
Fungsi : digunakan untuk wadah Fungsi : digunakan sebagai cetakan
pengujian agregat untuk mengetahui keadaan
halus/pasir SSD

Gambar 34 : 26
Nama:Oven Gambar 35 :
Fungsi:digunakan Nama: Timbangan digital
mengeringkan benda uji Fungsi: digunakan untuk menimbang
benda uji dalam cawan
Gambar 36 :
Nama: Cawan
Fungsi: digunakan untuk
wadah menimbang

3.3 PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN


AGREGAT KASAR
3.3.1 Dasar Teori

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat untuk

27
menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan air ( SSD=
Saturated Surface Dry )

3.3.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat kasar.

3.3.3 Alat Yang Digunakan

a. Timbangan
b. Oven yang dilengkapi pengatur suhu
c. Cawan
d. Gelas ukur
e. Alat pembagi contoh atau riffle sampler
f. Kain penyerap

3.3.4 Bahan-Bahan Pengujian

a. Agregat kasar/ kerikil yang diperoleh dengan menggunakan riffle sampler


b. Air suling

3.3.5 Langkah Pengujian

a. Menimbang berat gelas ukur dan cawan.


b. Mengeluarkan kerikil yang telah direndam selama ± 24 jam, lalu
mengeringkannya menggunakan kain/lap satu persatu sampai selaput air pada
permukaan agregat hilang. Keadaan ini dinyatakan dalan kondisi jenuh
permukaan kering/SSD.
c. Memasukkan kedalam gelas ukur, menambahkan air suling sampai kerikil
terendam, lalu menimbang beratnya.
d. Mengeluarkan kerikil, memasukkan ke cawan, lalu di mengeringkannya
menggunakan oven selama ± 24 jam.
e. Mendinginkan, lalu menimbangnya dengan timbangan digital.

3.3.6 Hasil Pengujian BJ dan Penyerapan Agregat Kasar

Tabel 10 : Hasil pengujian BJ dan Penyerapan Agregat Kasar

Benda uji
Pemeriksaan
I II III
Berat benda uji SSD/JPK (gr) Bj 398.7 283.0 316.9
B
Berat benda uji kering oven (gr) 390.0 278.4 311.1
2

28
B
Berat gelas ukur + air (gr) 651.5 602.7 597.4
3
B
Berat gelas ukur + air + benda uji (gr) 899.2 775.6 798.2
1

3.3.7 Analisa Dan Perhitungan

a. Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering/ SSD


B2
BJ jpk=
( B3+ Bj−B 1)

b. Berat Jenis Semu ( Apparent specific Grafity )


B2
BJ app=
( B 3+ B 2−B 1)

c. Penyerapan/ absorpsi
(Bj−B 2)
|¿| x 100
B2

Keterangan: B1 = Berat gelas ukurr berisi benda uji dan air (gram)

B2 = Berat benda uji kering oven (gram)

B3 = Berat gelas ukur berisi air suling (gram)

Bj = Berat benda uji dalam keadaan JPK/SSD

Benda Uji
Perhitungan Rata-rata
I II III
Bj Kering ( bulk dry specific grafity ) (gr) 2.591 2.529 2.679 2.599
Bj Jenuh Permukaan Kering/ SSD (gr) 2.640 2.570 2.729 2.65
Bj Semu ( Apparent specific Grafity ) (gr) 2.74 2.639 2.820 2.733
Penyerapan/ absorpsi (%) 2.231% 1.652% 1.864% 1.915%
Tabel 11 : Hasil Perhitungan Bj dan Penyerapan Agregat Kasar

29
3.3.8 Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang dilakukan didapat Berat Jenis dari kerikil pada keadaan
SSD atau jenuh permukaan kering adalah 2.65 dan penyerapan sebesar 1.915%.

3.3.9 Gambar Peralatan

Gambar 37 : Gambar 38 :
Nama: Gelas ukur Nama: Oven
Fungsi: digunakan sebagai wadah Fungsi: digunakan mengeringkan
agregat kasar/kerikil benda uji

Gambar 39 : Gambar 40 :
Nama: Timbangan digital Nama: Cawan
Fungsi: digunakan untuk menentukan Fungsi: digunakan untuk wadah
berat benda uji dalam cawan menimbang benda uji

30
Gambar 41 :
Nama: Riffle sampler
Fungsi: digunakan untuk membagi agregat
menjadi 2 bagian yang sama.
3.4 PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT
3.4.1 Dasar Teori

Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat agregat dan isi/volume.
Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah
bahan ditakar dengan ukuran volume.

3.4.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar dan campuran.

3.4.3 Alat Yang Digunakan


a. Timbangan
b. Talam
c. Tongkat pemadat
31
d. Mistar perata
e. Sendok/sekop
f. Wadah silinder (mould) baja
.
3.4.4 Bahan-Bahan Pengujian

Agregat halus/ pasir dan agregat kasar/ kerikil

3.4.5 Langkah Pengujian


a. Menimbang berat mould
b. Untuk perlakuan Padat, memasukkan benda uji dalam tiga lapis, dimana tiap
lapis dipadatkan dengan menumbukkan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
c. Untuk perlakuan Lepas, memasukkan benda uji dengan sendok sampai penuh
tanpa ditekan.
d. Meratakan permukaan benda uji dengan mistar.
e. Menimbang berat mould yang berisi benda uji tersebut. Kemudian melakukan
perhitungan untuk mencari berat benda uji.

3.4.6 Hasil Pengujian Berat Isi Agregat


Tabel 12 : Hasil Pengujian Berat Isi Agregat

Pasir Kerikil
Pemeriksaan
Lepas Padat Lepas Padat
Berat mould (gr) W1 2100 2100 2100 2100
Berat mould + benda uji (gr) W2 5300 5900 5650 6300
Berat benda uji (gr) W3=W2-W1 3200 3800 3550 4200
Berat mould + air (gr) W4 4700 4700 4700 4700
Berat air/volume mould (gr) V=W4-W1 2600 2600 2600 2600

Berat isi agregat (gr) W3 1.231 1.46 1.365 1.615


V

3.4.7 Analisa Dan Perhitungan

W3
Berat isi agregat= kg/l
V

Keterangan: W3 = Berat material yang diuji (gram)

32
V = Isi wadah (gram)

3.4.8 Kesimpulan

Dari hasil percobaan diperoleh berat isi agregat adalah sebagai berikut :

 Pasir : (Padat) = 1.46 kg/l

(Lepas) = 1.231 kg/l

 Kerikil : (Padat) = 1.615 kg/l

(Lepas) = 1.365 kg/l

3.4.9 Gambar Peralatan

Gambar 42 :
Nama : Penumbuk
Fungsi : digunakan untuk memadatkan
tiap-tiap lapisan agregat dalam mould
Gambar 43 :
Nama: Mould
Fungsi: Sebagai tempat benda uji

33
Gambar 45 :
Nama: Sendok pasir
Fungsi: digunakan untuk memasukkan
agregat ke wadah mould
Gambar 44 :
Nama : Timbangan
Fungsi : digunakan untuk
mengukur berat mould +

3.5 PENGUJIAN ANALISA SARINGAN

( GRADASI AGREGAT)

3.5.1 Dasar Teori

Gradasi agregat adalah susunan ukuran butiran agregat dari besar sampai pan. Bila
butir-butir agregat memiliki ukuran yang sama/seragam, maka volume pori akan besar.
Dan sebaliknya, apabila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang
kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih
besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi.

Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang
kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan
bahan pengikat sedikit saja.

3.5.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan gradasi butiran agregat kasar dan agregat halus.

34
3.5.3 Alat Yang Digunakan

a. Timbangan
b. Alat pemisah contoh/riffle sampler
c. Talam / nampan
d. Oven
e. Satu set ayakan standar untuk agregat halus
f. Satu set ayakan standar untuk agregat kasar
g. Kuas, sikat kuningan

3.5.4 Bahan-Bahan Pengujian

Agregat halus/pasir dan agregat kasar/kerikil.

3.5.5 Langkah Pengujian

a. Memasukkan agregat ke dalam riffle sampler untuk mendapatkan benda uji yang
sama
b. Menimbang masing-masing berat ayakan. Lalu menyusun ayakan sesuai ukuran
diameter dari yang paling besar hingga pan.
c. Mengambil agregat dari riffle sampler, kemudian masukkan ke susunan ayakan
yang paling atas.
d. Meletakkan satu set ayakan tersebut di mesin penggetar dan getarkan selama 15
menit
e. Menimbang berat agregat yang tersaring di masing-masing ayakan.
Menghitung persentase berat agregat yang tertahan tersebut terhadap total berat
agregat.

3.5.6 Hasil Pengujian Analisa Saringan (Gradasi Agregat)

Tabel 13 : Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus (Gradasi Agregat)

Ø Berat Saringan Berat Saringan + Agregat tertahan


agregat (gram)
19.00 459.7 459.7 0.0
9.50 537.8 605.4 67.6
4.75 430.6 626.8 196.2
2.34 410.9 752.2 341.3
1.18 408.6 1080.1 671.5
0.60 334.0 949.3 615.3
0.30 403.6 455.7 52.1
0.15 379.0 380.8 1.8
pan 434.9 436.3 1.4
35
Jumlah 1947.2

Tabel 14 : Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar (Gradasi Agregat)

Ø Berat Saringan Berat saringan + Agregat tertahan


(gr)
19.00 459.7 1446.7 987
9.50 537.8 1529.8 992
4.75 430.6 580.5 149.9
2.34 410.9 432 21.1
1.18 408.6 411.6 3
0.60 334.0 345.8 11.8
0.30 403.6 406.2 2.6
0.15 379.0 381.7 2.7
pan 434.9 437.1 2.2
Jumlah 2172.3

36
3.5.7 Analisa Dan Perhitungan

Analisa Saringan Pasir

Tabel 15 : Hasil Perhitungan Analisa Saringan Pasir

Tertahan % Total Komulatif


Ø
Gram % Tertahan Lolos
19.00 0.0 0.0 0 100
9.50 67.6 3.47 3.47 96.53
4.75 196.2 10.07 13.54 86.46
2.34 341.3 17.53 31.07 68.93
1.18 671.5 34.49 65.56 34.44
0.60 615.3 31.59 97.15 2.85
0.30 52.1 2.68 99.83 0.17
0.15 1.8 0.09 99.92 0.08
Pan 1.4 0.08 100 0

Jumlah 1947.2 100.0

37
Analisa Saringan Kerikil

Tabel 16 : Hasil Perhitungan Analisa Saringan Kerikil

Tertahan % Total Komulatif


Ø
Gram % Tertahan Lolos
19.00 987 45.44 45.44 54.56
9.50 992 45.66 91.1 8.9
4.75 149.9 6.9 98 2
2.34 21.1 0.97 98.97 1.03
1.18 3 0.14 99.11 0.89
0.60 11.8 0.54 99.65 0.35
0.30 2.6 0.12 99.77 0.23
0.15 2.7 0.12 99.89 0.11
Pan 2.2 0.11 100 0

Jumlah 2172.3 100.0

 Grafik Prosentase Lolos / Gradasi Kerikil

38
Analisa saringan Gabungan 45% Pasir dan 55% Kerikil

Tabel 17 : Hasil Perhitungan Analisa Saringan Gabungan Pasir dan Kerikil

Pasir Kerikil Gabungan


Spesifika
Ø % Lolos Komulatif % Lolos Komulatif 100%
si
100% 45% 100% 55% 45% + 55%
38.1 100 45 100 55 100 100
19.0
100 45 54.56 30.01 75.01 45 - 75
0
9.50 96.53 43.44 8.9 4.90 48.34 35 - 60
4.75 86.46 38.91 2 1.1 40.01 25 - 45
2.34 68.93 31.02 1.03 0.57 31.59 18 – 40
1.18 34.44 15.50 0.89 0.49 15.99 14 – 35
0.60 2.85 1.28 0.35 0.19 1.47 8 – 30
0.30 0.17 0.08 0.23 0.13 0.21 3 – 17
0.15 0.08 0.04 0.11 0.07 0.11 0–6
pan 0 0 0 0 0 0
Nb : table ini disajikan pada laporan pasir

Tabel 18 : Hasil Pengujian Spesifikasi Zone Pasir dan Prosentase Lolos Komulatif Pasir

Spesifikasi
Ø % Lolos Pasir
Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
19.00 100 100 100 100 100
9.50 96.53 100 100 100 100
39
4.75 86.46 90 – 100 90 – 100 90 - 100 95 – 100
2.34 68.93 60 – 95 75 – 100 85 - 100 95 – 100
1.18 34.44 30 – 70 55 – 90 75 - 100 90 – 100
0.60 2.85 15 – 34 35 – 59 60 - 79 80 – 100
0.30 0.17 5 – 20 8 – 30 12 - 40 3 – 50

0.15 0.08 0 – 10 0 - 10 0 - 10 0 – 15
pan 0 0-6

3.5.8 Kesimpulan

Prosentase analisa gabungan antara pasir dan kerikil yang digunakan untuk
campuran gradasi agregat adalah 45% - 55%.

3.5.9 Gambar Peralatan

40 Gambar 47 :
Gambar 46 : Nama: Penggetar saringan
Nama: Set Saringan Fungsi: digunakan untuk
Fungsi : digunakan untuk menggetarkan ayakan hingga
menyaring agregat agregat tersaring
Gambar 48 :
Nama: Timbangan digital
Fungsi: digunakan untuk menimbang
benda uji dalam cawan

3.6 PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR DGN


MESIN LOS ANGELES
3.6.1 Dasar Teori

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan/ kekuatan agregat kasar


terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Ketahanan/ kekuatan agregat
akan membatasi kekuatan beton yang dapat dicapai bilamana kekuatan agregat tersebut

41
kurang atau kira-kira sama dengan kekuatan beton yang direncanakan. Namun, biasanya
sebagian besar agregat yang tersedia, kekuatannya masih lebih besar dari kekuatan beton.

Nilai keausan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan No.12 terhadap berat semula dalam persen.

3.6.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan nilai persen keausan agregat kasar.

3.6.3 Alat Yang Digunakan

a. Mesin Los Angeles


b. Timbangan
c. Saringan
d. Talam/nampan
e. Oven
f. Bola-bola baja
g. Kuas, sikat kuningan

3.6.4 Bahan-Bahan Pengujian

Hasil pengujian berat dan gradasi benda uji

3.6.5 Langkah Pengujian

a. Menyiapkan kerikil yang tertahan pada saringan diameter 19 mm sebanyak 2500


gram dan pada diameter 12,5mm sebanyak 2500 gram.
b. Lalu memasukkan ke dalam mesin los angeles disertakan dengan bola baja
sebanyak 11 buah.
c. Mengoperasikan mesin los angeles dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 kali
putaran.
d. Kemudian mengeluarkan benda uji, lalu menyaringnya dengan menggunakan
ayakan No.12 atau diameter 1,71.
e. Mencuci lalu mengeringkan agregat yang tertahan di ayakan No.12 kedalam oven.

3.6.6 Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar

Tabel 19 : Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar

42
Gradasi Pemeriksaan 11 Bola
Ukuran Saringan Berat Material
(gram)
Lewat Tertahan
76.2 63.5
63.5 50.8
50.8 37.5
37.5 25.4
25.4 19 2500
19 12.5 2500 3.6.7 Analisa dan
12.5 9.5 Perhitungan
9.5 6.3
6.3 4.75 Persentase
4.75 2.36 keausan agregat
Berat Total Material
5000 kasar :
Berat Tertahan Saringan No. 12 Ø1.17
2900
A−B
Keausan x 100
A
42%
A−B
Keausan agregat= x 100
A
= 5000 – 2900 x 100% = 42%
5000

Keterangan: A = Berat benda uji semula

B = Berat benda tertahan saringan No.12

3.6.8 Kesimpulan

Keausan agregat yang diperoleh adalah 42% dimana hasil ini melebihi batas
keausan agregat kasar maksimum sebesar 40%.

3.6.9 Gambar Peralatan

43 Gambar 50 :
Gambar 49 : Nama: Sikat baja
Nama: Los Angeles Fungsi: digunakan untuk
Fungsi: digunakan untuk menghancurkan membersihkan saringan dari sisa
agregat untuk menguji keausan agregat
Gambar 51 : Gambar 52 :
Nama:Kuas Nama: Bola baja
Fungsi: digunakan untuk Fungsi: Sebagai alat bantu
membersihkan sisa atau debu menghancurkan agregat pada alat los
agregat angeles

44
3.7 PENGUJIAN KEKERASAN AGREGAT KASAR
3.7.1 Dasar Teori

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kekerasan agregat kasar


terhadap pembebanan. Kekerasan agregat adalah daya tahan agregat terhadap kerusakan
akibat penggunaan dalam konstruksi. Sifat-sifat kekerasan dari agregat penting untuk
diketahui bilaman agregat akan digunakan sebagai material bahan bangunan dan jalan.

Nilai kekerasan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan 2,36 mm terhadap berat semula dalam persen.

3.7.2 Tujuan Pengujian

Untuk menentukan niali persen dari kekerasan agregat kasar.

3.7.3 Alat Yang Digunakan

a. Timbangan
b. Satu set alat uji ( silinder, alas, plunyer/pengarah beban )
c. Saringan
d. Talam/nampan
e. Oven
f. Alat pemadat
g. Mesin penekan

3.7.4 Bahan-Bahan Pengujian

45
Agregat yang lolos saringan 12,7mm dan tertahan di saringan 9,5mm yang sudah di
keringkan menggunakan oven selama 4 jam

3.7.5 Langkah Pengujian

a. Menimbang berat silinder dan plat alas.


b. Memasukkan benda uji sebanyak 3 lapis kedalam silinder.
c. Memadatkan benda uji dengan tongkat penumbuk sebanyak 25 kali. Lalu
meratakan permukaan benda uji.
d. Menimbang berat silinder yang berisi benda uji tersebut beserta alas.
e. Meletakkan plunyer di atas permukaan benda uji.
f. Kemudian memasukkan kedalam mesin tekan dengan kecepatan tekan 40
ton/menit.
g. Mengeluarkan benda uji dari silinder, lalu menyaringnya menggunakan ayakan
dengan diameter 2,36mm dan menimbang berat agregat yang tertahan pada
saringan tersebut.

3.7.6 Hasil Pengujian Kekerasan Agregat Kasar

Tabel 20 : Hasil Pengujian Kekerasan Agregat Kasar

Pemeriksaan Benda uji (gr)


Berat silinder + plat alas C 2183.4
Berat silinder + plat alas + benda uji D 2500
Berat benda uji semula A=D-C 316.6
Berat benda uji tertahan saringan 2.63 mm B 292.1
Kekerasan agregat 7.74%

x
100%
3.7.7 Analisa Dan Perhitungan

Persentase kekerasan agregat kasar :

A−B
Kekrasan agregat = x 100
A

Keterangan: A = Berat benda uji semula, tertahan Ø = 9.5 mm

B = Berat benda uji tertahan saringan Ø = 2,36 mm

3.7.8 Kesimpulan
46
Dari pengujian diperoleh nilai kekerasan agregat yaitu sebesar 7.74% < 30%.
Sehingga bisa digunakan untuk beton.

3.7.9 Gambar Peralatan

Gambar 53 : Gambar 54 :
Nama: Satu set cetakan benda uji Nama : Mesin penekan
Fungsi: digunakan untuk mencetak beton Fungsi : digunakan untuk menekan
benda uji

47

Anda mungkin juga menyukai