Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA BIDANG FONOLOGI DAN


MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
Dibuat sebagai salah satu syarat mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Drs. Sukarir Nuryanto, M.Pd.

Anggota Kelompok:

1.Rosita Septiani (1401417163 )


2.Wahyu Pratama Aribowo ( 1401417202 )
3.Heru Mukti Setyawan ( 1401417204 )
Rombel D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA BIDANG FONOLOGI DAN
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
1. Pembuka
1.1. Latar Belakang

Dalam proses berkomusikasi pelu menggunakan bentuk kata dan pelafalan


yang tepat. Hal ini agar gagasan dan ide – ide inovatif yang Anda sampaikan kepada
orang lain dapat dipahami secara efektif. Agar hal itu dapat terwujud, perlu kita
memiliki pemahaman dan kemampuan menganalisis kealahan berbahasa khususnya
dalam hal fonologi dan morfologi. Funsinya agar kita dapat membedakan bentuk
komunikasi verbal yang benar dan yang salah.
Salah satu hambatan dalam proses komunikasi adalah kurangnya
keterampilan berbahasa. Wujud kurangnya keterampilan berbahasa itu antara lain
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa. Kesalahan-kesalahan berbahasa ini
menyebabkan gangguan terhadap peristiwa komunikasi, kecuali dalam hal pemakaian
bahasa secara khusus seperti dalam lawak, jenis iklan tertentu, serta dalam puisi.
Dalam pemakaian bahasa secara khusus itu, kadang-kadang kesalahan berbahasa
sengaja dibuat atau disadari oleh penutur untuk mencapai efek tertentu sepeti lucu,
menarik perhatian dan mendorong berpikir lebih intens.
Bahasa Indonesia seringkali digunakan tanpa memperhatikan bidang-bidang
dalam linguistik yang pada dasarnya harus dipahami sehingga seringkali
pembelajaran bahasa yang dimaksudkan untuk berbagai kepentingan, baik untuk
pengajaran maupun sebagai alat komunikasi, dijumpai berbagai permasalahan
sehingga penguasaan bahasa Indonesia baik dari segi penguasaan lisan maupun
tertulis dapat menimbulkan keberagaman bahkan kesalahpahaman makna dalam
berbahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai pengajaran
maupun sebagai alat komunikasi tidak mudah dicapai karena dalam proses
pembelajarannya pastilah dijumpai banyak permasalahan. Salah satu permasalahan itu
berupa kesalahan-kesalahan berbahasa, diantaranya kesalahan dari segi fonologi dan
morfologi. Apabila kesalahan-kesalahan tidak segera di identifikasi akan
mengakibatkan kendala berkelanjutan dalam proses berbahasa.
Bahasa sebagai alat komunikasi tidak diragukan lagi keampuhannya.
Dibandingkan dengan media komunikasi lainnya seperti isyarat, lambang, dan
sebagainya, betapa pun canggihnya, tetap bahasa itu memIliki peran yang sangat
penting dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Manusia sebagai makhluk
pencerita (homo fabulans) senantiasa ingin menyampaikan segala sesuatu yang ada
dalam benak atau perasaannya kepada orang lain melalui bahasa. Dalam proses
transformasi pesan dari individu pihak komunikator kepada individu atau pihak
lainnya sebagai komunikan inilah sering terjadi kesalahan, terutama dalam bahasa
tulis yang merupakan rekaman dari bahasa lisan itu.
Ditinjau dari segi sampainya pesan, kesalahan berbahasa lisan kurang terasa
salahnya karena dalam komunikasi ini dapat dibantu dengan mimik ( gerak air
muka ) serta panto mimik, gestur ( gerak anggota tubuh ), atau isyarat lainnya, atau
karena Si Pemesan itu memiliki sikap bahasa yang penting asal orang mengerti. Lain
halnya dengan komunikasi tulisan, kesalahan ini akan terasa sekali, karena bahasa
tulis memerlukan kelengkapan fungtuasi atau tanda baca, keakuratan diksi atau
pilihan kata, ketepatan struktur baik kata ( morfologi ) maupun kalimat atau sintaksis.
Kesalahan berbahasa ini akan berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena
salah tafsir, tidak mengerti apa yang disampaikan, hamburnya ( mubazirnya ) kata
atau kalimat, bahasa tidak efesien dan efektif lagi sebagai alat komunikasi dan
berpikir. Tidak menutup kemungkinan kesalahan berbahasa akan menimbulkan
kesalahan fatal dari pendengar atau pembaca terhadap pemaknaan pesan dari penutur
atau penulis sehingga terjadi konflik dan sebagainya.
Mengingat adanya masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu
mengenai kesalahan-kesalahan yang dihadapi, penulis berusaha untuk menganalisa
permasalahan kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para
penutur bahasa Indonesia baik sebagai bahan pengajaran maupun sebagai alat
komunikasi agar kesalahan-kesalahan itu berkurang. Orientasi analisis ini adalah
dengan di identifikasinya kesalahan-kesalahan berbahasa mereka, dari segi fonologi
dan morfologi.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa pengertian kesalahan berbahasa Indonesia?
1.2.2 Mengapa bisa terjadi kesalahan berbahasa?
1.2.3 Apa sajakah kesalahan berbahasa Indonesia yang dijumpai dari segi fonologi?
1.2.4 Apa sajakah kesalahan berbahasa Indonesia yang dijumpai dari segi morfologi?
2 Pembahasan
2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa Indonesia
Dalam buku yang berjudul “Common Error in Language Learning”, H.V. George
mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan
yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak
diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan
yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa
baku. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang
pertama-tama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai
pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan
atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam
bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Pengertian kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder dalam bukunya
yang berjudul Introducing Applied Linguistics.Dikemukakan oleh Corder bahwa yang
dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa.
Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang
sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum
menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder
bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan
berbuat kesalahan berbahasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian
kesalahan berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan
bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan
berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari
sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana
dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.

2.2 Terjadinya Kesalahan Berbahasa


Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya memang
merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan berbahasa
terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang
bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara sistematis, bukan terjadi karena
belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan
merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi.Keterbatasan
dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi
bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini
bersifat acak, artinya dapat terjadi pada berbaga tataran linguistik. Kekeliruan biasanya
dapat diperbaiki sendiri oleh siswa bila yang bersangkutan, lebih mawas diri, lebih sadar
atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa
yang digunakan, tetapi karena suatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan itu
biasanya tidak lama.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa memang
belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya
terjadi secara konsisten dan sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila
tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui remedial,
latihan, praktik, dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran
terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari olehnya. Bila
tahap pemahaman siswa tentang sistem bahasa yang sedang dipelajari olehnya ternyata
kurang, kesalahan berbahasa tentu sering terjadi. Namun, kesalahan berbahasa akan
berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat.
Kesalahan dapat terjadi akibat kebiasaan berbahasa ( language habit ) yang salah
sehingga terjadi kesalahan berbahasa ( language error ). Kebiasaan berbahasa ini terjadi
secara spontan dan biasanya sukar dihilangkan kecuali lingkungan bahasanya diubah
misalnya dengan menghilangkan stimulus yang membangkitkan kebiasaan itu. Dan dapat
juga terjadi karena perbedaan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang digunakannya
dalam pergaulan atau komunikasi resmi. Misalnya dengan adanya perbedaan antara
bahasa ibu Sunda atau Jawa dengan bahasa Indonesia, maka akan terjadi interferensi dari
bahasa kesatu ke bahasa kedua. Kesalahan karena kasus dwibahasawan ini misalnya
kata gaji oleh orang Sunda diucapkan gajih , kata akan oleh orang dari suku Jawa
diucapkan jadi aken dan sebagainya yang menyangkut kesalahan pada tingkat fonologi,
“ Sebulan sekali pada hari Minggu, di kampung saya selalu mengadakan kerja bakti “
Seharusnya bentukan ( morf dalam morfologi ) yang dipakai adalah diadakan karena
memakai kata depan di.

2.3 Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Fonologi


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi
adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut
fungsinya. Dengan demikian fonologi merupakan sistem bunyi dalam bahasa
Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi
bahasa.

Menurut Kridalaksana (1982:45) fonologi adalah bidang dalam linguistik yang


menyelidiki bunyi-bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya, fonemik. Sedangkan
Alwasilah (1983) menyatakan bahwa fonologi adalah salah satu bidang tatabahasa
yang membahas bunyi-bunyi bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia dalam
rangka mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau mengidentifikasi kata-kata
tertentu. Dengan kata lain, fonologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa
yang membahas bunyi bahasa yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan
orang lain. Bunyi bahasa yang dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti: a, i, u, e, o, e,
bunyi konsonan seperti: k, l, m, dan sebagainya, dan bunyi diftong seperti: au, o, dan
ai.

Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang


fonologi, Tarigan dan Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan
berbahasa dalam bidang fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem,
penghilangan fonem, penambahan fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi
tunggal atau fonem tunggal. Kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang
fonologi tersebut antara lain sebagai berikut.

(1) Pelafalan fonem /n/ diubah menjadi /ng/

Kata-kata yang berakhir fonem /n/ seperti makan, lafal bakunya /makan/.
Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /n/ pada
akhir kata sehingga kadang-kadang kata-kata makan dilafalkan /makang/.

Contoh yang lain:

Ikan dilafalkan /ikang/ semestinya /ikan/

Arisan dilafalkan /arisang/ semestinya /arisan/

Taman dilafalkan /tamang/ semestinya /taman/

(2) Pelafalan fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/

Kata-kata yang berakhir fonem /t/ seperti pada kata tepat, lafal bakunya adalah
/tepat/. Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /t/
pada akhir kata, yang ada adalah fonem /’/ sehingga “kadang-kadang” kata-kata tepat
dilafalkan /tepa’/. Katakata lain yang mengalami pelafalan seperti kata tepat antara
lain adalah:

Cepat dilafalkan /cepa’/ semestinya /cepat/

Hormat dilafalkan /horma’/ semestinya /horma’/

Dapat dilafalkan /dapa’/ semestinya /dapat/


(3) Pelafalan fonem /e/ diubah menjadi /E/

Kata-kata yang berfonem /e/ (e = enam) seperti pada kata senter, lafal bakunya
adalah /sEnter/ (E=ekor) Namun, karena faktor

pengaruh bahasa daerah (Bugis) yang “biasa” menyebut kata /sEntErE/, maka
kata senter dilafalkan /sEntEr/. Kata-kata lain yang mengalami kesalahan pelafalan
seperti kata senter antara lain adalah:

kalender dilafalkan /kalEndEr/ semestinya /kalEnder/

meter dilafalkan /mEtEr/ semestinya /mEter/

liter dilafalkan /litEr/ semestinya /liter/

(4) Pelafalan fonem /E/ diubah menjadi /e/,

Fonem /e/ pada kata peka seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan
pelafalan /E/seperti pada kata peka tersebut biasa kita jumpai dalam proses
berkomunikasi situasi resmi, pada kata:

Sukses dilafalkan / sukses / semestinya / suksEs /

sugesti dilafalkan / sugesti / semestinya / sugEsti/

lengah dilafalkan / lengah / semestinya / lEngah /

(5) Fonem /u/ pada kata juang seharusnya dilafalkan /u/ bukan /o/.

Kesalahan pelafalan /u/ seperti pada kata juang tersebut, biasa kita jumpai
dalam proses komunikasi situasi resmi, pada kata:

Lubang dilafalkan / lobang / semestinya / lubang /

Gua dilafalkan / goa / semestinya / gua /


(6) Pelafalan fonem /i/ diubah menjadi /E/

Fonem /i/ pada kata tarikat seharusnya dilafalkan /i/ bukan /E/.

Kesalahan pelafalan /i/ pada kata tarikat, biasa kita jumpai dalam
proses komunikasi situasi resmi, seperti pada kata:

hakikat dilafalkan /hakEkat/ semestinya /hakikat/

nasihat dilafalkan /nasEhat/ semestinya /nasihat/

(7) Pelafalan fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/

Fonem /ai/ pada kata sampait seharusnya dilafalkan /ai/ bukan /E/ atau /Ei/ .
Kesalahan pelafalan /ai/ pada kata sampai tersebut, biasa kita jumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi , seperti pada kata:

Santai dilafalkan / santEi/santE/ semestinya / santai /

pantai dilafalkan / pantEi/pantE / semestinya / pantai /

balai dilafalkan / balEi/balE / semestinya / balai /

(8) Pelafalan fonem /g/ pada akhir kata diubah menjadi /h/ atau /ji/

Kata geologi seharusnya dilafalkan /geologi/ bukan /geolohi/ atau /geoloji/.


Kesalahan pelafalan /g/ pada kata gelogi tersebut, biasa kita jumpai dalam proses
komunikasi situasi resmi, seperti pada kata:

Idiologi dilafalkan / idiolohi/ atau semestinya /idiologi/

/idioloji /

morfologi dilafalkan morfolohi/ atau semestinya /morfologi/

/morfoloji /

sosiologi dilafalkan / sosiolohi/ atau semestinya / sosiologi /

/ sosioloji /
(9) Pelafalan fonem /h/ dihilangkan / /

Fonem /h/ pada kata hilang seharusnya dilafalkan /h/ atau tidak dihilangkan.
Penghilangan pelafalan /h/ seperti pada kata hilang.

Contoh lain:

hijau dilafalkan / ijau / semestinya / hilang /

pahit dilafalkan / pait / semestinya / pahit /

tahi dilafalkan / tai / semestinya / tahi /

(10) Penambahan fonem /h/ pada awal atau akhir kata

Pelafalan kata andal seharusnya tidak ditambah /h/. Penambahan pelafalan /h/
seperti pada kata andal, di depan atau pada akhir kata, biasa pula dijumpai dalam
proses komunikasi situasi resmi.

Contoh lain:

alangan dilafalkan / halangan / semestinya / alangan /

imbau dilafalkan / himbau / semestinya / imbau /

silakan dilafalkan / silahkan / semestinya / silakan /

(11) Pelafalan fonem /f/ diubah menjadi /p/

Fonem /f/ pada kata feodal harusnya tidak dilafalkan /p/ .

Kesalahan pelafalan /f/ pada kata feodal.

Contoh yang lain:

aktif dilafalkan / aktip / semestinya / aktif /

negatif dilafalkan / negatip / semestinya / negatif /

kreatif dilafalkan / kreatip / semestinya / kreatif /


(12) Pelafalan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/

Fonem /z/ pada kata izin seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/.

Kesalahan pelafalan /z/ pada kata izin.

Contoh yang lain:

zakat dilafalkan / sakat /jakat / semestinya / zakat /

zaman dilafalkan / saman/jaman / semestinya / zaman /


ijazah dilafalkan / ijasah/ ijajah / semestinya / ijazah /

(13) Pelafalan /au/ diganti menjadi /h/

Fonem /kh/ pada kata khawatir seharusnya tidak dilafalkan /h/ tetapi /kh/.
Kesalahan pelafalan /kh/ pada kata khawatir.

Contoh yang lain:

khatib dilafalkan / hatib / semestinya / khatib /

khutbah dilafalkan / hutbah / semestinya / khutbah /

khusyuk dilafalkan / husyuk / semestinya / khusyuk /

2.4 Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Morfologi

Badudu (1976:15) mengemukakan bahwa “morfologi adalah ilmu bahasa yang


mebicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi sebuah kata”. Berbicara
tentang morfem terbagi atas tiga macam morfem bebas seperti makan, minum, dan lain-
lain, morfem terikat seperti berber, -kan, dan lain sebagainya, morfem unik, misalnya juang,
tawa, dan sebagainya. Morfem bebas /makan/ digabung morfem terikat –an/ menjadi
kata berimbuhan, misanya, makanan. Morfem bebas /minum/ mengalami pengulangan
/minum-minum/ disebut kata ulang. Morfem bebas /mata/ digabung dengan morfem
bebas /hari/ menjadi matahari disebut kata majemuk.
Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam
bidang morfologi, menurut Badudu (1982) dan Tarigan dan Sulistyaningsih
(1979) terbagi atas tiga kelompok: (a) kesalahan afiksasi, (b) kesalahan reduplikasi,
(c) kesalahan pemajemukan.

Kesalahan bidang afiksasi.

Kesalahan berbahasa dalam bidang afiksasi antara lain seperti


yang dipaparkan berikut ini.

(1) Afik yang luluh, tidak diluluhkan

Kaidah afiksasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang dimulai
huruf t, s, k, p harus luluh menjadi men-, meny-, meng-, dan mem- , misalnya meN-
memasuki kata dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan menjadi menarik, menyatu,
mengurang, dan meminjam. Dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan:

mentabrak seharusnya menabrak

mempahat seharusnya memahat

mempabrik seharusnya memabrik

(2) Afiks yang tidak luluh, diluluhkan

Afiks meN- memasuki kata asal atau kata dasar yang dimulai huruf kluster
seperti transmigrasi dan prosentase tidak luluh misalnya mentrasmigrasikan dan
memprosentasekan. Akan tetapi, dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan
penggunaan kata berimbuhan seperti:

menerasmigrasikan seharusnya mentransmgraskan

memerotes seharusnya memprotes

memerakarsai seharusnya memprakarsai

(3) Morf men- disingkat n,

Bentuk narik merupakan salah satu contoh kata dasar dari sekian kata dasar
yang nonbaku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni
dari kata tarik lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata menarik. Selanjutnya,
dalam proses komunikasi hanya menggunakan narik padahal seharusnya menarik
seperti dalam kalimat Saya belum menarik kesimpulan. Kata-kata yang tidak baku
seperti itu adalah:

natap seharusnya menatap

nangis seharusnya menangis

nabrak seharusnya menabrak

(4) Morf meny- disingkat ny, misalnya:

Bentuk kata nyampakan, bukanlah kata dasar yang baku. Kata dasar tersebut
muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata sampai lalu mendapat
awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan menyampaikan.

Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya meng-gunakan nyampai atau


nyampaikan padahal seharusnya menyampaikan. Contoh yang lain:

nyapu seharusnya menyapu

nyisir seharusnya menyisir

nyusun seharusnya menyusun

(5) Morf meng disingkat ng, misalnya:

Kata berimbuhan seperti ngoreksi bukanlah kata berimbuhan yang baku. Kata
berimbuhan tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi alomorf meng-. Yakni
dari kata koreksi lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan
mengoreksi. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya menggunakan ngoreksi
padahal seha-rusnya mengoreksi seperti dalam kalimat Aminuddin mengoreksi
pemerintah secara sopan. Kata berimbuhan lain yang tidak baku seperti itu,
sebagai berikut:

ngarang seharusnya mengarang

ngantuk seharusnya mengantuk

ngurung seharusnya mengurung


(6) Morf menge– disingkat nge-

Kata dasar seperti ngebom bukanlah kata yang baku. Kata dasar tersebut
muncul sebagai akibat kesalahan afiksasi alomorf menge-. Yakni, dari kata dasar bom
lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengebom. Selanjutnya,
dalam proses berkomunikasi masyarakat hanya menggunakan ngebom padahal
seharusnya mengebom seperti dalam kalimat Syarifuddin berencana akan mengebom
pantai Sanur.

Contoh lain kata berimbuhan yang tidak baku seperti itu adalah sebagai berikut:

ngelap seharusnya mengelap

ngebom seharusnya mengebom

ngecet seharusnya mengecet

ngelas seharusnya mengelas

Kesalahan morfologi segi reduplikasi

Salah satu betuk kesalahan morfologis dalam segi redukplikasi adalah


perulangan bentuk dasar , misalnya ngarang-mengarang. Bentuk perulangan tersebut
berdasar dari kata asal karang lalu mendapat awalan meN- menjadilah mengarang.
Selanjutnya, kata dasar mengarang mengalami proses reduplikasi ngarang-
mengarang, yang semestinya karang-mengarang seperti dalam kalimat Mereka
belajar tentang karangmengarang di sekolah. Kata ulang lain yang biasa ditemukan
seperti itu adalah sebagai berikut:

ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek

ngutip-mengutip seharusnya kutip-mengutip

ngunjung mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi


Kesalahan morfologis segi proses pemajemukan

(1) Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan

Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen, ekstra kurikler,
adalah kata majemuk yang nonbaku. Kata tersebut semestinya ditulis serangkai
seperti pascapanen dan ekstrakurikuer. Karena kata-kata: pasca, ektra, antar , infra,
intra, anti, panca, dasa, anti, pra, proto, mikro, maha, psiko, ultra, supra, para, dan
sebagainya adalah kata-kata yang harus ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh kata majemuk yang seharusnya ditulis serangkai tetapi ditulis
terpisah adalah sebagai berikut.

anti karat seharusnya antikarat

ekstra kurikuler seharusnya ekstrakulikuler

antar universitas seharusnya antaruniversitas

psiko terapi seharusnya psikoterapi

supra segmental seharusnya suprasegmental

proto tipe seharusnya prototipe

para medis seharusnya paramedis

pramu niaga seharusnya pramuniaga

infra struktur seharusnya infrastruktur

mikro film seharusnya microfilm


(2) Kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan

Kata majemuk yang ditulis serangkai seperti ibukota, anakasuh, kepala


kantor, butahuruf, hakcipta, jurumasak adalah contoh kata majemuk yang semestinya
ditulis terpisah seperti ibu kota, anak asuh, kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru
masak. Karena, kedua kata tersebut masingmasing adalah kata dasar yang tergolong
morfem bebas. Contoh kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan
adalah sebagai berikut.

Aducepat seharusnya adu cepat

Ibuangkat seharusnya ibu angkat

Kerjabakti seharusnya kerja bakti

Obatnyamuk seharusnya obat nyamuk

Kesalahan berbahasa dari segi morfologi adalah kesalahan berbahasa yang


terletak pada ketidaktepatan pada bentuk-bentuk kata.
Pada analisis ini ada beberapa segi kesalahan dan memerlukan
ralat/pembenaran, diantaranya :
a. Kesalahan Pada Diksi (pemilihan kata)
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah
kalimat/tuturan karena arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan
pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata maka
akan terjadi pergeseran arti/ makna kalimat, tidak sebagaimana diinginkan
oleh penulisnya. Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan
kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Kesalahan yang lakukan pada pemilihan kata meliputi (1) penggunaan
kata yang benar-benar tidak tepat untuk suatu konteks kalimat tertentu (2)
penggunaan kata yang tidak lazim dalam konteks masyrakat Indonesia (3)
pengunaan sinonim kata yang tidak tidak benar-benar tepat sebagaimana
dituntut konteks kalimat tertentu (4) kerancuan dalam penggunaan kata-kata
yang mirip, seperti penggunaanada dan adalah , mudah dan murah, dsb. (5)
penggunaan kata-kata yang merupakan hasil terjemahan secara harafiah dan
(6) kesalahan penggunaan kata terjemahan yang bersinonim, seperti kata to
leave yang terjemahan bahasa
Indonesianya meninggalkan dan berangkat. Pasangan kata seperti inilah yang
sering dikacaukan dalam penggunaannya.
Beberapa kata yang kesalahan pemakaiannya cukup sering adalah
kata ada yang dikacaukan dengan kata adalah; penggunaan
pronomina kita dengan kami (yang dalam bahasa
Inggris ‘us’); kata berangkat dengan katameninggalkan; kata cara dengan
kata secara; kata tidak dengan kata bukan; kata ada dengan
kata mempunyi.Beberapa contoh kesalahan pembelajar dalam memilih kata di
paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
a) Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
b) Saya berbicara dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
c) Adalah banyak penjual dan pembeli dalam pasar.
d) Kami berangkat SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e) Jam empat kami berangkat Hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.
f) Setelah itu bis mengambilkan kami ke tempat yang ramai.
g) Di Inggris masalah-masalah dengan disiplin sedang lebih jelek, misalnya
kemangkiran dari sekolah, kedatangan yang terlambat dan kekerasan.
h) Menurut tradisi, orang Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu
sekarang ekonomi Batak sangat beruntung pada karet dan kopi. A

Alternatif pembenarannya:
a) Situasi ini membingungkan anak-anak dan sangat mempengaruhi mereka.
b) Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi.Dia sudah
menjadi sopir selama enam tahun.
c) Ada banyak penjual dan pembeli di dalam pasar itu.
d) Kami meningglkan SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e) Pada jam empat, kami berangkat dari Hotel Radisson dan pergi ke Candi
Prambanan.
f) Setelah itu, sopir bis mengantar kami ke tempat yang ramai.
g) Di Inggris, masalah disiplin lebih jelek, misalnya ketidakhadiran ke
sekolah, keterlambatan masuk sekolah dan kekerasan.
h) Menurut tradisi, orang Batak adalah petani padi, tetapi sekarang ekonomi
masyarakat Batak lebih baik dengan perkebunan karet dan kopi.
3. Penutup
3.1Kesimpulan
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit
kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem
kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana
dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Kesalahan berbahasa terjadi karena :
1. belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan
2. faktor kompetensi, artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik
bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten dan
sistematis
3. akibat kebiasaan berbahasa ( language habit ) yang salah sehingga terjadi
kesalahan berbahasa ( language error)
4. karena perbedaan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang digunakannya dalam
pergaulan atau komunikasi resmi (kesalahan dwibahasawan)
Analisis kesalahan berbahasa dapat dipandang dari segi fonologi dan
morfologi, dimana kesalahan tersebut harus segera diadakan ralat/pembenaran agar
kesalahan yang terjadi dalam berbahasa tidak semakin fatal.

3.2Saran
Agar kesalahan berbahasa tidak semakin fatal, maka ketika kesalahan tersebut
telah terjadi dan diketahui, hendaknya segera dilakukan alternatif pembenaran/ralat
dan dianalisis dimana letak kesalahan yang terjadi sehingga dapat berbahasa dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah,Abd. Chedar. 1983.Linguistik Suatu Pengantar. Bandung:Angkasa
Badudu, J.S 1980. Pelik – Pelik Bahasa Indonesia Jakarta: Bandung Angkasa
1982. Inilah Bahasa Indonesia yang Bnar. Jakata: Gramedia.
Kridalaksana, H. 1982. Kamus Lingistik, Jakarta: Gramedia
Keraf, Gorys. 1982. Tatabahasa Indonesia. EndeFlores: Nusa Indah
http://kepompong.xyz/analisis-kesalahan-berbahasa-fonologi-dan-morfologi/
www.academia.edu/7440902/MAKALAH_ANALISIS_KESALAHAN_BERBAHASA_INDONE
SIA

Anda mungkin juga menyukai