PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui implentasi strategi bauran pemasaran (marketing mix) pada obat
bebas (Over The Counter/OTC) pada suatu apotek.
2. Untuk mengetahui kolerasi strategi pemasaran (marketing mix) dari perspektif etika
kefarmasian pada obat OTC (Over The Counter).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
A. Pemasaran (marketing)
Sebuah proses sosial saat individu atau kelompok mendapatkan pa
yang mereka inginkan melelui proses menciptakan, menawarkan, dan
pertukaran bebas jasa maupun barang dengan orang lain.
Sebuah seni dan ilmu untuk menentukan target pasar, dan meraihnya,
merawat, serta menumbuhkan konsumen melalui proses menciptaakan,
menawarkan, dan berkomunikasi dengan nilai tertinggi yang berada dalam
benak konsumen.
B. Produk Farmasi
Produk farmasi atau produk biologi atau alat kesehatan (tanpa melihat
suatu hak paten dan apakah bermerek atau tidak) yang digunakan dengan
resep obat, atau dibawah pengawasan profesi kesehatan, dan digunakan untuk
diagnosa, pengobatan atau pencegahan penyakit pada manusia, atau untuk
mempengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia, termasuk produk-
produk OTC (Over The Counter).
C. OTC (Over The Counter)
Produk farmasi yang dipergunkan bagi pengobatah sendiri dan dapat
diperoleh tanpa resep dokter. Maksudnya adalah obat yang dapat dibeli tanpa
resep dokter biasa disebut obat bebas yang terdiri atas obat bebas dan obat
bebas terbatas. Obat-obatan yang termasuk kategori ini dijual bebas di
pasaran. Walaupun berlabel “bebas”, bukan berarti obat-obat bebas dapat
dikonsumsi begitu saja tanpa aturan. Walaupun telah berusaha mengikuti dosis
sesuai anjuran, pada dasarnya semua obat sama, bisa menjadi racu pada
pemakaian berlebihan atau berkepanjangan.
a) Obat Bebas
Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh obat: Paracetamol
2
Logo:
3
BAB III
PEMBAHASAN
B. Target Market
Konsep kedua perusahaan harus memiliki target pasar yang jelas. Hal ini
ditandai dengan kinerja
Analisa pasar yang selalu terbarui. Idrntifikasi tingkatan dan pola
segmen pasar meliputi level segmen, pola kebiasaan segmen, prosedur
segmen pasar, serta pembaruan segmen pasar yang efektif.
Kinerja kompetitor yang terawasi
Sedikitnya keluhan pasien
4
C. Kompetitor
Perusahaan harus mampu mengidentifikasikan dan memonitor kompetitor.
Perusahaan seringkali hanya berfokus pada kompetitor jarak dekat, dalam hal
ini skala lokal atau nasional, tidak memperhatikan kompetitor jauh,
internasional, mengingat perdagangan bebas sudah di ambang pintu dan
teknologi baru, seperti teknologi informasi. Dalam hal kompetisi, perusahaan
harus memiliki intelejen perusahaan.
D. Jaringan
E. Perencanaan
Perusahaan harus jeli dalam mengidentifikasi keuntungan. Hal ini
ditandai dengan ada dan selalu dikembangkan inovasi baru. Konsep perubahan
aspek politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lingkungan. Rencana pemasaran
perusahaan harus logis, memperhatikan alternatif finansial, dan memiliki
rencana darurat. Rencana pemasaran memiliki pandangan baik dalam jangka
panjang maupun pendek, karena akan beroperasi pada dua level yaitu strategis
dan taktis. Rencana strategis akan bergerak pada bagian target pasar, dan
posisi nilai yang ditawarkan berdasarkan pada peluang hasil analisa pasar
terbaik. Bagian taktis akan mengkhususkan taktik pemasaran lapangan,
termasuk fitur paroduk, promosi, harga, saluran penjualan, dan pelayanan.
F. Pelayanan
Perhatian pada produk dan servis. Perusahaan seharusnya memiliki
kendali yang kuat terhadap produk, dan memutuskan manakah yang harus
diperbaiki atau dihapus. Pelayanan semestinya dalam beberapa harga.
Perusahaan mesti mampu melakukan cross selling dan up selling dengan baik
Perusahaan harus memiliki brand building dan komunikasi yang kuat. Hal ini
ditandai dengan konsumen yang mengenal perusahaan kita ataupun konsumen
yang melihat daya pembeda ( differentiation ). Tanda yang lain adalah adanya
5
anggaran yang tetap untuk materi promosi, serta adanya perhitungan return on
investment dalam pemasaran.
G. Pemasaran
Perusahaan harus terorganisasi untuk pemasaran yang efektif dan
efisien. Tanda pertama adalah kepala pemasaran yang efektif. Kedua, pekerja
yang memiliki keahlian pemasaran yang baru. Keahlian yang dimaksud adalah
positioning, manajemen aset merek, pelayanan, dan experiental marketing.
Komunikasi pemasaran terintegrasi, CRM, manajemen database, dan
sebagainya. Tanda ketiga adalah departemen pemasaran yang selaras dengan
departemen lainnnya. Singkatnya, sebuah perusahaan harus memiliki
kepemimpinan perusahaan dan semangat tim.
H. Teknologi
Perusahaan harus mampu menggunakan teknologi informasi sebagai
penunjang utama efisiensi perusahaan dari mulai produksi hingga distribusi.
Dukungan teknologi informasi (TI) yang memungkinkan perusahaan
menjalankan kegiatannya secara lebih efisien, sehingga berbagai informasi
pendistribusiannya dapat diketahui secara online, bahkan oleh kalangan
prinsipal di luar negeri. Hal itu, yang kemudian menumbuhkan kepercayaan
kalangan prinsipal untuk menunjuk perusahaan distributor dalam
pendistribusian produknya.
Contoh kasus:
6
1. Implementasi Strategi Marketing Mix
a. Pengadaan (pembelian) obat bebas dilakukan melalui
distributor atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah
memenuhi kualifikasi. Pemilihan distributor ini untuk
menjamin kualitas produk agar produk obat bebas yang
dikonsumsi oleh masyarakat aman, manjur, dan bermanfaat.
b. Pengaturan display Apotek “X” sama seperti apotek pada
umumnya, menggunakan konsep first in first out (FIFO).
Konsep ini memiliki prinsip produk yang datang lebih awal
harus terjual lebih awal pula. Ada pula konsep lain yang
digunakan yaitu first expired first out (FEFO), produk yang
masa kadaluarsanya lebih awal harus terjual lebih awal pula.
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian
a. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian sistem
pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Sistem penyimpanan obat dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat, serta disusun secara
alfabetis, serta menggunakan sistem FIFO dan FEFO.
B. Variabel Price (Harga)
1. Implementasi Strategi Marketing Mix Strategi harga yang diterapkan
oleh Apotek “X” adalah menjual produk dengan harga yang dapat
dijangkau oleh masyarakat sekitar dengan kualitas tinggi
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian Penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian di apotek harus melayani ketersediaan farmasi yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
C. Variabel Place (Tempat)
1. Implementasi Strategi Marketing Mix Produk obat bebas diletakkan di
bagian depan dengan penataan display yang mudah dilihat dan menarik
minat konsumen. Hal ini memberikan kemudahan dalam proses
distribusi produk obat bebas kepada konsumen
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian Semua obat harus disimpan
(diletakkan) pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya.
7
D. Promotion (Promosi)
1) Implementasi Strategi Marketing Mix Strategi promosi yang dilakukan
oleh Apotek “X” adalah melalui beberapa cara, antara lain : leaflet,
media sosial online, radio, dan menjadi sponsor dalam kegiatan bakti
social.
2) Konsep Umum Etika Kefarmasian Pelayanan informasi obat dilakukan
dengan menyebarkan brosur (leaflet), pelayanan informasi obat
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk pemberian informasi obat
dengan menjawab pertanyaan secara lisan maupun tulisan, dan
pelayanan informasi obat dilakukan dengan memberikan edukasi dan
informasi kepada konsumen.
8
“Nurbunda” adalah melalui beberapa cara, antara lain : leaflet, media sosial
online, radio, dan menjadi sponsor dalam kegiatan bakti sosial.
B. Price (Harga)
9
C. Place (Tempat)
D. Promotion (Promosi)
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
11
2. Bauran pemasaran yang diterapkan oleh Apotek X sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
12
DAFTAR PUSTAKA
Prabasiwi, Adila dkk., 2018. “Implementasi Strategi Bauran Pemasaran (Marketing mix)
Pada Obat Bebas Di Apotek Nurbunda Dari Perspektif Etika Kefarmasian”. Program
Studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal:Tegal
13