Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Strategi pemasaran yang digunakan sebagai acuan adalah bauran pemasaran


(marketing mix). Bauran pemasaran (marketing mix) adalah sekumpulan kegiatan yang saling
berhubungan, disusun dengan tujuan untuk mengethaui kebutuhan konsumen,
mengembangkan barang yang dibutuhkan, menentukan harganya, mendistribusikan, dan
mempromosikan. Elemen bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari 4 hal, antra lain:
produk (product), harga (prince), tempat (place),promosi (promotion). Dunia bisnis tidak
lepas dari kegiatan pemasran, begitu pula pada penjualan obat di apotek, memberikan
dampak positif bagi upaya peningkatan profit dan perbaikan mutu pelayanan. Semakin tinggi
pengaruh buaran pemasaran (marketing mix), semakin tinggi pula keputusan pembelian.
Perilaku pembelian ini dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi, dan
faktor psiologis. Menghadapi persaingan bisnis secara global, terkadang mengakibatkan
terjadinya pergeseran norma dan hilangnya nilai-nilai moralitas di masyarakat dalam
melakukan aktivitas bisnisnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh para pelaku
bisnis untuk melakukan refleksi dari sudut etika karena suatu keberhasilan bisnis tidak hanya
dilihat dari segi keuntungan yang diraih melainkan juga dari nilai-nilai luhur yang dilakukan.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui implentasi strategi bauran pemasaran (marketing mix) pada obat
bebas (Over The Counter/OTC) pada suatu apotek.
2. Untuk mengetahui kolerasi strategi pemasaran (marketing mix) dari perspektif etika
kefarmasian pada obat OTC (Over The Counter).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
A. Pemasaran (marketing)
Sebuah proses sosial saat individu atau kelompok mendapatkan pa
yang mereka inginkan melelui proses menciptakan, menawarkan, dan
pertukaran bebas jasa maupun barang dengan orang lain.
Sebuah seni dan ilmu untuk menentukan target pasar, dan meraihnya,
merawat, serta menumbuhkan konsumen melalui proses menciptaakan,
menawarkan, dan berkomunikasi dengan nilai tertinggi yang berada dalam
benak konsumen.
B. Produk Farmasi
Produk farmasi atau produk biologi atau alat kesehatan (tanpa melihat
suatu hak paten dan apakah bermerek atau tidak) yang digunakan dengan
resep obat, atau dibawah pengawasan profesi kesehatan, dan digunakan untuk
diagnosa, pengobatan atau pencegahan penyakit pada manusia, atau untuk
mempengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia, termasuk produk-
produk OTC (Over The Counter).
C. OTC (Over The Counter)
Produk farmasi yang dipergunkan bagi pengobatah sendiri dan dapat
diperoleh tanpa resep dokter. Maksudnya adalah obat yang dapat dibeli tanpa
resep dokter biasa disebut obat bebas yang terdiri atas obat bebas dan obat
bebas terbatas. Obat-obatan yang termasuk kategori ini dijual bebas di
pasaran. Walaupun berlabel “bebas”, bukan berarti obat-obat bebas dapat
dikonsumsi begitu saja tanpa aturan. Walaupun telah berusaha mengikuti dosis
sesuai anjuran, pada dasarnya semua obat sama, bisa menjadi racu pada
pemakaian berlebihan atau berkepanjangan.
a) Obat Bebas
Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh obat: Paracetamol

2
Logo:

b) Obat Bebas Terbatas


Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat
dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi bawah
berwarna hitam.
Contoh obat: CTM
Logo:

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisa Pendekatan Konsep/Strategi

A. Konsep Pemasaran (marketing)


Konsep pemasaran yang pertama adalah segmentasi market.
Perusahaan harus lebih memperhatikan segmentasi pasar, dengan mencoba
menyegmentasi pasar berdasarkan keuntungan (benefit), nilai (value), dan
sebagainya.
Syarat segmentasi efektif adalah:
 Terukur (measurable)
Ukuran, daya tawar, karakteristik
 Subtansial
Segmen harus lebih cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani
 Mudah diakses (accessible)
Segmen mudah diakses dan dilayani
 Pembeda (differentiable)
Segmen bisa dibedakan dan memberi respon yang berbeda
 Mudah distimulan (actionable)
Program efektif bisa doformulasikan untuk menarik dan melayani
segmen. Setelah disegementasi harus diprioritaskan. Penjualan dan
pemasaran bukanlah pekerjaan orang penjualan dan pemasaran saja.
Dalam perusahaan seharusnya konsumen menduduki peringkat
tertinggi.

B. Target Market
Konsep kedua perusahaan harus memiliki target pasar yang jelas. Hal ini
ditandai dengan kinerja
 Analisa pasar yang selalu terbarui. Idrntifikasi tingkatan dan pola
segmen pasar meliputi level segmen, pola kebiasaan segmen, prosedur
segmen pasar, serta pembaruan segmen pasar yang efektif.
 Kinerja kompetitor yang terawasi
 Sedikitnya keluhan pasien

4
C. Kompetitor
Perusahaan harus mampu mengidentifikasikan dan memonitor kompetitor.
Perusahaan seringkali hanya berfokus pada kompetitor jarak dekat, dalam hal
ini skala lokal atau nasional, tidak memperhatikan kompetitor jauh,
internasional, mengingat perdagangan bebas sudah di ambang pintu dan
teknologi baru, seperti teknologi informasi. Dalam hal kompetisi, perusahaan
harus memiliki intelejen perusahaan.
D. Jaringan

Perusahaan harus mampu membangun hubungan baik dengan para


stakeholder.Jaringan pemasaran terdiri dari perusahaan dan pendukung stake
holder yang terdiri dari konsumen, pegawai, pemasok, distributor, retailer,
agen periklanan, ilmuwan universitas, pemerintah, dan pihak terkait. Semakin
berkembang, maka persaingan bukan hanya pada level perusahaan, tapi akan
merambah ke jaringan pemasaran dengan stakeholdernya.

E. Perencanaan
Perusahaan harus jeli dalam mengidentifikasi keuntungan. Hal ini
ditandai dengan ada dan selalu dikembangkan inovasi baru. Konsep perubahan
aspek politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lingkungan. Rencana pemasaran
perusahaan harus logis, memperhatikan alternatif finansial, dan memiliki
rencana darurat. Rencana pemasaran memiliki pandangan baik dalam jangka
panjang maupun pendek, karena akan beroperasi pada dua level yaitu strategis
dan taktis. Rencana strategis akan bergerak pada bagian target pasar, dan
posisi nilai yang ditawarkan berdasarkan pada peluang hasil analisa pasar
terbaik. Bagian taktis akan mengkhususkan taktik pemasaran lapangan,
termasuk fitur paroduk, promosi, harga, saluran penjualan, dan pelayanan.
F. Pelayanan
Perhatian pada produk dan servis. Perusahaan seharusnya memiliki
kendali yang kuat terhadap produk, dan memutuskan manakah yang harus
diperbaiki atau dihapus. Pelayanan semestinya dalam beberapa harga.
Perusahaan mesti mampu melakukan cross selling dan up selling dengan baik
Perusahaan harus memiliki brand building dan komunikasi yang kuat. Hal ini
ditandai dengan konsumen yang mengenal perusahaan kita ataupun konsumen
yang melihat daya pembeda ( differentiation ). Tanda yang lain adalah adanya

5
anggaran yang tetap untuk materi promosi, serta adanya perhitungan return on
investment dalam pemasaran.
G. Pemasaran
Perusahaan harus terorganisasi untuk pemasaran yang efektif dan
efisien. Tanda pertama adalah kepala pemasaran yang efektif. Kedua, pekerja
yang memiliki keahlian pemasaran yang baru. Keahlian yang dimaksud adalah
positioning, manajemen aset merek, pelayanan, dan experiental marketing.
Komunikasi pemasaran terintegrasi, CRM, manajemen database, dan
sebagainya. Tanda ketiga adalah departemen pemasaran yang selaras dengan
departemen lainnnya. Singkatnya, sebuah perusahaan harus memiliki
kepemimpinan perusahaan dan semangat tim.
H. Teknologi
Perusahaan harus mampu menggunakan teknologi informasi sebagai
penunjang utama efisiensi perusahaan dari mulai produksi hingga distribusi.
Dukungan teknologi informasi (TI) yang memungkinkan perusahaan
menjalankan kegiatannya secara lebih efisien, sehingga berbagai informasi
pendistribusiannya dapat diketahui secara online, bahkan oleh kalangan
prinsipal di luar negeri. Hal itu, yang kemudian menumbuhkan kepercayaan
kalangan prinsipal untuk menunjuk perusahaan distributor dalam
pendistribusian produknya.

3.2 Standar Pelayanan Kefarmasian

Contoh kasus:

Contoh kasus yang digunakan adalah sebuah penelitian deskriptif kualitatif


dengan menggunakan pendekatan secara deskriptif-normatif untuk mencari
kesesuaian antara teori etika kefarmasian dengan penerapan strategi bauran
pemasaran (marketing mix) pada manajemen pemasaran farmasi di sebuah apotek
X.

Tinjauan umum perspektif etika kefarmasian menurut Peraturan Menteri


Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek dapat dibuat suatu matriks sebagai berikut:

A. Variable Product (Produk)

6
1. Implementasi Strategi Marketing Mix
a. Pengadaan (pembelian) obat bebas dilakukan melalui
distributor atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah
memenuhi kualifikasi. Pemilihan distributor ini untuk
menjamin kualitas produk agar produk obat bebas yang
dikonsumsi oleh masyarakat aman, manjur, dan bermanfaat.
b. Pengaturan display Apotek “X” sama seperti apotek pada
umumnya, menggunakan konsep first in first out (FIFO).
Konsep ini memiliki prinsip produk yang datang lebih awal
harus terjual lebih awal pula. Ada pula konsep lain yang
digunakan yaitu first expired first out (FEFO), produk yang
masa kadaluarsanya lebih awal harus terjual lebih awal pula.
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian
a. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian sistem
pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Sistem penyimpanan obat dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat, serta disusun secara
alfabetis, serta menggunakan sistem FIFO dan FEFO.
B. Variabel Price (Harga)
1. Implementasi Strategi Marketing Mix Strategi harga yang diterapkan
oleh Apotek “X” adalah menjual produk dengan harga yang dapat
dijangkau oleh masyarakat sekitar dengan kualitas tinggi
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian Penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian di apotek harus melayani ketersediaan farmasi yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
C. Variabel Place (Tempat)
1. Implementasi Strategi Marketing Mix Produk obat bebas diletakkan di
bagian depan dengan penataan display yang mudah dilihat dan menarik
minat konsumen. Hal ini memberikan kemudahan dalam proses
distribusi produk obat bebas kepada konsumen
2. Konsep Umum Etika Kefarmasian Semua obat harus disimpan
(diletakkan) pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya.

7
D. Promotion (Promosi)
1) Implementasi Strategi Marketing Mix Strategi promosi yang dilakukan
oleh Apotek “X” adalah melalui beberapa cara, antara lain : leaflet,
media sosial online, radio, dan menjadi sponsor dalam kegiatan bakti
social.
2) Konsep Umum Etika Kefarmasian Pelayanan informasi obat dilakukan
dengan menyebarkan brosur (leaflet), pelayanan informasi obat
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk pemberian informasi obat
dengan menjawab pertanyaan secara lisan maupun tulisan, dan
pelayanan informasi obat dilakukan dengan memberikan edukasi dan
informasi kepada konsumen.

Implementasi Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pada Obat Bebas


(Over The Counter/OTC) di Apotek “Nurbunda”
A. Product (Produk)
1) Pengadaan (pembelian) obat bebas dilakukan melalui distributor atau
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah memenuhi kualifikasi.
Pemilihan distributor ini untuk menjamin kualitas produk agar produk
obat bebas yang dikonsumsi oleh masyarakat aman, manjur, dan
bermanfaat.
2) Pengaturan display Apotek “Nurbunda” menggunakan konsep first in
first out (FIFO). Konsep ini memiliki prinsip produk yang datang lebih
awal harus terjual lebih awal pula. Ada pula konsep lain yang
digunakan yaitu first expired first out (FEFO), produk yang masa
kadaluarsanya lebih awal harus terjual lebih awal pula.
B. Price (Harga)
Strategi harga yang diterapkan oleh Apotek “Nurbunda” adalah menjual
produk dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar dengan
kualitas tinggi.
C. Place (Tempat)
Produk obat bebas diletakkan di bagian depan dengan penataan display
yang mudah dilihat dan menarik minat konsumen. Hal ini memberikan
kemudahan dalam proses distribusi produk obat bebas kepada konsumen. D.
Promotion (Promosi) Strategi promosi yang dilakukan oleh Apotek

8
“Nurbunda” adalah melalui beberapa cara, antara lain : leaflet, media sosial
online, radio, dan menjadi sponsor dalam kegiatan bakti sosial.

Korelasi Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Dari Perspektif Etika


Kefarmasian :
A. Product (Produk)
1) Pengadaan (pembelian) obat bebas dilakukan melalui distributor atau
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah memenuhi kualifikasi.
Pemilihan distributor ini untuk menjamin kualitas produk agar produk
obat bebas yang dikonsumsi oleh masyarakat aman, manjur, dan
bermanfaat. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang
menyatakan “Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian sistem
pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan”.
2) Pengaturan display Apotek “Nurbunda” menggunakan konsep first in
first out (FIFO). Konsep ini memiliki prinsip produk yang datang lebih
awal harus terjual lebih awal pula. Ada pula konsep lain yang
digunakan yaitu first expired first out (FEFO), produk yang masa
kadaluarsanya lebih awal harus terjual lebih awal pula. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang menyatakan “Sistem
penyimpanan obat dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat, serta disusun secara alfabetis, serta menggunakan
sistem FIFO dan FEFO”.

B. Price (Harga)

Strategi harga yang diterapkan oleh Apotek “Nurbunda” adalah menjual


produk dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar dengan
kualitas tinggi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang
menyatakan “Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di apotek harus
melayani ketersediaan farmasi yang aman, bermutu, bermanfaat, dan
terjangkau”.

9
C. Place (Tempat)

Produk obat bebas diletakkan di bagian depan dengan penataan display


yang mudah dilihat dan menarik minat konsumen. Hal ini memberikan
kemudahan dalam proses distribusi produk obat bebas kepada konsumen.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang menyatakan
“Semua obat harus disimpan (diletakkan) pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya”.

D. Promotion (Promosi)

trategi promosi yang dilakukan oleh Apotek “Nurbunda” adalah melalui


beberapa cara, antara lain : leaflet, media sosial online, radio, dan menjadi
sponsor dalam kegiatan bakti sosial. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek yang menyatakan “Pelayanan informasi obat
dilakukan dengan menyebarkan brosur (leaflet), pelayanan informasi obat
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk pemberian informasi obat
dengan menjawab pertanyaan secara lisan maupun tulisan, dan pelayanan
informasi obat dilakukan dengan memberikan edukasi dan informasi
kepada konsumen”.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

A. Kesimppulan Pembaruan Konsep


1. Segmentasi pasar berdasarkan demografi, psikografi, dan behavioral
2. Target market single segment dan full coverage
3. Kompetisi dengan data terintegrasi pada berbagai pola level pasar
4. Rekomendasi teknologi informasi dalam efisiensi dan efektivitas
distribusi
B. Kesimpulan Bauran Pemasaran (marketing mix)
1. Implementasi Strategi Bauran
Pemasaran (Marketing Mix) Pada Obat Bebas (Over The
Counter/OTC) di Apotek X
a. Product (Produk)
Pengadaan (pembelian) obat bebas dilakukan melalui distributor
atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah memenuhi
kualifikasi serta pengaturan displaymenggunakan konsep first in
first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO).
b. Price (Harga)
Harga yang diterapkan adalah menjual produk dengan harga
yang dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar dengan kualitas
tinggi.
c. Place (Tempat)
Produk obat bebas diletakkan di bagian depan dengan penataan
display yang mudah dilihat dan menarik minat konsumen
sehingga memberikan kemudahan dalam proses distribusi
produk obat bebas kepada konsumen.
d. Promotion (Promosi)
Strategi promosi yang dilakukan melalui beberapa cara, antara
lain : leaflet, media sosial online, radio, dan menjadi sponsor
dalam kegiatan bakti sosial.

11
2. Bauran pemasaran yang diterapkan oleh Apotek X sudah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

12
DAFTAR PUSTAKA

Prabasiwi, Adila dkk., 2018. “Implementasi Strategi Bauran Pemasaran (Marketing mix)
Pada Obat Bebas Di Apotek Nurbunda Dari Perspektif Etika Kefarmasian”. Program
Studi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal:Tegal

Prasetya Utama, Galih.,2004.” The Ultimate Marketing In Pharmacy Product”. Department


of Science and Technology Pharmacy Bandung Institute of Technology:Bandung

13

Anda mungkin juga menyukai