Proyek Eksplorasi Pertambangan Endapan B
Proyek Eksplorasi Pertambangan Endapan B
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain
oleh
Untuk mendapatkan data yang aktual guna mengetahui lebih jauh, baik mengenai
sebaran dan potensi batu gamping di suatu wilayah, guna mengungkap potensi, prospek
pemanfaatan dan pengembangannya.
Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik atau
secara kimia sebagian batu kapur di alam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari
pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput. Untuk batu kapur yang terjadi secara
mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang
membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian
terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang
terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan
tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Potensi batu gamping Indonesia sangat besar dan keberadaannya tersebar hampir di setiap
Propinsi.
Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai kadar sbb [8]:
CaO : 40 - 55 %;
SiO : 0,23 - 18,12 %;
Al2O3 : 0,20 - 4,33 %;
Fe2O3 : 0,10 - 1,36 %;
MgO : 0,05 - 4.26 %;
CO2 : 35,74-42.78 %;
H20 : 0,10 - 0,85 %;
P2O5 : 0,072 -0.109 %;
K2 : 0,18 %;
L.O.I : 40,06 %.
Tahapan Eksplorasi
Eksplorasi pada cebakan – cebakan mineral selalu dilakukan secara bertahap. Sistem
bertahap ini dilakukan untuk mengurangi suatu resiko eksplorasi. Selain itu sistem ini
dihubungkan dengan metode eksplorasi yang digunakan.
Menurut Peters, 1978 dalam Koesomadinata, 2000 tahapan eksplorasi modern adalah
suatu strategi eksplorasi modern meliputi 2 tahapan eksplorasi dengan sub-tahapannya,
dimana pada setiap tahapan memberikan kesempatan untuk pengambilan keputusan serta
penyempurnaan model eksplorasi serta petunjuk geologi yang lebih relevan. Tahapan ini
dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:
1. Tahapan Rancangan Eksplorasi (Exploration Design Stage)
Rancangan eksplorasi ini antara lain menyangkut tentang review literatur , geologi
regional, citra landsat, interpretasi foto udara. Selain itu juga mencakup tentang model
eksplorasi sebagai hipotesa kerja penentuan strategi dan pemilihan metoda eksplorasi.
2. Tahapan Eksplorasi Tinjau – Tingkat Strategis (Reconnaissance Exploration Stage –
Strategic Phase)
Pada tahap ini dibagi menjadi 3 tahap antara lain :
2.1 Penilaian Regional (Regional Apprasisal)
Penilaian regional ini berdasarkan data dan studi pustaka yang ada.
2.2 Peninjauan Daerah (Area Reconnaissance)
Peninjauan daerah ini dilakukan dengan melakukan survei daerah. Survei
ini dapat menggunakan survei udara seperti surveidan analisa foto udara,
survei dan analisa aeromagnetic. Sedangkan survei darat berupa lintasan –
lintasan dengan metoda geologi atau non geologi, pengambilan batuan
sampel di sungai (stream sampling), dan sebagainya. Tahapan ini
menghasilkan daerah – daerah prospek dengan peta skala 1 : 100.000 –
200.000.
2.3 Pemilihan Sasaran (Target Selection)
Tahap ini merupakan akhir dari semua tahapan eksplorasi tinjau – tingkat
strategis. Tahap ini menindaklanjuti tahap peninjauan daerah dengan
sitem metoda geologi berupa : prospeksi batuan di sungai seperti float
mapping and sampling, stream sediment sampling, dan rock sampling.
Kadangkala bersamaan dengan pembuatan paritan, pemboran dangkal dan
metoda geofisika seperti survei magnetic, gravitasi, seismik dan reflaksi
seseuai dengan petunjuk geologi.
3. Tahapan Eksplorasi Rinci – Tingkat Taktis (Detail Exploration Stage – Tactical
Phase)
Tahapan ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :
3.1 Penyelidikan Permukaan Rinci (Detail Surface Investigation)
Tahap ini berupa penciutan daerah prospek dengan peta skala 1:5000 –
1:1000. Kegiatan pada tahap ini antara lain berupa pemetaan geologi rinci
, surve geokimia rinci, pembuatan paritan dan sumur uji dan survei
geofisika rinci dan pengambilan beberapa contoh batuan hasil pemboran.
3.2 Penyelidikan Bawah permukaan Rinci (Detail Subsurface Investigation)
Pada tahap ini berupa pembuatan terowongan eksplorasi, pengeboran core
– logging yang lebih rapat, pengukuran geophysical logging, penentuan
cadangan pendahuluan dan pengambilan contoh secara sistematis
3.3 Penemuan / Bukan Penemuan (Discovery / Nondiscovery)
Pada tahap ini faktor – faktor teknik penambangan, teknik ekstraksi
metalurgi, kebutuhan energi dalam penambangan serta penilaian
ekonomis (feasibility studies) dilakukan agar dapat diketahui suatu
prospek dapat ditambang atau tidak.
4. Tahapan Evaluasi dan Pra Produksi ( Evaluation and Preproduction Stage)
Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum dilakukan penambangan suatu daerah.
Tahap ini berupa evaluasi keseluruhan dari kegiatan produksi. Selain itu tahap ini juga
merancang kegiatan penunjang selama pertambangan seperti pembuatan jalan,
pembuatan kantor dan mess pekerja, pembuatan pelabuhan dan pabrik metalurgi.
Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik adalah dari tahapan-tahapan eksplorasi yang
sudah dilakukan dapat ditentukan apakah wilayah tersebut memiliki cadangan mineral yang
ekonomis untuk dilanjutkan ke tahap eksploitasi.
Rekomendasi kami adalah agar eksplorasi pertambangan mendapatkan endapan batu
gamping, eksplorasi harus dilakukan secara matang agar mendapatkan hasil yang semaksimal
mungkin.
V. Daftar Pustaka