Anda di halaman 1dari 14

KONSEP LANSIA

A. Definisi Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)

apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan

tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah

keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan

penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual (Efendi, 2009)

Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan

serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat,

bahagia, berdaya guna, dan produktif (Pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992 tentang

kesehatan) (Maryam dkk, 2008).

Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat

mencapai usia tersebut, maka orang berusia lanjut memerlukan tindakan

keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat


menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia

(Maryam dkk, 2008).

Proses Menua

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat

diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap

perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks

multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang

sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah

sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami

penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan

(Maryam dkk, 2008).

Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang

tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi

secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi.

Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,

misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan

jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada

batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun.
Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik

dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat menurunnya.

Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun.

Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh

beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan

bertambahnya usia (Mubarak, 2009).

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara

biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, maka

kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan

kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2009). Oleh karena itu, perlu

perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat dan otonomi maksimal

meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan psikologis (Smeltzer, 2001).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Ini

merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini dimulai sejak

lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Bandiyah, 2009).

Menjadi Tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui

tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja,


dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun

psikologis (Padila, 2013).

Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah

usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan

proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,

merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan

dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).

B. Batasan Lanjut Usia

1. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia

meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun.

2. Menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013) :

a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun

b. Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun

c. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :

1) Young old (usia 70-75)

2) Old (usia 75-80)

3) Very old (usia >80 tahun)


3. Menurut Bee (1996) dalam padila (2013), bahwa tahapan masa dewasa adalah

sebagai berikut :

a. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)

b. Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun)

c. Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun)

d. Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun)

e. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)

Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada

Bab1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut Undang-Undang tersebut di atas lanjut usia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,

2013).

Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes

RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia (prasenilis)

yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70

tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial

ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain.


Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun

(sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan

masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan

biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi

maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk, 2008).

Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam

Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari

pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga

menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik

dan banyak menuntut.

d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan

melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen

(ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan serius, tipe

pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta

tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

C. Teori- teori proses menua

Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses

menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual, dimana proses

menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, dan tidak ada satu

faktor pun yang ditemukan dalam mencegah proses menua. Adakalanya

seseorang belum tergolong tua (masih muda) tetapi telah menunjukan kekurangan

yang mencolok. Adapula orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih

sehat, bugar, badan tegap, akan tetapi meskipun demikian harus diakui bahwa ada

berbagai penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya, hipertensi,

diabetes, rematik, asam urat, dimensia senilis, sakit ginjal (Padila, 2013).

Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak

semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok,

yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial (Padila, 2013).
1) Teori biologis

a. Teori jam genetic

Menurut Hay ick (1965) dalam Padila (2013), secara genetik sudah

terprogram bahwa material didalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki

jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada

kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life

span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan

maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu

membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi.

b. Teori cross-linkage (rantai silang)

Kolagen yang merupakan usur penyusunan tulang diantaranya susunan

molekular, lama kelamaan akan meningkat kekakuanya (tidak elastis). Hal

ini disebabkan oleh karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya

menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila, 2013).

c. Teori radikal bebas

Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan

dan kemunduran secara fisik (Padila, 2013).

d. Teori imunologi

a) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di produksi suatu zat

khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap

zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah.

b) System immune menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri,

regulasi dan responsibilitas (Padila, 2013).


e. Teori stress-adaptasi

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah

terpakai (Padila, 2013).

f. Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)

Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai)

(Padila, 2013).

2) Teori psikososial

a. Teori integritas ego

Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus

dicapai dalam tiap tahap pekembangan. Tugas perkembangan terakhir

merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil akhir dari

penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan adalah

kebebasan (Padila, 2013).

b. Teori stabilitas personal

Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan tetap

bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi

mengindikasikan penyakit otak (Padila, 2013).

3) Teori Sosiokultural

Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai berikut :

a. Teori pembebasan (disengagement theory)


Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang

berangsuran-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau

menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi

sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda

meliputi :

1. Kehilangan peran

2. Hambatan kontak social

3. Berkurangnya komitmen.

b. Teori aktifitas

Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari

bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam beraktifitas dan

mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas

aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang

dilakukan (Padila, 2013).

4) Teori konsekuensi fungsional

Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :

1. Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut yang

behubungan dengan perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko

bertambah.

2. Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif,

dengan intervensi menjadi positif (Padila, 2013).

D. Perubahan–perubahan yang terjadi pada lanjut usia


Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut (Maryam, 2008):

1) Sel

Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan

intraseluler menurun.

2) Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun

(menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun,

serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah

meningkat (Maryam, 2008).

3) Respirasi

Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru

menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,

alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta

terjadi penyempitan pada bronkus (Maryam, 2008).

4) Persarafan

Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat

dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan

denganstress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga

menyebabkan kurangnya respon motorik dan reflek.

5) Muskuluskeletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian

membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan tendon mengerut dan

mengalami sklerosis (Maryam, 2008).


6) Gastrointestinal

Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan

peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran

lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga

menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan

(Maryam, 2008).

7) Pendengaran

Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-

tulang pendengaran mengalami kekakuan (Maryam, 2008).

8) Penglihatan

Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,

akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.

9) Kulit

Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan

telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih

(uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki

tumbuh berlebihan seperti tanduk (Maryam, 2008)

E. Tugas perkembangan lansia

Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi

seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap

individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan

fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit
dan merupakan perubahan normal. Adanya penyakit terkadang mengubah

waktu timbulnya perubahan atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.

Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah : beradaptasi

terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa

pensiun dan penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian pasangan,

menerima diri sebagai individu yang menua, mempertahankan kehidupan

yang memuaskan, menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah

dewasa, menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry,

2005).

DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha


Medika
Departemen Kesehatan, 2003. Jakarta:DEPKES

Efendi Ferry. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. (2006). Ilmu keperawatan komunitas. Jakarta: Salemba
Medika
Maryam, S. Dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Trans Info
Media

Maryam, S, Dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika

Potter, P. A dan Perry Anne G. (2005) Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,


dan Praktik. Jakarta:EGC
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai