Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kimia
Dalam Pertambangan”. Makalah diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Dasar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa banyak terdapat kesalahan-kesalahan


dan kekurangan, oleh karena itu agar dapat di maklumi adanya. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Palangkaraya, 4 Januari 2012

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................................................... 2

1.4 Metodologi Pembahasan......................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 3

2.1 Pengertian Ilmu Kimia ...........................................................................................

2.2 Pengertian Ilmu Pertambangan ..............................................................................

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 4

3.1 Pengaruh Ilmu Kimia Dalam Bidang Pertambangan ............................................

3.2 Peranan Positif Ilmu Kimia Dalam Pertambangan ................................................ 6

3.3 Peranan Negatif Ilmu Kimia Dalam Pertambangan .............................................. 7

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 10

4.2 Kata Penutup .......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

i
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia sering disebut sebagai "ilmu sesat" karena menghubungkan berbagai ilmu lain,
seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran, bioinformatika,
[1]
dan geologi . Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan
konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan
penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.

Kimia berhubungan dengan interaksi materi yang dapat melibatkan dua zat atau
antara materi dan energi, terutama dalam hubungannya dengan hukum pertama
termodinamika. Kimia tradisional melibatkan interaksi antara zat kimia dalam reaksi
kimia, yang mengubah satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih zat lain. Kadang reaksi
ini digerakkan oleh pertimbangan entalpi, seperti ketika dua zat berentalpi tinggi seperti
hidrogen dan oksigen elemental bereaksi membentuk air, zat dengan entalpi lebih rendah.
Reaksi kimia dapat difasilitasi dengan suatu katalis, yang umumnya merupakan zat kimia
lain yang terlibat dalam media reaksi tapi tidak dikonsumsi (contohnya adalah asam sulfat
yang mengkatalisasi elektrolisis air) atau fenomena immaterial (seperti radiasi
elektromagnet dalam reaksi fotokimia). Kimia tradisional juga menangani analisis zat
kimia, baik di dalam maupun di luar suatu reaksi, seperti dalam spektroskopi.. Hal ini
berhubungan erat dengan ilmu pertambangan yang menggunakan ilmu kimia dalam
prakek kerjanya.Mengingat pentingnya manfaat ilmu kimia dalam pekerjaan
pertambangni,tidaklah mengherankan apabila di kemudian hari ilmu kimia terus
dikembangkan. Berbagai prinsip atau penelitian tentang apapun terus dilakukan.
Penemuan terus dilahirkan, itu semua bertujuan untuk kemashlahatan kehidupan
masyarakat banyak. Berbanding terbalik dengan ilmu kimia yang cenderung tidak banyak
disukai, tetapi manfaat ilmu kimia justru diminati dan dibutuhkan oleh bidang pekerjaan
pertambangan.
Ilmu kimia memiliki kedudukan yang sangat penting dan diperlukan oleh bidang ilmu
lainnya. Beberapa manfaat yang sebenarnya itu merupakan manfaat ilmu kimia dalam
bidang pertambangan..

Dalam bidang pertambangan,ilmu kimia sangat bermanfaat berkaitan dengan penelitian


batu-batuan (mineral) dan pertambangan. Proses penentuan unsur-unsur yang menyusun
mineral dan tahan pendahuluan untuk eksplorasi, menggunakan dasar-dasar ilmu kimia.
Manfaat ilmu kimia dapat membantu memahami serta mengerti temuan para peneliti
tentang bebatuan dan benda-benda alam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa peranan ilmu kimia dalam bidang ilmu pertambangan?
2. Bagaimana dampak kimia dalam ilmu pertambangan bagi lingkungan?
3. Mengapa ilmu kimia penting dalam bidang ilmu pertambangan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Mengetahui peranan ilmu kimia dalam bidang ilmu pertambangan.


2. Mengetahui dampak kimia dalam ilmu pertambangan bagi lingkungan.
3. Mengetahui pentingnyta ilmu kimia dalam bidang ilmu pertambangan

1.4 Metode Pembahasan


Dalam hal ini penulis menggunakan media internet, yaitu penelitian yang
dilakukan melalui media internet ,mengumpulkan data-data dan keterangan melalui
internet dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Ilmu Kimia

Kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau
materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi
mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari
pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan
tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya
ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya
antaratom dan ikatan kimia.

. Kimia (dari bahasa Arab: ‫كيمياء‬, transliterasi: kimiya = perubahan benda/zat atau
bahasa Yunani: χημεία, transliterasi: khemeia) adalah ilmu yang mempelajari mengenai
komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan
atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-
hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan
untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Menurut kimia modern,
sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya
ditentukan oleh gaya antaratom dan ikatan kimia.

2.2 Pengertian Ilmu pertambangan

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,


penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral,
batubara, panas bumi, migas).

Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep


Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi :

 Penyelidikan Umum (prospecting)


 Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci
 Studi kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal)
 Persiapan produksi (development, construction)
 Penambangan (Pembongkaran, Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)
 Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan
 Pengolahan (mineral dressing)
 Pemurnian / metalurgi ekstraksi
 Pemasaran
 Corporate Social Responsibility (CSR)
 Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

Ilmu Pertambangan : ialah ilmu yang mempelajari secara teori dan praktik hal-hal yang
berkaitan dengan industri pertambangan berdasarkan prinsip praktik pertambangan yang baik
dan benar (good mining practice).
BAB III

PEMBAHASAN

1.1 Pengaruh Ilmu Kimia Dalam Bidang Pertambangan

Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang
saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan
yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini menyokong pendapatan
negara selama bertahun-tahun.Oleh karena itu bisa di bilang pertambangan tidak dapat
lepas peranannya dari bumi ini.

Dalam pertambangan banyak sekali cara dan inovasi yang dilakukan untuk membantu
setiap proses yang ada dari mulai bahan galian yang tidak mempunyai nilai yang
maksimal hingga proses penyempurnaan hasil tambang yang maksimal.Salah satunya
dengan mengaitkan ilmu kimia di dalamnya untuk membantu setiap proses
pertambangan yang ada.

Bumi sendiri tersusun dari banyak sekali unsur kimia, dari mulai lapisan dalam dan
lapisan dalam bumi (kerak, mantel hingga inti bumi). Konstituen batu lebih umum adalah
hampir semua oksida , klorida , sulfida dan fluorida . adalah satu-satunya pengecualian
penting untuk ini dan jumlah total mereka di batu pun biasanya jauh kurang dari 1% FW
Clarke telah menghitung bahwa sedikit lebih dari 47% dari Kerak bumi terdiri dari
oksigen . Hal ini terjadi terutama dalam kombinasi sebagai oksida, yang utama adalah
silika , alumina , oksida besi , dan berbagai karbonat ( kalsium karbonat , magnesium
karbonat , natrium karbonat , dan kalium karbonat ). Fungsi silika terutama sebagai
asam, membentuk silikat, dan semua mineral yang paling umum dari batuan beku adalah
dari alam ini. Dari perhitungan yang didasarkan pada analisis 1672 jenis berbagai batuan
Clarke tiba di berikut sebagai persentase rata-rata komposisi: SiO 2 = 59,71, Al 2 O3=
15,41, Fe 2 O 3 = 2,63, FeO = 3,52, MgO = 4.36, CaO = 4,90, Na 2 O = 3,55, K 2 O=
2,80, H 2 O = 1,52, TiO 2 = 0,60, P 2 O 5 = 0,22, total 99,22%). Semua konstituen lainnya
terjadi hanya dalam jumlah yang sangat kecil, biasanya jauh kurang dari 1%.

Oksida ini menggabungkan dengan cara serampangan. Misalnya, kalium (kalium


karbonat) dan soda ( natrium karbonat ) bergabung untuk menghasilkan feldspars .
Dalam beberapa kasus mereka dapat mengambil bentuk lain, seperti nepheline , leucite ,
dan muskovit , tetapi dalam sebagian besar kasus mereka ditemukan sebagai feldspar.
fosfat asam dengan kapur (kalsium karbonat) bentuk apatit . Titanium dioksida dengan
oksida besi menimbulkan ilmenit . Bagian dari bentuk kapur kapur felspar. Magnesium
karbonat dan oksida besi dengan silika mengkristal sebagai olivin atau enstatite , atau
dengan bentuk alumina dan kapur ferro-silikat kompleks magnesian dimana pyroxenes ,
amphiboles , dan biotites adalah kepala. Setiap kelebihan silika atas apa yang diperlukan
untuk menetralkan basa akan terpisah sebagai kuarsa ; kelebihan alumina mengkristal
sebagai korundum . Ini harus dianggap hanya sebagai kecenderungan umum. Hal ini
dimungkinkan, dengan analisis batuan, mengatakan kira-kira apa mineral batu
mengandung, tetapi ada pengecualian banyak untuk aturan apapun. Semua hal yang di
bahas di atas terangkum dalam satu cabang ilmu Geokimia yang mana cabang ilmu
tersebut memadukan antara ilmu kimia dan geologi yang secara tidak langsung
berhubungan dengan alur sebuah kegiatan pertambangan yaitu dalam kegiatan explorasi (
pencarian dan perhitungan bahan galian ).

Ilmu kimia dalam bidang pertambangan sangat berperan penting untuk membantu
proses-proses dalam pembentukan mineral hasil tambang dari perut bumi yang akan di
olah agar memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, ilmu
kimia memiliki dampak-dampak dalam pertambangan maupun kehidupan lingkungan
sekitar. Baik dampak positif maupun dampak negatif. Dengan kata lain setiap lini dari
kehidupan yang ada selalu berkaitan dengan ilmu kimia. Pertambangan merupakan
kegiatan eksplorasi bahan-bahan kimia seperti logam (besi, emas, perak, dll), belerang,
batubara, minyak, dll. Bahan tambang tersebut harus diolah dahulu sebelum dipasarkan.
Pengolahannya memerlukan ilmu kimia. hal ini di lihat dalam prakteknya antara lain

1.2 Peranan Positif Ilmu Kimia Dalam Pertambangan

Eksplorasi adalah kegiatan pencarian dan perhitungan sebuah bahan galian yang
kegiatan ini dilaksanakan sebagi kegiatan pembuka dalam susunan sebuah kegiatan
penambangan, kegiatan ini menjadi sangat penting karena kegiatan penambangan
sangat di tentukan dalam kegiatan ini. Kegiatan ini tentunya berhubungan erat dengan
kimia karena hampir dari keseluruhan kegiatan explorasi adalah berhubungan
langsung dengan bumi. Seperti dalam identifikasi batu gamping, batu gamping akan
bereaksi dengan mengeluarkan busa apabila di siram menggunakan cairan asam
(HCL).

Dalam pengambilan sebuah mineral dari perut bumi, tidaklah mungkin sebuah
mineral yang di ambil dari dalam perut bumi akan utuh tanpa adanya batu-batuan lain
yang menempel padanya. Maka dari itu ilmu kimia sangat berperan aktif dalam
beberapa proses pengolahan logam mineral yang di ambil untuk di manfaatkan dari
dalam perut bumi. Cara - cara penyempurnaan bahan galian tambang yang
menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu dalam pengolahannya adalah
sebagai berikut;

1. Smelting ( peleburan )

Smelting (peleburan) adalah proses reduksi bijih ( abu hasil roasting atau
cake hasil electrowinning ) pada suhu tinggi ( 1.200 oC ) hingga mendapatkan
material lelehan. Dengan menambahkan Flux formula, salah satunya Borax -
Sodium Borate ( Na2B4O7. 10H2O ) sebagai bahan kimia tambahan untuk
proses smelting. Fungsi borax dalam proses smelting yaitu mengikat kotoran
penggangu selain logam ( slag / terak ). Sehingga ketika mencair, matte (
logam lelehan ) akan berada di bawah sedangkan bagian atas disebut slag /
terak yang ditangkap oleh silika berupa semacam kaca yang mudah untuk
dipecahkan. Produk reduksi selama proses pelelehan disebut Dore bullion
(Au-Ag alloy).

2. Metode CIP

Mengolah emas dengan metode CIP didasarkan kenyataaan bahwa emas


dapat membentuk senyawa kompleks dengan sianida. Proses tahap awalnya,
emas yang masih berupa ore ( bijih ) ditambang pada suatu lokasi
penambangan. Ore tersebut selanjutnya dihancurkan hingga halus kemudian
dicampur dengan air ( disebut pulp ). Pulp lalu dimasukan ke dalam tangki
agitator, dan ditambahkan sianida ke dalamnya. Sianida inilah yang akan
membentuk senyawa kompleks emas-sianida yang nantinya akan diserap oleh
karbon aktif.
Karbon aktif yang dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa,
maupun arang kayu atau batu bara. Yang paling banyak dipakai adalah karbon
aktif granular dari arang batok kelapa. Untuk kualitas baik, setiap kg karbon
aktif memiliki daya adsorbsi emas hingga 8 – 16 g, namun kualitas karbon
aktif yang tersedia dipasaran rata-rata hanya mampu mengadsorpsi berkisar 2
– 5 g emas untuk setiap kg-nya.

3. Proses Amalgamasi

Dalam proses ini bahan kimia yaitu merkuri (Hg) digunakan sebagai
media untuk mengikat emas yang tercampur dingan bahan - bahan lainnya
sehingga dapat diperoleh emas yang murni.

4. Proses Pemurnian Emas (Au)

Ekstraksi emas dengan menggunakan leaching sianida ditemukan


pertama kali oleh J. S. Mac Arthur di Glasgow, Scotland tahun 1887, dan
sekarang telah dipakai sebagian besar produksi emas dunia. Walau
sesungguhnya banyak lixiviants ( leaching agen ) lainnya yang dapat
digunakan, antara lain :

1) Bromides ( Acid and Alkaline )


2) Chlorides
3) Thiourrea / Thiocarbamide ( CH4N2S )
4) Thiosulphate ( Na2S2O3 )
5) Iodium-Iodida

Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan /
pelindian ( leaching ) dan proses pemisahan emas ( recovery ) dari larutan
kaya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah Sodium
Cyanide ( NaCN ), Potassium Cyanide ( KCN ) , Calcium Cyanide [ Ca(CN)2 ],
atau Ammonium Cyanide ( NH4CN ). Pelarut yang paling sering digunakan
adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya.
Ada banyak teori tentang pelarutan emas mulai dari Teori Oksigen
Elsner, Teori Hidrogen Janin, Teori Hidrogen Peroksida Bodlanders, Teori
korosi Boonstra, sampai Teori Pembuktian Kinetika dari Habashi. Teori yang
paling banyak dipakai adalah Teori Oksigen Elsner dan Pembuktian Kinetika
Habashi.

Teori Oksigen Elsner, reaksi pelarutan Au dan Ag dengan sianida adalah sebagai
berikut :

4Au + 8CN- + O2 + 2 H2O → 4Au(CN)2- + 4NaOH-


4Ag + 8CN- + O2 + 2 H2O → 4Ag(CN)2- + 4NaOH-

Teori Pembuktian Kinetika ( Habashi. 1970 ), reaksi pelarutan Au dan Ag adalah


sebagai berikut:
2Au + 4CN- + O2 + 2 H2O → 2Au(CN)2- + 2OH- + H2O2
2Ag + 4CN- + O2 + 2 H2O → 2Ag(CN)2- + 2OH- + H2O2

Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia.

5. Proses Penanganan Limbah Tambang


Beberapa contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu,
Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol
dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu
sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan
pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb
dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada
umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Salah satu yang
sangat berhubungan dengan kimia adalah :

Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning.
TUjuan utama dari chemical conditioning ialah:

o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur


o mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
o mendestruksi organisme patogen
o memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion
o mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkunganChemical conditioning terdiri dari
beberapa tahapan sebagai berikut:

Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan
diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya
digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge.
Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi
kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler
gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah
menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.

Treatment, stabilization, and conditioning


Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia
dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan
memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan
destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses
destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang
terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic
digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning,
dan elutriation.

6. Penentuan Kualitas Batubara

Salah satu parameter yang menjadi acuan dalam penentuan kualitas batubara
adalah penentuan kadar sulfur, Sulfur dalam batubara thermal maupun
metalurgi tidak diinginkan, karena Sulfur dapat mempengaruhi sifat-sifat
pembakaran yang dapat menyebabkan slagging maupun mempengaruhi
kualitas product dari besi baja. Selain itu dapat berpengaruh terhadap
lingkungan karena emisi sulfur dapat menyebabkan hujan asam. Oleh karena
itu dalam komersial, Sulfur dijadikan batasan garansi kualitas, bahkan
dijadikan sebagai rejection limit sedangkan Reaksi kimia dalam penentuan
sulfur :

1350˚C
Batubara H2O + CO2 + SO2 + etc

SO2 + H2O2 H2 + SO4

H2SO4 + 2 Na OH + Na2 SO4 + 2H2O

+ Na2B4O7 + 7 H2O 2Na OH + 4 H3BO3

 Miliequivalent S = Miliequivalent SO2


 Miliequivalent SO2 = Miliequivalent H2SO4
 Miliequivalent H2SO4 = Miliequivalent NaOH
 Miliequivalent NaOH = Miliequivalent Borax (Na2B4O7)
 Miliequivalent Borax (Na2B4O7) = V(ml) x N Borax
 Miliequivalent S = V(ml) x N Borax (Na2B4O7 )
 Due to Blank test is regularly determined prior to determined the samples, then
the equation become :
 Miliequivalent S = (V(ml) –V blank (ml)) x N Borax
 Weight S in the sample (gram) = (V(ml) –V blank (ml)) x N Borax x ME.S
 ME. S = ½ MM = 32.08 /2 = 16.04

7. Proses pemurnian Aluminium

Proses pemurian alumunium dengan cara memanaskan alumunium


hidroksida sampai lebih kurang 1300°C (diendapkan), akan didapatkan
alumina. Karena titik lelehnya tinggi, alumina dilarukan ke dalam cairan klorit
(garam Na3AlF6) yang berfungsi sebagai elektrolit sehingga titik lelehnya
menjadi rendah (1000°C). Lima belas persen alumina (Al2O3) dapat diuraikan
ke dalam kriolit, sedang proses elektrolisis di sini sebagai reduksi Al2O3.

Bijih bauksit mula-mula dimurnikan terlebih dahulu dengan proses


kimia dan alumunium oksida murni diuraikan dengan elektrolisis. Bauksit
dimasukkan ke dalam kauksit soda, alumina di dalamnya membentuk natrium
aluminat, bagian lain tidak bereaksi dan dapat dipisahkan.

8. Proses Pemurnian Tembaga

Proses pemurnian tembaga diawali dengan penggilingan bijih tembaga


kemudian dicampur dengan batu kapur dan bahan fluks silika. Tepung bijih
dipekatkan terlebih dahulu, sesudah itu dipanggang sehingga terbentuk campuran
FeS, FeO, SiO2, dan CuS. Campuran ini disebut kalsin dan dilebur dengan batu kapur
sebagi fluks dalam dapur reverberatory. Besi yang ada larut dalam terak dan tembaga,
besi yang tersisa ditaungkan ke dalam konventor. Udara dihembuskan ke dalam
konventor selama 4 – 5 jam, kotoran-kotoran teroksidasi, dan besi membentuk terak
yang dibuang pada selang waktu tertentu. Panas oksidasi yang dihasilkan cukup
tinggi sehingga muatan tetap cair dan sulfida tembaga akhirnya berubah menjadi
oksida tembaga dan sulfat. Bila aliran udara dihentikan, oksida bereaksi dengan
sulfida membentuk tembaga blister dan dioksida belerang. Setelah itu, tembaga ini
dilebur dan dicor menjadi slab, kemudian diolah lebih lanjut secara elektronik
menjadi tembaga murni.
9. Proses Pemurnian Timah Hitam (Pb)

Bijih-bijih timbel harus dipanggang terlebih dahulu untuk


menghilangkan sulfida-sulfida, sedang timbel dengan campurannya yang lain
berubah menjadi oksida timah hitam (PbO) dan sebagian lagi menjadi timbel
sulfat (PbSO4). Dengan menambah kwarsa (SiO2) pada sulfat di atas suhu
yang tinggi akan mengubah timbel sulfat menjadi silikat. Campuran silikat
timbel dengan oksida timbel yang dipijarkan pakai kokas kemudian dicampur
dengan batu kapur, akan menghasilkan timbel.

10. Proses Pemurnian Seng (Zn)

Proses pemurnian seng diawali dengan memisahkan bijih seng


kemudian dipanggang dalam dapur untuk mengeluarkan belerang dan asam
arang. Setelah itu terjadilah oksida seng, karbonatnya terurai dan sulfidanya
dioksidasi. Bijih seng didapat dari senyawa belerang diantaranya karbonat
seng (ZnCO3), silikat seng (ZnSiO4H2O), dan sulfide seng (ZnS)

1.3 Peranan Negatif Kimia Dalam Pertambangan

Meskipun ilmu kimia sangat dibutuhkan dalam proses proses pengolahan


mineral dalam pertambangan, akan tetapi dibalik semua itu terdapat juga peranan
negatif yang dihasilkan dari proses pengolahan yang menggunakan zat-zat kimia
tersebut. Kurangnya perhatian perusahaan tambang akan dampak dari penggunaan
zat-zat kimia hasil pengolahan menjadi faktor kuat penyebab kerusakan lingkungan
sekitar tambang.

Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil,


pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi di mana merkuri (Hg)
digunakan sebagai media untuk mengikat emas. Mengingat sifat merkuri yang
berbahaya, maka penyebaran logam ini perlu diawasi agar penanggulangannya dapat
dilakukan sedini mungkin secara terarah. Selain itu, untuk menekan jumlah limbah
merkuri, maka perlu dilakukan perbaikan sistem pengolahan yang dapat menekan
jumlah limbah yang dihasilkan akibat pengolahan dan pemurnian emas.
Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak
lagi. Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam
tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk
mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang
melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top
Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan
setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang
mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan
diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan
dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.

Limbah Tailing merupakan produk samping, reagen sisa, serta hasil


pengolahan pertambangan yang tidak diperlukan. Tailing hasil penambangan emas
biasanya mengandung mineral inert (tidak aktif). Mineral tersebut antara lain: kwarsa,
kalsit dan berbagai jenis aluminosilikat. Tailing hasil penambangan emas
mengandung salah satu atau lebih bahan berbahaya beracun seperti Arsen (As),
Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Sianida (CN) dan lainnya. Sebagian
logam-logam yang berada dalam tailing adalah logam berat yang masuk dalam
kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Misalnya, Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic). Unsur ini bila
bercampur dengan enzime di dalam tubuh manusia akan menyebabkan hilangnya
kemampuan enzime untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang
penting. Logam Hg ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan
kulit. Karena sifatnya beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya
jika terhisap oleh manusia, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri
bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam
tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang
ditimbulkan oleh senyawa merkuri di antaranya kerusakan rambut dan gigi, hilang
daya ingat dan terganggunya sistem syaraf.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam bidang pertambangan, ilmu kimia memang sangat berpengaruh dan


memberikan peran yang mendalam pada beberapa proses-proses yang ada dalam kegiatan
pertambangan baik dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya yaitu untuk
memudahkan proses - proses penyempurnakan bahan-bahan galian dari dalam perut bumi
sehingga menjadi bahan tambang yang mempunyai nilai lebih. Apabila dalam suatu
perusahaan tambang tidak menggunakan dasar - dasar kimia dalam pelaksanaan tambang
tersebut maka sudah dipastikan hasil produksi dari perusahaan tambang tersebut tidak akan
maksimal, bahkan tidak dapat menghasilkan mineral yang berharga. Maka dari itu ilmu kimia
sangat dibutuh kan demi mempermudah proses pertambangan dan meningkatkan hasil
produksi agar memiliki nilai yang ekonomis, meskipun begitu dalam pelaksanaannya
perusahaan – perusahaan tambang harus memikirkan dampak negatif yang dihasilkan oleh
proses pertambangan seperti tailing atau limbah yang sangat berbahaya dalam kerusakan
lingkungan.

4.2 Kata Penutup

Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi di atas.Tentunya masih


banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan makalah ini karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan khususnya juga bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

 http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia
 http://metrotvnews.com/read/analisdetail/2010/09/03/72/Dampak-Negatif-Kegiatan-
Pertambangan-pada-Lingkungan
 http://mineraltambang.com/refining.html
 http://uwityangyoyo.wordpress.com/2011/01/31/bioremediasi-sebagai-alternatif-
penanganan-pencemaran-akibat-tambang-batubara/
 http://www.anneahira.com/manfaat-ilmu-kimia.htm

Anda mungkin juga menyukai