Anda di halaman 1dari 8

Kisho Kurokawa

Posted on April 10, 2012by azkiarsitek

BIOGRAFI
Lahir : Nagoya, 1934
Tempat tinggal : Jepang
Pendidikan : – Graduated from Kyoto University, B. / Arch. Course, Department of
Architecture (1957), Tokyo University
– M. / Arch. Course, School of Architecture (1959) Tokyo University
– Dr. / Arch. Course, School of Architecture (1964)
Debut : – Tahun 1960 memelopori pendirian metabolisme Movement. Sejak itu
memiliki paradigma dari the Age of Machine Principle ke the Age of Life Principle
– Mempublikasikan “Urban Design”, “Homo Movens”, “Thesis on Architecture I and II”,
“ The Era of Nomad”, “ Philosophy of Symbiosis”, “Hanasuki”, “Poems of Architecture”
and “Kisho Kurokawa Note”. Bukunya yang berjudul Philosophy of Symbiosis
mendapatkan penghargaan dari The Japan Grand Prix Literature, diterbitkan tahun
1987 dan direvisi 1991.
– Beberapa karyanya di Jepang yaitu: Hiroshima City Museum of Contemporary Art,
Wakayama, 1994, The National Ethnological Museum, Honjin Memorial Museum of Art
in Japan, The National Bunraku Theatre, Sony Tower, Osaka, 1972-1973, Nagoya City
Art Museum, Ehime Prefectural Museum of General Science, Osaka International
Centre (Grand Cube Osaka), Karuizawa House, Karuizawa, 1974, , Tateshina
Planetarium, Hiroshima, 1976 dll
– Beberapa karyanya di luar jepang antara lain ; The Art Museum of Louvain-la-Neuve
di Belgia, German Centre of Berlin di Germany, Melbourne Central di Australia, Pasific
Tower di Paris, Perancis Astana International Airport di Kazakhtan, the Chinese-
Japanese Youth Centre di Beijing, China, , Republic Plaza, Singapore, The Kuala
Lumpur International Airport, Malaysia, dan New Wing of the Van Gogh Museum,
Amsterdam, dll
Penghargaan : – Japan Art Academy Award, 1992, for Nara City Museum of
Photography
– 1986 Gold Medal, Academy of Architecture, France
– Chairman, Board of Trustees, Advanced Research for Japanese Architectural Studies,
Columbia University

FILOSOFI PERANCANGAN
Kisho kurokawa mulai mencanangkan gagasan ‘metabolisme movement’ (pergerakan
metabolisme) diawal tahun 1960, bersama Noboru Kawazoe, Masato Otaka, Fumihiko
Maki, Kiyofumi Kikutake, Kiyoshi Awazu, Kenji Eduan, Shomei Tomatsu dan lainnya.
Ide awal dari filosofi ‘metabolisme movement’ adalah bila makhluk hidup tumbuh dan
mengalami perkembangan (metabolisme), maka begitu pula dengan kota dan
arsitektur.
Metabolisme movement mencakup segala aspek /bagian dan akan sulit bila merangkum
bagian/ aspek-aspek tersebut dalam satu pengertian. Namun dirasa cukup adil bila
mengatakan bahwa kejadian-kejadian perjalanan di masa lalu, sekarang dan akan
datang dari manusia dan teknologi berpusat padanya.
Inti dari metabolisme sebenarnya berdasar pada pemikiran timur. Awalnya Kisho
Kurokawa membaca buku milik Hijime Nakamura tentang cara orang-orang Timur
berpikir di mana Nakamura menelusuri perjalanan Philosophy Budha dari tempat
asalnya India ke Tibet, Thailand, China, Korea dan Jepang. Tujuan Nakamura adalah
untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana naskah Budhisme itu dipaparkan melalui
bermacam-macam bahasa dan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat Asia. Sejak
saat itu Kisho Kurokawa lebih memperhatikan ragam budaya arsitektur di Jepang. Buku
ini sangat mempengaruhi pemikiran Kisho selain adanya pengaruh dari pendidikan
masa kecil di Kuil Tokai Gakuen di Nagoya. Kepala sekolahnya yaitu Benkyo Shiio
mengajarkan tentang Pondasi dari simbiosis (Zaidan Hojin Kyosei kai) yang
memperkenalkan lebih lanjut tentang Kyosei Hokku Shu (koleksi dari versi religi dalam
simbiosis) dan Kyosei Kyohon (simbiosis manual). Ajaran-ajaran ini memaparkan
bahwa kita mempunyai paham bahwa dalam kehidupan ada kebenaran dan adanya
usaha untuk masuk ke dalam Pure land (surga). Semua bagian dalam kehidupan saling
berhubungan, hanya tergantung bagaimana usaha kita menciptakan dunia yang baik.
Ini adalah kebenaran dari simbiosis di mana hubungan memberi dan diberi dalam
kehidupan adalah hubungan simbiosis.
Dari hasil pengajaran, pengalaman, dan pemikirannya Kisho melakukan penjabaran
dan penyatuan teori-teori arsitektur yang menghasilkan “Spirit of Age”. Pada abad 20 ,
di mana “age of Machine” mulai berpengaruh, kedudukan manusia dianggap setara
dengan Tuhan. Segala kerusakan hutan, polusi udara, sungai, laut, pemusnahan hewan
dan tanaman merupakan kejadian biasa yang tidak terelakkan akibat dari
perkembangan teknologi dan aktivitas ekonomi. Manusia secara tidak sadar telah kalah
dalam perjuangannya di masa modern dan sudah ditipu oleh keberadaan mesin dalam
kehidupan sehari-hari. Bila manusia seharusnya mengendalikan mesin, maka keadaan
ini sudah berbalik. Manusia tidak dapat lepas dari mesin dalam kehidupan sehari-hari.
Mesin sebagai teknologi berkembang merupakan bentuk yang satu, benar-benar jelas
batas pemisahan ruangnya, berbeda dengan organisme yang merupakan sebuah sistem
kehidupan. Pada organisme juga terlihat pemisahan ruangnya namun tetap ada satu hal
yang menghubungkan yaitu sistem informasi. Kisho Kurokawa berusaha menciptakan
simbiosis antara keduanya dengan metabolisme dan metamorfosis sebagai kunci untuk
mengekspresikan prinsip kehidupan.
Konsep Metabolisme ada dua, yaitu:
1. Diachronicity of time = hubungan antar waktu
Arsitektur modern memaparkan bahwa waktu bagaikan sebuah piramid, yang terdiri
dari 3 lapis. Lapisan bawah adalah masa lalu di mana masa sekarang berdiam diri.
Lapisan di atasnya adalah masa sekarang dan yang paling atas adalah masa depan.
Dalam model ini masa lampau dan masa depan hanyalah akibat dari semua kejadian di
masa sekarang yang merupakan pusat dari piramid. Menurut Kisho Kurokawa
arsitektur merupakan evolusi dari masa lampau, masa sekarang dan masa depan, suatu
pematangan dan proses metabolisme. Waktu bukanlah suatu serial kejadian atau
mempunyai struktur hierarki dalam piramid/ pohon. Waktu merupakan jaringan ,
“rhizome” seperti jaringan laba-laba, tidak ada hierarki yang jelas. Bila masa lampau,
sekarang dan masa depan diibaratkan sebagai suatu “rhizome” maka kita bisa merasa
dan menganggap diri kita berada dalam jarak yang sama di semua waktu dan bebas
berhubungan dengan apapun.

2. Synchronicity of space = hubungan antar ruang


Dalam strukturalisme budaya Barat, Amerika, Afrika, negara-negara Islam dan Asia
mempunyai kedudukan status yang sama dan tiap-tiap pihak tersebut memiliki jarak
yang sama, sehingga kita harus dapat merasakan keberadaan ‘nyawa’ dari kebudayaan
yang berbeda-beda.
Segala perbedaan waktu dan budaya itu nantinya harus disatukan dalam 1 hubungan
simbiosis dan menerapkannya pada proses kerja arsitektur.

Sesungguhnya komponen dasar dari filosofi simbiosis adalah simbiosis dari kebudayaan
yang heterogen, manusia dan teknologi, interior dan eksterior, sebagian dan
keseluruhan, sejarah dan masa depan, alasan dan intuisi, religi dan ilmu pengetahuan
arsitektur manusia dan alam. Di bawah ini akan dibahas beberapa komponen dasar dari
simbiosis di atas:
 Symbiosis of Interior and Eksterior
Dalam budaya Jepang terdapat Intermediary Space yaitu ruang antara. Sebenarnya
dalam budaya di luar Jepang juga terdapat intermediary space namun keberadaannya
tidak terlalu diperhatikan.
Konsep intermediary space adalah kunci penting dalam memahami Filosofi Simbiosis.
Dari barat, dua hal yang berlawanan dilebur jadi satu kesatuan, atau ditolak sama
sekali. Sebaliknya dalam filosofi simbiosis diciptakan sesuatu yang menghubungkan dua
elemen itu sementara perbedaannya tetap dipertahankan. Hubungan yang diciptakan
harus dinamis, selalu bergerak dan berubah. Untuk itu agar lebih efektif, hubungan itu
biasanya berupa zone netral. Oleh karena itu dalam intermediarry space terdapat zona
netral/transisi, atau bisa dikatakan juga zona abu-abu (peralihan dari hitam ke putih).
 Symbiosis of History and Present
Turunan dari diachronicity yang merupakan symbiosis waktu (lampau sekarang dan
depan). Prinsip ini berusaha melihat masa lampau dengan sudut pandang filosofi
simbiosis. Sejarah digambarkan dalam suatu simbol/ lambang, elemen arsitektural
berupa nilai, ide, aesthetic, religions yang nantinya ditransformasikan pada masa
sekarang dalam bentuk dan juga makna baru.
 Symbiosis of Man and Technology
Manusia dan teknologi menurut dunia modern adalah dua hal yang berbeda. Perbedaan
inilah yang menjadi pemikiran dari dunia arsitektur modern. Dalam pemikiran
simbiosis perbedaan ini ditelusuri sampai pada intinya yaitu roh dan raga pada
manusia.
 Symbiosis of Man and Nature
Simbiosis yang terjadi antara manusia dan alam bukan hanya berupa hubungan dengan
pohon, burung, serangga dan lingkungan di mana manusia itu berada. Segala benda
buatan manusia seperti danau buatan, dermaga, hutan buatan, kota maupun teknologi
seiring dengan waktu juga menjadi bagian dari alam. Segala sesuatu ciptaan Tuhan
adalah alam sedangkan segala buatan manusia adalah artifisial yang tidak tahan lama.
Hal ini menggambarkan 2 hal yang berbeda adalah satu.
KONSEP PERANCANGAN
1. National Bunraku Theater
Karya arsitek yang dipilih sebagai pembahasan pertama adalah National Bunraku
Theatre yang terletak di Minami-ku, Kota Osaka. Desain dan konstruksinya dilakukan
pada tahun 1979-1983, menghasilkan sebuah teater dengan luas bangunan 3.924,874
m2 sedangkan luas lantai total 13.169,911 m2 yang terdiri atas 2 basement dan 5 lantai
atas. Teater ini menggunakan konstruksi baja dan teknis reinforced concrete.
Dari bangunan ini dapat diketahui bahwa dari beberapa filosofi konsep simbiosis yang
ada, Kisho Kurokawa menggunakan 2 pendekatan konsep, yaitu 1) sysmbiosis with
nature dan 2) symbiosis of tradition and modern architecture.
1. Pendekatan kosep Symbiosis with nature merupakan bentuk dari sikap yang diambil
saat melihat site di mana bangunan ini berdiri. Memang bukan dalam artian ‘bagaimana
bangunan ini dapat sesuai dengan kondisi alam sekitarnya’ namun lebih kepada usaha
menyesuaikan luas bangunan dengan kebutuhan manusianya. Hal ini dikarenakan
lokasi National Bunraku Theatre ini terletak pada area yang sangat padat di pusat Osaka
dengan luas lahan yang kecil. Sementara kebutuhan untuk ruang dan fungsi yang ada
sangat banyak, sehingga dapat diperkirakan lahannya tidak memadai. Untuk itu,
bangunan ini menggunakan sistim bangunan bertingkat.
2. Pendekatan kosep Symbiosis of tradition and modern architecture merupakan bentuk
keinginan dari Kisho Kurokawa untuk menggabungkan gaya Jepang yang sudah
menjadi tradisi dengan unsur modern saat ini. Unsur tradisional banyak diterapkan
pada interior , sedangkan unsur modern dapat dilihat dari penggunaan bahan (beton)
dan pada penggunaan teknologi canggih yang mendukung pementasan teater. Kedua
hal ini membuat pengunjung merasa berada dalam ruang di masa lampau dengan
melihat pertunjukkan dari masa depan.

DIAGRAM ALUR METODE DESAIN NATIONAL BUNRAKU THEATRE


OLEH KISHO KUROKAWA
METODE DAN PROSES PERANCANGAN
Konsep pendekatan Symbiosis of Tradition and modern architecture yang digunakan
pada bangunan di atas diturunkan lagi ke dalam metode Intermediarry space sebagai
penerapannya serta metode pattern, device and abstract symbol.
Metode Intermediarry Space
Intermediarry space merupakan suatu ruang antara yang ada dalam kebudayaan
Jepang. Ruang antara ini biasanya diterapkan dalam merancang sebuah rumah dengan
lingkungannya, meskipun tidak menutup kemungkinan diterapkan dalam perancangan
bangunan yang lain. Dengan berdasar dari prinsip ‘engawa’ yaitu prinsip hubungan
antara Shoin dengan Sukiya di mana terdapat veranda, engawa yang berfungsi sebagai
intermediarry space antara rumah atau taman. Bila intermediarry space terletak di
suatu ruang tertutup maka dia menjadi bagian dari interior, sedangkan bila berada di
ruang terbuka, maka menjadi bagian dari eksterior. Contoh dari intermediarry space
adalah teras (di ruang terbuka) sebagai penghubung antar zona publik (jalan di luar
rumah) dengan zona privat (ruang dalam rumah).
Penerapan metode ini dapat dilihat pada ruang dalam teater. Untuk memaksimalkan
pemanfaatan area secara total, gedung tersebut dibuat berkantilever pada lantai kedua,
di mana area di bawahnya digunakan sebagai galery. Perlakuan ini merupakan salah
satu ciri dari metode tradisional Jepang, yaitu menciptakan intermediate space di
bawah atap di mana internal dan external space secara efektif saling mempengaruhi
satu sama lain.
Selain itu, pada dinding auditorium bagian bawah dicat dengan warna hitam,
sedangkan bagian atas menggunakan wheatherboard cladding pattern. Hal ini
menunjukkan adanya pergantian zone.
Metode Pattern, Device and Abstract Symbol
Menggunakan turunan dari symbiosis of tradition and modern architectur. Dalam
metode ini Kisho menggunakan desain pengembangan dari elemen-elemen tradisional
Jepang dan dipadukan dengan bentukan-bentukan yang dipakai di jaman Edo yang
diolah lagi menjadi simbol-simbol abstrak. Metode ini banyak diterapkan pada interior
teater Bunraku sebagai berikut:
 Lengkung tepian atap pada entrance menggunakan gaya Cina
 Pegangan pintu fusuma dari Istana Katsura digunakan untuk pintu dorong pada pintu
utama auditorium
 Furniturenya menggunakan pola-pola kimono (asymetris) untuk menghormati seni
rakyat Jepang.
KONSEP PERANCANGAN
2. Melbourne Central, Australia
Karya Kisho Kurokawa yang akan dibahas berikutnya adalah Melbourne Central yang
terletak di pusat wilayah bisnis di Melbourne, Australia. Kompleks ini dirancang dan
dikonstruksi pada tahun 1986-1991. Cukup menghabiskan banyak waktu karena
terdapat banyak bangunan dalam satu area/site. Kompleks ini mempunyai area seluas
26,067.00 m2 dengan total area/lantai 263,435.00 m2 yang meliputi
• The Tower seluas 106,131.00 m2 yang terdiri atas 4 basement, 53 stories.
Menggunakan struktur baja dan reinforced concrete.
• Shopping center (Atrium annex) seluas 92,096.00 m2 yang terdiri atas 4 basement, 6
stories dan 2 penthouse. Atrium menggunakan struktur baja dan reinforced concrete.
• Shopping Center (lonsdale annex) seluas 45,208.00 m2 terdiri atas 4 basement, 3
stories dan 2 penthouse. Menggunakan struktrur baja untuk jembatan bagi pedestrian
dan reinforced concrete.
Kisho Kurokawa menerapkan beberapa pendekatan konsep dari keseluruhan dasar
filosofinya dalam mendesain Melbourne central ini. Konsep yang dipakai adalah : 1) the
Symbiosis of History and Present, 2) the Symbiosis of Various Function.
Pendekatan konsep yang pertama The Symbiosis of History and Present merupakan
cara Kisho Kurokawa dalam menciptakan suasana dua masa (lampau dan saat ini). Area
lokasi Melbourne Central merupakan area yang sudah dikenal oleh masyarakat
Melbourne pada khususnya dan masyarakat Australia pada umumnya. Selain itu di area
ini terdapat Shot Tower yang merupakan bangunan lama. Keberadaan Shot Tower
bukanlah suatu hal yang penting bila dilihat dari sudut pandang arsitektur. Namun
menjadi hal yang penting untuk ‘menyajikan’ bangunan lama di antara bangunan-
bangunan baru di masa sekarang secara bersama-sama.
Pendekatan yang kedua The Symbiosis of Various Function merupakan jalinan dasar
atas adanya bermacam-macam ‘fungsi’ berbeda yang ada dalam kompleks tersebut.
Dengan adanya konsep dasar maka fungsi yang berbeda itu dapat memiliki satu alur.

DIAGRAM ALUR METODE DESAIN MELBOURNE CENTRAL OLEH KISHO


KUROKAWA
METODE DAN PROSES PERANCANGAN
Melbourne Central terdiri atas beberapa fungsi yang berbeda, yaitu kantor, retail, dan
fasilitas entertainment serba guna. Selain itu di lokasi tersebut juga terdapat bangunan
Shot Tower yang merupakan bangunan lama. Keadaan ini menciptakan tantangan bagi
Kisho untuk merancang suatu kompleks bangunan yang menarik, untuk itu
digunakanlah metode-metode tertentu sebagai berikut:
Metode Historical Symbol
Shot Tower yang merupakan bangunan historikal adalah simbol dari masa lampau.
Kisho berusaha memadukannya dengan bangunan baru yang merupakan simbol masa
sekarang. Di dalam kompleks itu terdapat sebuah kerucut kaca yang besar, membentuk
sebuah atrium di pusat perbelanjaan dan di dalamnya terdapat The Shot Tower,
sehingga seakan-akan kerucut itu melindunginya (masa sekarang melindungi masa
lampau). Bisa dikatakan bila pengunjung memasuki kerucut itu maka mereka akan
berada di sebuah bangunan modern dan dapat melihat bangunan lama. Keadaan ini
bisa diartikan lagi menjadi bila kita sedang berada di masa sekarang, maka kita juga
dapat menengok lagi ke masa lampau. Metode ini merupakan turunan dari Symbiosis of
History and Present
Metode Abstract Form
Bentuk abstrak merupakan pengadaptasian dari seni modern dan arsitektur modern.
Selain itu abstract form dapat diekspresikan secara bebas, bebas dilihat dari sudut
pandang manapun tanpa takut akan mengubah makna atau esensinya. Keadaan ini
memudahkan Kisho dalam menerjemahkan suatu bentukan sebagai wadah dari
bermacam-macam fungsi yang dibutuhkan pada kompleks tersebut, dan hasilnya pun
memiliki berbagai makna yang berbeda. Bentukan-bentukan yang diterapkan pada
kompleks Melbourne Central ini antara lain kerucut, kerucut yang terpotong, kubah dan
persegi panjang. Metode abstract form merupakan turunan dari Symbiosis of Various
Function.
Metode Heterogen Material
Untuk mengimbangi bentukan-bentukan abstrak tersebut, maka digunakanlah
bermacam-macam material seperti batu, papan alumunium, kaca pantul, dan kaca
gelap. Semua ini dimaksudkan untuk menghindari kemonotonan. Perbedaan material
pada permukaan bangunan menciptakan suatu transisi, yaitu solid di bagian bawah dan
mulai berubah sedikit demi sedikit sampai pada puncaknya, seakan-akan ‘menguap’
menuju angkasa.
Metode Intermediarry Space
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa intermediarry space menghubungkan dua zona
yang berbeda. Dalam kompleks Melbourne Central ini terdapat banyak bangunan yang
terpisah, untuk menghubungkannya maka dibuatlah sebuah jembatan bagi para
pedestrian yang menggunakan struktur baja. Jembatan ini merupakan bentuk terapan
dari intermediarry space.
Kompleks Melbourne Central ini diharapkan bisa menjadi pusat kota yang memiliki ciri
khas mengingat ciri khas kota Melbourne sudah hilang karena terlalu banyak ‘fungsi’
yang ada.

KESIMPULAN
Kisho Kurokawa adalah seorang arsitek yang berdasarkan pada pengalaman dan
pengajaran selama studi mencanangkan sebuah gagasan / paham metabolisme. Dari
paham ini ditelusuri lebih dalam lagi menjadi sebuah paham simbiosis yang menjadi
filosofinya dalam berkarya. Ada dua hal penting yang menjadi inti dari filosofi simbiosis
yaitu ; Diachronicity of time dan Synchroncity of space. Sedangkan yang menjadi
komponen dasar dari filosofi ini adalah simbiosis dari kebudayaan yang heterogen,
manusia dan teknologi, interior dan eksterior, sebagian dan keseluruhan, sejarah dan
masa depan, alasan dan intuisi, religi dan ilmu pengetahuan arsitektur manusia dan
alam.
Dalam merancang National Bunraku Theatre, Kisho Kurokawa menggunakan dua
pendekatan konsep Filosofi simbiosis, yaitu Symbiosis with nature dan Symbiosis Of
Tradition and Modern Architecture, di mana merupakan tanggapan atas site dan usaha
membentuk perpaduan dari dua kebuadayaan. Dua konsep ini diturunkan menjadi dua
metode perancangan yaitu metode Intermediarry Space dan metode Pattern, Device and
Abstract Symbol. Sebuah bangunan (menurut kebudayaan jepang) harus memiliki
ruang antara, dalam hal ini berfungsi sebagai jembatan penghubung antara internal dan
external space, antara budaya tradisional dan budaya modern. Unsur budaya tradisional
banyak diterapkan pada elemen arsitektural dalam interiornya, sedangkan unsur
modern diterapkan pada utilitas yang mendukung pertunjukan di teater tersebut.
Saat merancang Melbourne Central Kisho Kurokawa menggunakan dua pendekatan
kosep perancangan yaitu Symbiosis of History and Present, serta Symbiosis of Various
Function. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode Historical Symbol,
Abstract Form, Heterogen Material dan Intermediarry space. Di dalam site dari
kompleks tersebut terdapat sebuah bangunan lama (the Shot Tower) yang tetap
dipertahankan sementara menambah sejumlah bangunan baru. Keduanya merupakan
simbol dari masa depan dan masa lampau. Dalam perancangannya, bangunan historical
itu ditempatkan dalam sebuah bangunan baru sehingga tercipta jalinan antara masa
sekarang dan masa lampau (masa sekarang meliputi masa lampau). Kompleks tersebut
terdiri atas beberapa fungsi yang berbeda, agar sejalan dengan keadaan ini maka
bentukan-bentukan bangunan itu pun berbeda, menggambarkan keadaan yang abstract.
Selain itu digunakan pula berbagai macam material untuk menghindari kesan monoton,
namun tetap memiliki suatu alur yang sama. Untuk menghubungkan ‘fungsi’ yang
berbeda tersebut dibuatlah jembatan penghubung bagi pejalan kaki yang merupakan
penerapan dari metode intermediarry space.

Anda mungkin juga menyukai