Anda di halaman 1dari 78

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/21241/Binder1.html?

sequence=1

Perubahan Struktur Enamel Gigi Setelah Aplikasi Gel


Cangkang Telur Ayam Menggunakan Scanning Electrone Microscopy (Sem)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Insiyah Huriyah Akbar J111 13 033

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR


2016

PERUBAHAN STRUKTUR ENAMEL GIGI SETELAH APLIKASI GEL


CANGKANG TELUR AYAM MENGGUNAKAN Scanning Electrone Microscopy (SEM)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Insiyah Huriyah Akbar J111 13 033


BAGIAN ORAL BIOLOGY

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN


MAKASSSAR 2016

ii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Insiyah Huriyah Akbar
NIM : J111 13 033

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin


Makassar yang telah melakukan penelitian dengan judul “PERUBAHAN
STRUKTUR ENAMEL GIGI SETELAH APLIKASI GEL CANGKANG TELUR
AYAM MENGGUNAKAN Scanning Electrone Microscopy (SEM)” dalam rangka
menyelesaikan studi Program Pendidikan Strata 1.
Dengan ini menyatakan bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Makassar,

Insiyah Huriyah Akbar

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PERUBAHAN STRUKTUR ENAMEL GIGI SETELAH APLIKASI GEL
CANGKANG TELUR AYAM MENGGUNAKAN Scanning Electrone
Microscopy (SEM)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat unutk mencapai gelar
sarjanan kedokteran gigi dan pennulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi pembaca.
Disadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemukan berbagai
kendala. Namun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga skripsi
ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini, dengan penuh hormat dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros selaku dekan fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin.
2. Dr. drg. Asmawati Amin, M. Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dari awal penyusunan hingga akhir dengan bayak meluangkan waktu serta
menyumbangkan pikiran sehingga dapat selesai di waktu yang tepat. Terima kasih atas segala
arahan dan bantuannya.
3. Dengan rasa hormat dan bangga, penulis menghaturkan terima kasih kepada
Ayahanda Muhammad Akbar dan Ibunda Muhlisa atas segala kasih sayang, doa, dukungan
moril dan materil serta semangat tiada henti mereka berikan kepada penulis selama ini. Sungguh,
hanya Allah yang sanggup membalas semua.
4. Dr. drg. Fajriani, M.Kes selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan
dukungan. Motivasi dan arahan kepada penulis, sehingga jenjang pendidikan penulis dapat
diselesaikan dengan baik.
5. Seluruh Muslimah FKG, yang tak pernah lelah dalam mengingatkan kebaikan.

iv
6. Seluruh staf dosen, administrasi dan perpustakaan yang ada di Fakultas Kedokteran
Gigi Unhas yang telah memberi banyak bantuan dan dukugan moril dalam penyelesaian studi di
fakultas ini.
7. Apresiasi yang besar saya berikan untuk teman-teman angkatan RESTORASI 2013 dan
KKN PK 53 Kel. Mallusetasi Desa Bojo yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Terakhir kepada semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, memberikan
bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain mendoakan semoga bantuan dari
berbagai pihak kepada penulis diberi balasanoleh Allah SWT. Semoga karya
sederhana ini dapat membawa suatu manfaat bagi perkembangan dunia kesehatan
nantinya, khususnya bagi kesehatan gigi dan mulut. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu, penulis masih tetap
menantikan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

Makassar, 15 November 2016

Penulis
PERUBAHAN STRUKTUR ENAMEL GIGI SETELAH APLIKASI GEL
CANGKANG TELUR AYAM MENGGUNAKAN Scanning Electrone Microscopy (SEM)
Insiyah Huriyah Akbar

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Latar belakang: Dewasa ini banyak sekali bahan yang diproduksi dalam
meningkatkan remineralisasi enamel gigi seperti fluor, Casein Phosphopeptide-
Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) dan bahan bioactive glass. Selain bahan-
bahan tersebut ternyata cangkang telur juga dapat meningkatkan remineralisasi
enamel gigi. Kulit telur merupakan salah satu sumber CaCo 3 (calcium carbonate)
yang paling besar dengan kadar yang mencapai 95%. Telur menghasilkan limbah
berupa kulit telur. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi limbah
kulit telur adalah dengan mengolah kulit telur tersebut menjadi senyawa kalsium. Ini
adalah bahan utama dalam pembentukan tulang dan enamel gigi. Tujuan: Mengetahui
perubahan struktur enamel gigi setelah aplkasi gel cangkang telur ayam
menggunakan Scanning Electrone Microscopy (SEM). Metode: Jenis penelitian ini
adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian the post test only
control group design. Sampel penelitian yang digunakan adalah lima gigi insisivus
sentralis rahang atas yang telah diaplikasikan bahan pemutih gigi seperti gel stroberi.
pada range waktu berbeda yaitu 1 jam, 1 jam 30 menit, 2 jam, 2 jam 30 menit dan 3
jam. Setelah itu sampel dioleskan gel cangkang telur ayam selama 14 hari berturut-
turut. Analisa remineralisasi enamel gigi dianalisis menggunakan Scanning Electrone
Microscopy (SEM) dengan indikator remineralisasi yaitu dengan membandingkan
sampel sebelum dioleskan gel cangkang telur ayam secara kualitatif. Hasil:
Permukaan enamel yang telah diaplikasikan gel cangkang telur ayam prisma enamel
masih terlihat walau hanya beberapa bagian saja. Kesimpulan: Terdapat perubahan
pada struktur enamel gigi berupa prisma enamel dan kekasaran permukaan enamel
gigi setelah menggunakan gel cangkang telur ayam oleh karena proses remineralisasi
yang terjadi. Prisma enamel kembali tertutup oleh CaO (calcium
carbonat)/hidroksiapatit yang terdapat pada cangkang telur ayam setelah dilakukan
pengaplikasian selama 14 hari.
Kata kunci : Gel cangkang telur ayam, remineralisasi, pemutih gigi
CHANGES IN THE STRUCTURE OF DENTAL ENAMEL AFTER APPLICATION
CHICKEN EGGSHEL GEL USING Scanning Electrone Microscopy (SEM)
Insiyah Huriyah Akbar

Dentistry Faculty of Hasanuddin University

ABSTRAC
Background: Nowadays lots of material that is produced ini increasing
remineralization of tooth enamel such ac fluorine, Amorphous Calcium
Phosphate (CPP-ACP) and bioactive materials. In addition to these materials turns
eggshells can also increase the remineralization of tooth enamel. Eggshell are one
source of cacium carbonate with levels 95%. The egg produces waste in the form of
eggshells. One of the alternatives in tackling the eggshells is to turn it into a calcium
compound. Thi is the main ingredient of bones and enamel tooth. Purpose: Knowing
the changes the structure of enamel tooth after application chicken eggshell gel
using Scanning Electrone Microscopy (SEM). Methods: The type of research is
experimental laboratories with the post test only control group design. Sample
research are five maxillary teeth centralis who have applied such as teeth whitening
strawberry gel on range of time 1 hour, 1 hour 30 minute, 2 hours, 2 hours 30 minute
and 3 hours. After that the sample is applied to eggshell gel for 14 days.
Remineralization analysis of dental enamel are anlyzed using Scanning Electrone
Microspcopy (SEM) with indicators remineralization by comparing samples before
the eggshell applied in qualitatively. Result: there were changes in the structure of the
enamel surface of the tooth form of the enamel prism and surface roughness of tooth
enamel after applied chicken eggshell because of the process of remineralization.
Enamel prism is back covered by calcium oxyde in chicken eggshell for 14 days.
Keyword : Egshell gell, remineralization, bleaching
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
SURAT PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR vi
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan Penelitian 3
3. Hipotesa 3
4. Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
1. Enamel 4
1. Komposisi Enamel 5
2. Struktur Enamel 6
3. Enamel Rod 6
2. Pemutih Gigi 9
2.2.1. Teknik Pemutih Gigi 10
1. In Office Bleaching 10
2. Home Bleaching 10
3. Over the Counter (OTC) 11
1. Stroberi sebagai Pemutih Gigi 12
2. Pengaruh Bleaching terhadap Enamel 12
2.4.1 Pelepasan Mineral Enamel 13
1. Cangkang Telur Ayam 14
2. Remineralisasi Enamel Gigi 17
3. Scanning Electrone Microscpy (SEM) 19
BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 21
3.1 Kerangka Teori 21
3.2. Kerangka Konsep 23
BAB IV METODE PENELITIAN 24
1. Jenis Penelitian 24
2. Rancangan Penelitian 24
3. Lokasi dan Waktu Penelitian 24
1. Lokasi Penelitian 24
2. Waktu Peneltian 24
4. Sampel Penelitian 24
1. Jumlah Sampel 25
2. Kriteria Sampel 25
1. Kriteria Inklusi 25
2. Kriteria Ekslusi 25
5. Variabel Penelitian 25
1. Variabel menurut Fungsi 25
6. Defenisi Operasional 26
7. Kriteria Penilaian 27
8. Bahan dan Alat Penelitian 27
1. Bahan Penelitian 27
2. Alat Penelitian 27
9. Prosedur Penelitian 28
1. Sintesis Ca10(PO4)6(OH2) dari cangkang telur ayam 28
2. Pembuatan gel dari cangkang telur ayam 29
3. Persiapan Sampel 30
4. Pengaplikasian gel cangkang telur ayam sebagai bahan remineralisasi 30
5. Pengamatan Sampel 31
6. Data 31
1. Jenis Data 31
2. Penyajian Data 31
4.9.5.3. Analisisa Data 31
BAB V HASIL PENELITIAN 32
BAB VI PEMBAHASAN 42
BAB VII PENUTUP 46
1. Simpulan 46
2. Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN 48
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi nutrisi cangkang telur ayam 16
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran SEM pada permukaan enamel gigi pada perbesaran 500x dan 2000x 4
Gambar 2.2 Skema Gigi Molar 6

Gambar 2.3. a). Prisma enamel berbentuk keyhole b). Potongan melintang batang

enamel pada tahap amelogenesis gambar diambil dengan SEM........ 7


Gambar 2.4 Struktur pola hidroksiapatit............................................................... 8

Gambar 2.5 Cross striae ...................................................................................... 9

Gambar 2.6 Cangkang Telur ................................................................................. 15

Gambar 2.7 Skema kerja SEM (Scanning Electron Microscopy)......................... 20

Gambar 2.8 Detektor pada SEM ........................................................................... 20

Gambar 4.1 Presipitat diaduk menggunakan magnetic stirrer dan didiamkan selama 24 jam 29
Gambar 4.2 Basis gel yang telah dicampur dengan serbuk hidroksiapatit 29
Gambar 4.3 Pengaplikasian gel cangkang telur ayam pada sampel setelah diaplikasikan gel
stroberi 31
Gambar 5.1. Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar gel stroberi kiri selama 1 jam (SEM
1000x) dan kanan (5000x) 33
Gambar 5.2 Gambaran permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang telur ayam kiri(SEM
1000x) kanan (SEM 5000x) 33
Gambar 5.3 Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar gel stroberi kiri selama 1 jam 30
menit (SEM 1000x) dan kanan (SEM 5000x) 34
Gambar 5.4 Gambaran permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang telur ayam kiri(SEM
1000x) kanan (SEM 5000x) 34
Gambar 5.5 Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar gel stroberi kiri selama 2 jam (SEM
1000x) dan kanan (SEM 5000x) 35
Gambar 5.6 Gambaran permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang telur ayam kiri(SEM
1000x) kanan (SEM 5000x) 35
Gambar 5.7 Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar gel stroberi kiri selama 2 jam 30
menit (SEM 1000x) dan kanan (SEM 5000x) 36
Gambar 5.8 Gambaran permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang telur ayam kiri(SEM
1000x) kanan (SEM 5000x) 36
Gambar 5.9 Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar gel stroberi kiri selama 3 jam (SEM
1000x) dan kanan (SEM 5000x) 37

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan teknologi bahan kedokteran gigi sangat pesat seiring dengan


peningkatan kebutuhan masyarakat akan cosmetic dentistry yang memperkenalkan
berbagai macam perawatan dalam mengatasi perubahan warna pada gigi. 1,2 Kebutuhan
pelayanan cosmetic dentistry meningkat disebabkan oleh keinginan penderita untuk
mendapatkan senyum yang lebih baik. Gigi yang putih dan bersih berhubungan
dengan gigi yang sehat dan akan memperindah senyum serta rasa percaya diri. Estetik
merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, perubahan warna gigi terutama
gigi anterior dapat menimbulkan masalah estetik gigi yang berdampak menurunkan
rasa kepercayaan diri dan mengurangi keindahan penampilan. Perubahan warna yang
terjadi dapat ditanggulangi dengan prosedur dental bleaching yang bisa menjadi
perawatan pilihan dalam mengatasi perubahan warna pada gigi. 1,2
Dental bleaching atau pemutih gigi adalah suatu prosedur pemutihan yang

umum dilakukan untuk mengembalikan warna gigi sampai mendekati warna asli gigi
secara kimiawi dengan mengunakan bahan oksidator dan reduktor dalam
mengembalikan faktor estetikya. Dental bleaching bertujuan mengembalikan estetik
gigi seseorang. Prosedur bleaching dapat dilakukan secara in-office bleaching atau
home bleaching dan dapat dilakukan dengan penggunaan senyawa, baik menggunakan bahan
kimia ataupun dengan bahan alam.2
Bahan kimia yang sering digunakan sebagai pemutih gigi adalah karbamid
peroksida dan hidrogen peroksida.3 Hidrogen peroksida adalah bahan aktif yang
terdapat pada pemutih gigi yang memiliki berat molekul rendah sehingga dapat
berpenetrasi ke dalam enamel dan dentin. Proses dasarnya melibatkan reaksi oksidasi
dan reduksi yang dapat mengubah pigment organik ke dalam air dan karbon
dioksida.3,4
Bahan alam, telah lama digunakan dibidang kesehatan untuk keperluan preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Pengobatan atau perawatan pilihan dengan menggunakan
tanaman obat di Indonesia saat ini lebih digalakkan, baik di bidang kedokteran atau
kedokteran gigi. Pemakaian tanaman untuk pengobatan perlu digali lebih mendalam,
khususnya sumber daya nabati Indonesia yang dikenal kaya dengan keanekaragaman
hayati. Upaya ini dilakukan seiring dengan anjuran pemerintah agar mengelola dan
memberdayakan segala sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Namun,
pengobatan atau perawatan pilihan harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah baik
dari segi manfaat maupun keamanannnya.5

Telah banyak dilakukan penelitian dengan memanfaatkan bahan alam karena hal

ini dianggap sangat bermanfaat karena sejak dahulu kala masyarakat telah percaya

bahwa bahan alam mampu mengobati berbagai macam penyakit dan jarang

menimbulkan efek samping yang merugikan dibanding dengan obat yang terbuat dari

bahan sintesis. Saat ini bidang kedokteran gigi telah memanfaatkan bahan alam

sebagai material klinis. Sebagian dari kita telah mengenal buah stroberi.5
Stroberi adalah salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk memutihkan
gigi yang disebabkan oleh perubahan warna secara ekstrinsik. Hal ini disebabkan
karena dalam buah stroberi terdapat asam elegat dan asam malat. Bagian buah stroberi
yang dapat memutihkan gigi yaitu buah dan daunnya. Reaksi yang terjadi pada
senyawa ini ialah reaksi oksidasi, asam elegat melepaskan elektron yang dapat
berikatan dengan zat yang dapat memberikan perubahan warna pada gigi menjadi
lebih putih.15

Dewasa ini banyak sekali bahan yang diproduksi dalam meningkatkan


remineralisasi enamel gigi seperti fluor, Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium
Phosphate (CPP-ACP) dan bahan biactive glass. Selain bahan-bahan tersebut ternyata
cangkang telur juga dapat meningkatkan remineralisasi enamel gigi.16
Kulit telur merupakan salah satu sumber CaCo3 (calcium carbonate) yang paling

besar dengan kadar yang mencapai 95%. Telur menghasilkan limbah berupa kulit

telur. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi limbah kulit telur

adalah dengan mengolah kulit telur tersebut menjadi senyawa kalsium. Hidroksiapatit

adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah ikatan yang

mengandung ion kalsium. Ion kalsium dikombinasikan dengan orthiphosphates,

pyrophosphates, hidrogen atau hidroksida. Ini adalah bahan utama dalam

pembentukan tulang dan enamel gigi.7


Untuk melihat efek terhadap morfologi enamel gigi maka alat yang digunakan
adalah Scanning Electron Microscope (SEM) karena memiliki perbesaran obyektif
yang mencapai satu juta kali sehingga mikroporositas enamel dapat terlihat.5
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui perubahan struktur enamel gigi
setelah aplikasi gel cangkang telur ayam.
1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
Apakah ada perubahan struktur enamel gigi setelah aplkasi gel cangkang telur ayam
menggunakan Scanning Electrone Microscopy (SEM) ?

2. Tujuan Penelitian
Mengetahui perubahan struktur enamel gigi setelah aplkasi gel cangkang telur ayam
menggunakan Scanning Electrone Microscopy (SEM).

3. Hipotesa

Terdapat perubahan struktur enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang telur ayam

menggunakan Scanning Electrone Microscopy (SEM)


4. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis :

1. Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman meneliti

dalam melakukan penelitian dan menulis.

2. Dapat dijadikan sebagai pengetahuan dasar untuk penelitian yang

lebih lanjut.

1. Bagi Bidang Ilmu Keodokteran Gigi : Memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu kedokteran gigi di masa yang akan datang.

2. Bagi Masyarakat : Meningkatkan pengetahuan baru bagi masyarakat

dalam kedokteran gigi estetik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Enamel
Enamel adalah lapisan putih, pada permukaan luar yang merupakan pelindung mahkota
anatomis. Sangat terkalsifikasi atau teremineralisasi dan merupakan substansi paling keras pada
tubuh manusia. Enamel memilliki ketebalan yang berbeda setiap bagian gigi. Pada permukaan
insisal dan oklusal, ketebalan enamel mencapai 2,5 mm dan semakin tipis pada bagian
servikal.8 Enamel berkembang dari organ email (ektoderm) dan merupakan produk dari sel-sel

epitelial khusus yang disebut ameloblas.14 Menurut penelitian yang dilakukan oleh McCracken
dengan menggunakan SEM permukaan enamel tanpa perlakuan bleaching menunjukkan
gambaran permukaan yang tidak begitu halus tetapi lapisan aprismatik pada permukaan enamel
dapat diamati secara menyeluruh (Gambar 1).9

Gambar 2.1. Gambaran SEM pada permukaan enamel gigi pada perbesaran 500x dan 2000x
1. Komposisi Enamel

Enamel merupakan struktur keras dalam tubuh. Kandungan enamel terdiri dari 96% bahan

anorganik dan 4% air, bahan organik dan jaringan fibrosa. Bahan anorganik ini terdiri beberapa

juta kristal hidroksi apatit yang mempunyai rumus kimia Ca10(PO4)6OH2. Termasuk juga terlihat

jelas sejumlah karbonat (4%), sodium (0,6%), magnesium (1,2%), dan sejumlah kecil fluorida

(0,01%).8

Enamel pada gigi mempunyai ketebalan yang berbeda pada tiap bagian dan bervariasi
diantara semua jenis gigi, maksimal 2,5 mm. Pada gigi permanen enamelnya lebih tebal dari gigi
sulung. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses remineralisasi sehingga mineral pada gigi
permanen lebih banyak dibandingkan gigi sulung. Enamel gigi sulung kurang teremineralisasi
hal ini juga menjelaskan warna gigi sulung lebih opak.10

Kalsium hidroksiapatit memiliki panjang sekitar 70 nm dan tebal 25 nm yang terdapat di

seluruh jaringan. Merupakan struktur hexagonal bila dilihat pada potongan sagital dan intinya

lebih larut dari pada jaringan di tepinya. Setiap unit sel kristalit terdiri dari kelompok hidroksil

dan dikelilingi oleh tiga ion fosfat. Enam Ion kalsium pada gugus kimia hexagonal dalam bentuk

ion fosfat. Pembentukan kristal merupakan proses yang sangat lambat dan melibatkan

intermediat yang berbeda hal ini menandakan bahwa perbedaan struktural dan stokiometri

berupa pembentukan awal berupa ion solid sampai pembentukan krislan yang terkahir memiliki

bentuk
yang berbeda pula. Octacalcium dianggap sebagai prekursor kristal hidoksiapatit yang terbentuk
paling akhir.10

Lain halnya dengan substitusi ion tersusun secara teratur pada permukaan enamel. Kristal

hidroksiapatit tersusun secara teratur dan terorganisir namun ada beberapa variasi substitusi ion.

Dalam hal ini, karbonat menggantikan fosfat atau hidroksil (sering terjadi pada fosfat). Hal ini

bergantung paa konsentrasi pCo2 laocal dan terjadi selama pembentukan (2% pada permukaan
dan 5% pada DEJ) sehingga kelarutannya lebih tinggi dibandingkan dengan hidroksiapatit murni.

Secara klinis, fluor dapat menggantikan ion hidroksil dan meningkatkan ketahanan terhadap

asam. Jumlah air pada enamel sekitar 3% berat enamel (sekitar 5-10% volume enamel).

Beberapa terletak diantara kristal dan mengelilingi bahan organik, namun ada pula yang berada

dalam kristal yang pembentukannya tidak sempurna dan sisanya dapat


membentuk lapisan kristal.11

2. Struktur Enamel

1. Enamel Rod (Prisma Enamel)


Enamel mengandung kalsium fosfat dalam bentuk nano hidroksi apatit heksagonal (HA). Kristal
enamel ini memanjang pada arah c-axis dan berbentuk bulat sampai oval pada prisma yang
memiliki panjang hingga 100µm dan memiliki lebar 50nm.8

Gambar 2.2. Skema Gigi Molar 8

Bagian dari enamel meliputi enamel rod dan rod sheath. Enamel rod atau prisma enamel
merupakan struktur utama dari enamel yang terbentuk enamel yang terbentuk dari kristal-kristal
hidroksiapatit. Rod sheath merupakan bagian luar enamel rod yang sebagian besar merupakan
substansi fibrosa organik.14Pada potongan melintang, batang enamel terlihat seperti lubang kunci
karena kepalanya yang mengarah ke mahkota gigi, sedangkan bagian bawah megarah pada akar
gigi. B atang enamel atau enamel rod, berjalan dari perlekatan enamel – dentin (dentinoenamel
junction) sampai ke permukaan gigi dengan interrod substance di antaranya. Kristal pada batang
enamel disebut interprismatic atau interrod (yang
warna kuning). Perbedaan keduannya adalah terletak pada orientasi kristal. Pada kristal yang
berbentuk batang, panjang sumbu kristal berjalan paralel atau sejajar terhadap sumbu
longitudinal prisma tersebut (enamel rod), sementara sumbu a dan b berada pada setiap
sudut.16,17 Kemiringan sumbu kristal interrod sekitar 40o-65orelatif terhadap arah sumbu kristal
batang. Kristal-kristal pada batang enamel dan inter rod enamel dipisahkan oleh sarung batang
atau rod sheath (yang berwarna biru).8

Gambar 2.3. a). Prisma enamel berbentuk keyhole b) Potongan melintang batang enamel pada tahap
amelogenesis gambar diambil dengan SEM.16

Pola hidroksiapatit adalah kerangka pergantian ion dapat terjadi dan dapat mengakomodasi
berbagai atau pergantian tanpa perubahan drastis, efek struktural utama yang dihasilkan dari

pergantian ion sederhana, seperti pergantian ion kalsium tetrahedral, trivalen anion atau hidroksil

kelompok dengan anion monovalen lain adalah gangguan susunan atom terutama yang berasal

dari perbedaan di jari-jari ionik. Meskipun struktur apatit diawetkan, kimia dan fisik seperti

gangguan yang menyertai pergantian ion secara substansial dapat mempengaruhi sifat kimia dan

fisika enamel. Salah satu contoh pergantian dari beberapa gugus hidroksil hydroxyapatites oleh

ion fluoride, telah banyak dipelajari dan penting khusus untuk


kedokteran gigi.9

2. Garis Retzius
Gambar 2.4. Struktur pola hidroksiapatit 9
Garis retzius atau Striae of retzius adalah garis pertumbuhan incremental line. Garis ini

membantuk variasi pada struktur dan mineralisasinya. Pada mikroskop cahaya, sebagian besar

garis retzius dapat diamati pada gigi permanen. Cross-striae garis menggambarkan ritme harian

dalam produksi enamel, periode waktu ritme garis retzius dapat ditentukan dengan menghitung

jumlah cross-striae diantara dua garis. Susunan garis retzius ini terbagi atas dua tahap yakni pada

tahap cusp. Pada


tahap ini garis retzius belum mencapai permukaan enamel dan tahan imbricational, pada tahap
ini garis retzius sudah mencapai permukaan enamel untuk mengahsilkan perykimata atau dengan
kata lain garis ini terlohat jelas pada gigi permanen tapi kurang jelas pada gigi susu setelah lahir
dan jarang pada gigi susu sebelum lahir. 10

Gambar 2.5. Cross striae (panah putih)19

2. Pemutih Gigi

Pemutih gigi atau bleaching adalah pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai
mendekati warna gigi asli secara kimiawi dengan menggunakan bahan oksidator dan reduktor
yaitu peroksida dalam mengembalikan estetiknya. Bleaching merupakan alternatif konservatif
untuk mengembalikan fungsi estetik dari gigi yang mengalami perubahan warna sehingga dapat
dicapai warna yang lebih terang3. Ada bermacam-macam bahan pemutih gigi yang digunakan,
baik untuk pemutihan gigi secara interna ataupun eksternal masing-masing untuk gigi vital
maupun gigi non- vital.13
1. Teknik Pemutih Gigi
Ada tiga pendekatan dasar dalam melakukan dental bleaching pada gigi yang masih vital
yaitu: in-office bleaching, home bleaching, dan bleaching Over the Counter (OTC).13
1. In Office Bleaching

In-office bleaching menggunakan konsentrasi tinggi 25-40% hidrogen peroksida. Di sini,


dokter gigi yang mengontrol seluruh prosedur yang dilakukan di klinik termasuk mengontrol

atau menghentikan prosedurnya ketika sudah merasa cukup terhadap perawatan dental bleaching
.Dalam prosedur ini, jaringan lunak dilindungi menggunakan rubberdam agar tidak berkontak
langsung dengan gel pemutih gigi, setelah itu gel pemutih gigi diaplikasikan pada permukaan
gigi. (PowellandBales, 1991) lalu dilanjutkan dengan penyinaran selama satu jam. Perbedaan
jenis lampu dalam melakukan penyinaran seperti halogen, busur plasma, Xe-halogen light (Luma
Arch), diodelasers dan metaldehide yang digunakan dalam mempercepat mekanisme pemutihan

gigi. Teknik in-office bleaching tidak signifikan bila hanya dilakukan sekali saja, tetapi
perawatan berulang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang optimal.13
2. Teknik Home Bleaching

Teknik home-bleaching (perawatan yang dilakukan di rumah dengan pantauan


dokter gigi) melibatkan konsentrasi bleaching yang rendah (10-20% karbamid
peroksida yang setara dengan 3,5-6,5% hidrogen peroksida). Umumnya, dianjurkan
konsentrasi 10% karbamid peroksida selama 8 jam per hari dan 15-20% karbamid
peroksida selama 3-4 jam per hari. Perawatan ini dilakukan oleh pasien sendiri tetapi
masih dalam pengawasan dokter gigi. Keuntungan sistem ini adalah aplikasinya yang
relatif mudah yaitu dengan menggunakan snedok cetak khusus (tray), biaya yang lebih
terjangkau, secara umum dapat diterima pasien dasi semua kelas sosial- ekonomi,
lebih aman digunakan dan persentase kesuksesan yang tinggi. Keberhasilan tersebut
dipengaruhi oleh lamanya kontak dengan permukaan gigi, konsentrasi, dan
durasi.14
Walaupun pasien dapat melakukan prosedur pemutihan gigi sendiri di rumah,

konsentrasi yang digunakan juga telah ditetapkan dan disetujui oleh American Dental

Association (ADA) yang aman dan efektif untuk pemakaian di luar klinik gigi. Selain

itu perubahan warna juga dipengaruhi oleh ketekunan pasien dan hasilnya juga

kadang tidak memuaskan karena beberapa pasien yang jarang melaksanakan prosedur

yang telah dianjurkan oleh dokter gigi. Lain halnya dengan pemakaian secara rutin

yang dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi, sehingga prosedur home bleaching ini

harus dipahami oleh pasien.14

2.2.1.3. Teknik Over the Counter

Teknik over the counter merupakan teknik yang populer dalam pemutihan gigi.
Konsentrasi rendah digunakan dalam teknik ini yaitu 3-6% hidrogen peroksida dan
dilakukan sendiri oleh pasien. Produk over the counter tersedia dalam bentuk obat
kumur, pasta gigi, permen karet yang mengandung bahan pemutih gigi. Produk ini
digunakan dua kali sehari selama dua minggu. Menurut Kugel (2003) teknik over the
counter berkembang pesat dalam pasar. Namun, agen pemutih gigi ini terbilang aman
karena telah disetujui oleh Food and Drug Administration.13
1. Stroberi sebagai Pemutih Gigi

Stroberi adalah salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk memutihkan gigi yang

disebabkan oleh perubahan warna secara ekstrinsik. Hal ini disebabkan karena dalam buah

stroberi terdapat asam elegat dan asam malat. Bagian buah stroberi yang dapat memutihkan gigi

yaitu buah dan daunnya. Reaksi yang terjadi pada senyawa ini ialah reaksi oksidasi, asam elegat

melepaskan elektron yang dapat berikatan dengan zat yang dapat memberikan perubahan warna

pada gigi menjadi lebih putih. Terdapat perbedaan elektronegativ antara O dan H+ yang lebih

besar bila dibandingkan dengan CO- dan OH- pada gugus COOH yang menyebabkan gugus OH
akan lebih mudah putus dan menghasilkan radikal Ha+ yang berikatan dengan molekul C tersier

yang terdapat pada gigi yang mengalami perubahan warna. Ikatan ini menyebabkan terjadinya

konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada molekul organik email sehingga

terbentuk molekul organik email dengan struktur tidak jenuh, setelah radikal H+ dilepaskan,

maka asam elegat melepaskan empat radikal OH- yang dapat mengganggu struktur tidak jenuh

dari email tersebut menjadi struktur jenuh dengan warna yang lebih terang.15

2. Pengaruh Bleaching terhadap Enamel

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat perubahan morfologi enamel dan dentin

terhadap karbamid peroksida 10% juga terhadap hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida

memiliki potensi yang berpengaruh pada enamel, karena pH-nya yang asam. Konsentrasi 30%

dapat menurunkan kekerasan enamel dan dentin, yaitu 5 menit pada dentin dan 15 menit pada

enamel. Dengan penambahan waktu kontak selama satu minggu, terbukti dapat menurunkan

rasio kalsium dan phosphor di

enamel, dentin dan sementum sehingga mengindikasikan terjadinya mineralisasi. Beberapa

penelitian menyatakan bahwa terjadi sedikit perubahan morfologi enamel pada pH yang

bervariasi. Penelitian secara in vitro yang menguji bahan pemutih hidrogen peroksida 6%

terhadap enamel menyatakan bahwa pengikisan enamel akibat penggunaan bahan tersebut masih

dapat diterima. Karbamid peroksdia secara signifikan tidak memberikan pengaruh pada jaringan

enamel dan dentin. Karbamid peroksida 10% menurunkan kekuatan mikrodentin tetapi

meningkat kembali setelah 14 hari akibat remineralisasi saliva. Efek terhadap dentin dan

sementum dipengaruhi juga oleh waktu kontak dan konsentrasi. Pengamatan secara klinis,

teraadap bahan pemutih karbamid peroksida memperlihatkan tingkay bervariasi dalam

sensitivitas gigi yang timbul pada 24-48 jam setelah pemutihan. Sementara pada penelitian

secara in vivo, karbamid peroksida 10% dengan teknik home bleaching, ternyata
tidak terdapat perubahan pulpa irreversible.17
2.4.1 Pelepasan Mineral Enamel

Bahan pemutih gigi seperti karbamid peroksida pada konsentrasi 6-35% w/v (H2 O2) -2to

12%w/v bilamana larut pada air atau saliva akan menghasilkan hidrogen peroksida dan urea

yang akan menjadi air, oksigen, karbon dioksida dan amonia. Hal ini mengakibatkan penurunan

pH bahan bleaching yang membuat pH semakin asam sehingga berpengaruh terhadap larutnya

mineral pada permukaan enamel. Begitupula hidrogen peroksida menghasilkan radikal bebas

dan perhydroxyl ion untuk menyamarkan noda atau kromophor pada permukaan enamel.

Larutnya mineral enamel juga diakibatkan karena interaksi ion hidrogen dan hidroksiapatit.

Adapun reaksi kimianya sebagai berikut 17 :


Ca10(PO4)6(OH)+8H+

10Ca2+6HPO42-+2H2O

Hal ini memunjukkan penurunan jumlah kalsium dan fosfor pada permukaan enamel setelah
dilakukan bleaching menggunakan karbamid peroksida 10% sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jose (2010).16
3. Cangkang Telur Ayam

Telur merupakan lauk yang banyak dikosnsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Potensi

limbah cangkang telur di Indonesia cukup besar, menurut data Direktorat Jenderal Peternakan

tahun 2013, produksi telur ayam ras petelur dan buras di Indonesia pada tahun 2012 sebesar

1.337.030 ton pertahun. Sekitar 10% dari telur merupakan cangkangnya, sehingga dihasilkan

sekitar 133.703 ton cangkang telur per tahunnya. Selain itu cangkang telur mengandung sekitar

94-97% CaCO3 (calcium carbonat) sehingga berpotensi untuk digunakan dalam mensintesis

hidroksiapatit.17
Bagian telur paling luar merupakan lapisan paling keras setebal 0,2-0,4 mm dan
mengandung kalsium karbonat berfungsi melindungi bagian dalam telur. Pada kulit telur terdapat
pori-pori yang dapat dilalui udara warnanya bervariasi mulai dari putih sampai kecoklatan, telur
bebek berwarna biru kehijauan dan telur puyuh berwarna dasar putih dengan bercak-bercak
cokelat putih.18

Gambar 2.6. Cangkang Telur

Kulit telur merupakan sumber CaCO3 (kalsium karbonat) yang paling besar dengan kadar
yang mencapai 95%. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi limbah kulit
telur adalah dengan mengolah limbah kulit telur menjadi serbuk hidroksiapatit. Hidroksiapatit
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah ikatan yang mengandung ion
kalsium yang dapat dikombinasikan dengan orthophosphates, phyrophosphates, hidrogen atau
hidroksida yang merupakan bahan utama dalam pembentukan tulang dan enamel gigi, sehingga
disebut sebagai biomaterial.19

Cangkang telur ayam memiliki tiga lapisan yaitu kutikula, lapisan stratum dan lapisan

membran. Masing-masing lapisan tersebut memiliki kandungan kimia tertentu. Kutikula

merupakan lapisan terluar yang memiliki ketebalan µmdan sluran pori, serta berfungsi

melindungi telur dari kelembaban, mikroorganisme dan membantu pertukaran gas yang akan
mesuk ke dalam telur. Lapisan ini mudah terkelupas oleh adanya asam lemah atau larutan
pengkompleks logam ataupun pencucian menggunakan air. Lapisan kutikula mengandung 90%

protein

dansejumlah kecil karbohidrat dan lemak. Protein tersebut mengandung glisin, asam glutamat,

lisin, sistin dan tiroasin sedangkan karbohidratnya meliputi heksoamin, galaktosa, manosa,

glukosa dan asam sialat. Lapisan stratum adalah campuran dari matriks protein yang dibuat

sebelum dekomposisi kalsium karbonat, terdiri atas lapisan vertikal, palisade dan lapisan

mammilari. Seluruh lapisan mengandung 95% zat anorganik (kalsium karbonat), 3,3% protein

dan 1,6% air lembab. Lapisan kristal tersiri atas kristal pendek dan tipis yang tersusun secara
vertikal, sedangkan lapisan palisade sanfat rapat dan keras karena struktur kristalnya terbrntuk

dari kalsifikasi dari kalsium karbonat yang mengandung sejumlah kecil magnesium, bergabung

dengan kolagen mambentuk suatu amtriks spons. Lapisan membran terdiri dari membran luar

dan dalam, terdiri dari 70% senyawa organik, 10% senyawa anorganik
dan 20% air.20

Tabel 2.1. Komposisi nutrisi cangkang telur 21

Nutrisi Kandungan (% berat)


Air,% 29-35
Protein,% 1,4-4
Kalsium,% 35,1-36,4
CaCo3,% dari total Ca 90,9
Phosphorus,% 0,12
Magnesium,% 0,37-0,40
Pottasium,% 0,10-0,13
Sulphure,% 0,09-0,19
Alanin,% 0,45
Arginine,% 0,56-0,57
Asam aspartic,% 0,83-0,87
Csytine,% 0,37-0,41
Asam glutamic,% 1,22-1,26
Glycine,% 0,48-0,51
Histidine,% 0,25-0,30
Isoleucine,% 0,34
Leucine,% 0,57
Lycine,% 0,37
Methionine,% 0,28-0,29

Phenilalanine,% 0,54-0,62
Proline,% 0,64-0,65
Serine,% 0,45-0,47
Thereonine,% 0,45-047
Tyrosine,% 0,25-0,26
Valine,% 0,54-0,55

Tabel 1 memperlihatkan bahwa kalsium (Ca) yang dibutuhkan dalam sintesis mineral apatit
banyak terdapat dalam sintesa mineral apatit banyak terdapat pada kulit telur ayam berupa
kalsium karbonat (CaCO3) sebesar 90.9%. Komposisi utama cangkang telur adalah kalsit, yaitu
bentuk kristalin dari kalsium karbonat (CaCo3). Bobot rata-rata sebuah cangkang telur adalah
sekitar 5 gr dan 40% adalah kalsium. Sebagian besar kalsium dalam cangkang telur adalah
mengendap dalam waktu 16 jam. Berdasarkan hasil penelitian, serbuk kulit telur ayam
menagndung kalsium sebesar 401±7,2 gram atau sekitar 39% kalsium dalam bentuk kalsium
karbonat. Terdapat pula strontium sebesar 372±161µg, zat-zat beracun seperti Pb, Al, Cd dan Hg
terdapat dalam jumlah yang kecil, begitu pula dengan B, Fe, V, Zn, P, Mg, N, F, Se, Cu dan Cr.21
4. Remineralisasi Enamel Gigi

Remineralisasi adalah proses perbaikan alami untuk mengembalikan mineral yang


hilang dalam bentuk ion mineral hidroksiapatit. Remineralisasi menyebabkan
hilangnya ion kalsium, fosfat dan fluor yang akan tergantikan dengan ion fluorapatit.
Ion ini lebih tahan terhadap asam sehingga lebih menguntungkan permukaan enamel
gigi. Oleh karena itu kristal apatit pada permukaan enamel yang telah teremineralisasi
lebih tahan terhadap asam organik. Hal ini berlangsung hingga pH rongga mulut
kembali normal. Sebaliknya bila pH dalam rongga mulut meningkat maka kalsium,
mineral, fosfat dan ion fluor dalam bentuk fluorapatit akan kembali
ke struktur gigi sehingga menyatu dan membentuk kristal heksagonal yang lebih
besar. Saliva dan fluor merupakan kunci dari proses remineralisasi.16
Tubuh kita memperoleh karbon dioksida yang berasal dari udara maupun saliva
untuk membuat ringan, asam, dan asam karbonat. Asam karbonat merupakan pusat
dari proses remineralisasi alami. Sama halnya dengan asam lainnya asam karbonat
dapat melarutkan mineral yang terdapat dalam saliva, namun tidak seperti asam kuat
lainnya, asam karbonat sangat cepat mengkonversi menjadi karbon dioksida dan air.
Ketika hal ini terjadi, ion mineral yang terlarut mengendap dan menutup kembali
ruangan dari kristal yang sudah terdemineralisasi. Adapun persyaratan bagi bahan
remineralisasi yang ideal yaitu dapat berdifusi ke substansi atau memberikan kalsium
dan fosfat pada permukaan enamel, tidak memicu pembentukan kalkulus, bekerja
pada pH asam dan meningkatkan remineralisasi saliva. Bahan yang paling sering
digunakan unutk meningkatkan proses remineralisasi adalah fluoride, xylitol, casein
phospho peptide-amorphous calcium phosphate (CPP-ACP), tricalcium
phosphate dan bioactive glas. Remineralisasi ion fluoride dimulai dengan
mengendapnya ion fluoride dengan kalsium yang akan membentuk fluorapatit (FAP).
Ion fluor menggantikan ion-ion hidroksil pada struktur hidroksiapatit yang telah larut,
sehingga membuat enamel lebih tahan terhadap asam karena ikatan ini lebih stabil. 16

Fluoride pada saliva tidak hanya menurunkan pH kritis tetapi juga menghambat
laju demineralisasi karena adanya kalsium floride yang mengendap pada permukaan
enamel.16
Selain itu material hidroksiapatit juga dapat disitensis dari semua bahan yang
mengandung banyak kalsium diantaranya yaitu cangkang kerang, tulang sapi, tulang
ikan dan cangkang telur. Cangkang telur tersusun dari 94% CaCO3, 1% MgCO3, 1%
CaPO4, sisanya dalah bajan organik. Khususnya cangkang telur ayam negeri yang
memiliki kadar kalsium terbanyak sebesar 70,84% dibandingkan dengan cangkang
telur puyuh sebesar 55,46%, dan cangkang telur bebek sebesar 53,60%. Serbuk kulit
telur ayam mengandung kalsium sebesar 401±7,2 gram atau sekitar 39% kalsium,
dalam bentuk kalsium karbonat.18
2.7. Scanning Elecrone Microscope (SEM)

SEM merupakan singkatan dari Scanning Electron Microscope adalah sebuah


mikroskop yang menggunakan elektron cahaya dalam menghasilkan sebuah gambar.
Sejak awal tahun 1950, mikroskop elektron telah banyak digunakan pada bidang
kedokteran dan memungkinkan para peneliti untuk melihat spesimen dengan jelas.5
SEM memiliki banyak keuntungan bila dibandingkan dengan mikroskop pada

umumnya. SEM memiliki jarak pandang luas dan lebih fokus yang memungkinkan

spesimen dapat diamati pada waktu yang bersamaan. SEM memiliki resolusi tampilan

gambar yang tinggi. Karena SEM menggunakan elektromagnetik, para peneliti juga

bisa mengontrol tingakat perbesaran objek yang diteliti. Semua keunggulan, serta

tampilan gambar yang sangat baik membuat SEM menjadi salah satu instrumen yang

banyak diminati dalam melakukan penelitian.23

Prinsip kerja SEM mirip dengan mikroskop optik, anmun memiliki perangkat yang
berbeda. Pertamam berkas elektron disejajarkan dan difokuskan oleh magnet yang
difokuskan oleh magnet yang di desain khusus berfungsi sebagai lensa. Energi
elektron biasanya 100keV yang menghasilkan panjang gelombang kira-kira0.04 nm.
Spesimen sasaran sangat tipis agar berkas yang dihantarkan tidak diperlambat atau
dihamburkan terlalu banyak. Bayangan akan di proyeksikan ke layar pendar atau
film. Berbagai distorsi yang terjadi akibat masalah pemfokusan dengan lena megnetik
membatasi resolusi hingga sepersepuluh nanometer.5
Gambar 2.7. Skema kerja SEM (Scanning Electron Microscopy)

Detektor mengumpulkan X-Ray, backscattered electron dan secondary


electron dan mengubahnya menjadi sinyal yang dikirim ke sebuah layar yang mirip
dengan layar televisi. Hal ini menghasilkan gambar akhir.23

Gambar 2.8. Detektor pada SEM

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP


1. Kerangka teori

Enamel

Ca10(PO4)6OH2

Pemutih Gigi

Over the counter


In-Office Bleaching
Home Bleaching
Gel Stroberi

Asam Elegat

Asam Malat

Demineralisasi

Kalsium Karbonat
Pengaplikasian gel cangkang telur ayam

Remineralisasi

SEM
(Scanning Electrone Microscopy)
Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Kandungan cangkang telur

ayam : Variabel yang tidak diteliti : Kandungan buah

: Reaksi reduksi

: Bingkai penelitian

22
2. Kerangka konsep
Pemutih Gigi Alami

Gel Stroberi

Ca10(PO4)6(OH2) 10Ca2+6HPO42-+2H2O
Pelepasan mineral enamel gigi

Pengaplikasian cangkang telur ayam

Terjadi remineralisasi enamel gigi

Durasi pengaplikasian
Keterampilan operator SEM
SEM

Remineralisasi
Keterangan:

Variabel Sebab Variabel Akibat

Variabel Kendali Variabel Antara

23

BAB IV METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian adalah experimental laboratoris

2. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian adalah post test control group design.

3. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Oral Biology Universitas Hasanuddin untuk

melakukan pemotongan sampel gigi, Laboratorium Biologi Universitas Negeri Makassar untuk

pembuatan gel cangkang telur ayam dan Laboratorium Fisika Biomaterial Universitas Negeri

Makassar untuk analisis struktur enamel gigi.


2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret- Juni 2016

4. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi insisivus sentralis rahang atas

manusia yang telah diekstraksi. Sampel gigi yang diekstraksi, dibersihkan dan

direndam pada larutan normal saline, kemudian dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Jumlah sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 sampel gigi.

2. Kriteria sampel 4.4.2.1.Kriteria inklusi


1. Gigi insisivus rahang atas.

2. Gigi setelah perawatan bleaching.

3. Dicabut karena alasan periodontal.

4. Mahkota gigi baik dan utuh (tidak ada karies, tidak atrisi, tidak abrasi, dan tidak erosi).
5. Gigi tidak ada tambalan.

4.4.2.2. Kriteria eksklusi

1. Gigi pernah mengalami perawatan saluran akar.

2. Gigi pernah mengalami perawatan ortodonti cekat.

3. Gigi yang fraktur.

4. Gigi yang terdapat anomali pada struktur seperti hypoplasia email.

1. Variabel penelitian

1. Variabel menurut fungsinya

1. Variabel sebab : Gel stroberi dan gel cangkang telur ayam

2. Variabel akibat : Remineralisasi struktur enamel gigi

3. Variabel kendali : Prosedur dan durasi pengaplikasian cangkang telur ayam dan operator

SEM
4. Variabel tak terkendali : Variasi komposisi dan struktur gigi.

5. Variabel moderator : Jenis cangkang telur ayam.

6. Variabel random : Cara penyimpanan cangkang telur ayam.

1. Definisi operasional

a. Gel cangkang telur ayam adalah sediaan bermassa lembek berupa suspensi yang terbuat dari
cangkang telur sebagai bahan baku untuk sintesis hidroksiapatit yang berasal dari kalsium oksida
yang diperoleh dari kalsinasi yang dibuat di Laboratorium Fisika Material Universitas Negeri

Makassar.

1. Struktur enamel gigi adalah adalah tampilan permukaan enamel berupa

prismatik enamel secara mikroskopik yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan Scanning

Electrone Microscope (SEM).

2. Pemutihan gigi adalah proses pemutihan gigi pada sampel dengan

menggunakan gel buah stroberi.

3. Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah sebuah mikroskop elektron


yang memiliki kemampuan untuk memperlihatkan mikrostruktur permukaan email sampel

penelitian. SEM memiliki perbesaran 10-30.000 kali. Penelitian ini menggunakan pembesaran

2.000 kali dan 5.000 kali.

4. Kekasaran permukaan email adalah tampak permukaan email yang

tidak rata (irreguler).

5. Remineralisasi adalah proses perbaikan senyawa anorganik kristal

hidroksiapatit dengan cara penambahan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah

kehilangan mineral.
2. Kriteria penilaian

remineralisasi enamel telah terjadi. Pengamatan sampel dilakukan dengan

menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM).

1. Bahan dan alat penelitian


1. Bahan penelitian

Kriteria penilaian sampel dengan cara membandingkan struktur permukaan enamel


gigi yang telah diaplikasikan gel stroberi sebagai bahan pemutih gigi dengan sampel
yang telah diaplikasikan dengan gel cangkang telur ayam. Semakin kecil kedalaman
mikroporositas menunjukkan kalsium dan fosfor yang berasal dari gel cangkang telur
ayam terisi pada mikroporositas enamel, dengan demikian

1. Gigi insisivus sentralis rahang atas yang telah diaplikasikan gel stroberi

2. Gel cangkang telur

3. Bubuk pumice

4. Larutan normal saline

5. Air suling

6. Aquades

4.8.2. Alat penelitian

1. Mikromotor dan handpiece


2. Bur brush

3. Mikrobrush

4. Carborundum disc

5. Tissue

6. Air blower (pus-pus)

7. Jangka sorong atau penggaris

8. Spidol hitam permanen

9. Wadah plastik kecil

10. Scanning Electron Microscopy (SEM)

1. Prosedur penelitian

1. Sintesis Ca10(PO4)6(OH2) dari cangkang telur ayam

1. Limbah cangkang telur ayam dibersihkan dibawah air mengalir


dan dipisahkan dari selaput membran kemudian dikeringkan pada temperatur ruang.
2. Selanjutnya sampel tersebut dihaluskan menggunakan blender.
Setelah itu sampel tersebut dikalsinasikan pada temperatur 1000oC selama 5 jam.

3. Kalsium oksida (CaO) hasil kalsinasi di suspensikan ke dalam

100ml aquades dengan konsentrasi Ca sebesar 0,5M.


4. Setelah itu, larutan (NH4)2 HPO4 0,3M sebanyak 100 ml
dimasukkan setetes demi setetes ke dalam suspensi CaO pada temperatur 40oC sambil larutan
diaduk dengan magnetic strirrer dan dibiarkan selama 24 jam pada temperatur ruang.
5. Kemudian presipitat yang terbentuk disaring dengan
kertas whattman 42 dan dikeringkan pada temperatur 110oC selama 5 jam. Selanjutnya, sintering
dilakukan terhadap presipitat kering untuk memperoleh senyawa Ca10(PO4)6(OH2) pada suhu
800oC selama 1 jam.

Gambar 4.1. Presipitat diaduk menggunakan magnetic stirrer dan didiamkan selama 24 jam

2. Pembuatan Gel dari cangkang telur ayam.


Karbopol 0.4 gr didispersikan dimasukkan kedalam lumpang, lalu ditambahkan air suling

9.82 ml diaduk cepat sampai terbentuk larutam jernih, kemudian ditambahkan larutan NaOH

10% sebanyak 0.56 ml diaduk pelan sehingga berbentuk massa seperti gel. Nipagin 0.02 gr

dilarutkan dalam etanol 96% sebanyak 0.1 gr dan dimasukkan ke dalam basis gel. Serbuk

hidroksiapatit 2,8 gr dimasukkan ke dalam basis yang telah berbentuk gel dan diaduk sampai

homogen.

Gambar 4.2. Basis gel yang telah dicampur dengan serbuk hidroksiapatit

3. Persiapan sampel

1. Sampel gigi yang baru diekstraksi disimpan di dalam larutan

normal saline untuk menjaga kondisi gigi agar tidak rusak.

2. Bersihkan permukaan mahkota gigi dari debris, kalkulus dan

kotoran lainnya dengan menggunakan bur brush dan pumice.

3. Gigi dibilas dengan aquadest. Masukkan seluruh gigi ke dalam

wadah yang berisi aquadest. Lakukan pengulangan sebanyak dua kali sehingga permukaan gigi

menjadi bersih.

4. Ambil gigi satu per satu menggunakan pinset, lalu keringkan

menggunakan tissue dan air blower (pus-pus).


5. Setelah dikeringkan, dilakukan pemotongan antara mahkota dan akar menggunakan carborundum

disc.
4. Pengaplikasian gel cangkang telur sebagai bahan remineralisasi gigi.

Sampel disimpan pada wadah plastik dan ditanam menggunakan dental


investmen agar memudahkan saat pengaplikasian gel cangkang telur ayam. Sampel
diaplikasikan gel cangkang telur ayam yang sebelumnya diolesi dengan gel stroberi
dengan range waktu yang berbeda yakni 1 jam, 1 jam 30 menit, 2 jam, 2 jam 30 menit
dan 3 jam. Pada tiap range waktu diaplikasikan gel cangkang telur ayam selama
delapan jam berturut-turut hingga dua minggu.

aplikasian gel cangkang telur ayam pada sampel setelah diaplikasikan gel cangkang telur ayam.

1.9.7. Pengamatan sampel

Sampel diamati kembali menggunakan Scanning Electron Microscopy dengan


pembesaran 1000x.
1. Data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan yaitu data primer.

1. Penyajian data

Penyajian data dalam bentuk narasi.


2. Analisis data

Analisis data yang digunakan yaitu analisis gambar akan disajikan dalam bentuk
narasi.

BAB V HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh gel cangkang telur ayam
terhadap permukaan enamel gigi berupa kekasaran enamel gigi
setelah bleaching menggunakan gel cangkang telur ayam yang diamati
menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah gigi insisvus rahang atas yang telah diekstraksi karena alasan
penyakit periodontal di Kota Makassar. Gigi insisivus rahang atas dipilih karena gigi
ini merupakan gigi anterior dan sangat mempengaruhi fungsi estetika seseorang.
Sampel ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel yang digunakan
terlebih dahulu dibersihkan menggunakan aquades untuk menghilangkan debris dan
kotoran yang melekat lainnya. Setelah itu diaplikasikan bahan pemutih gigi berupa gel
stroberi pada permukaan labial lalu didiamkan pada range waktu yang berbeda yakni
1 jam, 1 jam 30 menit, 2 jam, 2 jam 30 menit dan 3 jam, setelah itu dioleskan gel
cangkang telur ayam sebagai bahan remineralisasi gigi dengan waktu pemaparan 2
minggu berturut-turut. Sampel kemudian diamati dengan menggunakan Scanning
Electrone Microscope (SEM) pada perbesaran 1000x. Data dianalisa dengan dengan
membandingkan peermukaan setiap sampel berupa kekasaran permukaan enamel gigi
sebelum dan sesudah pengaplikasian gel cangkang telur ayam.
1. Gambaran struktur permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel stroberi
mbaran permukaan enamel gigi yang terpapar gel stroberi kiri (SEM 1000x) dan kanan (5000x) seama 1 jam.

2. Gambaran struktur permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang


telur ayam

Gambar 5.2. Gambaran permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang telur ayam kiri(SEM 1000x) kanan
(SEM 5000x)
3. Gambaran struktur permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel stroberi
Gambar 5.3 . Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar gel stroberi kiri(SEM 1000x) dan kanan (SEM
5000x) selama 1 jam 30 menit

4. Gambaran permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel caangkang telur ayam

Gambar 5.4 .Gambaran permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang telur ayam kiri (SEM 1000x) dan
kanan (5000x)
5. Gambaran struktur permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel stroberi
ambaran permukaan enamel gigi yang terpapar oleh gel stroberi kiri (SEM 1000x) dan kanan (SEM 5000x) selama 2 jam

6. Gambaran struktur permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang


telur ayam

Gambar 5.6. Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar dengan gel cangkang telur ayam kiri (SEM 1000x)
dan kanan (SEM 5000x)
7. Gambaran struktur permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel stroberi
Gambar 5.7. Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar gel stroberi kiri (SEM 1000x) dan kanan (SEM
5000x) seama 2 jam 30 menit

8. Gambaran struktur permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel cangkang

telur ayam.

Gambar 5.8 . Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar dengan gel cangkang telur ayam kiri (SEM 1000x)
dan kanan (SEM 5000x)
9. Gambaran struktur permukaan enamel gigi setelah aplikasi gel stroberi
Gambar 5.9. Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar gel stroberi kiri (SEM 1000x) dan kanan (SEM
5000x) selama 3 jam

10. Perubahan struktur enamel gigi setelah pengaplikasian gel cangkang telur

ayam

Gambar 5.10.Gambaran permukaan enamel gigi yang terpapar dengan gel cangkang telur ayam kiri (SEM 1000x)
dan kanan (SEM 5000x)

Hasil analisis SEM pada gambar 5.1, sampel merupakan permukaan struktur gigi
yang diberi pengaplikasian gel stroberi selama 1 jam. Tampak pada perbesaran 1000x
dan 5000x dengan SEM terlihat prisma enamel / enamel rod serta pemukaan yang
kasar.
Pada gambar 5.2, sampel merupakan permukaan struktur gigi yang telah
diaplikasikan gel cangkang telur ayam setelah sebelumnya diberi perlakuan
pengolesan gel stroberi selama 1 jam. Tampak pada perbesaran 1000x dan 5000x
dengan SEM permukaan lapisan prisma enamel / enamel rod tidak lebih besar dan
kerusakan tidak lebih buruk daripada saat diberi perlakuan gel stroberi.
Pada gambar 5.3 hasil analisis SEM diatas menunjukkan struktur gigi yang telah
diaplikasikan gel stroberi selama 1 jam 30 menit. Tampak lapisan prismatik yang
berwarna lebih gelap pada bagian tengahnya.
Pada gambar 5.4 hasil analisis SEM diatas menunjukkan struktur gigi yang telah
diaplikasikan gel cangkang telur ayam selama 1 jam 30 menit. Tampak lapisan
prismatik tetap ada tetapi tidak jauh berbeda dengan warna sekitarnya, yang berarti
kerusakan tidak terlalu dalam.
Pada gambar 5.5 hasil analisis SEM diatas menunjukkan permukaan struktur
enamel gigi setelah pengaplikasian gel stroberi selama 2 jam pada perbesaran 10
00x dan 5000x. Tampak struktur gigi kerusakannya tidak begitu nyata namun
kekasaran masih nampak dan beberapa porositas.
Pada gambar 5.6 hasil analisis SEM diatas menunjukkan permukaan struktur
enamel gigi setelah pengaplikasian gel cangkang telur ayam. Tampak porositas
tertutup walaupun ada beberapa bagian yang masih terlihat jelas porositas dan lapisan
prisma enamel diskitarnya.
Pada gambar 5.7 Hasil analisis SEM diatas menunjukkan struktur permukaan gigi
setelah pengaplikasian gel stroberi selama 2 jam 30 menit pada perbesaran 1000x dan
5000x. Tampak terlihat fissure dan lapisan prisma enamel dengan kedalaman yang
dangkal.
Pada gambar 5.8 Hasil analisis SEM diatas menunjukkan struktur permukaan gigi
setelah pengaplikasian gel cangkang telur ayam. Tampak permukaan struktur enamel
gigi kembali halus dengan sedikit goresan yang dangkal yang menunjukkan adanya
enamel intact walaupun masih ada porositas di sekitarnya.
Pada gambar 5.9 hasil analisis SEM diatas menunjukkan struktur permukaan
enamel setelah pengaplikasian gel stroberi selama 3 jam dengan perbesaran SEM
1000x dan 5000x. Tampak bagian tengah enamel rod atau lapisan prisma enamel
sedikit lebih gelap dari bagian tepi, yang menandakan adanya kerusakan
hidroksiapatit yang menyusun enamel.
Pada gambar 5.10 hasil analisis SEM diatas menunjukkan struktur permukaan
enamel setelah pengplikasian gel cangkag telur ayam pada perbesaran 1000x dan
5000x. Tampak permukaan enamel tidak sepenuhnya rata , tidak terlihat adanya
porositas, perbedaan warna dengan sekitarnya tidak terlalu besar yang menunjukkan
kerusakan enamel tidak terlalu dalam.

Diagram 1. Perubahan struktur enamel gigi pada 5 sampel setelah diaplikasikan gel
cangkang telur ayam.

1 jam
1 jam 30
menit
2 jam
2 jam 30
menit
3 jam

Mild Moderate+ Moderate++ Severe

Grafik 1. Perubahan struktur enamel gigi pada 5 sampel yang diaplikasikan gel
cangkang telur ayam yang sebelumnya telah dipalikasikan gel stroberi secara time
series (Sumber : Rajesh AG, Ranganath LM, Kumar KS, Rao B. Surface
morphological changes in human enamel following bleaching : an in vitro scanning
electrone microscopy study. The Journal of Contemporary Dental Practice; 2012:
13(3): 405-15).
Berdasarkan hasil gambaran perubahan struktur enamel gigi setelah aplikasi gel
cangkang telur ayam yang sebelumnya telah didemineralisasi menggunakan gel
stroberi dengan range waktu 1 jam, 1 jam 30 menit, 2 jam, 2 jam 30 menit dan 3 jam
menggunakan alat Scanning Electrone Microscopy (SEM), didapatkan hasil (Diagram
1) bahwa terjadi remineralisasi enamel gigi pada setiap sampel yang diaplikasikan
oleh gel cangkang telur ayam. Pada sampel dengan aplikasi gel cangkang telur ayam
pada range waktu 1 jam mengalami perubahan yang cukup signifikan yang ditandai
dengan perubahan struktur enamel walaupun masih terlihat enamel rod nya, sampel
ini masuk kedalam kategori mild. Pada sampel 1 jam 30 menit permukaan enamel
tampak pori-pori setelah remineralisasi tampak berkurang
dan ukuran pori-pori ada yang tidak lebih besar dibandingkan pada sampel kontrol
dan sampel ini masuk pada kategori mild. Pada sampel range waktu 2 jam, terlihat
permukaan enamel tersebut sepenuhnya tidak rata dan juga terdapat enamel tip,
sampel ini masuk pada kategori moderate+. Pada sampel 2 jam 30 menit
menunjukkan kerusakan enamel tetap ada, yang menandakan bahwa remineralisasi
terjadi lebih baik bila dibandingkan dengan sampel 2 jam, sampel ini masuk pada
kategori moderate++. Pada sampel 3 jam, permukaan email tidak beraturan
(irreguler), hal ini dikarenakan pengaplikasian gel stroberi yang lebih lama sehingga
membuat permukaan enamel lebih tidak beraturan.

BAB VI PEMBAHASAN
Pemutih gigi atau bleaching adalah pemutihan kembali gigi yang berubah warna
sampai mendekati warna gigi asli secara kimiawi dengan menggunakan bahan
oksidator dan reduktor yaitu peroksida dalam mengembalikan
estetiknya. Bleaching merupakan alternatif konservatif untuk mengembalikan fungsi
estetik dari gigi yang mengalami perubahan warna sehingga dapat dicapai warna yang
lebih terang.2
Penelitian dilakukan oleh Cunha Gama dkk (2011) menyatakan bahwa untuk

melihat perubahan struktur enamel dan dentin terhadap bahan pemutih gigi.
Penambahan waktu kontak selama satu minggu, terbukti dapat menurunkan rasio
kalsium dan phosphor di enamel, dentin dan sementum sehingga mengindikasikan
terjadinya demineralisasi.13
Stroberi adalah salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk memutihkan

gigi yang disebabkan oleh perubahan warna secara ekstrinsik. Hal ini disebabkan
karena dalam buah stroberi terdapat asam elegat dan asam malat. Bagian buah stroberi
yang dapat memutihkan gigi yaitu buah dan daunnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Juwita Margaretha, dkk (2009) menyatakan bahwa buah stroberi dapat memutihkan
gigi apabila dilakukan perendaman selama 2 minggu ke dalam pasta buah stroberi.
Setelah dilakukan uji beda lanjut dengan pengujian Mann- Whitney Test menunjukkan
tidak ada perbedaan yang bermakna antara gigi yang direndam dengan pasta buah
stroberi dengan larutan karbamid peroksida 10%.2
Pada penelitian kali ini, sampel diambil dari gigi insisivus sentralis yang telah diberi
perlakuan pengolesan bahan pemutih gigi alami (gel stroberi) dengan range waktu
yang berbeda yakni 1 jam, 1 jam 30 menit, 2 jam, 2 jam 30 menit dan 3 jam. Sampel
lalu di oleskan menggunakan gel cangkang telur ayam. Uji laboratorik dilakukan
terhadap seluruh sampel (yang mendapat perlakuan remineralisasi setelah
didemineralisasi) pada permukaan labial gigi. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan Scanning Electrone Microscopy (SEM).
Dari hasil pengujian, diperoleh sampel yang diberi perlakuan demineralisasi
menggunakan gel stroberi permukaan struktur enamel tampak mengalami kerusakan,
lapisan prismata enamel telah hilang dan terdapat mikroporositas karena adanya
perbedaan ketebalan enamel, sedangkan setelah dilakukan pengolesan gel cangkang
telur ayam, permukaan enamel mengalami penurunan jumlah mikroporositas,
kerusakan enamel tidak terlalu dalam, permukaan enamel tampak lebih halus yang
menandakan kristal hidroksiapatit telah berpenetrasi sehingga ion-ion tersebut
mampu menghasilkan proses remineralisasi.16 Saat perbaikan permukaan email

terjadi terdapat lebih banyak pada lapisan dalam dan tengah. Hal ini ditandai dengan
perbedaan warna dan mikroporositas pada email. Terdapat perbedaan warna yang
lebih gelap, tetapi warna tersebut kurang kontras bila dibandingkan dengan email
yang didemineralisasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yasuo
Mikae dkk (2003), yang menyatakan bahwa remineralisasi terjadi pada lapisan email
dalam dan tengah.25
Hal ini dikarenakan cangkang telur ayam merupakan sumber CaCO3 (kalsium
karbonat) yang paling besar dengan kadar yang mencapai 95%. Komposisi utama
cangkang telur adalah kalsit, yaitu bentuk kristalin dari kalsium karbonat (CaCO).
Bobot rata-rata sebuah cangkang telur adalah sekitar 5 gr dan 40% adalah kalsium.
Sebagian besar kalsium dalam cangkang telur adalah mengendap dalam waktu 16 jam.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Golden Andy dkk (2015), serbuk
kulit telur ayam mengandung kalsium sebesar 401±7,2 gram atau sekitar 39% kalsium
dalam bentuk kalsium karbonat. Terdapat pula strontium sebesar 372±161µg, zat-zat
beracun seperti Pb, Al, Cd dan Hg terdapat dalam jumlah yang
kecil, begitu pula dengan B, Fe, V, Zn, P, Mg, N, F, Se, Cu dan Cr.22

Pada tahap pengaplikasian gel cangkang telur ayam dalam penelitian ini, sampel
gigi tidak direndam dalam saliva buatan. Peneliti inigin mengetahui seberapa besar
efek remineralisasi gel cangkang telur ayam terhadap struktur permukaan gigi tanpa
adanya bantuan dari saliva buatan. Hasilnya gel cangkang telur ayam mampu
meningkatan remineralisasi enamel gigi setelah pengaplikasian bahan pemutih gigi
alami (gel stroberi).
Remineralisasi adalah proses perbaikan alami untuk mengembalikan mineral yang
hilang dalam bentuk ion mineral hidroksiapatit. Remineralisasi menyebabkan
hilangnya ion kalsium, fosfat dan fluor yang akan tergantikan dengan ion fluorapatit.
Ion ini lebih tahan terhadap asam sehingga lebih menguntungkan permukaan enamel
gigi. Oleh karena itu kristal apatit pada permukaan enamel yang telah teremineralisasi
lebih tahan terhadap asam organik. Hal ini berlangsung hingga pH rongga mulut
kembali normal. Sebaliknya bila pH dalam rongga mulut meningkat maka kalsium,
mineral, fosfat dan ion fluor dalam bentuk fluorapatit akan kembali ke struktur gigi
sehingga menyatu dan membentuk kristal heksagonal yang lebih
besar. Saliva dan fluor merupakan kunci dari proses remineralisasi.16 Hal ini juga

sejalan yang dilakukan oleh Bejoy Mony dkk (2015) menyatakan bahwa pH tinggi
dan kalsium yang ada pada cangkang telur ayam memiliki potensi sebagai bahan
remineralisasi.17
Cangkang telur ayam ras dapat digunakan sebagai bahan dasar pembentukan
hidroksiapatit. Hidroksiapatit telah berhasil disintesis dari nanopartikel cangkang telur
ayam dengan metode presipitasi. Konsentrasi fase (wt%) hidroksiaptatit disetiap
sampel berbeda seiring dengan perubahan molaritas larutan Na 3PO4 yang digunakan.
Morfologi sampel hidroksiapatit juga menunjukkan perubahan disetiap peningkatan
molaritas larutan Na3PO4. Semakin tinggi kandungan hidroksiapatit dari
sampel maka morfologi sampel semakin baik pula.22 Hal ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakuan oleh Saleha dkk (2015) menjelaskan bahwa kristal
hidroksiapatit yang disintesis dari limbah cangkang telur ayam secara in vitro efektiv
dalam menghambat demineralisasi gigi atau semakin kecil laju demineralisasi gigi
pada larutan.23
Hidroksiapatit memiliki struktur heksagonal dan merupakan senyawa yang

paling stabil diantara berbagai kalsium. Senyawa ini tidak terurai dan bersifat bioaktif.
Biokompatibilitas dan kesamaan hidroksiapatit dengan komposisi mineral pada tulang
dan gigi manusia membuat hidroksiapatit cocok untuk mengganti segmen yang rusak
pada bagian permukaan enamel yang hilang.17
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat efek aplikasi gel cangkang telur
ayam terhadap remineralisasi enamel gigi akibat pemutihan gigi menggunakan gel
stroberi yang dianalisa menggunakan SEM. Proses pemutihan gigi dapat
menyebabkan kerusakan pada struktur permukaan enamel gigi akibat proses
demineralisasi dan remineralisasi dapat dilakukan dengan menggunkan gel cangkang
telur ayam.

BAB VII PENUTUP


1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh gel cangkang telur ayam terhadap

remineralisasi enamel gigi akibta pemutihan gigi, maka dapat ditarik lesimpulan yaitu :

1. Mekanisme kerja pemutih gigi alami (gel stroberi) dapat mengakibatkan

perubahan mikrostruktur enamel gigi berupa kekasaran dan porositas


2. Terdapat perubahan struktur enamel gigi berupa tertutupnya kembali

porositas, lapisan prisma enamel serta kekasaran setelah pengaplikasian gel cangkang telur ayam

setelah pemutihan gigi menggunakan gel cangkang telur ayam karena proses remineralisasi

terjadi.

3. Cangkang telur ayam dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan

kristal hidroksiapatit.
2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran kedalaman mikroporositas dan

kekasaran yang terbentuk pada struktur permukaan enamel setelah dilakuakan remineralisasi

ataupun demineralisasi sehingga analisis data bisa dilakuakan secara kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Noh Charanee Tiara dan Syafriadi Mei. Pengukuran kadar kalsium saliva
terlarut pada gigi yang dilakukan ekternal bleaching dan dipapar dengan Streptococcus
mutans. Jurnal PDGI. 2014; 2(63): 63-64.

2. Fauziah Cut, Fitriyani Sri, Diansari Viona. Colour change of enamel after
application of Averrhoa bilimb. Journal of Dentistry Indonesia. 2012; 3(19): 53-4.
3. Meizarini Asti dan Rianti Devi. Tooth bleaching material with ADA/ISO
certificate. Maj. Ked. Gigi (Dent J). 2005; 2(8): 73-5.

4. Fearon Johny. Tooth Whitening concept and controversies. Journal of


Irish Dental Association. Vol 53 (3). 2007: 133-7.

5. Purnamasari Ayu Dewi, Munadziroh Elly, Yogiartono Muhammad.


Konsentrasi ekstrak biji kakao sebagai material alam dalam menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans. Jurnal PDGI 59 (1). 2009. pp: 14-18.

6. Rosmawaty Erny. Sintesisi hidroksiapatit. Mahasiswi Jurusan Kimia,


FMIPA, Universitas Hasanuddin.

7. Saleha, Malik Mutmainna, Annisa Nur, Sudirman, Subaer. Sintesis dan


karakterisasi hidroksiapatit dan nanopartikel kalsium oksida (CaO) cangkang telur ayam untuk
aplikasi dental implan. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX Jateng dan Yogyakarta; 2015.

8. Rodrigues JA, Oliveira GPF, Amaral CMI (2007). Effect of thickener


agents on dental enamel microhardness submitted to at-home bleaching. Braz Oral Res 21:170-
172.
9. Stavrianos C. Enamel structure and forensic use. Research Journal of
Biological Science. 2010. Vol 5 (10); pp. 650-55.

10. Arambawatta Kapila, Peiris Roshan, Nanayakkara Deepthi. Morphology


of the cemento-enamel junction in premolar teeth. Journal of Oral Science. 2009; 4(51): 625-6.
11. Stosic Nenad, Dacic Stevan, Simonovic Dacic Dragica. Morphological
variations of the cemento-enamel junction in permanent dentition. Acta Facultasis Medicae
Naissensis. 2015; 32(3): 210-11.

12. Mahonet Patrick. Incremental enamel development in modern human


decidious anterior teeth. American Journal of Physical Anthropology. 2012. pp: 637-35.

13. Cunha Gama Gabriela, Machado Tavares Machado. Comparison of the


cliniclly at home and in-office blceaching. International Journal of Dental Clinic. 2011, Vol:
3(2). Pp: 1-4.

14. Tredwin C J, Naik S, Lewis N J. Hydrogen peroxide tooth whitenng


products: review adverse efecs and savety issues. Bristish Dental Journal. 2006, pp: 371-76.
15. Diansari Viona, Sundari Iin, Alibasyah M Sulfan, Hilya. Perbandingan
efektivitas pemutihan email gigi antara stroberi (Fragaria sp) dan apel (Mallus sp) sebagai
bahan bleaching alamidengan karbamid peroksida 10%. Cakradonya Dent J. 2012; 4 (2). pp:
475-542.
16. Hamagaran Gumimaa, Meelakantan Prasanna. Remineralization of he
tooth structure- the future of dentistry. International Journal PharmTech Research. Vol. 6 (2).
2014. pp: 487-83.
17. Mony Bejoy, Ebnezar Rajesh A. V, Ghani Fayez Mohamed, Narayanan
Ashwin, S Anand et al. Effect of chicken eggshell powder solution on early enamel carious
lesions : an invitro preliminary study. Journal of Clinical and Diagnostic Research. Vol. 9 (3).
2015.
18. Mahreni, Sulystiwati Erwin, Sampe Saeful, Chandra Wilyam. Pembuatan
hidroksiaptit dari kulit telur. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” 2012;
Maret 6, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Vetran, Yogyakarta,
2012. p. 1-2
19. Jose Pameena, Suresh Maati, Malaxmii S. Mineral loss before and after
bleaching and mineral uptake on application of remineralizing agent. Indian Journal of
Multidisiplinary Dentistry. Vol: 1 (1). 2010.pp: 47-9.
20. Hincke T Maxwell, Nys Yves, Gautron Joel, Mann Karlheinz, Navarro B
Alejandro, McKee D Marc. The eggshell: structure, composition and mineralization. Frontiers in
Bioscience. Jan: 1268-9.
21. Ningsih Purwo Rini, Wahyuni Nelly, Destiarni Lia. Sintesis hidroksiapatit
dari cangkang kerang kepah dengan variasi waktu pengadukan.JKK. 2014. Vol. 3 (1). pp: 22-6.
22. Stein K Kathryn dan Golden Andy. The C. Elegans eggshell. Maryland
USA.

alsium

Wormbook.og. 2015.
48
23. Riyanti E, A Maddu, DS Soejoko, 2005. Karakterisasi senyawa k
fosfat karbonat hasil pengaruh penambahan ion F dan Mg. Jurnal Biofisika.pp: 82-9.
24. Scanning Electron
Microscope.http://www.purdue.edu/ehps/rem/rs/sem.htm (15 September 2014).
25. Yasuo Mikae, Saeki, M Tkahashi, Yanagisawa. Remineraliazation effect
of xylitol on demineralized enamel. J Electron Microsc. 2003. 52 (5); Tokyo. pp: 471-6.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai