Anda di halaman 1dari 3

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1 Hasil

Gambar 4.1
Ciprofloxacin infus

6.2 Pembahasan
Menurut Lukas (2006) sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaaan
farmasi yang banyak dipakai, terutama saat pasien dirawat di rumah sakit. Sediaan
steril sangat membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai
luka terbuka yang harus diobati, dan sebagainya. Salah satu sediaan steril yaitu
sediaan parenteral yang terdiri atas parenteral volume kecil (small volume
parenteral) dan parenteral volume besar (large volume parenteral). Sediaan
parenteral adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau sediaan untuk infus.
Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan parenteral volume besar yaitu infus
dengan zat aktif ciprofloxacin serta beberapa zat tambahan seperti natrium
metabisulfit sebagai antioksidan, asam laktat sebagai pelarut, NaCl sebagai
pengisotonis, HCl sebagai adjust pH dan air pro injeksi sebagai pembawa.
Sediaan yang telah diformulasikan kemudian dievaluasi menggunakan beberapa
uji, diantaranya uji penetapan pH, uji kejernihan serta uji kebocoran.
6.2.1 Penetapan pH
Menurut Dirjen POM (1995), penetapan pH dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Uji
penetapan dilakukan dengan mencelupkan kertas pH pada sediaan kemudian
dilihat apakah pH sediaan sesuai dengan pH zat aktif. Setelah dilakukan uji
penetapan pH diperoleh nilai pH yaitu 10. Hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan pH zat aktif. Dimana menurut Coolmand et al (2015), pH ciprofloxacin
adalah 3,5-4,5. Hal ini dikarenakan beberapa kemungkinan kesalahan yang
dilakukan, diantaranya kesalahan pada saat proses formulasi serta ketidak
akuratan praktikan dalam melakukan evaluasi.
6.2.2 Uji Kejernihan
Menurut Agoes (2009), uji kejernihan dilakukan dengan tujuan untuk
memastikan bahwa setiap sediaan harus jernih dan bebas pengotor. Uji kejernihan
dilakukan dengan cara wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan
menyinari wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki
pengotor berwarna putih dan latar belakang putih untuk menyelidiki pengotor
berwarna. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh tidak
ditemukan adanya pengotor. Hal ini sesuai dengan syarat uji kejernihan dimana
menurut Agoes (2009) memenuhi syarat bila tidak ditemukan pengotor dalam
larutan.
6.2.3 Uji kebocoran
Menurut Agoes (2009) uji kebocoran dilakukan dengan tujuan memeriksa
keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan.
Uji kebocoran dilakukan dengan memasukkan sediaan ke dalam larutan metilen
biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk ke
dalam wadah karena adanya perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah
tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berubah menjadi warna biru. Dari
hasil evaluasi yang telah dilakukan, sediaan tidak berubah warna menjadi biru.
Hal ini sesuai dengan syarat uji kebocoran dimana menurut Agoes (2009) sediaan
memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru.
Dapus:
Agoes, G. 2009. Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB, Bandung.

Coolmand et al. 2015. Sterilization of Ciprofloxacin Composition. US Potent

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Lukas, Stefanus., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: C.V. Andi Offset. Muchid,
Abdul.

Anda mungkin juga menyukai