Anda di halaman 1dari 20

1.

Ginjal
Pengertian Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian
dari sistem urine, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urine.

Letak Ginjal
Ginjal merupakan organ dalam sistem ekskresi pada hewan bertulang belakang atau
vertebrata termasuk manusia. Pada manusia, ginjal berada di rongga perut dan terletak di

1
pinggang bagian atas. Manusia memiliki dua buah ginjal yang letaknya di kanan kiri tulang
belakang, tepat di bawah hati dan limfa yang dibatasi oleh sekat diafragma.
Ukuran ginjal orang dewasa kira-kira sekepalan tangan, atau kira-kira panjangnya 12 cm
dengan lebar sekitar 6 cm dan berat nya kira- kira 150 gram. Kalau dilihat sepintas dari luar
bentuknya seperti kacang merah, namun jika dilihat di bagian dalamnya ternyata ginjal
memiliki struktur organ yang luar biasa kompleks, sesuai dengan fungsinya yang vital untuk
mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

Struktur Ginjal

2
Secara garis besar struktur ginjal manusia terdiri dari 7 bagian utama, yaitu korteks, pelvis,
medulla, ureter, vena ginjal dan arteri ginjal. Korteks merupakan tempat urin berasal. Di
dalam korteks terdapat jutaan nefron, yaitu organ yang ada di dalam ginjal manusia yang
merupakan tempat awal terjadinya penyaringan darah.
Pelvis merupakan tempat sementara penampungan urin sisa-sisa penyaringan. Ketika pelvis
penuh maka urin akan disalurkan ke kandung kemih melalui saluran ureter.
Medulla ini merupakan jaringan yang berbentuk seperti piramida piramida dimana terletak
lengkung henle. Medulla adalah tempat berkumpulnya pembuluh darah kapiler dan juga
kapsul bowman. Di tempat ini urin primer akan mengalami proses panjang sebelum menjadi
urin sekunder.
Ureter merupakan saluran semacam pipa untuk menyalurkan urin sisa-sisa metabolisme dari
ginjal ke kantong kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 dengan diameter maksimum
sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan yang berjalan dari hilus ginjal yang menuju
kandung kemih.
Vena ginjal adalah pembuluh balik yang berguna untuk membawa darah keluar dari dalam
ginjal menuju vena cava inferior. Urutan pemprosesan vena ginjal adalah setelah melewati
Darah tersebut kemudian akan di alirkan kembali ke dalam jantung untuk di olah menjadi
darah bersih atau yang mengandung oksigen.
Arteri ginjal merupakan pembuluh nadi yang berguna untuk membawa darah ke dalam
ginjal. Setelah sampai di dalam ginjal, maka darah tersebut masuk ke dalam glomerulus
untuk di filter atau saring. Darah yang masih terdapat zat zat berguna seperti protein dan
asam amino akan kembali di serap dan di gunakan tubuh. Jika darah tersebut hanya
mengandung urea dan zat tidak berguna lainnya, akan berlanjut sampai kandung kemih.

Fungsi Ginjal
Beberapa fungsi utama ginjal manusia yaitu:
 Sebagai Penyaring Darah. Darah kita mengandung sisa – sisa metabolisme yang harus
disaring dan dibersihkan agar tubuh tetap sehat dan menjalankan fungsinya secara
normal. Untuk melakukan pekerjaan itu ginjallah yang berperan. Sisa – sisa
metabolisme tsb akan disaring oleh ginjal dan dibuang melalui saluran pembuangan,

3
yaitu uretra. Sisa – sisa metabolisme yang disaring melalui ginjal dan dibuang melalui
uretra itu adalah air kencing atau urin.
 Menyaring dan membuang limbah yang terdapat di dalam darah. Limbah itu bisa berupa
racun yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh melalui makanan, mineral berlebih dan
sisa -sisa metabolisme spt urea
 Mengatur Keseimbangan Air Di Tubuh. Ginjal merupakan organ tubuh yang
mengontrol kadar air di tubuh dan organ – organ tubuh lainnya. Jika tubuh kekurangan
air maka ginjal akan mengatur sedemikian rupa sehingga tubuh tidak kekeringan dengan
cara menyimpan. Ketika air berlebih maka ginjal akan mengatur nya supaya tetap
seimbang dengan cara membuang kelebihan air melalui urin.
 Mengatur tekanan darah dan tingkat garam dalam darah. Caranya, dengan memproduksi
enzim renin. Ginjal memerlukan tekanan yang stabil atau konstan untuk dapat
menyaring darah.
 Mengatur sel darah merah. Ketika ginjal tidak mendapatkan cukup oksigen, ginjal akan
mengeluarkan hormon erythropoietin, yaitu hormon yang merangsang sumsum tulang
untuk memproduksi lebih banyak sel darah merah pembawa oksigen.
 Mengatur keseimbangan asam-basa (pH) darah dan cairan tubuh. Fungsi ginjal yang
satu ini diperlukan agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Asam dalam tubuh dapat
meningkat atau bahkan dinetralkan karena makanan yang kita konsumsi.
 Menjaga konsentrasi mineral, seperti natrium, kalium, dan fosfor dalam darah.
 Menghasilkan bentuk aktif dari vitamin D yang dibutuhkan untuk kesehatan tulang dan
untuk keseimbangan zat kimia dalam tubuh.

Patofisiologi Ginjal
Menurut Dr. Suparyanto, M.Kes
FUNGSI GINJAL
 Organ vital yang mempertahankan kestabilan lingkungan interna tubuh (ECF)
 Ginjal mengatur keseimbangan: cairan tubuh, elektrolit, asam basa dengan cara filtrasi
darah
 Reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit
 Mengekresikan kelebihan air, elektrolit, asam basa sebagai urine

4
 Ginjal juga berfungsi mengekskresi sisa metabolisme (urea, kreatinine dan asam urat),
metabolit (hormon) dan zat kimia asing (obat)

Ginjal mensekresi (fungsi endokrin):


1. Renin (penting untuk pengaturan tekanan darah)
2. 1,25 dihidroksi vit D3 (penting untuk mengatur kalsium)
3. Eritropoietin (penting untuk sintesis eritrosit)

MEKANISME RENIN – ANGIOTENSIN – ALDOSTERON


 Mekanisme yang bertanggung jawab dalam mempertahankan tekanan darah dan
perfusi jaringan dengan mengatur homeostasis ion Na

 Hipotensi dan hipovolemia → hipoperfusi ginjal → tekanan perfusi ↓ dalam

arteriole aferen dan ↓ hantaran NaCl ke makula densa → keduanya menyebabkan

sekresi renin dari sel JG (Juksta Glomerulus atau sel Granular) pada dinding arteriole
aferen
 Renin di sirkulasi menyebabkan pecahnya Angiotensinogen substrat (dihasilkan hati)

→Angiotensin 1

 Angiotensin 1 → diubah menjadi Angiotensin 2 oleh ACE (Angiotensin Converted

Enzim) yang dihasilkan Paru dan Ginjal

 Angiotensin 2 → punya 2 efek:

1. Vasokontriksi arteriole dan

2. Pe↑ reabsorbsi air dan ion Na → tekanan darah naik

5
BAGAN MEKANISME RENIN ANGIOTENSIN ALDOSTERON

MEKANISME ADH
 Mekanisme ADH berperan penting dalam regulasi metabolisme air dan

mempertahankan osmolalitas darah normal → dengan merangsang rasa haus dan

mengatur ekskresi air melalui ginjal dan osmolalitas urine

 Volume ECF↓ dan pe↑ osmoraritas ECF → merangsang sekresi ADH (hipofisis

posterior)

 ADH → aliran darah ke medulla ginjal↓ → hipertonisitas interstitial medulla↑ →

kemampuan memekatkan urine↑ → urine↓

 ADH → permeabilitas duktus koligen thd air ↑ → konsentrasi urine ↑ → urine↓

RENAL BLOOD FLOW


 RBF atau aliran darah ginjal adalah 1000 – 1200 ml/menit atau 20 – 25% dari curah
jantung
 RPF atau aliran plasma ginjal sekitar 660 ml/menit

6
 GFR (Glomerulus Filtration Rate) → indek fungsi ginjal = 125 ml/menit pada pria

dan 115 ml/menit (wanita)


 GFR akan menurun 1ml/menit/tahun setelah umur 30 tahun

PROSEDUR DIAGNOSTIK PENYAKIT GINJAL


Metode Biokimia:
 Pemeriksaan Kimia Urine
 Laju Filtrasi glomerulus
 Tes Fungsi Tubulus

Metode Morfologik:
 Pemeriksaan Mikroskopik Urine
 Pemeriksaan Bakteriologik Urine
 Pemeriksaan radiologi
 Biopsi Ginjal

PROTEINURIA

 Ekskresi protein normal dalam urine kurang dari 150 mg/hari → jika lebih Patologis

Penyebab Proteinuria:
 Fungsional
 Aliran keluar (prarenal)
 Glomerulus
 Tubulus

 Proteinuria fungsional (sementara) → terdapat pada kasus ginjal normal, akibat

ekskresi protein berlebihan pd kasus: demam, latihan berat, akibat posisi berdiri
(proteinuria ortostatik)
 Proteinuria prarenal: akibat ekskresi protein BM rendah (produksi protein berlebih)

→ pada kasus Multiple Mieloma → dimana jumlah protein yg difiltrasi melebihi

kemampuan reabsorbsi tubulus

7
 Proteinuria menetap → terdapat pada penyakit sistemik dan ginjal

 Proteinuria glomelural adalah peningkatan permeabilitas glomelural akibat hilangnya


jumlah atau ukuran sawar glomerulus (lapisan glomerulus: endotel, membran basal

dan epitel) → yang dapat lolos protein dgn BM rendah

 Penyakit tubulointerstisial dapat mengganggu absorpsi protein tubular yang


mengakibatkan proteinuria (pielonefritis kronik, asidosis tubulus ginjal, sindrom
Fanconi, Nekrosis Tubulus Akut (ATN))

 Sindrom neprotik → hilangnya protein sebanyak 3,5 g/hr atau lebih dalam urine

HEMATURIA

 Hematuria → adanya darah dalam urine

 Hematuria sering merupakan tanda adanya penyakit ginjal (glumerulonefritis) atau


penyakit saluran kemih bagian bawah (infeksi, batu, trauma dan neoplasma)

BATU GINJAL
 Jenis batu ginjal tersering: kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran
 Yang merangsang pembentukan batu: statis urine, infeksi atau pemakaian kateter
menetap
 Batu asam urat terbentuk dalam urine asam dan uropati obstruktif akibat kristalisasi
asam urat
 Pencegahan pembentukan batu: minum air yang banyak

BERAT JENIS URINE

 Pengukuran berat jenis urine → dipergunakan untuk memperkirakan osmolalitas

urine

 BJ 1,010 → berhub dengan osmolilitas darah normal

 BJ urine min yang diencerkan: 1,001


 BJ urine max yg pekat: 1,040

8
 Pada gagal ginjal progresif → pertama, ginjal kehilangan kemampuan untuk

memekatkan urine → lalu kehilangan kemampuan mengencerkan urine → BJ urine

bertahan 1,010 pd saat gagal ginjal stadium akhir

GFR

 GFR → indeks fungsi ginjal yang terpenting dan diukur secara klinis dengan uji

bersihan creatinin
 Kadar kreatinin serum (normal: 0,7 – 1,5 mg/dl) dan BUN (normal: 10 – 20 mg/dl)
berbanding terbalik dengan GFR dan dapat digunakan untuk penilaian krisis gagal
dan insufisiensi ginjal

 BUN (Blood Urea Nitrogen) kurang akurat dibanding kreatinin → karena asupan

protein dalam diet dan keadaan katabolisme dapat mempengaruhi BUN

TEST FUNGSI TUBULUS


 Fungsi tubulus adalah: reabsorbsi selektif dari cairan tubulus dan sekresi ke dalam
lumen tubulus
Test fungsi tubulus proksimal:
 Tes ekskresi fenolsulfonftalein
 Para Amino Hipurat (PAH)
Tes fungsi tubulus distal:
 Tes pemekatan, pengenceran, pengasaman dan konservasi Na

SEDIMEN URINE
 Unsur abnormal urine: eritrosit, leukosit, bakteri, silinder (protein yang terbentuk
dalam tubulus dan duktus koligen)
 Silinder diberi nama berdasarkan elemen seluler yg melekat (eritrosit, leukosit,
bakteri, sel tubulus)
 Silinder punya nilai diagnostik yg tinggi karena berasal dari ginjal

9
 Silinder granular yg lebar → gagal ginjal

 Bakteriuria → >105 CFU/ml (Coloni Form Unit)

USG

 USG → memberikan info tentang ukuran dan anatomi ginjal, termasuk kista dan

dilatasi kalix

 USG Doppler → menilai aliran dalam arteri dan vena ginjal

 CT scan dan MRI (Magnetic Resonance Image) → menggambarkan sistem ginjal

RADIOGRAFI

 Radiografi polos → ukuran ginjal dan batu radioopak

 Kontras IV (IVP) → garis bentuk ginjal dan saluran kemih

 Sistouretrogram tanpa kontras →dx reflux vesikuloureteral

 Angiografi ginjal →kontras radioopak lewat kateter a. Femoralis

BIOPSI

 Diagnosis histologi → membutuhkan biopsi ginjal

 Biopsi perkutaneus dilakukan dengan jarum pemotong melalui punggung dengan


bantuan ultrasonic

2. Proses Pembentukan Urine


Urine adalah hasil sisa metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui sistem perkemihan (urinaria). Urine mengandung zat-zat yang
sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan karena bisa meracuni
tubuh.
Sistem Perkemihan

10
Sistem kemih manusia terdiri dari dua ginjal, dua ureter, satu kandung kemih, dan satu uretra.
Tubuh mengambil nutrisi dari makanan dan mengubahnya menjadi energi. Setelah tubuh
mengambil komponen makanan yang dibutuhkan, produk-produk limbah tertinggal di usus
dan di dalam darah.
Sistem kemih manusia membantu tubuh menyaring dan mengeluarkan produk sisa tersebut
(limbah) serta menjaga bahan kimia yang masih diperlukan tubuh.
Saluran ureter menghubungkan ginjal ke kandung kemih. Lalu urine akan disimpan di dalam
kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra.
Selain menyaring dan mengeluarkan zat sisa tubuh, sistem kemih juga mempertahankan
homeostasis (keseimbangan) air, ion, pH, tekanan darah, kalsium, serta sel darah merah.

Proses Pembentukan Urine

11
Pembentukan urine terdiri dari tiga proses yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi
(penyerapan kembali), dan augmentasi (pengumpulan) atau sekresi.

1. Filtrasi (penyaringan)
Setiap ginjal memiliki sekitar satu juta nefron, yang merupakan tempat pembentukan urine.
Pada waktu tertentu, sekitar 20 persen dari darah akan melalui ginjal untuk disaring sehingga
tubuh dapat menghilangkan zat-zat sisa metabolisme dan menjaga keseimbangan cairan, pH
darah, dan kadar darah.
Bagian pertama dari proses pembentukan urine adalah filtrasi yaitu proses penyaringan darah
yang mengandung zat sisa metabolisme yang dapat menjadi racun untuk tubuh. Pada gambar
di atas, proses pembentukan ini ditandai dengan huruf A.
Filtrasi terjadi di badan malphigi yang terdiri dari glomerulus dan kapsul Bowman.
Glomerulus menyaring air, garam, glukosa, asam amino, urea dan limbah lainnya untuk
melewati kapsul Bowman. Hasil filtrasi ini menghasilkan urine primer.

12
Urine primer termasuk urea di dalamnya, yang dihasilkan dari amonia yang terkumpul ketika
hati memproses asam amino dan disaring oleh glomerulus.

2. Reabsorpsi
Sekitar 43 galon cairan melewati proses filtrasi, tetapi sebagian besar diserap kembali
sebelum dikeluarkan dari tubuh. Reabsorpsi terjadi di tubulus proksimal nefron, lengkung
Henle (loop of Henle), tubulus distal dan tubulus pengumpul. Pada gambar di atas, proses
reabsorpsi ditandai dengan huruf B.
Air, glukosa, asam amino, natrium, dan nutrisi lainnya diserap kembali ke aliran darah di
kapiler yang mengelilingi tubulus. Air bergerak melalui proses osmosis, yaitu pergerakan air
dari area konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Hasil pada proses
pembentukan urine ini adalah urine sekunder.
Biasanya semua glukosa diserap kembali. Namun, pada orang dengan diabetes, kelebihan
glukosa tetap bertahan dalam filtrat. Natrium dan ion-ion lain diserap kembali secara tidak
lengkap, dengan proporsi yang lebih besar tersisa dalam filtrat ketika lebih banyak
dikonsumsi dalam makanan, menghasilkan konsentrasi darah yang lebih tinggi. Hormon
mengatur proses transport aktif di mana ion seperti natrium dan fosfor diserap kembali.

3. Sekresi atau augmentasi


Sekresi adalah tahap terakhir dalam pembentukan urine, yaitu ketika urine akhirnya dibuang.
Dalam gambar di atas, proses sekresi ditandai dengan huruf C. Beberapa zat mengalir
langsung dari darah di sekitar tubulus distal (distal convoluted tubule) dan tubulus
pengumpul (collecting tubule) ke tubulus tersebut.
Sekresi alias pembuangan ion hidrogen melalui proses ini adalah bagian dari mekanisme
tubuh untuk menjaga pH yang tepat, atau keseimbangan asam dan basa tubuh.
Ion kalium, ion kalsium, dan amonia juga dibuang pada tahap ini, seperti beberapa obat. Ini
supaya komposisi kimia darah tetap seimbang dan normal.

13
Prosesnya terjadi dengan meningkatkan pembuangan zat seperti kalium dan kalsium ketika
konsentrasi tinggi dan dengan meningkatkan reabsorpsi dan mengurangi sekresi ketika
tingkatnya rendah.
Urine yang dibuat oleh proses ini kemudian mengalir ke bagian tengah ginjal yang disebut
pelvis ginjal, kemudian terus mengalir ke ureter dan kemudian tersimpan di kandung kemih.
Dari kandung kemih, urine selanjutnya mengalir ke uretra dan akan dibuang keluar saat
buang air kecil.

14
3. Hemodialisa

a. Pengertian
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.
Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit
akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006).
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat beracun
lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang selektif-
permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi.
Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Christin
Brooker, 2001). Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh
penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini
memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu
hubungan buatan diantara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan
(www.medicastore.com) .

15
b. Indikasi
1. Indikasi Segera
Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, neuropati perifer, hiperkalemi, hipertensi
maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria.
2. Indikasi Dini
a. Gejala uremia
Mual, muntah, perubahan mental, penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan seks dan perubahan kulitas hidup.
b. Laboratorium abnormal
Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) : 100 – 120
mg %, TKK : 5 ml/menit.
3. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu.
Program dialisa dikatakan berhasil jika:
 penderita kembali menjalani hidup normal
 penderita kembali menjalani diet yang normal
 jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
 tekanan darah normal
 tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.

c. Tujuan
 Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
 Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
 Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
 Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

16
d. Peralatan Haemodialisa
1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)
AVBL terdiri dari :
a) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses vaskular
tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses
vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume
AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama
kali pada AVBL dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen
pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set,
port biru obat ,port darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.

2. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)


Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:
Ø Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
Ø Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping
untuk keluar masuk dialisat.

3. Air Water Treatment


Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini
dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan
dulu dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the
Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session
hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.

17
4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran
beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat
menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low
calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu
dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair
(siap pakai).

5. Mesin Haemodialisis
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya
sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri
dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan.
Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi,
program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.

e. Proses Haemodialisa
Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal buatan
(dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata –
rata manusia mempunyai sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa hanya
sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk
atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian kembali
ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, AV graft dan central
venous catheter. AV fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena
cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses
hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda – tanda vital pasien untuk memastikan
apakah pasien layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien melakukan timbang
badan untuk menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi.
Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan memasang
blod line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar
darah ke dialyzer dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua
terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Pada proses hemodialisa, darah

18
sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui selang darah dan
dialyzer. Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana mesin
HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan
memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin
HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut membantu
mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk
mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh.

f. Komplikasi Haemodialisa
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.

2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat
cairan.

3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada
pasien hemodialisa.

4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa


Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-
osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang
mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien
osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri.
Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa
pertama dengan azotemia berat.

19
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien
yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan
faktor risiko terjadinya perdarahan.

7. Gangguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.

8. Pembekuan darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun
kecepatan putaran darah yang lambat.

20

Anda mungkin juga menyukai