PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
rahim yaitu usia kurang dari 20 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram
(Bennett & Brown, 1997; Enkin, 2000; Wiknjosastro, 2002). Angka abortus sulit di
abortus spontan, dan 80 % terjadi pada trimester pertama dan satu dari tujuh wanita
mengalami abortus sekitar minggu ke-14 usia gestasi (Bennett & Brown, 1997).
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus
provokatus. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis dan
disebabkan oleh faktor faktor alamiah. Abortus provokatus adalah abortus yang
terjadi akibat tindakan atau disengaja, baik dengan memakai obat obatan maupun alat
– alat (Mochtar, 1998). Berbagai faktor diduga sebagai penyebab abortus diantaranya
adalah faktor janin, faktor ibu dan faktor eksternal. Abortus karena faktor janin bisa
disebabkan oleh kelainan kromosom (Farrer, 2001). Faktor ibu seperti usia, paritas,
kronis yang diderita ibu, bentuk rahim yang kurang sempurna, mioma, gaya hidup
Risiko abortus semakin meningkat dengan bertambahnya paritas dan usia ibu.
Ibu yang berusia dibawah 20 tahun risiko terjadinya abortus kurang dari 2%. Risiko
meningkat 10% pada usia ibu lebih dari 35 tahun dan mencapai 50% pada usia ibu
lebih dari 45 tahun. Peningkatan risiko abortus ini diduga berhubungan dengan
abnormalitas kromosom pada wanita usia lanjut (Cunningham, 2012). Abortus dapat
menyebabkan perdarahan yang hebat dan dapat menimbulkan syok, perforasi, infeksi,
1
dan kerusakan faal ginjal (renal failure) sehingga mengancam keselamatan ibu.
Kematian dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat
(Wiknjosastro, 2008). Angka kematian ibu pada tahun 2013 di Indonesia yang
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus
provokatus. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis dan
terjadi akibat tindakan atau disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila
berat badannya telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih
penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya
B. Epidemiologi
menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut world health
organization (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia
Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara
750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina,
3
Di Afrika, dilaporkan bahwa sekitar 28% seluruh kematian ibu berhubungan
dengan abortus. Sementara, di Tanzania dan Adis Adaba masing-masing sebesar 21%
dan 54%. Hal ini merupakan bagian kecil dari kejadian yang sebenarnya, sebagai
C. Etiologi
Secara umum, terdapat tiga faktor yang boleh menyebabkan abortus spontan
yaitu faktor fetus, faktor ibu sebagai penyebab abortus dan faktor paternal. Lebih dari
80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan, dan kira-kira setengah
dari kasus abortus ini diakibatkan oleh anomali kromosom. Setelah melewati trimester
1. Faktor fetus
hingga 60 persen dari abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama
Abnormalitas kromosom adalah hal yang utama pada embrio dan janin yang
kehamilan dini. Kelainan dalam jumlah kromosom lebih sering dijumpai daripada
diturunkan oleh salah satu dari kedua orang tuanya yang menjadi pembawa
2. Faktor Paternal
4
Translokasi kromosom dalam sperma dapat menyebabkan zigote mempunyai
3. Faktor ibu
pada daerah genital, penyakit kronis yang diderita ibu, bentuk rahim yang kurang
sempurna, mioma, gaya hidup yang tidak sehat. (Cuningham, et al., 2005; Smith,
1998;Wiknjosastro, 2002,).
Selain 3 hal di atas, Abortus bisa disebabkan oleh kelainan ovum, faktor genetik,
kelainan kongeintal uterus, kelainan genetalia pada ibu, autoimun, defek fase
D. Patofisiologi
Pada awal terjadinya abortus terjadi perdarahan pada desidua basalis sehingga
embiro lepas partial atau total, di ikuti nekrosis jaringan sekitarnya. Kemudian
plasenta menjadi tidak berfungsi. Hasil konsepsi yang terlepas sebagian atau
seluruhnya akan menjadi benda asing dalam uterus. Hal ini yang menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya, diikuti oleh cervix dan pengeluaran sebagian
atau seluruh hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang dikeluarkan dapat berupa brigted
ovum (kantong amnion berisi air ketuban tanpa janin), mola crueta ( janin di lipuyin
oleh lapisan bekuan darah), mola carnosa (bekuan darah telah diserap dan sisanya
tampak benjot – benjot akibat hematom antara lapisan amnion dan chorion).(Amru
Sofian,2013).
5
E. Macam Macam Abortus
- Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor faktor mekanis
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat – obatan maupun
a. Abortus medisinalis
b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak
Keguguran yang mengancam, pada saat abortus iminens ini belum terjadi
perdarahan pervaginam, astium uteri nya masih tertutup. Hasil konsepsi masih
- Abortus insipien
rasa sakit karena telah terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil
konsepsi. Hasil konsepsi masih ada didalam uterus (sedang dalam tahap
6
pengeluaran ). Ostium sudah ditemukan terbuka dan kehamilan sudah tidak
Sebagian hasil konsepsi pada abortus ini sudah keluar, yang tertinggal hanya
plasenta saja. Gejala pada abortus ini biasanya pendarah pervaginam yang
hebat, sakit perut, mulas – mulas, dan biasanya darah yang keluar adalah darah
- Abortus komplit
Seluruh hasil konsepsi sudah keluar dari kavum uteri sehingga rongga rahim
Janin yang telah mati tapi masih berada di dalam rahim. Hal ini biasanya
jantung janin. Janin ini bisa keluar dengan sendirinya 2-3 bulan sesudah fetus
mati. Bisa juga terjadi mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus.
sedikit(Sarwono 2012).
- Abortus habitualis
7
Inkompetensi servik adalah keadaan dimana servik tidak dapat
- Abortus septik
(Sarwono, 2012 ).
F. Diagnosa Abortus
Menurut WHO (1994), setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami
dua daripada tiga gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
abortus:
transvaginal menunjukkan sebuah rahim kosong dan tingkat serum hCG kuantitatif
lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), kehamilan ektopik harus
8
dipikirkan. Ketika ultrasonografi transabdominal dilakukan, sebuah rahim kosong
harus menimbulkan kecurigaan kehamilan ektopik jika kadar hCG kuantitatif lebih
besar dari 3.500 mIU per mL (3.500 IU per L). Rahim yang ditemukan kosong pada
Anamnesis – perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau
ringan.
Pemeriksaan dalam – fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus
Pemeriksaan dalam – ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim, dan
Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri / kontraksi rahim
Pemeriksaan dalam – ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.
Pemeriksaan obstetri – fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi
9
Pemeriksaan penunjang – USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen, waktu
BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
rumah sakit.
sebagainya.
Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan dan
leukositosis.
kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil,nadi kecil dan cepat, tekanan darah
1. Abortus iminen :
- kehamilan di pertahankan
10
- Lakukan pemeriksaan ulang bila perdarahan terjadi lagi.
2. Abortus insipien :
Aspirasi Vakum Manual ( AVM ). Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
Bila perlu, berikan infus oxitocyn 20 IU dalam 500 ml NaCl 0,9% atau
konsepsi
3. Abortus inkomplet
- Lakukan konseling
- Jika perdarahan ringan / sedang dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
- Jika pendarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus dengan aspirasi vakum manual. Kuret dilakukan jika AVM
tidak tersedia,
11
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam
1 liter Nacl 0,9 persen atau RL dengan kecepatan 40 tbm untuk membantu
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar HB
4. Abortus Komplit
- Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari
- Lakukan konseling
dengan infus oksitosin hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24
lebih lanjut.
- Lakukan evaluasi tanda tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2
12
6. Abortus Habitualis
7. Abortus septik
- Kuretase dilakukan jika keadaan tubuh telah membaik minimal 6 jam setelah
H. Komplikasi Abortus
Menurut Sarwono, 2012. Komplikasi yang bisa disbeebkan oleh abortus adalah
sebagai berikut:
1. Perdarahan :
konsepsi dan jika perlu pemberian trnsfusi darah. Kematian karena perdarahan
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
teliti. Jika ada tanda bahaya , perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu
histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
Mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan
13
3. infeksi
infeksi terbatas pada desidua, apabila infeksi meyebar lebih jauh, terjadilah
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
Untuk mencegah abortus berulang, pada pasien yang telah mengalami abortus,
14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Subjective
Identitas :
Nama : ny. Ilvia
Umur : 25 tahun
Alamat : dsn. Watu – Bantaran – Probolinggo.
Pekerjaan : Guru SD
Pendidikan : S-1
Suku : Madura
Agama : Islam
15
B. Objective
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Kepala : a/i/c/d : -/-/-/-
Normochepali, rambut hitam, tidak mudah rontok
Status Obstetri :
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi
Auskultasi : DJJ : tidak terdengar
Palpasi :Tidak teraba
Pemeriksaan Penunjang :
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Range
HB 13,7 12- 26
Leukosit 11.800 4000-11.000
Trombosit 287.000 150000-450000
HbsAg Negatif negatif
16
C. Assesment
GIPOOOOO UK 6- 7 minggu dengan Abortus Incomplate
D. Planning
Pro Dilatasi dan Curetase
E. Prognosis
Prognosis nya baik jika disesuikan dengan penanganan jenis – jenis abortus.
F. Follow Up
17
14.00 Observasi :
Pasien mengatakan sedikit mual dan muntah
TD : 100/70
RR : 17x/mnt
Suhu : 36
Nadi 78x/mnit
18.00 Observasi :
Masih keluar darah sedikit pervaginam, mual muntah (+)
TD : 110/70
RR : 17x/mnt
Suhu : 36, 5
Nadi 82x/mnit
TD : 110/70
RR : 17x/mnt
Suhu : 36, 5
Nadi 82x/mnit
11.00 Observasi :
Pasien di indikasikan untuk pulang dan diberikan surat control.
TD : 110/70
RR : 17x/mnt
Suhu : 36, 5
Nadi 82x/mnit
13.00 Observasi :
Dilakukan Up infus
18
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien datang ke POLI jam 10.00 pada tanggal 27 – 09- 2018 karena keluar darah
dari vagina sejak 2 hari yang lalu. Awalnya pasien tidak mengetahui jika sedang hamil,
karena keluar berupa flek kemerahan dari vagina, pasien menggunakan test pack dan
hasilnya postif 2. Tetapi darah yang keluar semakin banyak dan mengggumpal, darah keluar
terus menerus disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien mengatakan awalnya pernah
perjalanan jauh sebelum terjadi flek kemerahan. Sampai saat ini darah masih terus keluar.
Pasien tidak merasakan pusing, sesak , mual ataupun muntah. Pasien tidak mengetahui
pembukaan. Dan dilakukan USG untuk menilai kondisi rahim saat ini, menurut dokter Sp.OG
dari anamnesis , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pasien
19
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar rahim yaitu
usia kurang dari 20 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram(Sarwono, 2012).
Menurut gejala klinisnya abortus dapat dibagi menjadi berbagai bagai jenis , salah satunya
adalah abortus Incomplate, Abortus incomplate adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
, tetapi sebagian hasil konsepsi masih tertinggal di dalam. Abortus incomplete ditandai
dengan keluar darah flek hingga menggumpal , ostium uterinya sudah terbuka. Dan hasil
konsepsinya sudah banyak yg keluar tapi masih ada yg tertiggal di dalam. (Sarwono, 2012).
Faktor resiko terjadinya Abortus secara garis besar ada 3 hal, yaitu; faktor dari janin
(fetal), faktor dari IBU (maternal), dan faktor dari AYAH (paternal).
Faktor janin (fetus) yaitu terdiri dari kelainan genetik(kromosom), sedangkan faktor
maternal mungkin dari kebiasaan ibu (merokok, minum alkohol, penyakit yang diderita oleh
ibu seperti hipertensi, pneumonia, dll). Bisa juga terjadi antahagonis rhesus antara ibu dan
bayi. Faktor paternal (ayah) terjadi karena faktor usia ayah dan kebiasaan orang tua merokok
ataupun mempunyai penyakit kronis seperti TBC. Abortus juga bisa terjadi karena trauma
Dalam kasus Abortus pada Ny. Ilvia (primi gravida) belum jelas penyebabnya; di
tinjau dari faktor maternalnya : Siklus menstruasi Ny. Ilvia memiliki siklus mesntruasi nya
lancar, teratur dengan siklus 28 hari selama 5-6 hari. Ny. Ilvia sebelumnya tidak pernah
mendertia penyakit penyakit kronis seperti hipertensi, asma, infeksi yang tinggi seperti
pneumonia ataupu tifoid. Kondisi Ny. Ilvia sebelum hamil dalam kondisi yang baik. Ny. Ilvia
Ny. Ilvia tidak memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi, jadi kemungkinan penyebab
karena hormonal ini bisa disingkirkan. Karena wanita yang mengkonsumsi pil kontrasepsi
20
dalam jangka waktu panjang dapat berpengaruh pada siklus hormonal alaminya. Hal ini
menyebabkan rahim tidak mampu menahan kehamilan pada saat pertama hamil.
Hal yang paling penting ialah Ny. Ilvia sejak awal tidak menyadari kehamilan. Tidak
sedikit wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang dalam kondisi hamil. Itu
sebabnya, wanita cenderung tidak berhati-hati dalam beraktivitas sehari – hari, aktivitas
Anthagonis rhesus kemungkinan besar tidak terjadi pada Ny ilvia dan bayinya,
dikarenakan Ny. Ilvia dan suami sama sama WNI. Anthagonis rhesus kemungkinan terjadi
Ditinjau dari segi umur ny. Ilvia (25 th). Merupakan umur yang tidak berisiko untuk
hamil. Karena menurut penelitian yang dilakukan (Winda, 2015) Ibu primigravida dengan
umur berisiko (<20, >35 tahun) akan memiliki peluang 4,333 kali untuk terjadinya abortus
dibanding dengan ibu primigravida dengan umur tidak berisiko (20 – 35 tahun).
Dari hasil USG yang dilakukan di POLI kandungan RSUD. Dr muhhamd saleh –
Probolinggo. Kondisi rahim Ny. Ilvia dalam keadaan baik. Tidak mengalami kelainan pada
uterusnya. Letak uterusnya dalam keadaan fisiologis yaitu Anteroversiofleksio. Baik pada
tuba faloppinya ataupun indung telurnya dalam keadaan baik. Berikut hasil USG yang telah
dilakukan ;
21
Gambar 4.2 Hasil USG ny. Ilvia
Faktor resiko lainnya yang kemungkinan terjadi ialah faktor paternal, dimana suami
Ny.ilvia merokok aktif sejak umur 17 tahun. Dan keadaan dimana ny. Ilvia pernah menjalani
perjalanan jauh ketika sedang hamil mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya abortus,
yaitu trauma. Baik benturan saat sedang berada di dalam mobil ataupun karena kelelahan.
Ditinjau dari faktor fetus yaitu terjadi kelainan genetik(kromosom) mungkin saja
bisa terjadi, tetapi pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan pada fetus nya.
Tanggal 27- 09- 2018 pasien langsung di indikasikan untuk MRS di rsud dr.
Mohammad Saleh Probolinggo untuk dilakukan dilatasi dan curetase. Dilakukan perbaikan
Pasien di lakukan Dilatase dan Curetase pada tanggal 27-09-2018 pada jam 12.00
WIB. Setelah Dilatase dan Curetase pasien di pindahkan ke ruang perawatan, keluhan pasien
berupa keluar darah pervaginam sedikit disertasi rasa mual dan muntah. Dilakukan perbaikan
22
Tanggal 28-09-2018 keadaan pasien sudah baik , tidak ada keluhan. Pasien sudah bisa
ke kamar mandi sendiri, sudah bisa mobilisasi sendiri. Jadi pasien di indikasikan untuk
23
BAB V
KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisa data pasien , dengan keluhan keuar darah pervaginam pada usia
kehamilan 6-7 mingu, darah yang keluar berupa darah menggumpal , maka dapat
disimpulkan gejala gejala terjadinya Abortus.
2. Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, baik anamnesis, pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan penunjang, pasien terdiagnosa dengan Abortus Incomplate.
3. Pasien di anjurkan untuk dilakukan Dilatase dan Kuretase untuk mengambil sisa sisa
jaringan hasil konsepsi yang masih tertinggal di uterus.
24
DAFTAR PUSTAKA
25