Risiko bencana adalah potensi kerugian yang dinyatakan dalam hidup, status
kesehatan,mata pencaharian, aset dan jasa, yang dapat terjadi pada suatu
komunitas tertentu ataumasyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu (UNISDR,
2009). Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Definisi risiko bencana mencerminkan konsep bencana sebagai hasil dari hadirnya
risiko secara terus menerus. Risiko bencana terdiri dari berbagai jenis potensi
kerugian yang sering sulit untuk diukur.Namun demikian, dengan pengetahuan
tentang bahaya, pola populasi, dan pembangunansosial-ekonomi, risiko bencana
dapat dinilai dan dipetakan, setidaknya dalam arti luas.
2. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu
bencana atau kejadian.
1. Kesiapsiagaan
2. Peringatan dini
3. Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi bencana adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
1. Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu
bencana misalnya membuat material yang tahan terhadap bencana, dan membuat
rancanagan pengaman, misalnya tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya.
2. Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar
mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia harus dapat
diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang
dihadapinya.
3. Pendekatan admisnistratif
1. Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek risiko
bencana
4. Pendekatan kultural
1. Tanggap darurat
1. Penanggulangan bencana
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh
karena itu Tim tanggap darurat harus diorganisisr dan dirancang untuk dapat
menangani berbagai jenis bencana.
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah
berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
1. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
1. Rekonstruksi
Menurut PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan masyarakat.
Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau kegiatan
yang mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko
Bencana (ARISCANA). ARISCANA dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
informasi dan data mengenai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi
dilingkungan masing-masing serta potensi atau tingkat risiko atau keparahannya.
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko
daerah tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan
masayarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi
sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil
risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat
ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan.
1. jumlah korban;
Dampak
Probabilitas
1 2 3 4 5
5
Tanah
4 Banjir
longsor
3 kekeringan
Puting
2
beliung
Gempa bumi
1
dan tsunami
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga
langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi bencana
Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu
daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca,
alam, aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya yang
berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada
pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu bencana yang
dapat terjadi.
1. Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka
langkah selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai.
Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Mengurangi kemungkinan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka langkah
yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan atau konsekuensi yang
ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko bencana dan
langkah pengendalaian tersebut dapat disusun analisa risiko bencana yang
terperinci dan mendasar untuk selanjutnya dikembangkan program kerja
penerapannya.
Berbagai sumberdaya yang diperlukan untuk menangani suatu bencana anta lain:
1. Sumberdaya manusia
Bencana tidak dapat ditanggulangi secara efektif dan cepat tanpa didukung oleh
prasarana dan logistic yang memadai. Prasarana dan material merupakan unsur
penting dalam mendukung keberhasilan penanggulangan bencana. Banyak
kejadian, dimana korban tidak berhasil ditolong karena tidak tersedianya
prasarana atau peralatan yang memadai sehingga jumlah korban meningkat.
Oleh karena itu setiap daerah harus memiliki sarana minimal yang diperlukan
dalam suatu bencana sehingga keterlambatan dalam membantu korban dapat
dihindarkan. Jenis sarana yang diperlukan tentunya disesuaikan dengan sifat
bencana dan skala bencana yang mungkin terjadi sesuai hasil identifikasi.
1. Sumberdaya finansial.
2.8 Komunikasi
Setiap kejadian bencana yang terjadi di suatu wilayah harus diinvestigasi dan
dilaporkan kepada instansi atau pihak yang ditunjuk, misalnya BNPB atau BPBD
kabupaten/kota.
Elemen terakhir dalam sistem manajemen bencana adalah inspeksi dan audit
manajemen bencana. Salah satu upaya untuk mengevaluasi pelaksanaan
manajemen bencana adalah dengan melakukan audit.
Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin atau berkala untuk memeriksa
kesiapan penanganan bencana. Semua peralatan penanganan bencana harus
diperiksa dan diuji kelayakannya sehingga siap digunakan setiap saat.
Audit adalah salah satu upaya untuk mengevaluasi penerapan manajemen bencana
dalam suatu organisasi, apakah sudah sesuai atau telah memenuhi persyaratan atau
tolak ukur yang ditetapkan.