Anda di halaman 1dari 17

Beberapa Pengertian Pancasila

 Kedudukan Pancasila bila dikaji secara


ilmiah memiliki pengertian-pengertian
yang luas, baik dalam kedudukannya
sebagai dasar negara, sebagai pandangan
hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa
dan negara, maupun sebagai kepribadian
bangsa.
 Bahkan dalam proses terjadinya terdapat
berbagai macam terminologi yang bisa
dideskripsikan secara objektif.
Pengertian Pancasila, menurut Ir.
Soekarno (2007: 24), dapat dipahami
melalui 3 kunci definitif, yakni:
1. Pancasila sebagai pemerasan kesatuan
jiwa Indonesia.
2. Pancasila sebagai manifestasi
persatuan bangsa dan wilayah Indonesia.
3. Pancasila sebagai weltanschauung
bangsa Indonesia dalam penghidupan
nasional dan internasional.
Oleh karena itu, untuk memahami
Pancasila secara utuh dan menyeluruh,
baik menyangkut rumusannya maupun
peristilahannya, kita perlu memahami
pengertian Pancasila tersebut dengan
meliputi lingkup pengertian sebagai
berikut:
•Pengertian Pancasila secara Etimologis
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal
dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana). Bahasa rakyat biasa
disebut dengan bahasa Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa
Sansekerta, perkataan “Pancasila” memiliki
dua macam arti secara leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” (vokal i pendek) artinya “batu
sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” (vokal i panjang) artinya “peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau
yang senonoh”
Dalam bahasa Indonesia, terutama bahasa
Jawa, kata-kata tersebut diartikan “susila”
yang sangat berkaitan dengan moralitas.
Oleh karena itu secara etimologis kata
“Pancasila” yang dimaksudkan adalah istilah
“Panca Syila” (dengan vokal i pendek) yang
memiliki makna leksikal “berbatu sendi
lima” atau secara harfiah “dasar yang
memiliki lima unsur”.
Adapun istilah “Panca Syiila” (dengan vokal
i panjang) bermakna lima aturan tingkah
laku yang penting.
Istilah Pancasila pada awalnya terdapat
dalam kepustakaan Budha di India dalam
kitab Suci Tri Pitaka yang terdiri dari 3
macam buku besar: Suttha Pitaka, Abhidama
Pitaka dan Vinaya Pitaka. Adapun ajaran-
ajaran moral yang terdapat dalam agama
Budha tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dasasyiila
2. Saptasyiila
3. Pancasyiila
Dalam agama Budha, ajaran Pancasila
merupakan lima aturan (larangan) atau five
moral principles yang berisi lima larangan
atau lima pantangan. Secara lengkap isi
Pancasila yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Panati pada veramani sikhapadam
samadiyani, artinya ”Jangan mencabut
nyawa makhluk hidup,” maksudnya:
dilarang membunuh.
2. Dinna dana veramani shikapadam
samadiyani, artinya ”Jangan mengambil
barang yang tidak diberikan,” maksudnya:
dilarang mencuri.
3. Kemashu micchacara veramani
shikapadam samadiyani, artinya ”Jangan
berhubungan kelamin,” maksudnya: dilarang
berzina.
4. Musawada veramani sikapadam
samadiyani, artinya ”Jangan berkata palsu,”
maksudnya: dilarang berdusta.
5. Surameraya masjja pamada tikana
veramani, artinya ”Jangan meminum
minuman yang menghilangkan pikiran,”
maksudnya: dilarang minum minuman
keras. (Zainal Abidin, 1958: 361).

Istilah Pancasila ditemukan juga dalam


keropak Negara Kertagama berupa kakawin
(syair pujian) dalam pujangga istana
bernama Empu Prapanca pada tahun 1365.
Di dalamnya kita akan menemukan istilah
ini dalam surga 53 bait kedua.

Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam


mulai tersebar ke seluruh Indonesia maka
sisa-sisa pengaruh ajaran moral Budha
(Pancasila) masih dikenal dalam masyarakat
Jawa yang disebut dengan lima larangan
atau pantangan moralitas sebagai berikut.
1. Mateni artinya membunuh
2. Maling artinya mencuri
3. Madon artinya berzina
4. Mabok artinya meminum minuman keras
atau menghisap candu
5. Main artinya berjudi
•Pengertian Pancasila secara Historis
Timbulnya istilah Pancasila, secara historis,
dapat kita telusuri dalam sejarah awal
persiapan kemerdekaan. Sekitar tahun 1940-
an, Jepang yang menjadi kolonial Indonesia
saat itu berjanji akan menyerahkan sebuah
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Janji
tersebut diwujudkannya dengan mendirikan
Dokuritsu Jumbi Chosakai, yaitu “Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)”, yang didirikan
tanggal 28 Mei 1945. (Al Chaidar, 1999 :57)
Proses perumusan Pancasila digarap dalam
sidang BPUPKI I atas pengajuan ketuanya,
dr. Radjiman Wedyodiningrat. Dia
mengajukan suatu masalah tentang calon
rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampillah pada sidang
tersebut tiga orang pembicara yaitu
Mohammad Yamin, Soepomo dan
Soekarno.
Dari ketiga pembicara tersebut, rumusan
dasar kenegaraan bagi bangsa Indonesia
dapat diringkas dalam uraian berikut.
a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945).
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945, Mr.
Muhammad Yamin mengajukan lima asas
negara Indonesia Merdeka, yaitu sebagai
berikut:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Rancangan UUD tersebut mencantumkan 5
asas atau 5 dasar negara yang rumusannya
adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
b. Ir. Soekarno (1 Juni 1945).
Pada tanggal 1 Juni 1945, di dalam sidang
tersebut Ir. Soekarno pun berpidato secara
lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan
dasar negara Indonesia. Dalam pidatonya,
Soekarno mengajukan nama “Pancasila”
(yang artinya lima dasar) sebagai dasar
kenegaraan. Dalam pengakuannya, istilah ini
ia peroleh dari salah seorang temannya yaitu
seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan
namanya. Kelima asas dasar negara
Indonesia tersebut ádalah sebagai berikut.
1. Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi perwakilan
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Dalam kesempatan itu, ia juga menawarkan
penyusutan Pancasila menjadi Trisila yang
rinciannya adalah sebagai berikut.
1. Sosio Nasional yaitu “Nasionalisme dan
Internasionalisme”.
2. Sosio Demokrasi yaitu “Demokrasi
dengan kesejahteraan rakyat”
3. Ketuhanan Yang Maha Esa
Trisila ini bisa diperas lagi, menurut
Soekarno, menjadi “Eka Sila” atau satu sila
yang intinya adalah “gotong-royong”. Tetapi
ia sangat cenderung pada Pancasila yang ia
uraikan di awal pidatonya itu.
c. Piagam Jakarta (22 Juni 1945)
Dalam beberapa persidangan BPUPKI
belum dicapai suatu kesepakatan yang utuh
tentang rumusan Pancasila yang akan
menjadi dasar kenegaraan yang mengikat
secara kontinyu. Akhirnya, BPUPKI
menetapkan sembilan orang tokoh untuk
membuat kesepakatan sesuai dengan
rancangan ideologi masing-masing. Dalam
sidang yang dilakukan Panitia Sembilan ini
tercapailah rumusan yang lebih dikenal
dengan Piagam Jakarta. Isi rumusan
Pancasila tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-
Hatta memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia. Keesokan harinya, tanggal 18
Agustus 1945, Undang-Undang Dasar 1945
termasuk Pembukaannya disahkan. Di
dalam UUD 1945 tersebut termuat isi
rumusan lima prinsip sebagai satu dasar
negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila
menjadi bahasa Indonesia dan merupakan
istilah umum. Walaupun dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah
“Pancasila”, namun yang dimaksudkan
Dasar Negara Republik Indonesia
sebagaimana isi pidato Ir. Soekarno dalam
sidang pertama BPUPKI adalah “Pancasila”.
Hal ini didasarkan atas interpretasi historis,
terutama dalam rangka pembentukan calon
rumusan dasar negara, yang secara spontan
diterima oleh peserta sidang secara bulat.
•Pengertian Pancasila secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945 itu telah melahirkan negara
Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-
alat perlengkapan negara sebagaimana
lazimnya negara-negara yang merdeka,
maka Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) segera mengadakan
sidang. Sidang tanggal 18 Agustus 1945
telah berhasil mengesahkan UUD Negara
Republik Indonesia yang dikenal dengan
UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas
dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan
pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal,
1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4
pasal dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2
ayat.
Namun dalam sejarah ketatanegaraan
Indonesia terdapat pula rumusan-rumusan
Pancasila sebagai berikut.
a. Dalam Konstitusi RIS (Republik
Indonesia Serikat)
Konstitusi ini berlaku tanggal 29 Desember
1949 s.d. 17 Agustus 1950. Di dalamnya
tercantum rumusan Pancasila sebagai
berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
b. Dalam UUD (undang-undang dasar
sementara 1950)
Undang-Undang Dasar 1950, berlaku mulai
tanggal 17 Agustus 1950 sampai dengan 5
Juli 1959, rumusan Pancasila yang
tercantum dalam konstitusi RIS adalah
sebagai berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang
terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan¬/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang
secara konstitusional sah dan benar sebagai
dasar negara Republik Indonesia, yang
disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh
rakyat Indonesia.
Selain itu ada juga beberapa rumusan
pengertian Pancasila dalam makna yang
umum, di antaranya adalah sebagai berikut.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia
Pancasila digunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan aktivitas dan kehidupan di
dalam segala bidang. Dengan kata lain
semua tingkah laku dan perbuatan setiap
warga negara Indonesia harus sesuai dengan
sila-sila yang terdapat dalam Pancasila.
Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian
bangsa
Pancasila sudah menjadi jiwa setiap rakyat
Indonesia dan telah menjadi ciri khas bangsa
Indonesia dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan.
Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur
pemerintahan negara atau dasar mengatur
penyelenggaraan negara.
Menurut Prof. Dr. Notonegoro, SH,
Pancasila merupakan norma hukum pokok
atau pokok kaidah fundamental dan
memiliki kedudukan yang tetap, kuat, dan
tidak berubah. Pancasila juga memiliki
kekuatan yang mengikat secara hukum.
Penegasannya tercantum dalam ketetapan-
ketetapan sebagai berikut.
1. Pembukaan UUD 1945 alinea IV
2. Tap MPR No.XVII/MPR/1998
3. Tap MPR No.II/MPR/2000
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
Pancasila merupakan dasar filsafat negara
dan ideologi negara. Falsafah ini kemudian
dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur
pemerintahan dan mengatur
penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara Indonesia
Fungsi Pancasila dapat dilihat secara yuridis
ketatanegaraan. Tap MPR No.
III/MPR/2000 mengatur tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan.
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa
Indonesia
Pancasila disahkan bersama-sama dengan
disahkannya UUD 1945 oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. PPKI merupakan
wakil rakyat Indonesia pada masa itu yang
mengesahkan perjanjian luhur tersebut.
Pancasila sebagai cita-cita bangsa Indonesia
Cita-cita luhur bangsa Indonesia tegas
termuat dalam Pembukaan UUD 1945
karena Pembukaan UUD 1945 merupakan
perjuangan jiwa proklamasi, yaitu jiwa
Pancasila.
Dengan demikian Pancasila merupakan
tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai