Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH LATIHAN BRANDT DAROFF TERHADAP KESEIMBANGAN DAN

RISIKO JATUH PADA PASIEN BENIGN PAROXISMAL POSITIONAL


VERTIGO DIRSUD dr. SOEDONO MADIUN

Naskah Publikasi

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat


Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

PUJI TRI HASTUTI


20151050022

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
2

PENGARUH LATIHAN BRANDT DAROFF TERHADAP KESEIMBANGAN DAN RISIKO


JATUH PADA PASIEN BENIGN PAROXISMAL POSITIONAL VERTIGO
DIRSUD dr. SOEDONO MADIUN

Puji Tri Hastuti1, Elsye Maria Rosa2, Moh. Afandi2


1)
Mahasiswa Program Magister Keperawatan UMY, 2)Dosen Program Magister Keperawatan UMY
Email : aylanice@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan salah satu gangguan
Neurologi dimana 17% pasien datang dengan keluhan pusing. Gangguan yang sering muncul adalah
gangguan keseimbangan yang berisiko tinggi untuk mengalami jatuh. Salah satu terapi non farmakologi
yang dapat membantu meningkatkan keseimbangan dan menurunkan risiko jatuh adalah latihan brandt
daroff. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan brandt daroff terhadap keseimbangan dan
risiko jatuh pada pasien Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV).
Metode Penelitian : Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental pretest-
posttest control group design. Sebanyak 34 pasien rawat inap dipilih secara acak untuk terlibat dalam
penelitian ini. Pada kelompok eksperimen terdiri 17 responden, sedang kelompok kontrol 17 responden.
Pengumpulan data post test dilakukan 5 hari sesudah pre test. Analisis data dilakukan uji Wilcoxon dan
Man Whitney dengan taraf signifikan 0,05. Pengolahan data statistik menggunakan program komputer.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh latihan brandt daroff terhadap keseimbangan (p =
0,0001) dan risiko jatuh (p = 0,002). Sedangkan perbandingan antara kelompok kontrol dan intervensi
terhadap keseimbangan terdapat perbedaan (p = 0,0001), terhadap risiko jatuh tidak ada perbedaan (p =
0,616).
Diskusi : Latihan brandt daroff merupakan salah satu rehabilitasi vestibular, latihan terapeutik berupa
adaptasi vestibular subtitusi dan habituasi gejala menggunakan gerakan kepala. Latihan akan memperbaiki
keseimbangan, mengurangi risiko jatuh, dan memperbaiki kebugaran.
Kesimpulan : latihan brandt daroff dapat meningkatkan keseimbangan dan menurunkan resiko jatuh pada
pasien Benign Paroxismal Positional Vertigo.

Kata Kuci : Latihan brandt daroff, keseimbangan, risiko jatuh, vertigo

ABSTRAC

Background: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) one of Neurological disorders in which 17%
of patients present with complaints of dizziness. The disorder often coming up is balance disorder having a
high risk of falling. One of the non-pharmacological therapies is Brandt daroff maneuver technique. The
research objective is to find out the influence of Brandt daroff training toward the balance and falling risk
on Beningn Paroxismal Positional Vertigo Patients (BPPV).
Research Method: The design used in this research was quasi-experimental pretest-posttest control group
design. There were 34 inpatients selected randomly to be involved in this research. In experimental group,
there were 17 respondents while in control group, there were 17 respondents as well. The posttest data
collection was done 5 days after pretest. Data analysis was conducted using Wilcoxon and Man Whitney
test with significant level of 0.05. The statistical data management used computer program.
Result: The research result shows that there is an influence of Brandt daroff training toward balance (p=
0.0001) and falling risk (p= 0.002). Meanwhile, the comparison between the control group and
intervention toward balance are different (p= 0.0001). Toward the falling risk, there is no difference (p=
0.616).
Discussion: exercise BRANDT daroff is one of the vestibular rehabilitation, therapeutic exercises in the
form vestibular adaptation and habituation symptom substitution using head movements. The exercise will
improve balance, reduce the risk of falls, and improve fitness.
Conclusion: exercises BRANDT daroff can improve balance and decrease the risk of falls in patients
Paroxismal Benign Positional Vertigo.

Keywords: Brandt daroff training, balance, falling risk, vertigo


3

PENDAHULUAN dengan bantuan gravitasi. Output yang


Vertigo berasal dari bahasa latin, yaitu diperoleh dari aktivasi mode adaptasi fisiologi
“vertere” yang dapat diartikan berputar, dan adalah memperbaiki keseimbangan dan
igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan menurunkan risiko jatuh.
subtipe dari “dizziness” yang dapat
didefinisikan sebagai ilusi gerakan, dan yang METODE PENELITIAN
paling sering adalah perasaan atau sensasi Penelitian ini merupakan penelitian Quasi
tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau Experimental dengan desain pretest-posttest
sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan control group design. Penelitian ini
berputar. Kasus vertigo yang paling sering bertujuan mengetahui pengaruh latihan
ditemukan adalah Benign Paroxysmal brandt daroff (brandt daroff exercise)
Positional Vertigo (BPPV). Benign terhadap keseimbangan dan risiko jatuh
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) pada pasien dengan benign paroxysmal
termasuk ke dalam gangguan keseimbangan
position vertigo (BPPV) di Rumah Sakit
dengan gejala pusing, rasa seperti melayang,
dunia seperti berjungkir balik , pening, Umum Daerah dr. Soedono Madiun Tahun
sempoyongan (Edward & Roza, 2014). 2017. Penelitian ini akan membagi sampel
Ketika Benign Paroxysmal Positional penelitian atau responden penelitian kedalam
Vertigo tercetus, pasien akan merasa seperti dua kelompok, yaitu : kelompok perlakuan
ruangan atau lingkungan disekelilingnya (intervensi) yang diberikan latihan brandt
berputar atau melayang, sehingga mengganggu daroff 2x setiap 1 sesi latihan dengan
pusat perhatian dan keseimbangan pasien akan frekuensi 3x/hari selama 5 hari dan kelompok
menurun (Sumarliyah, 2011). Gangguan kontrol yang tidak diberikan latihan brandt
keseimbangan menyebabkan pasien dengan daroff tetapi diberikan leafleat latihan brandt
Benign Paroxysmal Positional Vertigo daroff. Kelompok intervensi adalah kelompok
memiliki risiko tinggi untuk mengalami jatuh hitungan ganjil, sedangkan kelompok kontrol
(Widiantopanco, 2010). Menurut The adalah hitungan genap.
Internasional Classification of Disease Hari pertama penelitian dilakukan
(ICD), jatuh adalah suatu keadaan yang tidak pengukuran (pre-test) pada kedua kelompok,
diinginkan karena seseorang yang terjatuh pengukuran meliputi keseimbangan dan risiko
dari suatu tempat yang tinggi dapat jatuh. Instrument yang digunakan untuk
menyebabkan cidera (Setiati, 2014). mengukur keseimbangan adalah Modified
Penanganan yang diberikan pada vertigo Clinical Test of Sensory Integration of Balance
selama ini dapat dilakukan dengan (CTSIB-M), sedangkan instrument yang
farmakologi, non-farmakologi maupun operasi. digunakan untuk mengukur risiko jatuh adalah
Pada farmakologi, penderita biasanya akan Fall Risk Assessment Tool (FRAT). Untuk
diberikan golongan antihistamin dan melakukan pengukuran keseimbangan
benzodiazepine. Salah satu terapi non menggunakan CTSIB-M, sebelumnya peneliti
farmakologi menggunakan pendekatan teori telah menyiapkan stopwatch dan busa
keperawatan yang dapat diberikan perawat berukuran 40 cm x 40 cm untuk digunakan
untuk membantu pasien yang mengalami sebagai alat bantu dalam melakukan
gangguan keseimbangan dan risiko jatuh pada pengukuran keseimbangan menggunakan
kasus BPPV adalah teknik manuver brandt instrument CTSIB-M.
daroff (Widjajalaksmi, 2015). Sebelum dilakukan latihan brandt daroff,
Latihan brandt daroff akan mengaktivasi peneliti pertama – tama mengukur tanda –
mode adaptasi fisiologi dengan meningkatkan tanda vital pasien, yaitu : nadi dan tekanan
efek adaptasi dan habituasi sistem vestibular, darah. Kemudian dilanjutkan dengan
dan pengulangan yang lebih sering pada memberikan intervensi latihan brandt daroff
latihan BD berpengaruh dalam proses adaptasi pada kelompok intervensi dengan frekuensi
pada tingkat integrasi sensorik. Integrasi 3x/hari dengan 2x pengulangan setiap sesi
sensorik juga bekerja dalam penataan kembali latihan selama 5 hari. Sedangkan pada
ketidakseimbangan input antara sistem organ kelompok kontrol diberikan leafleat brandt
vestibular dan persepsi sensorik lainnya. daroff exercise. Pemilihan waktu latihan
Mendorong otokonia untuk kembali ke adalah : (1) latihan pertama dilakukan jam 6.00
utrikulus melalui ujung non ampulatory kanal atau 8.00 WIB; (2) latihan kedua dilakukan
4

jam 11.00 atau 13.00 WIB; (3) latihan ketiga dipengaruhi oleh aktivitas dalam
dilakukan di jam 18.00 atau 20.00 WIB. pekerjaan itu sendiri. Rata – rata
Pemberian latihan brandt daroff pada responden penelitian tidak memiliki
kelompok intervensi dilakukan selama 5 hari. riwayat penyakit kronis sebelumnya.
Apabila sebelum lima hari pasien Hampir sebagian besar responden
diperbolehkan pulang kerumah, maka pasien penelitian melakukan aktivitas olahraga
melakukan latihan brandt daroff secara mandiri seperti senam lansia, fun bike, dan
tanpa didampingi oleh peneliti atau asisten jogging. Hasil penelitian menunjukkan
peneliti. Setelah dilakukan intervensi selama 5 bahwa tidak ada hubungannya antara
hari pada kelompok perlakuan pada hari ke – 6 kebiasaan berolahraga dengan gangguan
dilakukan pengukuran keseimbangan dan keseimbangan dan risiko jatuh. Hasil
risiko jatuh baik pada kelompok perlakuan penelitian lainnya menunjukkan bahwa,
intervensi ataupun kelompok kontrol. Analisa kejadian jatuh pada lansia berkurang pada
data menggunakan uji Wilcoxon dan Mann lansia yang melakukan program latihan
Whitney. dua kali seminggu selama lima minggu
Penelitian ini telah mendapat persetujuan (Weerdesteyn, 2006).
dari Komite Etik Penelitian FKIK Universitas Aktifitas fisik dapat mempertahankan
Muhammadiyah No.269/EP-FKIK- fungsi dari muskuloskletal sehingga
UMY/IV/2017 dan Komite Etik Penelitian mampu mempertahankan keseimbangan
Kesehatan Rumah Sakit Dr. Soedono Madiun pada tubuh lansia. Sebagian besar
No.445/12378/303/2017. responden memiliki kebiasaan menjaga
pola makan sehat sehari – hari. Dengan
HASIL PENELITIAN DAN demukian dari hasil penelian
PEMBAHASAN menunjukkan bahwa tidak ada
1. Karakteristik Responden hubungannya kebiasaan sehari – hari
Responden yang mengikuti penelitian dengan gangguan keseimbangan dan
ini mayoritas berusia diatas 60 tahun risiko jatuh.
sedangkan sisanya berusia 50 – 60 tahun.
Respoden dalam penelitian ini tergolong 2. Keseimbangan Responden Pada
dalam kategori responden dengan usia Kelompok Intervensi dan Kelompok
pertengahan (45 – 59 tahun) dan Kontrol
responden dengan usia lanjut dini (60 - 65 Setelah dilakukan latihan brandt
tahun). Gai, et al (2010) mengungkapkan darroff kelompok intervensi pada saat
bahwa lansia yang berusia diatas 75 tahun
postest semua mampu bertahan berdiri
memiliki gangguan keseimbangan yang
buruk dan 51.8% lansia mengalami jatuh diatas permukaan lunak dengan mata
selama setahun terakhir. Persentase tertutup maupun mata terbuka selama
responden perempuan lebih banyak 30 detik. Sedangkan pada kelompok
daripada laki – laki pada penelitian ini. kontrol hanya 5 orang yang mampu
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa bertahan berdiri diatas permukaan
tidak ada hubungannya antara jenis lunak dengan mata tertutup maupun
kelamin dengan keseimbangan dan risiko mata terbuka selama 30 detik
jatuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Hal ini disebabkan karena bidang
yang dilakukan oleh Cordeiro et al pada tumpu merupakan bagian dari tubuh
tahun 2009. Tidak adanya hubungan yang berhubungan dengan permukaan
antara keseimbangan dan risiko jatuh
tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat
dengan jenis kelamin dapat disebabkan
oleh factor aktivitas. berada di bidang tumpu, tubuh dalam
Sebagian besar responden penelitian keadaan seimbang (Chalid, 2009).
bekerja sebagai ibu rumah tangga, Visual memegang peran penting
pedagang, petani, dan penjahit. Penelitian dalam sistem sensoris. Penglihatan
ini menunjukkan hasil bahwa tidak ada muncul ketika mata menerima sinar
hubungannya pekerjaan dengan yang berasal dari obyek sesuai jarak
keseimbangan dan risiko jatuh. Gangguan pandang. Dengan informasi visual,
keseimbangan yang terjadi pada seseorang maka tubuh dapat menyesuaikan atau
5

bereaksi terhadap perubahan bidang Sesuai dengan penelitian Gai, at


pada lingkungan aktivitas sehingga all (2010) bahwa lansia diatas 75
memberikan kerja otot yang sinergis tahun akan mengalami kendala
untuk mempertahankan keseimbangan pengaturan keseimbangan karena
tubuh (Prasad, 2011). menurunnya persepsi terhadap
Selain itu juga Komponen kedalaman, menurunnya penglihatan
vestibular merupakan sistem sensoris perifer, menurunnya kemampuan
yang berfungsi penting dalam untuk mendeteksi informasi spatial
keseimbangan, kontrol kepala, dan karena sudah mengalami penurunan
gerak bola mata. Reseptor sensoris kognitif. Sedangkan pada Benign
vestibular berada di dalam telinga. Paroxismal Positional Vertigo
Reseptor pada sistem vestibular mengalami penurunan sistem
meliputi kanalis semisirkularis, vestibular sehingga menyebabkan
utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari terganggunya keseimbangan yang
sistem sensoris ini disebut dengan akan meningkatkan terjadinya risiko
sistem labyrinthine. Sistem jatuh (Setiati, 2014), hal ini untuk
labyrinthine mendeteksi perubahan menghindari kerancuan penyebab
posisi kepala dan percepatan terjadinya risiko jatuh.
perubahan sudut. Melalui refleks Responden penelitian ini juga
vestibulo-occular, mereka mengontrol tidak ada yang mempunyai riwayat
gerak mata, terutama ketika melihat penyakit kronis seperti
obyek yang bergerak. Mereka cerebrovascular accident (CVA),
meneruskan pesan melalui saraf Diabetes Mellitus, dan tidak ada yang
kranialis VIII ke nukleus vestibular mempunyai riwayat trauma cervical
yang berlokasi di batang otak. serta deformitas neuromuskuloskeletal
Beberapa stimulus tidak menuju yang bisa menyebabkan gangguan
nukleus vestibular tetapi ke serebelum, dalam gaya berjalan dan menurunnya
formatio retikularis, thalamus dan kemampuan untuk berjalan yang
korteks serebri. menjadi factor risiko terjadinya jatuh.
Dari hasil penelitian disimpulkan Berdasarkan peraturan
bahwa setelah dilakukan latihan pemerintah nomor 39 tahun 1995
brandt darroffI pada kelompok tentang penelitian dan pengembangan
intervensi ada peningkatan skor kesehatan pasal 9 bahwa pelaksanaan
keseimbangan, dikelompok kontrol penelitian dan pengembangan terhadap
juga mengalami peningkatan skor manusia wajib dilakukan dengan
keseimbangan. memperhatikan kesehatan dan
keselamatan jiwa manusia, keluarga
3. Risiko Jatuh Responden Pada dan masyarakat. Hal itu juga di atur
Kelompok Intervensi dan Kelompok dalam Good Clinical Research
Kontrol Practice (GCP) Word Health
Hasil penelitian menunjukkan Organization (WHO) yang
bahwa terdapat skor risiko jatuh ringan menyatakan bahwa setiap penelitian
baik pada kelompok intervensi dan yang melibatkan manusia, risiko dan
kelompok kontrol, baik saat pre-test ketidaknyamanan yang mungkin
dan post-test secara statistik maupun terjadi harus diantisipasi untuk
secara klinis. Hal ini disebabkan mencegah risiko dan ketidaknyamanan
karena sesuai dengan kriteria inklusi yang timbul saat penelitian. Oleh
pada penelitian usia responden di karena itu sebelum melakukan
batasi antara 40 – 65 tahun. penelitian, peneliti menjelaskan
kepada responden bila di awal
6

melakukan intervensi ada keluhan, beberapa posisi sehingga dapat


maka latihan harus dihentikan dan menjadi kebiasaan. Latihan brandt
istirahat sejenak, dilanjutkan lagi bila daroff akan melancarkan aliran darah
keluhan sudah berkurang dan risiko ke otak sehingga dapat memperbaiki
jatuh ringan. tiga sistem sensori yaitu sistem
Semua responden pada penelitian penglihatan (visual), sistem
ini baik kelompok intervensi dan keseimbangan telinga dalam
kelompok kontrol pada saat pre test (vestibular) dan sistem sensori umum
mempunyai risiko jatuh ringan dan yang meliputi sensor gerak, tekanan
setelah dilakukan latihan Brandt dan posisi (Fauziah, 2015).
Darroff pada kelompok intervensi dan Penelitian yang dilakukan oleh
pada kelompok kontrol juga Doongwook Han (2012), latihan
mempunyai skor dalam kategori risiko brandt daroff yang dilakukan selama 2
jatuh ringan. minggu akan memperbaiki kondisi
vestibular wanita yang mengalami
4. Perbedaan Keseimbangan Pada vertigo. Penelitian yang dilakukan
Kelompok Intervensi yang oleh Helminski (2005) pada pasien
Diberikan Brandt daroff Exercise yang diberikan latihan brandt daroff
dan kelompok kontrol. dirumah sebanyak 4 kali sehari selama
Hasil penelitian saat dilakukan seminggu menunjukkan bahwa pasien
pre-test pada kelompok kontrol dan yang diberikan latihan brandt daroff
kelompok intervensi tidak mengalami penurunan gejala – gejala
menunjukkan perbedaan skor yang vertigo dan berkurangnya risiko
signifikan. kekambuhan gejala. Hasil penelitian
Latihan Brandt Darrof .pada sesuai dengan teori bahwa latihan
kelompok intervensi menunjukkan brandt daroff dapat meningkatkan
hasil yang signifikan yaitu terjadi keseimbangan pada pasien Benign
peningkatan skor keseimbangan Paroxismal Positional Vertigo.
menjadi 120 atau mampu melakukan Sedangkan pada kelompok
berdiri diatas permukaan keras kontrol didapatkan mean 114 atau ada
ataupun lunak dengan mata tertutup beberapa yang tidak mampu untuk
maupun mata terbuka selama masing berdiri di permukaan lunak dengan
masing 30 menit. Adanya peningkatan mata tertutup selama 30 detik, tetapi
skor keseimbangan pada responden sebagian besar responden mengalami
penelitian setelah diberikan intervensi peningkatan keseimbangan sehingga
disebabkan karena latihan brandt pasien mampu berdiri di permukaan
daroff akan meningkatkan efek keras dengan mata terbuka dan
adaptasi dan habituasi sistem tertutup selama masing masing 30
vestibular, dan pengulangan yang detik. Adanya peningkatan skor
lebih sering pada latihan brandt daroff keseimbangan pada kelompok kontrol
berpengaruh dalam proses adaptasi disebabkan karena kelompok kontrol
pada tingkat integrasi sensorik. mendapatkan terapi obat – obat
Integrasi sensorik juga bekerja dalam (farmakologi) yaitu betahistine. hal
penataan kembali ketidakseimbangan ini sesuia dengan clinical pathway
input antara sistem organ vestibular penatalaksanaan vertigo serta adanya
dan persepsi sensorik lainnya. Standar Prosedur Operasional (SP) di
Latihan brandt daroff merupakan Rumah Sakit dr. Soedono Madiun.
terapi tambahan selain terapi Hal ini sejalan dengan penelitian
farmakologi. Latihan ini juga dapat yang dilakukan oleh Sokolova, et.al
membantu pasien menerapkan (2014) yang menjelaskan bahwa
7

penggunaan dosis harian 32 mg brandt daroff sebelum dan sesudah


sampai 36 mg paling efektif dalam diberikan intervensi dengan nilai p-
pengobatan gejala vertigo (mual, value 0.001. Hal yang sama terjadi
muntah, pusing, gangguan pada kelompok kontrol, terdapat
keseimbangan dan jatuh). Penelitian penurunan resiko jatuh yang signifikan
yang dilakukan oleh Danur (2014), pre dan post tes pengukuran resiko
menunjukkan bahwa pasien yang jatuh dimana p-value 0.003.
mendapatkan terapi betahistin Latihan brandt daroff merupakan
menunjukan 23 pasien (76.7%) yang salah satu rehabilitasi vestibular,
menunjukkan efek lebih efektif dan latihan terapeutik berupa adaptasi
memberikan hasil yang signifikan vestibular subtitusi dan habituasi
dalam proses penyembuhan, gejala menggunakan gerakan kepala.
sedangkan sebanyak 7 pasien (23.3%) Latihan akan memperbaiki
menunjukan proses penyembuhan keseimbangan, mengurangi risiko
yang kurang efektif. Berdasarkan jatuh, dan memperbaiki kebugaran.
analisis uji chi - square, nilai Rehabilitasi vestibular
significancy menunjukan angka 0.317, mengintegrasikan sistem vestibular,
oleh karena p > 0.05 maka hasil visual, dan somatosensori. Pendekatan
tersebut dapat diambil kesimpulan terapi latihan di rumah diperlukan
bahwa tidak adanya hubungan yang terutama bagi mereka dengan gejala
signifikan antara pemberian terapi yang tidak segera menghilang setelah
yang diberikan dengan nilai dilakukan prosedur reposisi kanalit
keefektifitasan terhadap vertigo atau dan bagi mereka dengan gejala yang
keduanya sama-sama memberikan berulang. Terapi latihan Brandt Daroff
nilai keefektifitasan terhadap pasien adalah satu bentuk latihan yang dapat
vertigo dengan selisih 10%. Penelitian dilakukan dengan aman di rumah dan
sebelumnya oleh Heike pada penderita tidak memerlukan seorang praktisi
vertigo dengan terapi betahistin yang terlatih. Gerakan vertigo pada
menunjukan bahwa terdapat hasil yang umumnya adalah sebuah gerakan
signifikan terhadap penurunan atau berputar, namun sesekali dijumpai
perbaikan gejala vertigo dengan kasus dimana gerakan bersifat linier
pemberian betahistin (24 mg b.i.d ( (garis lurus), tubuh seolah-olah ditarik
tiap 12 jam). atau dengan 16 t.i.d ( tiap menjauhi bidang vertikal
8 jam.) tanpa terapi tambahan lainnya (Lumbantobing, 2013).
(Heike, 2010). Penurunan risiko jatuh pada
Hasil penelitian ini sejalan dengan kelompok kontrol yang signifikan
teori bahwa pasien dengan Benign dapat disebabkan karena responden
Paroxismal Positional Vertigo, penelitian (kelompok kontrol) tidak
keseimbangannya dapat ditingkatkan mendapatkan obat – obatan sedatif.
dengan menggunakan penatalaksanaan Walapun pada kelompok kontrol tidak
farmakologi saja walaupun tidak mendapatkan intervensi latihan brandt
maksimal. daroff, tetapi kelompok kontrol
mendapatkan standart care dari rumah
5. Perbedaan Risiko Jatuh Pada sakit sama seperti yang didapatkan
Kelompok Intervensi dan Kelompok kelompok intervensi juga. Standart
Kontrol. care yang ada di rumah sakit meliputi
Hasil penelitian menunjukkan : (1) pasien dianjurkan untuk bedrest
terdapat penurunan resiko jatuh yang saat masih merasakan gejala vettigo;
signifikan pada pada kelompok (2) risttrain bed dalam kondisi
intervensi yang diberikan latihan terpasang; (3) tersedianya nurse call
8

disetiap bed, adanya nurse call tergantung, menutup kedua mata,


memungkinkan pasien untuk segera membaringkan tubuh dengan posisi
menghubungi perawat jika ada miring ke salah satu sisi tubuh,
keluhan; (4) lingkungan pasien memutar kepala sampai menghadap
(menjaga agar lantai tidak dalam keatas kemudian menahan selama 30
keadaan licin); (5) pasien selalu di detik, kembali duduk tegak kembali
monitor dengan menggunakan selama 30 detik, akan memperbaiki
instrument resiko jatuh yang berlaku fungsi dari vestibuler.
dirumah sakit. Pemberian terapi Penelitian yang dilakukan oleh
farmakologi pada kelompok kontrol Cheryl (2011), menyatakan bahwa
juga dapat memperbaiki kondisi pasien yang mengalami vertigo kronis
keseimbangan sehinggan resiko jatuh dalam waktu yang sangat lama dilatih
pada pasien berkurang. gerakan – gerakan brandt daroff dua
Dari hasil penelitian dapat kali sehari dirumah selama 24 hari.
disimpulkan bahwa terjadi penurunan Penelitian lainnya menunjukkan
yang signifikan pada risiko jatuh baik bahwa meskipun gejala vertigo tidak
pada kelompok intervensi dan berkurang setelah diberikan selama 24
kelompok kontrol. Meskipun kedua hari, tetapi gejalanya hilang setelah
kelompok mengalami penurunan dilakukan dalam waktu satu tahun.
resiko jatuh yang signifikan pada Latihan brandt daroff yang dilakukan
kedua kelopok, kelompok yang 5 kali sehari selama dua minggu
diberikan latihan brandt daroff tingkat menunjukkan bahwa tidak terjadi
signifikannya jauh lebih baik dari pada perubahan yang signifikan pada
kelompok kontrol. keseimbangan pasin, tapi dapat
dipastikan secara klinis terdapat
6. Perbedaan Keseimbangan dan perubahan keseimbangan. Latihan
Risiko Jatuh Pada Kelompok brandt daroff dalam waktu yang lama
Intervensi dan Kelompok Kontrol dapat memberikan efek pada fungsi
Hasil penelitian menunjukan vestibular (Coben, 2010).
bahwa pemberian latihan brandt Latihan brandt daroff merupakan
daroff dapat meningkatkan skor latihan fisik yang akan melepaskan
keseimbangan pada kelompok otokonia yang diduga melekat pada
intervensi dibandingkan pada kupula dan habituasi pada sistem
kelompok kontrol yang tidak diberikan vestibuler sentral sehingga timbul
intervensi latihan brandt daroff, hanya kompensasi. Otokonia yang terlepas
diberikan lefleat. Sedangkan pada diharapkan akan keluar dari kanalis
risiko jatuh terjadi penurunan skor semisirkularis, sehingga tidak
risiko jatuh pada kelompok intervensi mencetuskan gejala vertigo. Latihan
dan kelompok kontrol, tetapi brandt daroff akan meningkatkan efek
penurunannya tidak significant. adaptasi dan habituasi sistem
Latihan brandt daroff yang vestibular, dan pengulangan yang
dilakukan oleh responden penelitian lebih sering pada latihan brandt daroff
selama lima hari dengan frekuensi berpengaruh dalam proses adaptasi
3x/hari dilakukan pengulangan pada tingkat integrasi sensorik
sebanyak 2x setiap sesi latihan selama sehingga akan melancarkan aliran
10 sampai dengan 15 menit memiliki darah ke otak yang mana dapat
efek positif fungsi vestibular. Gerakan memperbaiki tiga sistem sensori yaitu
– gerakan yang terdapat pada latihan sistem penglihatan (visual), sistem
brandt daroff seperti, duduk tegak keseimbangan telinga dalam
ditepi tempat tidur dengan tungkai (vestibular) dan sistem sensori umum
9

yang meliputi sensor gerak, tekanan Kelebihan dan Kelemahan Penelitian


dan posisi (Sumarliyah, 2011). 1. Kelebihan
Adanya peningkatan skor a. Desain penelitian merupakan
keseimbangan pada kedua kelompok eksperimental (quasy
berdampak pada penurunan risiko experimental) dengan pendekatan
jatuh yang diberikan latihan brandt pre dan post test serta melibatkan
daroff maupun pada kelompok dua kelompok, yaitu kontrol dan
kontrol. Hal ini disebabkan karena kelompok intervensi. Pada
responden penelitian memiliki kelompok intervensi diberikan
kebiasaan berolahraga, menjaga pola latihan brandaroff, sedangkan
makan sehat dan mendapatkan terapi pada kelompok kontrol diberikan
obat dari dokter. Pemberian leaftleat leafleat latihan brandt daroff.
pada kelompok kontrol b. Penelitian ini mengukur
memungkinkan kelompok kontrol perbedaan perubahan
melakukan latihan brandt daroff keseimbangan dan risiko jatuh
secara mandiri. pada pasien dengan BPPV pada
Pemberian latihan brandt daroff kedua kelompok sebelum dan
diawal (pertama kali) akan membuat sesudah (pre-test dan post-test).
responden penelitian merasa pusing c. Penelitian ini melihat pengaruh
saat melakukan pergantian posisi. Hal dari pemberian latihan brandt
yang dialami responden penelitian daroff terhadap keseimbangan dan
merupakan hal yang wajar tejadi risiko jatuh.
ketika pertama kali melakukan latihan
brandt daroff, tetapi pada akhirnya 2. Kelemahan
latihan ini akan dapat membantu a. Pemantauan pada responden
pasien untuk meningkatkan hanya melalui media sosial
keseimbangan dan meminimalkan lembar observasi yang di isi
risiko jatuh yang dialami responden sendiri oleh responden penelitian
penelitian. atau keluarga pasien.
Terdapat penurunan skor risiko b. Untuk memastikan apakah
jatuh pada kelompok intervensi yang responden penelitian benar –
diberikan latihan brandt daroff benar paham atau bisa melakukan
maupun kelompok kontrol, walaupun setiap gerakan latihan brandt
secara statistik tidak menunjukan daroff, peneliti dan asisten peneliti
perubahan yang signifikan. Hasil dari mengklarifikasi setiap gerakan
pengukuran saat pre-test pada semua pasien sebelum dilakukan post-
responden menunjukkan risiko jatuh test.
ringan, sedangkan pada saat dilakukan c. Ada beberapa pasien yang tidak
post-tes skor risiko jatuh pasien masih mau datang untuk kontrol ulang,
berada dalam rentang 5 – 11 (lower sehingga peneliti atau asisten
risk score). Skor risiko jatuh baik pada peneliti harus melakukan post-test
kedua kelompok berada dalam di rumah pasien.
kategori risiko jatuh ringan (lower risk d. Responden pada variabel risiko
score 5-11). Dengan demikian dapat jatuh kurang bervariasi.
disimpulkan bahwa latihan brandt
daroff dapat meningkatkan Implikasi Penelitian
keseimbangan dan menurunkan risiko Latihan brandt daroff merupakan
jatuh secara maksimal pada pasien terapi tambahan selain terapi farmakologi.
Benign Paroxismal Positional Vertigo. Latihan ini juga dapat membantu pasien
menerapkan beberapa posisi sehingga
10

dapat menjadi kebiasaan. Brandt daroff 2. Rumah Sakit dan Pelayanan


manuver merupakan upaya disensitisasi Kesehatan
reseptor semisirkularis. Latihan brandt Hasil penelitian ini diharapkan
daroff akan membantu pasien mengurangi dapat digunakan sebagai salah satu
gejala – gejala vertigo yang dirasakan terapi non-farmakologi atau terapi
seperti mual dan muntah, latihan ini juga tambahan dan dapat dimasukkan
akan meningkatkan keseimbangan dan kedalam Standart Prosedur
menurunkan risiko jatuh. Latihan brandt Operasional (SPO) penatalaksanaan
daroff dapat menjadi salah satu latihan pada pasien dengan Benign Paroxymal
yang bisa diterapkan pada pasien dengan Positional Vertigo (BPPV) di Rumah
BPPV baik dirumah maupun di rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedono
sakit secara mandiri tanpa membutuhkan Madiun. Hasil penelitian ini dapat
pengawasan khusus. dijadikan pedoman praktek klinik
untuk tenaga medis khususnya bidang
Kesimpulan dan Saran neurologi dalam penatalaksanaan
pasien Benign Paroxymal Positional
1. Karekteristik responden penelitian Vertigo (BPPV) baik di rumah sakit
adalah wanita dengan usia >60 tahun. rujukan atau di layanan primer.
Sebagian responden tidak memiliki
riwayat penyakit kronis, memiliki 3. Peneliti Selanjutnya
kebiasaan berolahraga, serta selalu Hasil penelitian ini diharapkan
menjaga pola makan sehat. menjadi data dasar bagi penelitian –
2. Latihan brandt daroff 3 kali selama 5 penelitian selanjutnya yang
hari berpengaruh terhadap peningkatan berhubungan dengan latihan brandt
keseimbangan pada pasien Benign daroff. Untuk peneliti selanjutnya
Paroxysmal Positional Vertigo diharapkan memperlama waktu
(BPPV). penelitian agar mendapatkan suatu
3. Latihan brandt daroff 3 kali selama 5 tren perubahan, dilakukan pada
hari berpengaruh terhadap penurunan responden yang memiliki risiko jatuh
risiko jatuh pada pasien Benign yang bervariasi dari skala risiko jatuh
Paroxysmal Positional Vertigo ringan, sedang dan berat. Hal ini
(BPPV) bertujuan untuk melihat pengaruh
4. Latihan brandt daroff dapat latihan brandt daroff terhadap risiko
meningkatkan kesimbangan pada jatuh pada pasien dengan BPPV.
kelompok intervensi dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Meskipun
pada risiko jatuh latihan brandt daroff DAFTAR PUSTAKA
tidak memiliki hasil yang signifikan.
Ahmad H. Asdie, Harrison (1999) Prinsip-
Saran prinsip ilmu penyakit dalam /editor
edisi , Jakarta, EGC.
1. Pasien Alligod. (2014). Nursing Theorist and
Hasil penelitian ini diharapkan Their Work Eight Edision. Elsevier
dapat menjadi salah satu motivasi dan Ambrose, A. F. (2013). Risk factors for
informasi bagi pasien agar dapat falls among older adults : A review
menerapkan latihan brandt daroff of the literature Risk factors for falls
sebagai salah satu terapi among older adults : A review of the
nonfarmakologi untuk mengurangi literature, (October 2016).
gejala – gejala vertigo yang dirasakan. http://doi.org/10.1016/j.maturitas.20
13.02.009
11

Arch Otolar Bronstein A. Benign Dae, J., Bo, D., Ju, H., Il, C., & Kim, M.
Paroxysmal Positional Vertigo (2014). A Multicenter Randomized
(BPPV): diagnosis and physical Double-Blind Study : Comparison of
treatment in London, ACNR 2005; 5 the Epley , Semont , and Sham
(5) July/August p. 12-4. Laryngol. Maneuvers for the Treatment of
1980; 106: 484-5. Posterior Canal Benign Paroxysmal
Bhattacharyya N, Baugh F R, Orvidas Positional Vertigo, 736, 336–341.
L. (2008). Clinical Practice http://doi.org/10.1159/000365438
Guideline: Benign Paroxysmal Document, T. (2016). Compare the
Positional Vertigo. Differences of Nurses ’ Perceptions
Otolaryngology-Head and Neck of Risk Factors and Effective
Surgery. Preventability for Injurious Falls
Bisdorff Alexandre, et all. (2013). The between USA and Taiwan.
Epidemiology of Vertigo, Dizziness, Edward, Y., & Roza, Y. (2014). Laporan
and Unsteadiness and Its Links to Kasus Diagnosis dan Tatalaksana
Co-Morbidities. Neurology Journal Benign Paroxysmal Positional
https://www.ncbi.nlm.nih.gov › Vertigo ( BPPV ) Horizontal
NCBI Berdasarkan Head Roll Test, 3(1),
Bittar et al. (2011). Benign Paroxysmal 77–82.
Positional Vertigo: Diagnosis and Efiati Arsyad S, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna
Treatment International Tinnitus D R ( 2012 ) Buku Ajar Ilmu
Journal. Kesehatan Telinga Hidung
Bramantyo B. (2000) Nilai normal Tenggorok Kepala & Leher.
posturografi pada orang dewasa Fakultas Kedokteran Universitas
tanpa keluhan gangguan 52 ORLI Indonesia. Edisi ketujuh. 2012
Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Pengaruh FKUI. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit
latihan brandt daroff dan modifikasi Dalam. Interna Publising : Jakarta
manuver Epley keseimbangan Fujino A, Tokumasu K, Yosio S,et al
[Tesis]: Universitas Indonesia. Vestibular training for Benign
Brandt T, Daroff RB. Physical therapy for Paroxymal Positional Vertigo. Arch
Benign Paroxysmal Positional Otolaryngol Head Neck Surg. 1994,
Vertigo. Arch Otolaryngol. 1980; 120: 497-504.
106: 484-5. Furtado, P. L., Luis, A., & Sampaio, L.
Brandt T, Dietrich (2005) M. Vertigo and (2011). Benign paroxysmal
dizziness common complaints. positional vertigo : diagnosis and
London: Springer Verlag. treatment, 16(2), 135–145.
Chung, H., & Coralic, A. (2016). Galetta, S.L., Prasad, S., 2011. Anatomy
ORIGINAL RESEARCH A and physiology of the afferent visual
multidisciplinary assessment system. Handbook of Clinical
instrument to predict fall risk in Neurology; 102
hospitalized patients : A prospective Hall CD, Herdman SJ. Balance, vestibular
matched pair case study, 6(6). and oculomotor dysfunction.
Cohen HS, Sangi-haghpeykar H. Canalith In:Selzer M, Clarke S, Cohen L,
repositioning variations for Benign Duncan P, Gage F, eds. Textbook of
Paroxysmal Positional Vertigo. Neural Repair and Rehabilitation,
Otolaryngol Head Neck Surg. 2010; Medical Neurorehabilitation. 2nd
143(3): 405-12 edition. Cambridge: Cambridge
Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik untuk University Press; 2006. p.298- 314
kedokteran dan kesehatan. Penerbit Han, DongWook, et al. (2012) The Effect
Salemba, 2011. Of Brandt-Daroff Exercise On The
12

Vestibular Organ Of Women With Modifikasi Manuver Epley Pada


Vertigo. Jurnal Phys.Ther.Sci 24 : Vertigo Posisi Paroksismal Jinak
481- 483. [Tesis] : Universitas Indonesia
https://www.jstage.jst.go.jp/article/jp Marzuki, Chalid. (2009). Azas- Azas
ts/24/6/24_481/_pdf Mekanika. Malang : Wineka Media
Hociota, I. M., Calarasu, R., & Georjesco, Munir, B (2015) Neurologi Dasar. Jakarta.
M. (2011). The impact of benign Myers, Helen, and Sue Nikoletti. "Fall risk
paroxysmal positional vertigo on assessment: a prospective
quality of life. Rom J Neurol, 10(2), investigation of nurses’ clinical
179. judgement and risk assessment tools
Indriani. (1991). Pengaruh latihan Brandt in predicting patient
dan Daroff pada keseimbangan falls." International journal of
postural penderita vertigo posisi nursing practice 9.3 (2003): 158-
paroksimal jinak [Tesis]: Universitas 165.
Indonesia. Nashner LM. Computerized dynamic
Johnson J & Lalwani AK. (2009). posturography in practical
Vestibular Disorders. In : Lalwani management of the dizzy patient.
AK, editor. Current Diagnosis & Philadelphia: Lippincott Williams
treatment in Otolaryngology- Head Wilkins; 2001h. 153-81.
& Neck Surgery. New York : Mc Parikh SS, Bid CV. Vestibular
Graw Hill Companies rehabilitation. In: DeLisa physical
Kusumaningsih, W., Mamahit, A. A., & medicine and rehabilitation:
Bashiruddin, J. (2015). Pengaruh Principles and practice, 4th Ed.
latihan brandt daroff dan modifikasi Philadelphia: Lippincott Williams
manuver Epley pada vertigo posisi Wilkins; 2005. p.958-74.
paroksismal jinak, 45(1), 43–52. Parnes et al. (2003). Diagnosis and
Leveque et al. (2007). Surgical Therapy Management of Benign
in Intractable Benign Paroxysmal Paroxysmal Positional Vertigo
Positional Vertigo. Otolaryngology- (BPPV). CMAJ
Head and Neck Surgery. Probosuseno, 2009.
Li JC, Epley JM. Benign Paroxysmal MengapaLansiaSeringRoboh.
Positional Vertigo (updated http://www.republika.co.id, diakses
September 25 2009) cited from tanggal 20 april 2016
www.emedicine.com Putra B.(1996) Manfaat latihan metoda
Li, I., Hsiung, Y., Hsing, H., Lee, M., Brandt Daroff pada penderita Benin
Chang, T., & Huang, M. (2016). Paroxysmal Positional Vertigo.
Elderly Taiwanese ’ s Intrinsic Risk Tesis, Kedokteran Fisik dan
Factors for Fall-related Injuries *. Rehabilitasi, FKUI.
International Journal of Radtke A, Neuhauser H, von Brevern M.
Gerontology, 10(3), 137–141. A. (1999). Modified Epley’s
http://doi.org/10.1016/j.ijge.2015.10. Procedure for self treatment of
006 Benign Paroxysmal Positional
Lumban Tobing. (2003). sm. Vertigo. Vertigo. Neurology. 53: 1358-60.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Rejeki Andayani Rahayu. 2011.Gangguan
Kedokteran Universitas Indonesia. Tidur pada Usia Lanjut. Dalam aru
Lumbantobing ( 2013 ) Neurologi Klinik W. Sudoyo, Baambang Setiyohadi,
Pemeriksaan Fisik dan Mental Idrus Alwi, Marcellus simadibrata
cetakan ke 16. Jakarta. K, siti Setiadi : buku Ajar Ilmu
Mamahit, Andy Ardhana (2012). penyakit Dalam jilid III. Edisi IV.
Pengaruh latihan brandt daroff dan Jakarta : pusat penerbitan
13

Departemen Ilmu penyakit Dalam World Health Organization. Handbook for


FK-UI. H. 1350-6. good clinical research practice.
Siti Setiati, Idrus Alwi, dkk, (2014). Buku www.who.int/medicines/areas/qualit
Ajar Penyakit Dalam , jilid III, , y_safety/safety_efficacy/gcp1.pdf
Internal Publising Edisi VI. Hal Yang, K. (n.d.). Lauralee Sherwood (2012)
3731 – 3757. Susunan Saraf Pusat. Fisiologi
Solomon D. (2000) Benign Paroxysmal Manusia dari sel ke system Edisi 8.
Positional Vertigo. In: current
treatment option in neurology.
Philadelphia: Current Science Inc;.
p.417-27
Sugiyono, Dr. "Metode
Penelitian." Bandung: CV
Alvabeta (2016).
Staab J. P. (2012). Chronic subjective
dizziness. Continuum (Minneap.
Minn.) 18, 1118–1141.
Sugiono, (2014) Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung. Alfabeta
Sumarliyah, dkk. (2011) Pengaruh Senam
Vertigo Terhadap Keseimbangan
Tubuh Pada Pasien Vertigo Di Rs
Siti Khodijah. Universitas
Muhammadiyah Surabaya. Jurnal
Penelitian Kesehatan ISNN 0856
2929
Sundararajan, I., Rangachari, V., Sumathi,
V., & Kumar, K. (2011). Epley ’ s
manoeuvre versus Epley ’ s
manoeuvre plus labyrinthine
sedative as management of benign
paroxysmal positional vertigo :
prospective , randomised study,
(January), 572–575.
http://doi.org/10.1017/S0022215110
002781
Syahrir H, ( 2008) Nyeri Kepala &
Vertigo. Jakarta.
Tanimoto H, Ifediba MA, Doi K, Katata
K, Nibu Ki.(2005). Self-treatment
for Benign Paroxysmal Positional
Vertigo of the posterior semicircular
canal. Neurology. 65: 1299-300.
Teixeira L.J., Pollonio J.N., Machado.
(2006). Maneuvers for the treatment
of Benign Positional Paroxysmal
Vertigo: a systemic review.
Brazilian Journalof
Otorhinolaryngology
14

Anda mungkin juga menyukai