Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN MODEL KONSEP NEED FOR HELP DAN SELF CARE

PADA ASUHAN KEPERAWATAN IBU PRE EKLAMPSIA BERAT


DENGAN TERMINASI KEHAMILAN

Machmudah
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammdiyah Semarang
email : machmudah@unimus.ac.id

ABSTRAK

Penerapan model konsep Need for Help, sangat tepat dilaksanakan pada pengelolaan ibu hamil dengan
PEB dalam kondisi emergency, yang bertujuan untuk mengatasi masalah fisik dan psikologis agar ibu dan
keluarga dapat membangun koping yang adaptif terhadap perubahan yang terjadi. Setelah ibu dilakukan
terminasi kehamilan, maka perawat dihadapkan pada kondisi pasien postpartum beserta bayinya. Asuhan
keperawatan maternitas dalam menangani klien postpartum dapat dilakukan dengan mengaplikasikan
model konseptual self care menurut Orem. Perubahan yang terjadi selama periode postpartum
menyebabkan penurunan kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhannya. Perawat berperan membantu
meningkatkan kemandirian klien untuk memenuhi kebutuhan self care nya melalu proses belajar atau
latihan dalam bentuk perawatan diri, menciptakan lingkungan yang memfasilitasi tercapainya
kemandirian sehingga peran perawat dari memberi bantuan penuh bergeser ke bantuan supportive
educative.

Kata kunci : kompetensi residensi keperawatan maternitas, pre eklampsia berat, need for help, self care

PENDAHULUAN Kehamilan dan persalinan yang


aman merupakan salah satu faktor yang
Kesehatan reproduksi menurut dapat mempengaruhi tingginya Angka
Konferensi Internasional Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kependudukan dan Pembangunan yang Kematian Bayi (AKB) di Indonesia.
diadakan di Cairo pada tahun 1994 AKI dan AKB sangat penting
adalah keadaan fisik, mental dan sosial diperhatikan karena menjadi indikator
yang utuh dalam segala hal yang keberhasilan pembangunan pada sektor
berkaitan dengan fungsi, peran dan kesehatan yang mengacu pada jumlah
system reproduksi. Pengertian kematian ibu terkait dengan masa
kesehatan reproduksi ini mencakup kehamilan, persalinan dan nifas, serta
tentang hak seseorang untuk dapat untuk melihat tingkat kesejahteraan
memperoleh kehidupan seksual yang suatu masyarakat (Depkes RI, 2008).
aman dan memuaskan serta mempunyai AKI di Indonesia masih tinggi
kapasitas untuk bereproduksi, termasuk dibandingkan dengan Negara-negara di
didalamnya adalah kebebasan seorang Asia Tenggara dan paling banyak
perempuan untuk memutuskan bila terjadi di rumah sakit (Rukmini &
akan hamil dan melahirkan dan Wiludjeng, 2005). Pemerintah
seberapa banyak anak yang akan sebenarnya telah bertekad menurunkan
dilahirkannya, serta hak untuk AKI dari 390 per 100.000 kelahiran
mendapatkan tingkat pelayanan hidup (SDKI, 1994) menjadi 225 per
kesehatan yang memadai sehingga 100.000 kelahiran hidup pada tahun
perempuan mempunyai kesempatan 1999 dan menurunkannya lagi menjadi
untuk menjalani proses kehamilan 125 per 100.000 kelahiran hidup pada
secara aman. tahun 2010 (Roeshadi, 2006).

16 Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 3, No. 1, Mei 2015 ; 16-26


Upaya penurunan angka kematian kesehatan. Ketiga hal tersebut juga
ibu dan bayi merupakan salah satu didukung oleh adanya kondisi empat (4)
prioritas dalam pembangunan terlalu, yaitu terlalu muda (dibawah usia
kesehatan. Sejalan dengan tujuan 20 tahun), terlalu tua(diatas 35 tahun),
Millenium Development Goals terlalu dekat (jarak melahirkan kurang
(MDG’s), pemerintah mengharapkan dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih
Indonesia dapat mencapai target MDGs, dari empat kali).
yaitu menurunkan angka kematian ibu Penyebab kematian ibu karena
dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 perdarahan dan infeksi dapat diturunkan
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun secara nyata dengan adanya kemajuan
2015 (Dep Kes, 2011). dalam bidang medis meliputi tehnik
Kematian ibu dapat disebabkan anestesi, tehnik operasi, pemberian
karena banyaknya kasus kegawat- cairan infus dan tranfusi, serta peranan
daruratan pada kehamilan, persalinan antibiotik yang semakin meningkat.
dan nifas. Setiap hari pada tahun 2008, Pada penderita pre eklampsia, angka
ada 1000 perempuan di dunia yang kematian ibu bersalin yang disebabkan
meninggal akibat dari komplikasi karena pre eklampsia dan eklampsia
kehamilan dan persalinan. Penyebab belum dapat diturunkan karena
langsung kematian ibu yang terbanyak ketidaktahuan dan keterlambatan
adalah perdarahan, hipertensi dalam mendapatkan pertolongan setelah gejala
kehamilan (pre eklampsia dan klinis berkembang menjadi pre
eklampsia), infeksi dan komplikasi dari eklampsia berat dengan segala
aborsi (Unsafe abortion) (WHO, 2008). komplikasinya. Bahkan menurut
Hal ini juga sejalan dengan laporan laporan beberapa rumah sakit, angka ini
tahunan MDG’s di Indonesia tahun telah menggeser perdarahan dan infeksi
2006, yang menjelaskan bahwa sebagai penyebab utama kematian
penyebab kematian ibu yang utama maternal (Roeshadi, 2006).
adalah perdarahan 28%, eklampsia Melihat fenomena tersebut, maka
13%, aborsi yang tidak aman 11% serta perempuan di Indonesia memerlukan
sepsis 10%. perhatian dan tindakan khusus yang
Persalinan dirumah merupakan komprehensif. Perawat khususnya
salah satu faktor yang mempengaruhi perawat maternitas sebagai bagian yang
masih tingginya AKI di Indonesia. Data integral dari pelayanan kesehatan,
Riskesdas 2000 memperlihatkan bahwa mempunyai peran dan kontribusi yang
masih ada persalinan yang dilakukan besar dalam upaya pemerintah untuk
dirumah (43,2%) dan sisanya (55,4 %) menurunkan AKI, AKB dan upaya
dilakukan di sarana pelayanan untuk meningkatkan derajat kesehatan
kesehatan. Dari persalinan yang perempuan di Indonesia. Perawat
dilakukan dirumah hanya 51.9 % yang maternitas adalah pemberi pelayanan
dibantu oleh tenaga kesehatan sisanya kesehatan yang berkualitas dan
(40,2%) ditolong oleh dukun bersalin. professional yang ditujukan pada wanita
Kondisi tersebut masih diperberat usia subur yang berkaitan dengan
dengan adanya faktor resiko tiga system reproduksi pada masa diluar
terlambat (3 T) yaitu terlambat kehamilan, masa kehamilan, masa
mengambil keputusan di tingkat melahirkan, masa nifas sampai 6
keluarga, terlambat merujuk (terlambat minggu dan bayi yang dilahirkan
sampai di sarana pelayanan kesehatan) sampai usia 28 hari beserta keluarganya,
dan terlambat mendapatkan pelayanan yang berfokus pada pemenuhan

Penerapan Model Konsep Need For Help dan Self Care pada Asuhan Keperawatan Ibu 17
Pre Eklampsia Berat dengan Terminasi Kehamilan
Machmudah
kebutuhan dasar dalam melakukan Cimanggis Depok). Penekanan program
adaptasi fisik dan psikososial dengan pada penerapan hasil analisis konsep-
menggunakan pendekatan proses konsep dan teori keperawatan serta
keperawatan (Novita, 2011). kebijakan pemerintah yang
Perawat Spesialis Maternitas berhubungan dengan keperawatan
mempunyai peran yang sangat strategis maternitas pada berbagai tatanan
dalam membantu mengatasi berbagai pelayanan kesehatan.
permasalahan kesehatan reproduksi Perawat maternitas dapat
perempuan, hal tersebut tentunya dapat memberikan asuhan keperawatan yang
membantu program pemerintah dalam berkualitas dengan pendekatan model
upaya untuk menurunkan AKI. Secara konsep untuk membantu mengatasi
klinis Perawat Spesialis Maternitas berbagai resiko yang terjadi pada ibu
dapat berperan sebagai praktisi yang yang mengalami komplikasi dalam
profesional, sebagai edukator, peneliti, kehamilan maupun persalinannya. Salah
konsultan, advocate, dan agen satu contohnya adalah pemberian
pembaharu (Gorrie, 1998). asuhan keperawatan pada ibu dengan
Kompetensi perawat spesialis pre eklampsia berat.
maternitas antara lain (1). Memberikan Berdasarkan data yang diperoleh
asuhan keperawatan kepada sistem klien dari bagian rekam media IGD
(wanita dan pasangan usia subur yang Kebidanan RSUPN Cipto
berkaitan dengan sistem reproduksi Mangunkusumo Jakarta, didapatkan
tanpa adanya kehamilan, wanita hamil, data bahwa ibu yang datang dengan
melahirkan, nifas, ibu diantara dua kasus pre eklampsia dan pre eklampsia
persalinan dan bayi baru lahir sampai berat selama periode 2010 sebanyak
usia 40 hari) yang mengalami masalah 377 pasien dengan rata-rata tiap
maternitas yang kompleks. (2). bulannya adalah 31 pasien. Sedangkan
Mendidik dan membimbing praktisi jumlah pasien yang datang dengan
keperawatan, tenaga kesehatan dan eklampsia pada tahun 2010 adalah 58
klien yang ada dibawah tanggung pasien (IGD Kebidanan RSUPN Cipto
jawabnya. (3). Mengelola pelayanan mangunkusumo).
keperawatan serta mengelola riset Pre eklampsia berat merupakan
keperawatan pada area keperawatan penyakit pada wanita hamil yang secara
maternitas. langsung disebabkan oleh kehamilan.
Untuk dapat mencapai Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai
kompetensi tersebut, maka proteinuri dan edema akibat kehamilan
penyelenggaraan program spesialis setelah usia kehamilan 20 minggu atau
maternitas dilaksanakan selama dua segera setelah persalinan (Bobak, 2005).
semester setelah mahasiswa Ada beberapa faktor resiko yang
menyelesaikan program magister berperan terhadap terjadinya pre
keperawatan maternitas. Program eklampsia yaitu: kehamilan kembar,
spesialis maternitas ini diselenggarakan mola hidatidosa, gross edema, diabetes
baik di tatanan rumah sakit (RSUPN mellitus, penyakit ginjal, hipertensi
Cipto Mangunkusumo, RSP kronis, polihidramnion (Buckley&Kulb,
Persahabatan Jakarta, RS Marzoeki 2003). Faktoe resiko lain yang
Mahdi Bogor, RSUD Bekasi) maupun berkontribusi tidak langsung antara lain
ditatanan komunitas dengan bekerja faktor sosial ekonomi, defisiensi diet
sama dengan Puskesmas (Puskesmas (terutama protein), berat badan, usia
Pasar Minggu dan Puskesmas (lebih dari 35 tahun) dan etnis/ras

18 Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 3, No. 1, Mei 2015 ; 16-26


(Buckley&Kulb, 2003; Cunningham et gerakan tubuhnya, sedangkan klien
al, 2006). adalah penerima bantuan dari tenaga
Perawat maternitas merupakan kesehatan profesional baik berupa
bagian dari pemberi pelayanan perawatan, nasehat maupun edukasi
kesehatan diharapkan mempunyai (George, 2002). Tiga tujuan yang
perhatian yang tinggi dalam membantu dikemukakan Widenbach dalam
ibu untuk meminimalkan dampak dari membantu klien yaitu : (1) mencegah
PEB baik secara fisik maupun kegawatan ibu, (2) menurunkan
psikologis. Perawat harus dapat kecemasan akibat kehilangan, (3)
memandang klien secara holistik membangun koping yang efektif
meliputi bio-psiki-sosial dan spiritual menghadapi kegawatan dan kehilangan
dalam memberikan pelayanan dengan melakukan kolaborasi,
keperawatan yang profesional untuk koordinasi, dengan tim kesehatan
membantu klien dalam mengatasi lainnya sehingga klien mendapatkan
berbagai masalah yang ditimbulkan. tindakan yang tepat sesuai dengan
Pada pemenuhan kebutuhan psikologis prosedur penanganan klien dengan
perawat mempunyai peran untuk PEB.
membantu ibu dan keluarganya dalam Penerapan model konsep Need for
melewati proses kehilangan dan Help”, sangat tepat dilaksanakan pada
berduka secara adaptif dengan tahap awal atau kondisi emergency ibu
memfasilitasi koping ibu dan keluarga hamil dengan PEB. Penerapan konsep
untuk menerima realitas. Perawat dapat Need for Help tidak hanya untuk
melibatkan sistem pendukung yang membantu ibu mengatasi masalah krisis
dimiliki klien, keterlibatan keluarga dan kegawatan pada fisiknya saja, akan
dalam pemberian asuhan keperawatan tetapi perubahan psikologis setelah
akan membantu ibu untuk melahirkan baik proses persalinan
meningkatkan kemampuan adaptasinya pervaginam maupun sectio caesarea
dan dapat memasuki respon kehilangan juga menjadi masalah yang perlu
dan berduka secara fisiologis dibantu agar ibu dan keluarga dapat
(Chapman, 2003). Peran dan fungsi membangun koping yang adaptif
perawat tersebut dapat dilaksanakan terhadap perubahan yang terjadi.
melalui aplikasi model konsep dan teori Kondisi lain yang memerlukan
keperawatan untuk memberikan asuhan bantuan penanganan segera adalah
keperawatan secara holistik dan perubahan psikologis karena ibu
komprehensif. mungkin akan melahirkan bayi yang
Asuhan keperawatan pada ibu kecil atau bahkan harus kehilangan bayi
hamil dengan PEB melalui pendekatan yang dikandungnya. Perawat maternitas
Need for Help dapat membantu harus dapat memberikan asuhan yang
meningkatkan kemampuannya untuk berkualitas agar pasien dan keluarga
mengatasi berbagai masalah kehidupan sesegera mungkin kembali dalam
yang menyangkut kesehatan dan keadaan optimal dan mampu menerima
kesejahteraan (Tomey, 2006). kehilangan dengan kondisi yang adaptif.
Widenbach dalam Tomey (2006) Pada kondisi ini ibu dihadapkan pada
mengungkapkan bahwa perawat adalah situasi kehilangan yang terjadi secara
orang yang mampu membantu klien tiba-tiba, dampak kehilangan tersebut
mengatasi masalah dan meningkatkan menyebabkan terjadinya
kesejahteraannya melalui tindakan, ketidakseimbangan diri yang beresiko
pikiran, perasaan, perkataan, tulisan dan menimbulkan kesedihan

Penerapan Model Konsep Need For Help dan Self Care pada Asuhan Keperawatan Ibu 19
Pre Eklampsia Berat dengan Terminasi Kehamilan
Machmudah
berkepanjangan. Pendekatan bantuan penuh bergeser ke bantuan
Widenbach pada masalah psikologis supportive educative (Tomey, 2006).
lebih ditujukan untuk membantu ibu
dalam meningkatkan kopingnya saat METODE PENELITIAN
kondisi emergency yang membutuhkan
tindakan segera dan berlanjut pada Penelitian ini merupakan
kondisi pemulihan setelah operasi. penelitian dengan menggunakan
Berdasarkan hal tersebut diatas, pendekatan studi kasus. Populasi dalam
maka penerapan model konsep Need for penelitian ini adalah ibu hamil yang
Help dari Wiedenbach dapat menjadi dirawat di RS. Marzoeki Mahdi Bogor
pilihan untuk membantu ibu hamil dan RSUP. Ciptomangunkusumo
dengan PEB pada fase akut dan Jakarta dengan pre eklampsia berat.
emergency. Ibu memerlukan Besar sampel dalam penelitian ini
penanganan segera untuk mengatasi sejumlah 5 responden. Teknik
masalah fisik dan psikologis, kemudian pengambilan sampel yang digunakan
pada tahap selanjutnya perlu dilakukan adalah purposive sampling. Analisa
evaluasi terus menerus untuk melihat data yang digunakan adalah deskriptif
keefektifan penggunaan model konsep sedangkan alat pengumpul data yang
tersebut serta menilai keefektifan digunakan adalah pedoman wawancara.
bantuan keperawatan yang telah
diberikan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah fase kegawatan teratasi, 1. Karakteristik Responden
dimana ibu dengan pre eklampsia berat
dilakukan terminasi kehamilan baik Tabel 1. Karakteristik Responden
secara normal (persalinan pervaginam) Berdasarkan Usia
maupun persalinan dengan section
caesarea, maka perawat dihadapkan Tingkat Frekuensi Prosentase
pada kondisi pasien postpartum beserta Pendidikan (%)
dengan bayinya. Asuhan keperawatan 27 tahun 1 20 %
maternitas dalam menangani klien 29 tahun 1 20 %
postpartum dapat dilakukan dengan 34 tahun 1 20 %
mengaplikasikan model konseptual self 40 tahun 1 20 %
care menurut Orem. Konsep model self 42 tahun 1 20 %
care memandang bahwa setiap individu Jumlah 5 100 %
mempunyai kemampuan dan potensi
untuk merawat dirinya sendiri dan Berdasarkan pada tabel 1 di atas
mencapai kesejahteraan (Tomey, 2006). dapat diketahui bahwa ada dua
Perubahan yang terjadi selama periode responden yang berada pada usia kritis
postpartum menyebabkan penurunan untuk hamil (40%) yaitu pada usia
kemandirian klien untuk memenuhi diatas 35 tahun.
kebutuhannya. Perawat berperan
membantu meningkatkan kemandirian Tabel 2. Karakteristik Responden
klien untuk memenuhi kebutuhan self Berdasarkan Status Obstetri
care nya melalu proses belajar atau
latihan dalam bentuk perawatn diri, Jenis Frekuensi Prosentase
Pekerjaan (%)
menciptakan lingkungan yang
Primigravida 1 20 %
memfasilitasi tercapainya kemandirian Multigravida 4 80 %
sehingga peran perawat dari memberi Jumlah 5 100 %

20 Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 3, No. 1, Mei 2015 ; 16-26


Berdasarkan pada tabel 2 di atas mg/24 jam atau lebih besar atau sama
dapat diketahui bahwa sebagian besar dengan positif dua pada pemeriksaan
responden adalah multigravida yaitu dipstick) (Cunningham et al, 2006 ;
sejumlah 4 orang (80%). Reeder et al, 2011; Prawirohardjo,
2008).
Tabel 3. Karakteristik Responden Faktor resiko terjadinya pre
Berdasarkan Usia Kehamilan eklampsia berat tergambar jelas dari
kelima kasus yang residen kelola, yaitu
Usia Frekuensi Prosentase usia, paritas. Usia kelima klien berada
Kehamilan (%) pada rentang usia antara 29-40 tahun,
37 minggu 1 20% dengan status obstetri multiparitas dan
38 minggu 2 40% satu orang klien dengan status obstetri
40 minggu 1 20% primipara. Kondisi ini ternyata berbeda
41 minggu 1 20% dengan teori yang menjelaskan bahwa
Jumlah 5 100 % seiring dengan pertambahan usia
mempunyai resiko lebih besar
Dari tabel 3 dapat diketahui mengalami pre eklampsia (Cuningham
bahwa sebagian besar responden et al, 2006). Analisa baru yang residen
mengalami pre eklalmpsia berat pada peroleh adalah ternyata pre eklampsia
usia kehamilan diatas 37 minggu. Pre berat dapat terjadi pada semua rentang
eklampsia berat merupakan bagian dari usia dengan variasi gravida (multi
gangguan hipertensi yang menjadi maupun primi).
penyulit kehamilan yang sering Pendekatan asuhan keperawatan
dijumpai dan termasuk salah satu dengan konsep need for help pada
diantara tiga trias mematikan, bersama kondisi pre eklampsia berat tahap akut
dengan perdarahan dan infeksi, yang mampu mengidentifikasi kebutuhan ibu
banyak menimbulkan morbiditas dan dengan kondisi kegawatan. Semua klien
mortalitas pada ibu hamil (Cunningham datang dengan kondisi tekanan darah
et al, 2006). diatas 160/110 mmHg, edema dan
Lima kasus pre eklampsia berat proteinuria. Klien mengeluh nyeri
yang dikelola semuanya terjadi pada ibu kepala, pada kasus Ny SM, klien
multipara dengan rentang usia antara 29 mengalami edema paru yang
– 40 tahun. Dari hasil pengkajian menyebabkan Ny SM datang dengan
sebagian klien menderita pre eklampsia kondisi sesak berat (RR 32 x/menit,
berat pada usia kehamilan trimester nadi : 126 x/menit, DJJ 160 x/menit).
ketiga. Dari kelima klien, semuanya Pada kondisi emergency, diagnosa
mempunyai riwayat menggunakan keperawatan utama yang dirumuskan
metode kontrasepsi hormonal (KB adalah gangguan perfusi jaringan
suntik). Semua klien datang dengan serebral berhubungan dengan
kondisi tekanan darah diatas 160/110 vasospasme akibat pre eklampsia berat,
mmHg, edema dan proteinuria. Usia resiko cedera pada janin berhubungan
kehamilan klien diatas 37 minggu dan dengan perfusi plasenta yang tidak
dilakukan terminasi kehamilan.Hal ini adekuat, resiko cedera (maternal)
sesuai yang dijelaskan dalam literature, berhubungan dengan efek pre
bahwa yang disebut dengan pre eklampsia, pengobatan atau komplikasi
eklampsia berat jika tekanan darah lebih pre eklampsia berat, cemas
besar atau sama dengan 160/110 mmHg berhubungan dengan kemungkinan efek
pada usia kehamilan diatas 20 minggu, PIH pada diri dan janin, kurang
adanya edema dan proteinuria (300
Penerapan Model Konsep Need For Help dan Self Care pada Asuhan Keperawatan Ibu 21
Pre Eklampsia Berat dengan Terminasi Kehamilan
Machmudah
pengetahuan berhubungan dengan bersalin dan rumah sakit yang memiliki
kurang informasi mengenai PIH dan unit perawatan intensif bagi ibu maupun
pengobatannya. Pada klien Ny SM, bayi, tempat yang memungkinkan untuk
klien mengalami sesak nafas, sehingga dilakukan pengamatan ketat dan
residen merumuskan diagnose tersedia obat-obatan emergensi.
keperawatan gangguan pola nafas Farmakologi pilihan yang
berhubungan dengan edema paru diberikan pada klien pre eklampsia
(Doenges, 2001). untuk mencegah kejang adalah MgSO4
Dalam kondisi akut hipertensi, selama periode perinatal sampai dengan
tindakan keperawatan yang telah dua hari postpartum. Pemberian MgSO4
dilakukan adalah menempatkan klien sampai dua hari postpartum bertujuan
pada lingkungan yang kondusif dan untuk mencegah terjadinya eklampsia
aman, mengatur posisi klien elevasi pada 48 jam postpartum (Bobak, 2005).
kepala 30’, memberikan oksigen 3-4 Magnesium memiliki efek menghambat
l/menit. Kolaborasi pemberian pelepasan neorotransmiter otak
antihipertensi (nifedipin 4x10 mg), (memperlambat impuls saraf) dan
MgSO4 dengan dosis awal 4 gram (10 menurunkan eksitabilitas serat otot
cc) diencerkan dengan aquadest 10 cc terhadap stimulasi langsung sehingga
diberikan dalam 15 menit dan lanjutkan dapat menyebabkan otot polos menjadi
dengan dosis pemeliharaan: 6 gram relaks (vasodilatasi dan menurunkan
MgSO4 40% (15 cc) dalam infuse RL kontraksi uterus). Pengkajian
500 cc, berikan 14 tetes per menit, menyeluruh terhadap refleks klien harus
antioksidan : NAC (Fluimucyl) 3x600 dilakukan sebelum dan selama
mg per oral, Vit C 2x400 mg, Vit E 1 x pemberian MgSO4 untuk memantau
400 mg per oral. Melakukan observasi kadar efek obat pada system saraf dan
keadaan umum klien, tanda-tanda menjaga konduktivitas yang adekuat
intoksikasi MgSO4 dan tanda-tanda untuk mempertahankan upaya bernafas
vital (tekanan darah, nadi, RR dan suku) (Reeder, et al, 2011).
tiap jam. MgSO4 diberikan untuk
Pada pre eklampsia berat, mencegah kejang dengan dosis awal 4-6
pelahiran selalu merupakan terapi yang gram diberikan selama 15-20 menit
tepat bagi ibu hamil. Dilemma yang melalui intravena, karena injeksi yang
berkaitan erat dengan janin adalah terlalu cepat dapat menyebabkan rasa
ketika usia gestasi kurang dari 25 hangat/panas yang menimbulkan rasa
sampai 30 minggu, maka resiko tidak nyaman akibat vasodilatasi. Untuk
kelahiran premature akan sangat besar mengurangi rasa tidak nyaman ini dapat
pada janin. Penatalaksanaan konservatif dilakukan kompres pada lengan kanan
masih menimbulkan kontroversi dan atas dengan menggunakan air bersuhu
hanya sesuai apabila dilakukan kamar. Pemberian lanjutan MgSO4
pengamatan yang ketat terhadap kondisi adalah 6 gram MgSO4 40% (15 cc)
ibu dan kondisi janin tanpa ada tanda- dalam infuse RL 500 cc, berikan 14
tanda gawat janin, retardasi tetes per menit. Monitor terhadap efek
pertumbuhan janin/intra uterine growth pemberian MgSO4 harus dilakukan
retardation (IUGR) atau perburukan secara ketat. Antara lain relaksasi otot,
penyakit ke tahap yang lebih serius paralisis respiratori dan meningkatnya
(Reeder, et al, 2011). retensi garam, yaitu dengan memonitor
Ibu hamil dengan pre eklampsia tanda-tanda vital secara ketat ;
berat harus segera dirujuk ke kamar penghitungan frekuensi bernafas dan

22 Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 3, No. 1, Mei 2015 ; 16-26


nadi yang dihitung dalam satu menit edema paru yang baru muncul (Reeder,
penuh, mengukur produksi urine tiap 30 et al, 2011). Therapy diuretic dapat
menit – 2 jam sekali. Bila urine output diberikan, yaitu pemberian furosemide
kurang dari 25-30 ml/jam (urine output (Lasix) dan dikombinasikan dengan
secara normal 1 cc/kgBB/jam, pembatasan cairan 50-80 ml/jam telah
Perry&Potter), segera lapor dokter. Cek berhasil digunakan pada klien yang
refleks tendon, posisikan klien miring mengalami PIH basah (edema) (Reeder,
kiri untuk meningkatkan perfusi ginjal. et al, 2011). Furosemide bekerja pada
Untuk mengantisipasi adanya efek tubulus ginjal dengan cara mengurangi
pemberian MgSO4, maka perlu resorpsi aktif natrium dan klorida dalam
disediakan antidote MgSO4 yaitu cabang asenden gelung henle. Larutan
kalsium glukonas. ini kemudian akan bekerja sebagai agen
Pada pre eklampsia berat ketika osmotic yang mencegah penyerapan
tekanan darah diastolic melebihi 100 kembali (Guyton, 1991).
sampai 110 mmHg, obat antihipertensi Kesejahteraan janin merupakan
dapat diberikan dengan tujuan untuk masalah yang terus menerus harus
mengurangi tekanan darah perifer, diperhatikan pada penatalaksanaan klien
mengurangi beban kerja ventrikel kiri pre eklampsia berat. Denyut jantung
dan meningkatkan aliran darah ke janin harus dikaji dengan menggunakan
uterus dan system ginjal serta untuk pemantauan elektronik eksternal yang
mengurangi resiko cedera pada continue (CTG) karena banyak obat-
serebrovaskuler. Therapy antihipertensi obatan dapat mempengaruhi kondisi
diharapkan dapat menurunkan tekanan janin.
distolik sampai 90 hingga 100 mmHg. Tanpa melihat keparahan pre
Obat yang diberikan adalah nifedipin eklampsia, klien harus dilakukan tirah
yang merupakan penyekat saluran baring (bedrest total), oleh karena itu
kalsium yang diberikan secara oral pemenuhan kebutuhan ADL klien juga
dengan dosis 10 mg. Tekanan darah ibu menjadi tanggung jawab perawat. Pada
harus dipantau setiap 2-3 menit setelah klien Ny R, klien mendapat therapy
pemberian dosis awal, kemudian setiap konservatif. Klien bedrest total selain
5-10 menit sampai krisis hipertensi mendapat therapy antihipertensi dan
stabil (Reeder, et al, 2011). Tanda dan antikonvulsan serta therapy untuk
gejala pre ekampsia berat biasanya akan mempercepat proses persalinan dengan
berkurang secara cepat setlah proses pematangan cervik melalui pemberian
persalinan, tetapi bahaya kejang masih mesoprostol kemudian dilanjutkan
belum terlewati sampai 48 jam pasca dengan induksi oksitosin. Tekanan
partum. Oleh karena itu pemberian obat darah Ny R menurun secara bertahap
anti sedasi tetap diberikan sampai 48 (150/100) dan Ny R dapat melahirkan
jam setlah persalinan. Tekanan darah bayinya secara pervaginam di kamar
dan gangguan fungsi normal lainnya eklampsia dengan jenis kelamin laki-
akan kembali normal dalam 10 hari laki.AS 9/10, berat lahir 3400 gram
sampai 2 minggu pascapartum (Reeder, panjang 48 cm, plasenta lahir lengkap,
et al, 2011). spontan, perdarahan 200 cc.
Pada klien Ny SM, mengalami Pada fase pemeliharaan, kondisi
edema paru dan ketika dipasang dower Ny SM membutuhkan pertolongan
catheter selama 30 menit, tidak ada penuh dari perawat (Wholly
urine yang keluar. Oliguria yang Compensatory Nursing System. Beda
muncul dapat merupakan tanda adanya dengan Ny R yang lebih pada

Penerapan Model Konsep Need For Help dan Self Care pada Asuhan Keperawatan Ibu 23
Pre Eklampsia Berat dengan Terminasi Kehamilan
Machmudah
pemenuhan kebutuhan yang sifatnya pembuluh darah ke otak, maka
Supportive - Educative System, dimana penggunaan vacuum menjadi
klien mampu melakukan dan belajar pertimbangan untuk dilakukan.
untuk melakukan self care nya. Klien Persalinan dengan section caesarea
membutuhkan bantuan untuk membuat dilakukan bila tidak terjadi kemajuan
keputusan, mengendalikan perilakunya persalinan atau terjadi perburukan pre
dan mendapatkan pengetahuan dan eklampsia berat (terjadi gawat janin).
ketrampilan Model konsep Widenbach dengan
Therapy diet pada klien pre teorinya “Need for help” mampu
eklampsia juga menjadi perhatian memberikan kenyamanan dan
perawat, yaitu dengan berkolaborasi keamanan ibu hamil dengan
dengan ahli gizi untuk memberikan diet preeeklampsia berat , sehingga pasien
tinggi protein dan tinggi kalori. Natrium dengan segera mempunyai kemampuan
dipertahankan pada anjuran kecukupan untuk mencapai kondisi adaptif. Teori
diet normal yaitu 2,5 – 7 gram per hari. ini juga membantu ibu meningkatkan
Klien dianjurkan untuk tidak koping dalam mengatasi masalah
menambahkan garam ke dalam psikologis karena proses persalinan
makanannya dan menghindari makanan yang sulit (operasi) maupun resiko
dengan kadar natrium yang tinggi terhadap kehilangan bayi dan atau
(Reeder, et al, 2011). melahirkan bayi premature. Tiga tujuan
Peran serta keluarga (support yang dikemukakan Wiedenbach dalam
system) merupakan suatu hal yang membantu klien yaitu : (1) mengatasi
diperlukan untuk menurunkan tingkat kegawatan ibu, (2) menurunkan
kecemasan klien dengan pre eklampsia kecemasan akibat kehilangan, (3)
berat (Dick & Read dalam Bobak, membangun koping yang efektif
2006). Kenyataan di lapangan baik di menghadapi kegawatan dan kehilangan
RS Marzoeki Mahdi maupun RSUPN dengan melakukan kolaborasi,
Cipto Mangunkusumo, peran serta koordinasi, dengan tim kesehatan
keluarga dalam penanganan kondisi lainnya sehingga klien mendapatkan
akut klien belum dapat dilakukan secara tindakan yang tepat sesuai dengan
optimal. Hal ini mengingat RS belum prosedur penanganan dengan pre
mempunyai ruang bersalin yang cukup eklampsia berat.
menunjang privacy klien (ruang Setelah melewati fase akut, yaitu
bersalin digunakan untuk beberapa ketika klien sudah mencapai status
orang dan hanya ditutup tirai untuk hemodinamik yang stabil atau karena
menutup klien satu dengan yang analisa terhadap kondisi ibu dan janin
lainnya). sehingga dibuat keputusan untuk
Terminasi kehamilan dilakukan dilakukan terminasi, maka klien
dengan persiapan kelahiran secara memasuki fase pemeliharaan. Konsep
spontan bila kondisi tekanan darah ibu self care dipilih untuk dapat
stabil dan terjadi kemajuan persalinan memfasilitasi pemberian asuhan yang
dengan adanya pembukaan serviks dan komprehensif pada ibu postpartum.
penurunan kepala janin. Untuk Pada lima kasus yang dikelola, empat
mengurangi tenaga ibu pada saat klien dilakukan terminasi dengan
persalinan pervaginam dan menghindari section caesarea dan satu orang klien
tekanan yang berlebih pada saat dapat melahirkan secara normal.
melahirkan yang akan mempengaruhi Model konsep self care Orem
stabilitas pembuluh darah terutama memandang bahwa setiap individu

24 Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 3, No. 1, Mei 2015 ; 16-26


mempunyai kemampuan dan potensi Departemen Kesehatan Cetakan
untuk merawat dirinya sendiri dan ke dua.
mencapai kesejahteraan. Keperawatan Departemen Kesehatan. (2011). Lima
diberikan bila berkurang Strategi Operasional Turunkan
kemampuannya untuk memenuhi Angka Kematian Ibu (online).
kebutuhan self care sesuai dengan self http://www.depkes.go.id/index.p
care demand-nya (Tomey & Alligood, hp/berita/press-release/1387-
2006). Asuhan keperawatan yang lima-strategi-operasional-
diberikan untuk mencapai kemandirian turunkan-angka-kematian-
klien dapat diberikan secara total ibu.html. diakses tanggal 16 Mei
(Wholly Compensatory Nursing 2011
System), perawatan sebagian Partly Gilbert & Harmon. (2003). Manual of
Compensatory Nursing System atau high risk pregnancy and
hanya pada tindakan supportive dan delivery. 3rd ed. St. Louis:
educative saja. Mosby
Knuppel & Drukker. (1993). High Risk
SIMPULAN Pregnancy, a team approach,
Penerapan model konsep Need for Help, second edition, WB Saunder
sangat tepat dilaksanakan pada Company
pengelolaan ibu hamil dengan PEB Kumar, Ashok., et al. (2009). Calcium
dalam kondisi emergency, yang supplementation for the
bertujuan untuk mengatasi masalah fisik prevention of pre eclampsia.
dan psikologis agar ibu dan keluarga International Journal pf
dapat membangun koping yang adaptif Gynecology and Obstetrics 104
terhadap perubahan yang terjadi. (2009) 32-39.
Setelah ibu dilakukan terminasi http://www/healthsystemspak.co
kehamilan, maka perawat dihadapkan m/documents/Calciumsuppleme
pada kondisi pasien postpartum beserta ntationforthepreventionofpre-
bayinya. Asuhan keperawatan eclampsia.pdf. diakses tanggal
maternitas dalam menangani klien 12 Mei 2011
postpartum dapat dilakukan dengan Mochtar., Roestam (1998). Synopsis
mengaplikasikan model konseptual self obstetri. EGC. Jakarta
care menurut Orem. Novita., Regina. (2011). Keperawatan
Maternitas. Ghalia Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta
Bobak I.M., Lowdermilk, D.L., & Orem , D.E. (2001). Nursing concepts
Jensen, M.D., Perry, S.E. of practice. Philadelphia: Mosby
(2005). Buku Ajar Keperawatan Year Book Inc
Maternitas. Edisi 4. Alih Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu
bahasa: Maria & Peter. Jakarta: Kebidanan. PT Bina Pustaka,
EGC Jakarta
Cunningham, et al (2006). Williams Pilliteri. (2003). Maternal and child
Obstetri. Volume 1. EGC. Health Nursing. Care of
Jakarta Childbearing and Childrearing
Departemen Kesehatan RI. (2007). Family. 3rd edition. Lippincott
Rencana Pembangunan Reeder. (2011). Keperawatan
Kesehatan Tahun 2005-2009. Maternitas, Kesehatan Wanita ,

Penerapan Model Konsep Need For Help dan Self Care pada Asuhan Keperawatan Ibu 25
Pre Eklampsia Berat dengan Terminasi Kehamilan
Machmudah
Bayi dan Keluarga. Alih bahasa WHO. (2008). Detecting Pre Eclampsia
Yati Afiyanti dkk. EGC. Jakarta : a practical guide. (online).
Rozikhan. (2007). Faktor-faktor resiko http://whqlibdoc.who.int/hq/199
terjadinya pre eklampsia berat di 2/WHO_MCH_MSM_92.3.pdf.
RS Dr H. Soewondo Kendal. diakses tanggal 09 Mei 2011
Tesis. Universitas Diponegoro WHO. (2008). Maternal and
Roeshadi, Haryono. (2006). Upaya Reproductive Health.
menurunkan angka kesakitan http://www.who.int/gho/materna
dan angka kematian ibu pada l_health/en/. Diakses tanggal 16
penderita pre eklampsia dan Mei 2011
eklampsia. (online). http://mdgs- ….., Kesehatan Reproduksi.
devbps.go.id/publikasi/downloa http://www.fk.unair.ac.id/pdfiles
d/buku1/download.php?file=14. /KESEHATANREPRODUKSI.
pdf. Diakses tanggal 9 Mei 2011 pdf. diakses tanggal 16 Mei
Sukowati., Umi., dkk. (2010). Model 2011
Konsep dan Teori Keperawatan.
Aplikasi pada kasus Obstetri Ucapan Terima Kasih :
Ginekologi. PT Refika Aditama.
Bandung 1. Ibu Dra. Setyowati, M.App. Sc., Ph.D.
WHO. (2008). Managing Eclampsia. 2. Ibu Imami Nur Rachmawati, SKp,
(online). M.Sc.
http://www.who.int/reproductive 3. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta.
health/publication/maternal_peri
4. RSU Dr. Marzuki Mahdi Bogor.
natal_health/5_9789241546669/
en/ diakses tanggal 09 Mei 2011

26 Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 3, No. 1, Mei 2015 ; 16-26

Anda mungkin juga menyukai