Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011).

BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012) menyatakan bahwa keluarga

adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan

yangsah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,

bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara

anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Friedman (2010) menyatakan

bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri

atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait

dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi

sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.


2. Struktur Keluarga

a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah

b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu

d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami

e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

Struktur keluarga terdiri dari: pola dan proses komunikasi, strukrur peran,

struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)

menggambarkan sebagai berikut:

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur,

terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.

b. Struktur peran

Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang

diharapkan sesuai posisi social yang diberikan. Jadi pada struktur peran bias

bersifat formal atau informal.


c. Struktur kekuatan

Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol

atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power

(hak), referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power

(hadiah), coercive power (paksa) dan affective power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah system ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota

keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang

diterima pada lingkungan sosial tertentu berarti disini adalah lingkungan

keluargadan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.

b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-

masing

c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.


4. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga.

Tipe Keluarga Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi:

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah,

ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.

2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-

nenek, paman-bibi)

b. Secara Modern

Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain diatas adalah:

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan

oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau

keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.


3) Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah /

perkawinan / menitikarier.

4) Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

5) SingleParent

Satu orangtua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan

anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

6) Dual Carrier

Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

7) Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu

8) Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin

9) Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

10) Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-

panti.
11) Comunal

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

12) Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orangtua dan keturunannya di dalam

satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain

dan semua adalah orangtua dari anak-anak.

13) Unmaried Parentand Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

diadopsi.

14) Cohibing Couple

Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

15) Gayand Lesbian Family

Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

5. Fungsikeluarga

Adalimafungsikeluargamenurut(Friedman,2010),yaitu:

a. Fungsiafektif

Fungsiafektifmerupakandasarutamabaikuntukpembentukan maupun
untukberkelanjutan unitkeluargaitusendiri,sehinggafungsiafektif merupakan
salahsatufungsikeluargayangpalingpenting.Peran utama
orangdewasadalamkeluargaadalahfungsiafektif,fungsiiniberhubungan
denganpersepsikeluarga dankepedulianterhadapkebutuhan
sosioemosionalsemuaanggotakeluarganya.

b. Fungsisosialisasidanstatussosial

Sosialisasimerujukpadabanyaknya pengalamanbelajaryangdiberikan
dalamkeluargyangditunjukuntukmendidik anak–anaktentangcaramenjalankan
fungsidanmemikulperansosialorang dewasa sepertiperan yangdipikulsuami-
ayahdanistri-ibu.Status sosial ataupemberianstatus
adalahaspeklaindarifungsisosialisasi.Pemberianstatuskepadaanak
berartimewariskantradisi,nilaidanhakkeluarga,walaupuntradisisaatini
tidakmenunjukanpolasebagianbesarorangdewasaAmerika.

c. Fungsireproduksi

Untukmenjaminkontiniutasantargenerasikleuargadanmasyarakatyaitu
menyediakanangagotabaruuntukmasyarakat.

d. Fungsiperawatankesehatan

Fungsifisikkeluargadipenuhiolehorangtuayangmenyediakanmakanan, pakaian,
tempattinggal,perawatanterhadapkesehatan danperlindungan
terhadapbahaya.Pelayanan danpraktikkesehatanadalahfungsi keluarga
yangpalingrelafanbagi perawatkeluarga.

e. Fungsiekonomi

Fungsiekonomi melibatkan penyediaankeluargaakansumber dayayang


cukupfinansial,ruang danmaterisertaalokasinyayangsesuaimelalui
prosespengambilankeputusan.

6. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun


secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama(Rodgers cit Friedman,
1999)

Tahapperkembangankeluargadibagimenjadi(Friedman,2010):
1. Pasangan baru/ keluarga baru (beginningfamily)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan


membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :

a. Membina hubungan intim yang memuaskan.

b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social.

c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.

2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak
pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :

a. Persiapan menjadi orang tua.

b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual


dan kegiatan keluarga.

c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah(familieswithpreschool)

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun :

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi


dan rasa aman.

b. Membantu anak untuk bersosialisasi.

c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga


(keluarga lain dan lingkungan sekitar).

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)

f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.


4. Keluarga dengan anak sekolah(familieswithschoolchildren)

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada
usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :

a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan.

b. Mempertahankan keintiman pasangan.

c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk


kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

5. Keluarga dengan anak remaja(familieswithteenagers)

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7
tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan
keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :

a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja


sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.

b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.

c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.


Hindari.perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

6. Keluarga dengan melepas anak dewasa muda (launching centerfamilies)

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah
anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b. Mempertahankan keintiman pasangan.


c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.

d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

7. Keluarga usia pertengahan(middleagefamilies)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :

a. Mempertahankan kesehatan.

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-


anak.

c. Meningkatkan keakraban pasangan.

8. Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal
dunia :

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan


pendapatan.

c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

7. Tugaskeluargadalambidangkesehatan

Ada5pokoktugaskeluargadalambidangkesehatan menurutFriedman
(1998)dalamDion&Betan(2013)adalahsebagaiberikut:
a. Mengenalmasalahkesehatankeluarga

Keluargaperlumengenal keadaankesehatan danperubahan-perubahan


yangdialamianggotakeluarga.Perubahan sekecilapapunyangdialami anggotakeluarga
secaratidaklangsung menjadiperhatiankeluarga dan
orangtua.Sejauhmanakeluargamengetahuidanmengenalfakta-faktadari masalah
kesehatanyang meliputi pengertian,tanda dan gejala, faktor
penyebabyangmempengaruhinya, sertapersepsikeluargaterhadap masalah.

b. Membuatkeputusantindakanyangtepat

Sebelumkeluargadapatmembuatkeputusanyangtepatmengenaimasalah
kesehatanyangdialaminya, perawatharus dapatmengkajikeadaan
keluargatersebutagardapatmenfasilitasikeluargadalam membuatkeputusan.

c. Memberiperawatanpadaanggotakeluargayangsakit

Ketikamemberikan perawatankepadaanggotakeluargayangsakit,
keluargaharusmengetahuihal-halsebagaiberikut:

1) Keadaanpenyakitnya(sifat,penyebaran,komplikasi,prognosis dan perawatannya).

2) Sifatdanperkembanganperawatanyangdibutuhkan.

3) Keberadaanfasilitasyangdibutuhkanuntukperawatan.

4) Sumber-sumberyang adadalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung


jawab,sumberkeuangandanfinancial,fasilitas fisik,psikososial).

5) Sikapkeluargaterhadap yangsakit.
d. Mempertahankanataumengusahakansuasanarumahyangsehat

Ketikamemodifikasi lingkunganataumenciptakansuasanarumahyang
sehat,keluargaharusmengetahuihal-halsebagai berikut:

1) Sumber-sumberyangdimilkiolehkeluarga.

2) Keuntunganataumanfaatpemeliharaanlingkungan.

3) Pentingnyahieginesanitasi.

4) Upayapencegahanpenyakit.

5) Sikapataupandangankeluargaterhadaphieginesanitasi.

6) Kekompakanantaranggotakelompok.

e. Menggunakanfasilitaspelayanankesehatanyangadadimasyarakat

Ketika merujukanggotakeluargakefasilitaskesehatan, keluargaharus mengetahuihal-


halsebagaiberikut:

1) Keberadaanfasilitaskeluarga.

2) Keuntungan-keuntunganyangdiperoleholehfasilitaskesehatan.

3) Pengalamanyangkurangbaikterhadappetugaskesehatan.
4) Fasilitaskesehatanyangadaterjangkauolehkeluarga.

8. PeranPerawatKeluarga

Ada tujuhperan perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagaiberikut:

a. Sebagaipendidik

Perawatbertanggung jawabmemberikanpendidikankesehatanpada
keluarga,terutamauntukmemandirikankeluargadalammerawatanggota
keluargayangmemilikimasalahkesehatan.

b. Sebagaikoordinatorpelaksanpelayanankesehatan

Perawat bertanggungjawab memberikanpelayanankeperawatan yang


komprehensif.Pelayanankeperawatanyangbersinambungan diberikan
untukmenghindari kesenjanganantarakeluargadanunitpelayanan kesehatan.

c. Sebagaipelaksanapelayananperawatan

Pelayanankeperawatandapatdiberikan kepadakeluarga melaluikontak pertamadengan


anggota keluargayangsakityang memiliki masalah kesehatan.Dengan demikian,
anggotakeluargayangsakitdapatmenjadi “entry
point”bagiperawatanuntukmemberikanasuhankeperawatan
keluargasecarakomprehensif.

d. Sebagaisupervisorpelayanankeperawatan

Perawatmelakukansupervisiataupunpembinaan terhadapkeluarga
melaluikunjunganrumahsecarateratur,baikterhadapkeluargaberisikotinggimaupunyang
tidak.Kunjungan rumahtersebutdapatdirencanakan
terlebihdahuluatausecaramendadak, sehinggaperawat mengetahui
apakahkeluargamenerapkanasuhanyangdiberikanolehperawat.
e. Sebagaipembela(advokat)

Perawat berperansebagai advokat keluargauntuk melindungi hakhak


keluargaklien.Perawatdiharapkan mampu mengetahui harapanserta
memodifikasisystempadaperawatanyangdiberikanuntukmemenuhihak
dankebutuhankeluarga.Pemahamanyangbaikolehkeluargaterhadaphak
dankewajibanmerekasebagaiklienmempermudah tugasperawatuntuk
memandirikankeluarga.

f. Sebagaifasilitator

Perawatdapatmenjaditempatbertanyaindividu,keluargadanmasyarakat
untukmemecahkanmasalahkesehatandan keperawatanyangmereka hadapisehari-
harisertadapatmembantu jalankeluardalammengatasi masalah.

g. Sebagaipeneliti

Perawatkeluargamelatihkeluargauntukdapatmemahaimasalah-masalah kesehatanyang
dialamiolehangotakeluarga.Masalahkesehatanyang
munculdidalamkeluargabiasanyaterjadimenurutsiklusataubudayayang
dipraktikkankeluarga.

9. Prinsipperawatankesehatankeluarga

Setiadi(2008)mengatakanadabeberapaprinsippentingyangperlu
diperhatikandalammemberikanAsuhanKeperawatankeluargayaitu:

a. Keluargasebagaiunitatausatukesatuandalampelayanankesehatan.

b. Dalammemberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat


sebagaitujuanutama.

c.Asuhankeperawatanyangdiberikan sebagaisaranadalammencapai
peningkatankesehatankeluarga.
d. Dalammemberikan AsuhanKeperawatan keluarga,perawatmelibatkan
peranaktifseluruhkeluargadalammerumuskan masalahdanebutuhan
keluargadalammengatasimasalahkesehatannya.

e.Lebihmengutamakan kegiatan-kegiatanyangbersifatproinotifdan
preventifdengantidakmengabaikanupayakuratifdanrehabilitatif.

f. Dalammemberikan AsuhanKeperawatankesehatankeluarga,keluarga memanfaatkan


sumberdayakeluarga semaksimalmungkin untuk kepentingankesehatankeluarga.

g. SasaranAsuhanKeperawatankesehatankeluargaadalahkeluargasecara keseluruhan.

h. Pendekatanyangdipergunakan dalammemberikanAsuhanKeperawatan
kesehatankeluargaadalahpendekatan pemecahan masalahdengan
menggunakanproseskeperawatan.

i. Kegiatanutama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan


keluargaadalahpenyuluhankesehatandanAsuhanKeperawatankesehatan
dasaratauperawatandirumah.

j. Diutamakanterhadapkeluargayangtermasukresikotinggi.

Keluarga-keluargayangtergolongresikotinggidalambidangkesehatan antaralainadalah:

1) Keluargadengananggotakeluargadalammasausiasuburdengan masalah:

a) Tingkatsosialekonomi yangrendah.

b) Keluarga kurangtahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatansendiri.

c) Keluargadenganketurunanyangkurangbaikataukeluargadengan penyakitketurunan.

2) Keluargadengan Ibudenganresikotinggikebidananyaitu:

a) UmurIbu(16tahun/lebihdari35tahun).b)Menderitakekurangangizi(anemia).

c) Menderitahipertensi.
d) PrimiparadanMultipara.

e) Riwayatpersalinanataukomplikasi

3) Keluargadalamanakmenjadiresikotinggikarena:

a) Lahirprematur(BBLR).

b) Beratbadansukarnaik.

c) Lahirdengancacat bawaan.

d) ASIIbukurangsehinggatidakmencukupikebutuhanbayi.

e) ibumenderitapenyakitmenularyangdapatmengancambayidan anaknya.

4) Keluargamempunyaimasalahhubunganantara anggotakeluarga

a) Anak yangtidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan.

b) Tidakadakesesuaianpendapatantaraanggotakeluargadansering
timbulcekcokdanketegangan.

c) Adaanggotakeluargayangseringsakit

d) Salah satuanggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkanrumah.

B. Konsep Rematik

1. Definisi Reumatik
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).

Artritis rhemathoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien
Artritis Rhemathoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala artikular, Artritis
Rhemathoid dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum,
cepat lelah atau gangguan organ non-ertikular lainnya (Nugroho, 2012).

Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas, pembengkakan, kekakuan dan


kemerahan pada sendi. Akibat Artritis, timbul inflamasi umum yang dikenal sebagai
Artritis Rhemathoid yang merupakan penyakit autoimun (Nugroho, 2012)

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses


inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam
Budi Darmojo, 1999).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial
yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan
Martin Tucker, 1998).

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian,
kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman, 2000).

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001)

2. Anatomi Fisiologi Sendi


Gambar 2.1 Persendian pada Manusia

Sendi merupakan pertemuan dua tulang, tetapi tidak semua pertemuan tersebut
memungkinkan terjadinya pergerakan (Roger, 2002).

Ada tiga jenis sendi pada manusia dan gerakan yang dimungkinkannya yaitu, sendi
fibrosa, kartilaginosa dan sinovial (Roger, 2002).

Gambar 2.2 Macam-macam sendi

a. Sendi fibrosa atau sendi mati


Terjadi bila batas dua buah tulang bertemu membentuk cekungan yang akurat dan
hanya dipisahkan oleh lapisan tipis jaringan fibrosa. Sendi seperti ini terdapat di
antara tulang-tulang kranium.

b. Sendi kartilaginosa atau sendi yang bergerak sedikit (sendi tulang rawan)

Sendi tulang rawan terjadi bila dua permukaan tulang dilapisi tulang rawan hialin dan
dihubungkan oleh sebuah bantalan fibrokartilago dan ligamen yang tidak membentuk
sebuah kapsul sempurna disekeliling sendi tersebut. Sendi tersebut terletak diantara
badan-badan vertebra dan antara manubrium dan badan sternum.

c. Sendi sinovial atau sendi yang bergerak bebas

Terdiri dari dua atau lebih tulang yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan hialin
sendi. Terdapat rongga sendi yang mengandung cairan sinovial, yang memberi nutrisi
pada tulang rawan sendi yang tidak mengandung pembuluh darah dan keseluruhan
sendi tersebut dikelilingi kapsul fibrosa yang dilapisi membran sinovial.

Membran sinovial ini melapisi seluruh interior sendi, kecuali ujung-ujung


tulang, meniskus, dan diskus. Tulang-tulang sendi sinovial juga dihubungkan oleh
sejumlah ligamen dan sejumlah gerakan selalu bisa dihasilkan pada sendi sinovial
meskipun terbatas, misalnya gerak luncur (gliding) antara sendi-sendi metakarpal.

Adapun jenis-jenis Sendi Sinovial :

1) Sendi pelana (hinge) memungkinkan gerakan hanya pada satu arah; misalnya
sendi siku

2) Sendi pivot memungkinkan putaran (rotasi), misalnya antara radius dan ulna
pada daerah siku dan antara vertebra servikalis I dan II yang memungkinkan gerakan
memutar pada pergelangan tangan dan kepala.

3) Sendi kondilar merupakan dua pasang permukaan sendi yang memungkinkan


gerakan hanya pada satu arah, tetapi permukaan sendi bisa berada dalam satu kapsul
atau dalam kapsul yang berbeda, misalnya sendi lutut.
4) Sendi bola dan mangkuk (ball and socket) sendi ini dibentuk oleh sebuah
kepala hemisfer yang masuk kedalam cekungan berbentuk mangkuk; misalnya sendi
pinggul dan bahu.

5) Sendi plana merupakan gerakan menggelincir dibatasi oleh ligamen dan


tonjolan tulang, misalnya sendi-sendi tulang karpal dan tarsal.

Di beberapa sendi sinovial, kavum dapat dibagi oleh sebuah diskus atau meniskus
artikularis, yang terdiri dari fibrokartilago yang membantu melumasi sendi,
mengurangi keausan permukaan artikular, dan memperdalam sendi.

d. Pergerakan Sendi

Gerakan sendi bisa dibagi menjadi tiga macam yaitu :

1) Gerakan meluncur, seperti yang diimplikasikan namanya, tanpa gerakan


menyudut atau memutar.

2) Gerakan menyudut menyebabkan peningkatan atau penurunan sudut diantara


tulang. Gerakan ini mencakup fleksi (membengkok) dan ekstensi (melurus), dan juga
abduksi (menjauhi garis tengah) dan aduksi ( mendekati garis tengah).

3) Gerakan memutar memungkinkan rotasi internal (memutar suatu bagian pada


porosnya mendekati garis tengah) dan rotasi eksterna (menjauhi garis tengah).
Sirkumduksi adalah gerakan ekstremitas yang membentuk suatu lingkaran. Istilah
supinasi dan pronasi merujuk pada gerakan memutar telapak tangan keatas dan
kebawah.

3. Etiologi

Penyebab Artritis Rhemathoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa
faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini
(Nugroho, 2012).

Kecendrungan wanita untuk menderita Artritis Rhemathoid dan sering dijumpainya


remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit
ini. Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah
menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil
dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini
(Nugroho, 2012)

Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab Artitis Rhemathoid.
Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab Artritis Rhemathoid juga timbul karena
umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh
gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan
isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan
kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin
mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya Artritis Rhemathoid. Agen
infeksius yang diduga merupakan penyebab Artritis Rhemathoid antara lain adalah
bakteri, mikroplasma atau virus (Nugroho, 2012).

4. Patofisiologi

Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi
yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai
sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan
degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan
pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun
(Nugroho, 2012).

Pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder.
Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif.
Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas
dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi
dapat pula terlibat (Nugroho, 2012).

Artritis Rhemathoid merupakan manifestasi dari respon sistem imun terhadap antigen
asing pada individu-individu dengan predisposisi genetik (Nugroho, 2012).

Suatu antigen penyebab Artritis Rhemathoid yang berada pada membran sinovial
akan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi mengaktifkan terbentuknya
makrofag. Makrofag akan meningkatkan aktivitas fagositosisnya terhadap antigen
dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibody. Setelah
berikatan dengan antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun
yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun
ini akan mengaktivasi sistem komplemen C5a (Nugroho, 2012).
Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan
permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak polimorfonukler (PMN) dan
monosit kearah lokasi tersebut (Nugroho, 2012).

Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai pembentukan dan pembebasan
radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang akan menyebabkan erosi rawan
sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya
depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas
cairan sendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan
rawan sendi (Nugroho, 2012).

Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang
menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta
aktivasi jalur asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya terbentuk pannus (Nugroho, 2012).

Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan komplek imun
menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif
dalam pathogenesis Artritis Rhemathoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang
terdiri dari sel fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel
radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus
terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen
dan proteoglikan (Nugroho, 2012).

5. Manifestasi Klinis

Menurut Nugroho (2012), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada
penderita Artritis Rhemathoid. Gejala ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran yang sangat bervariasi.

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun


dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.

b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi


ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir
semua sendi artrodial dapat terserang.

c. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata
tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada Osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.

d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat
pada radiogram.

e. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan


perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapra
deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protusi
(tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-
sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak
terutama dalam melakukan gerak ekstensi.

f. Nodula-nodula Rhemathoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada


sekitar sepertiga orang dewasa penderita Artritis Rhemathoid. Lokasi yang paling
sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau disepanjang
permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga
timbul pada tempat- tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan
suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.

g. Manifestasi ekstra-artikular : Artritis Rhemathoid juga dapat menyerang


organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru- paru (pleuritis), mata dan
pembuluh darah dapat rusak.

Menurut Banton, 1998 dalam dr Setiawan dalimartha bahwa tanda dan gejala dari
rheumatoid artritis adalah nyeri pada sendi, kaku pada pagi hari, kedudukan sendi
tidak stabil dan permukaannya tidak rata, sendi tidak dapat bergerak, nodul reumatoid
(benjolan kecil), dan bercak merah dikulit.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Nugroho (2012), tidak banyak berperan dalam diagnosis Artritis


Rhemathoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat
prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat :

a. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien Artritis
Rhemathoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien Lepra,
Tuberkulosis paru, Sirosis Hepatis, Hepatitis Infeksiosa, Endokarditis Bakterialis,
penyakit kolagen, dan Sarkoidosis.

b. Protein C-reaktif biasanya positif.

c. LED meningkat.

d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.

e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.

f. Trombosit meningkat.

g. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik.

Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah
sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena.
Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta
artikular. Kemudian terjadi penyempitan sendi dan erosi (Nugroho, 2012).

7. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering di jumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirheumathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada Artritis Rhemathoid (Nugroho, 2012).

Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar di
bedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan meilopati akibat ketidakstabilan iskemik akibat vaskulitis (Nugroho, 2012).
8. Penatalaksanaan

Setelah diagnosis Artritis Rhemathoid dapat di tegakkan, pendekatan pertama yang


harus dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antar
pasien dengan keluargannya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
Tanpa hubungan yang baik ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan
pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama (Nugroho,
2012).

a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang


akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk
tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.

b. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi.

c. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses
destruksi akibat Artritis Rhemathoid.

d. Riwayat penyakit alamiah

Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi penyakit yang bersifat
monosiklik ( hanya mengalami satu episode dan selanjutnya akan mengalami remisi
sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien akan menderita penyakit ini
sepanjang hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat
(jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita Artritis Rhemathoid yang
progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap pada
setiap eksaserbasi.

e. Rehabilitasi pasien Artritis Rhemathoid

f. Merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat kemampuan pasien


Artritis Rhemathoid dengan cara:

1) Mengurangi rasa nyeri

2) Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi


3) Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot

4) Mencegah terjadinya deformitas

5) Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri

6) Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada orang lain.

g. Pembedahan

Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan
yang cukup kuat, dapat dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada
pasien Artritis Rhemathoid umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi,
artrodesis, total hip replacement, memperbaiki deviasi ulnar, dan sebagainya.

9. Pathway

Gambar 2.3 Pathway

C. Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Rematik

Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan


yang dapat dilaksanakan dimasyarakat. Pelayanan keperawatan keluarga yang saat ini
dikembangkan merupakan bagian dari pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
(Perkesmas).

Keperawatan keluarga adalah proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai


kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan. Pelayanan keperawatan
keluarga merupakan pelayanan holistic yang menempatkan keluarga dan
komponennya sebagai focus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan metode observasi, wawancara


dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009).

Variabel data dalam pengkajian keperawatan keluarga mencakup :

a. Data umum/Identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga, komposisi


anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehaari- hari, jarak pelayanan
kesehatan terdekat dan alat transportasi.

b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama, hubungan


dengan keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan saat ini, status
gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi dasar, dan penggunaan alat bantu atau protesa
serta status kesehatan anggota keluarga saat ini meliputi keadaan umum, riwayat
penyakit/alergi.

c. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (Saat ini sedang
sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosisi medis, rujukan dokter atau rumah
sakit, keadaan umum, sirkulasi, cairan, perkemihan, pernafasan, musculoskeletal,
neurosensori, kulit, istirahat dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya,
kebersihan diri, perawatan diri sehari-hari, dan data penunjang medis indivisu yang
sakit (Lab, radiologi, EKG, USG).

d. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan pemukiman antara


lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat pembuangan sampah dll.

e. Struktur keluarga ; struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai (value),


komunikasi, kekuatan.

f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel ini akan menjawab tahap
perkembangan keluarga, tugas perkembangan keluarga.

g. Fungsi keluarga terdiri dari aspek instrumental dan ekspresif. Aspek


instrumental fungsi keluarga adalah aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, tidur,
pemeliharaan kesehatan. Aspek ekspresif fungsi keluarga adalah fungsi emosi,
komunikasi, pemecahan masalah, keyakinan dan lain-lain.

2. Diagnosis Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau
masyarkat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data
secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan- tindakan dimana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil penghasilan terhadap msalaah


dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungn keluarga, struktur keluarga, fungsi-
fungsi keluaraga, koping keluarga, baik yang bersifat actual, risiko maupun sejahtera
dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan
tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluraga, berdasarkan kemampuaan, dan
sumber daya keluarga .

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada


pengkajian. Komponen diagnose keperawatan meliputi problem atau masalah,
etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES.

a. problem atau masala(P)

b. etiology atau penyebab (E)

c. sign atau tanda (S).

NANDA I telah mengidentifikasi empat tipe diagnosis keperawatan, yaitu diagnosis


aktual, diagnosis resiko, diagnosis kesejahteraan, dan diagnosis keperawatan promosi
kesehatan, yaitu: (Potter & Perry 2009).

a. Diagnosis Aktual

Diagnosa keperawatan aktual menggambarkan respon manusia terhadap kondisi


kesehatan atau proses kehidupan yang terdapat dalam individu, keluarga, komunitas.
Karakteristik definisi (manifestasi, tanda, dan gejala) yang dikelompokkan dalam
pola petunjuk yang berhubungan atau gangguan yang mendukung pengkajian ini
(NANDA International, 2007). Pemilihan diagnosa aktual menunjukkan bahwa data
yang dat pemeriksaan yang ada sudah cukup untuk menegakkan diagnosa
keperawatan.
b. Diagnosis Resiko

Diagnosa keperawatan resiko menggambarkan respon manusia terhadap kondisi


kesehatan atau proses kehidupan yang mungkin menyebabkan individu, keluarga,
atau komunitas menjadi rentan (NANDA International, 2007).

c. Diagnosis Kesejahteraan

Diagnosa keperawatan sejahtera menggambarkan respon manusia terhadap tingkat


kesejahteraan dalam individu, keluarga, atau komunitas yang memiliki kesiapan
untuk peningkatan (NANDA International, 2007). Ini merupaka penilaian klinis
tentang individu, keluarga, atau komunitas dalam transisi dari tingkat kesejahteraan
tertentu ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Perawat memilih tipe diagnosis ini
ketika klien berharap atau telah mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai
contoh, potensial peningkatan adaptasi yang terkait dengan keberhasilan pengobatan
kanker adalah diagnosis kesejahteraan, dan perawat beserta keluarga bekerjasama
untuk beradaptasi dengan stresor yang berhubungan dengan kelangsungan hidup
penderita kanker. Dalam pelaksanaanya, perawat menggabungkan kekuatan klien dan
sumber daya yang ada ke dalam rencana perawatan, dengan tujuan untuk
meningkatkan tingkat adaptasi.

d. Diagnosis Keperawatan Promosi Kesehatan

Diagnosis keperawatan promosi kesehatan adalah penilaian klinis terhadap motivasi


individu, keluarga, atau komunitas serta keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan aktualisasi potensi kesehatan manusia sebagai ungkapan kesiapan mereka untuk
meningkatkan perilaku kesehatan tertentu, seperti nutrisi dan olahraga. Diagnosis
promosi kesehatan dapat digunakan pada berbagai bidang kesehatan dan tidak
membutuhkan tingkat kesejahteraan tertentu (NANDA International, 2007). Potensial
peningkatan kenyamanan merupakan contoh diagnosis promosi kesehatan.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan klien
yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan.

a. Menetapkan prioritas masalah

Menetapkan prioritas masalah/diagnosis keperawatan keluarga adalah dengan


menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009).

No Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah Skala : Wellness

Aktual Resiko

Potensial

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala : Mudah

Sebagian Tidak dapat

0
2

3. Potensi masalah untuk dicegah Skala : Tinggi

Cukup

Rendah

4. Menonjolnya masala Skala : Segera

Tidak perlu

Tidak dirasakan

Tabel 2.3 Penapisan Masalah (Maglaya 2009)

Cara skori

ng :
1. Tentukan skore untuk setiap kriteria

2. Skor dibagi dengan makna tertentu dan kalikanlah dengan bobot Skor

Angka tertinggi x bobot

3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria

b. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas Penentuan


prioritas masalah didasarkan dari 4 kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah
dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah.

1) Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan
pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya
disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat dirubah perawat perlu
memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut:

a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani


masalah.

b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan


keterampilan dan waktu.

d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat


dan sokongan masyarakat.

3) Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah :

a) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah

b) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah

c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang dapat dalam


memperbaiki masalah

d) Adanya kelompok high riskatau kelompok yang sangat peka menambah


potensi untuk mencegah masalah.
4) Kriteria ke empat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai persepsi
atau baggaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor yang
tertinggi yang terlebih dahulu diberikan intervensi keluarga.

4. Implementasi keperawatan keluarga

Implementasi pada asuhan keperwan keluarga dapat dilakukan pada individu dalam
keluaga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi yang ditujukan pada
individu meliputi:

a. Tindakan keperawatan langsung

b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar

c. Tindakan observasi.

d. Tindakan pendidikan kesehatan.

Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi :

a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan


kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan
dan harapan tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat untuk


individu dengan cara mengindentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentan
konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit


dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang
ada dirumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluara menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi


sehat, dengan cara menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga,
melakukan perubahan lingkungan keluarga, seoptimal mungkin.

e. Memotifasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada


dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan keluarga, membantu
keluarga menggukan fasilitas kesehatan yang ada.
5. Evalusi keperawatan keluarga

Sesuai denan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi
diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien/ keluarga.

Tahapan evaluasi dapat dilakuakn selama proses asuhan keperawatan atau pada akhir
pemberian asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan
kemanjuan klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan
status kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan respon individu
dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan maslah serta
kemajuan pencapaian tujuan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai