PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini
dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm. Pada
keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak meningkat. Ketuban pecah
dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden PROM
KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi
pada kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran
Jika usia kehamilan tidak diketahui secara pasti segera lakukan pemeriksaan
Apabila ketuban pecah dini dengan janin kurang bulan maka dilakukan
1
namun laporan hasil penelitian sering dilakukan di berbagai rumah sakit di
Indonesia.
pada jangka waktu lama. Insiden kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di
Oleh sebab itu, perlu dilakukan pendekatan ilmiah dalam hal ini
2
untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi
Bukittinggi.
B. Batasan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Bukittinggi.
2. Tujuan Khusus
3
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah
D. Manfaat
1. Bagi Lahan
dengan ketuban pecah dini sesuai asuhan keperawatan yang sesuai dengan
2. Bagi Pasien
3. Bagi Mahasiswa
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
tanda sudah terinfiksi kuman dari luar, infeksi ini mengancam janin atau
dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada
kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak
masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi
serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi
(Purwaningtyas, 2017).
5
(fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
tanda-tanda inpartu, dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga
mulai ada tanda tanda inpartu. Early rupture of membrane adalah ketuban
yang pecah pada saat fase laten. Hal ini bisa membahayakan karena dapat
B. Klasifikasi
kehamilannya ≥ 37 minggu.
6
jam sedangkan 57 % kehamilan < 37 minggu dengan KPD memiliki
C. Etiologi
maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
disertai infeksi.
8. Faktor lain:
7
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang
e. Kehamilan kembar
f. Trauma
g. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm) pada usia kehamilan
23 minggu
(Manuaba,2012)
vagina
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
8
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
(Manuaba, 2012).
E. Fatofisiologi
arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa
activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin
mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi.
Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon
9
untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban.
bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi
bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,
10
ketuban 7-7,5 , darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
(Manuaba, 2012).
G. Komplikasi
b. Partus prematur,
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini
yaitu:
c. resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi
11
H. Penatalaksanaan
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
meliputi :
1. Konservatif
pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
minggu.
sesudah 24 jam.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
uterin).
12
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
2. Aktif
13
14
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fokus
2. Riwayat penyakit
6. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek
3. Pemeriksaan fisik
gigi,
15
b. Dada / Toraks
normal vesikuler
c. Abdomen
penuh/tidak
d. Genitalia
16
B. Kemungkinan Diagnosa yang muncul
17
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No SLKI SIKI AKTIFITAS KEPERAWATAN
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d Tujuan : Manajemen nyeri Observasi
agen pencedera Tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
3. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
4. Gelisah menurun tentang nyeri
5. Nafsu makan membaik 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
6. Kesulitan tidur nyeri
menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. Anoreksia menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
8. Mual muntah menurun yang sudah diberikan
9. Frrkuensi nadi 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
membaik Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
18
mengurangi rasa nyeri (hipnosis, akupresur,
terapi musik, aromaterapy, teknik imajinasi
terbimibng, kompres hangat /dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
19
2. Gangguan rasa Tujuan : Terapi relaksasi Observasi :
nyaman b/d gejala Status kenyamanan 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
penyakit meningkat ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
Kriteria hasil : lain yang mengganggu kemampuan kognitif
1. Kesejahteraan fisik 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
meningkat efektif digunakan
2. Kesejahteraan 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
psikologis penggunaan teknik sebelumnya.
meningkat 4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
3. Keluhan tidak tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
nyaman menurun latihan
4. Gelisah menurun 5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
5. Kesulitan sulit tidur Terapeutik :
menurun 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
6. Mual menurun gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
7. Kewaspadaan nyaman, jika memungkinkan
membaik 2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama
20
lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atau tindakkan medis lain,
jika sesuai
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia (mis;musik, meditasi,
nafas dalam, relaksasi otot proresif)
2. Anjurkan mengambil posisi nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
5. Demonstrasikan dan latih tenik relaksasi
21
menurun Terapeutik :
2. Verbalisasi khawatir 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
akibat kondisi yg menumbuhkan kepercayaan
dihadapi menurun 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
3. Perilaku gelisah jika memungkinkan
menurun 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Tremor, pucat 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
5. Konsentrasi meyakinkan
membaik 6. Diskusikan perencanaan realistis tentang
perstiwa yang akan datang
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur , termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,dan prognosis
3. Anjurkan kelurga unuk tetap bersama pasien, jp
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan n persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
22
6. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu
4. Risiko infeksi Tujuan : Pencegahan Observasi :
maternal yang b/d Tingkat infeksi menurun infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
prosedur infasif, Kriteria hasil : sistemik
1. Kebersihan tangan
pemeriksaan
dan badan Terapeutik :
vagina berulang
meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung
dan rupture
2. Nafsu makan 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
membrane
meningkat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
amniotic
3. demam menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
23
operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi dan
asupan cairan
6. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat, jika perlu
24
4. Pertanyaan tentang Edukasi :
masalah yg dihadapi 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
menurun mempengaruhi kesehatan
5. Persepsi yang keliru 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
tterhadap masalah 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menurun meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
6. Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat menurun
7. Perilaku membaik
25
26