LANSIA IMOBILISASI
Sulidah 1, Susilowati 1
1
Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Borneo Tarakan, Kalimantan Utara
E-mail: sulidah@borneo.ac.id
ABSTRAK
Latar Belakang: Dekubitus merupakan masalah yang sering ditemukan pada lansia imobilisasi.
Dekubitus berdampak pada penurunan kualitas hidup lansia. Seringkali dekubitus menimbulkan
komplikasi infeksi yang bila pengelolaanya tidak adekuat bisa mengakibatkan bakteriemia
hingga menyebabkan kematian. Tindakan pencegahan penting dilakukan guna
mempertahankan kualitas hidup lansia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh tindakan pencegahan terhadap
kejadian dekubitus pada lansia imobilisasi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan pendekatan one group pre
test – post test design. Populasi penelitian ini adalah lansia yang mengalami imobilisasi di
wilayah kerja Puskesmas Karang Rejo Kota Tarakan. Besar populasi tidak diketahui secara
pasti sehingga pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non random sampling dengan
metode consecutive sampling. Besar sampel 18 subjek yang diperoleh selama tiga bulan.
Subjek diberikan intervensi berupa tindakan pencegahan dekubitus yang dilakukan oleh peneliti
dan tim teknis. Instrumen penelitian berupa lembar observasi untuk membandingkan kondisi
kulit sebelum dan sesudah intervensi. Teknik analisis yang digunakan adalah uji Wicoxon.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan pencegahan yang dilakukan dapat
menghindarkan lansia imobilisasi dari kejadian dekubitus. Terjadi perbaikan kondisi kulit
setelah tindakan pencegahan dibanding sebelumnya dengan tingkat signifikansi 0,000 (p <
0,05.
Kesimpulan: Penelitian ini mampu membuktikan manfaat tindakan pencegahan terhadap
kejadian dekubitus pada lansia imobilisasi.
dampak lanjut terhadap masalah kesehatan berbagai masalah pada lansia. Menurut
yang menyebabkan penderita mengalami Zelika (2010) akibat yang ditimbulkan antara
imobilisasi. Dekubitus dapat terjadi pada lain infeksi saluran kemih, sembelit, infeksi
semua kelompok usia, tetapi akan paru, gangguan aliran darah, dekubitus,
menjadi masalah yang khusus bila terjadi atropi otot, dan kekakuan sendi. Masalah-
pada seorang lanjut usia (lansia). masalah tersebut dapat berakibat serius bagi
hari atau lebih, dengan gerak anatomik tubuh kelemahan, dan perubahan psikologik.
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 161
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
Dalam hal ini dekubitus merupakan dengan kulit kemerahan yang tidak hilang
permasalahan yang paling sering terjadi dengan ditekan, terlokalisasi, biasanya
pada lansia imobilisasi. terjadi pada tempat penonjolan tulang.
Dekubitus merupakan kondisi dimana Pigmen kulit tampak lebih gelap dan
terjadi kerusakan atau kematian kulit sampai berbeda dari area sekitarnya, kulit terasa
jaringan dibawahnya bahkan dapat nyeri jika diraba dan teraba hangat.
menembus otot sampai mengenai tulang. Stadium II ditandai dengan adanya
Menurut Al Kharabsheh et.al (2014), kerusakan sebagian dermis, tampak adanya
dekubitus terjadi sebagai akibat adanya luka atau kulit tampak rusak dengan warna
penekanan pada suatu area secara terus luka merah, tidak ada nanah pada luka, luka
menerus sehingga mengakibatkan gangguan dapat berisi cairan serum atau berbentuk
sirkulasi darah setempat. Timbulnya luka bula. Stadium III berupa kerusakan dan
dekubitus diawali dengan terjadinya kompresi nekrosis meliputi lapisan dermis dan jaringan
berkepanjangan pada jaringan lunak antara subkutan tetapi tidak melewatinya sampai
tonjolan tulang dan permukaan yang padat. terlihat fasia. Stadium IV merupakan
Menurut William et. al (2009), seorang lansia kehilangan lapisan kulit secara lengkap
mempunyai risiko untuk terjadinya dekubitus hingga tampak tendon, tulang, ruang sendi.
karena penurunan fungsi kulit, penurunan Pencegahan merupakan faktor penting
derajat toleransi jaringan terhadap tekanan pada lansia imobilisasi guna menghindarkan
dan penurunan persepsi sensori. risiko dekubitus. Risiko terbesar terhadap
Insiden dan prevalensi dekubitus di dekubitus terjadi akibat tekanan pada kulit
Indonesia mencapai 40% atau yang tertinggi yang menonjol dalam rentang waktu yang
diantara negara-negara besar ASEAN cukup lama. Menurut Ginsbreng (2008),
lainnya. Menurut Bujang, Aini & proses terjadinya dekubitus dimulai dengan
Purwaningsih (2013), kejadian dekubitus adanya tekanan pada permukaan tubuh yang
terdapat pada tatanan perawatan akut (acut menonjol yang secara berangsur-angsur
care) sebesar 5-11%, pada tatanan menyebabkan gangguan sirkulasi darah
perawatan jangka panjang (long term care) setempat; dan bila berlangsung lebih lama
sebesar 15-25%, dan tatanan perawatan maka area tersebut akan mengalami defisit
dirumah (home health care) sebesar 7-12%. nutrisi sehingga perlahan terjadi kematian
Khusus kejadian dekubitus pada perawatan jaringan/nekrosis. Tindakan pencegahan
dirumah, diperkirakan lebih dari 53% insiden dapat dilakukan dengan merubah posisi tirah
dekubitus terjadi pada kelompok lansia akibat baring secara berkala dan teratur serta
imobilisasi. menjaga kulit untuk tetap bersih.
Gradasi dekubitus dibedakan oleh Pencegahan dekubitus dapat
National Pressure Ulcer Advisory Panel dilakukan dengan berbagai upaya.
(NPUAP, 2009) menjadi empat stadium Heineman (2010) menjelaskan prosedur
berdasarkan kedalaman jaringan yang pencegahan dekubitus dengan mengutip
mengenainya yaitu Stadium I yang ditandai panduan praktik klinik America Health of
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 162
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 163
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 164
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 165
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
Imobilisasi merupakan faktor penting antara epidermis dan dermis. Risiko tersebut
untuk terjadinya dekubitus. Imobilisasi dapat semakin meningkat karena pada lansia
terjadi pada siapa saja tanpa membendakan terjadi penurunan kemampuan fisiologis
jenis kelamin. Namun demikian pada tubuh antara lain berkurangnya toleransi
imobilisasi; hal ini berkaitan dengan usia berkurangnya jaringan kolagen dan elastin,
harapan hidup perempuan lebih tingggi serta menurunnya efisiensi kolateral kapiler
dibanding laki-laki. Semakin tinggi usia pada kulit. Kemampuan lansia untuk
Pamungkas & Anggraini (2015) yang yang mungkin dialami lansia akan
Menurut Revis (2015), usia merupakan Pada penelitian ini seluruh responden dalam
faktor intrinsik penyebab dekubitus karena keadaan sakit. Jenis penyakit terbanyak yang
pada usia lanjut telah terjadi penurunan dialami oleh lansia adalah diabetes mellitus,
meningkatkan resiko terjadi luka tekan. tersebut umumnya berkaitan dengan gaya
Akibat proses penuaan umumnya lansia hidup, pola makan dan aktifitas yang tidak
mengalami kehilangan elastisitas otot, sehat sejak usia belia. Hal tersebut
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 166
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
tentang pola hidup sehat masih rendah. responden akibat proses penuaan maupun
Rendahnya tingkat pengetahuan lansia akibat penyakit yang menyertainya.
berbanding lurus dengan tingkat pendidikan Lama imobilisasi sangat berperan
mereka yang umumnya rendah. terhadap timbulnya dekubitus. Semakin lama
Jenis penyakit yang dialami oleh lansia lansia mengalami imobilisasi semakin besar
sebagaimana yang terjadi pada responden pula risiko dekubitus. Menurut Suheri (2009),
penelitian ini umumnya dapat berakibat pada luka dekubitus akan muncul pada hari ke
kerusakan syaraf penderitanya, misalnya lima setelah imobilisasi. Bahkan menurut
stroke dan diabetes mellitus. Padahal penelitian Sabandar (2008) tanda-tanda
kerusakan syaraf dapat menyebabkan dimulainya luka dekubitus sudah akan
berkurangnya kemampuan untuk merasakan muncul setelah 6 jam imobilisasi. Namun
sensasi nyeri. Sudah pasti hal ini semakin demikian hal ini sangat tergantung dengan
meningkatkan risiko dekubitus. Pada upaya pencegahan yang dilakukan.
penelitian ini penyakit yang secara langsung Responden penelitian ini menjalani
menyebabkan imobisasi adalah stroke yang imobilisasi dengan perawatan dan
diderita oleh empat responden. Sedangkan pencegahan dekubitus tidak standar. Hal ini
penyakit lain meskipun tidak secara langsung karena responden hanya menjalani
menyebabkan imobilisasi tetapi memperberat perawatan dirumah oleh anggota keluarga
kondisi lansia; adapun penyebab utama sendiri tanpa memiliki pengetahuan dan
imobilisasi adalah kelemahan dan gangguan keterampilan yang memadai.
penglihatan yang terjadi sebagai akibat Perawatan dan tindakan pencegahan
proses penuaan. yang dilakukan keluarga terhadap lansia
Tingkat kesadaran merupakan faktor imobilisasi pada penelitian ini tidak dilandasi
penyebab imobilisasi yang menjadi penyebab dengan pengetahuan dan keterampilan yang
pokok untuk terjadinya dekubitus. Semakin memadai. Salah satu faktor yang tidak
buruk tingkat kesadaran maka semakin besar diperhatikan oleh keluarga adalah aspek
peluang untuk terjadi dekubitus. Hal ini kelembaban; padahal kelembaban
berkaitan dengan ketidakberdayaan berkontribusi besar terhadap timbulnya
penderita untuk melakukan perubahan posisi. dekubitus. Ulkus dekubitus akan mudah
Seseorang yang mengalami perubahan terjadi pada kulit dengan intensitas
kesadaran cenderung untuk memiliki kelembaban yang tinggi. Menurut Taghulihi
ketergantungan yang tinggi dalam (2014) kulit yang lembab beresiko 7 kali lebih
pemenuhan kebutuhan, termasuk perubahan tinggi mengalami dekubitus. Keadaan
posisi. Meskipun responden penelitian ini kelembapan kulit dapat berasal dari keringat,
umumnya masih memiliki kesadaran penuh linen yang basah atau keadaan
tetapi tingkat ketergantungan untuk inkontinensia. Kelembaban yang tinggi dan
melakukan perubahan posisi sangat tinggi. berlangsung dalam waktu yang cukup lama
Hal ini berkaitan dengan kelemahan fisik akan menyebabkan erosi kulit sehingga
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 167
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
meningkatkan risiko terjadi luka terutama antara sebelum dan sesudah dilakukan
pada permukaan tubuh yang menonjol. tindakan pencegahan. Sebelum tindakan
Dekubitus dapat dicegah melalui pencegahan, kondisi kulit responden
tindakan pencegahan yang adekuat. Pada umumnya dalam keadaan buruk. Beberapa
penelitian ini, keluarga lansia telah lansia bahkan kondisi kulitnya telah
melakukan tindakan pencegahan dekubitus mengalami kemerahan hingga lecet.
meskipun tidak adekuat. Ketidaktahuan dan Berdasarkan penjelasan yang disampaikan
ketidakmampuan keluarga melakukan oleh keluarga dan atau pengasuh lansia
tindakan pencegahan dapat dipahami diperoleh informasi bahwa selama ini lansia
mengingat keluarga lansia merupakan orang tidak mendapatkan perawatan maupun
awam yang tidak terdidik sebagai tenaga pencegahan dekubitus yang memadai.
kesehatan. Bukti bahwa keluarga lansia telah Keluarga hanya melakukan perawatan
melakukan tindakan pencegahan berupa seadanya, antara lain menyeka dilakukan
kondisi kulit lansia dihubungkan dengan lama sekali dalam 1-2 hari; perubahan posisi
imobilisasi. dilakukan hanya ketika membantu
Responden penelitian ini telah pemenuhan kebutuhan dasar; tidak pernah
mengalami imobilisasi lebih dari tiga hari dilakukan perawatan kulit; penggantian sprey
dengan persentase terbanyak adalah antara paling cepat sekali seminggu atau ketika
1-2 minggu. Kondisi demikian sewajarnya basah; dan seringkali membiarkan adanya
telah terjadi luka dekubitus bila tidak lipatan-lipatan alas tidur lansia.
dilakukan tindakan pencegahan. Sebagai Risiko terjadinya dekubitus menurut
pembanding, peneliti telah mengeksklusikan Reuben (2015) dibedakan menjadi dua
dari penelitian ini beberapa lansia imobilisasi faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor
karena telah terjadi luka dekubitus meskipun ekstrinsik. Termasuk faktor intrinsik adalah
lama imobilisasi baru berlangsung kurang imobilisasi, meningkatnya usia, keadaan
dari satu minggu. Tidak adekuatnya tindakan malnutrisi, kelembaban, diabetes mellitus,
pencegahan dekubitus yang dilakukan oleh penyakit stroke, penurunan tekanan darah,
keluarga juga tercermin dari risiko dekubitus peningkatan suhu tubuh, dan ras kulit putih.
yang tinggi pada responden berdasarkan Termasuk faktor ekstrinsik adalah tekanan,
skor Norton. Menurut Irawan (2010) gesekan, dan geseran. Penjelasan sejenis
perubahan posisi tirah baring pada kondisi dikemukakan oleh Jatmiko (2012) bahwa
imobilisasi yang dilakukan setiap 2 jam penurunan persepsi sensori dan penurunan
secara teratur dan berkesinambungan dapat derajat toleransi jaringan terhadap tekanan
menghindarkan penderita dari penekanan juga merupakan faktor risiko terjadinya
yang lama pada bagian tubuh tertentu yang dekubitus pada lansia.
dapat berakibat terjadinya luka. Dalam penelitian ini, kecenderungan
Keberhasilan tindakan pencegahan untuk terjadinya dekubitus pada lansia
yang dilakukan pada penelitian dapat dilihat sangat besar; hal ini karena seluruh faktor
dari perubahan kondisi kulit responden risiko untuk terjadinya dekubitus dapat
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 168
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
ditemukan pada responden. Bertambahnya Wilcoxon dengan p < 0,05 diperoleh tingkat
usia akan menjadikan kulit mengalami signifikansi 0,000 yang berarti tindakan
perubahan; lemak subkutan semakin menipis pencegahan yang dilakukan bermakna
mengakibatkan kulit tidak elastis lagi. secara signifikan untuk mencegah terjadinya
Penipisan jaringan epidermis dan hilangnya dekubitus pada lansia imobilisasi. Hal ini
jaringan bantalan pada kulit menyebabkan sesuai dengan pernyataan National Pressure
kulit akan mudah mengalami kemerahan dan Ulcer Advisory Panel (2009) bahwa kejadian
mudah terkelupas bila ada penekanan. dekubitus dapat diperbaiki dengan menjaga
Status nutrisi yang kurang pada sebagian keutuhan kulit melalui serangkaian
responden juga sangat mempengaruhi perawatan kulit secara intensif. Tindakan
kondisi kulit. Keadaan hypoproteinemia yang tersebut juga dapat difungsikan sebagai
sering terjadi pada lansia akan merubah upaya pencegahan terhadap kejadian
keseimbangan tekanan osmotik dan bisa dekubitus pada seseorang yang mengalami
menyebabkan terjadinya pembengkakan. imobilisasi.
Jaringan yang bengkak akan mudah Tindakan pencegahan merupakan
mengalami kerusakan dan secara berangsur langkah pertama yang harus dilakukan untuk
akan terjadi lecet. menghindari terjadinya luka tekan.
Perbaikan kondisi kulit lansia setelah Terhindarnya lansia dari keadaan dekubitus
setelah tindakan pencegahan dekubitus memberi kontribusi bagi lansia untuk
dimungkinkan karena jadwal pemberian mempertahankan kualitas hidup yang baik.
intervensi dilakukan secara ketat, disertai Dalam hal ini lansia terhindar dari
upaya pencegahan yang dapat memperbaiki ketidaknyamanan, sedangkan keluarga dapat
kelembaban, sirkulasi dan kondisi kulit. menghemat biaya perawatan dibandingkan
Peneliti melakukan pengkajian faktor risiko jika lansia mengalami dekubitus. Leir (2010),
secara berkesinambungan selama rentang menyatakan bahwa keluarga dapat
waktu pemberian intervensi. Hasil pengkajian menghabiskan setidaknya dua pertiga dari
tersebut selanjutnya digunakan sebagai pendapatan keluarga perbulan untuk
pedoman untuk melakukan upaya perbaikan melakukan perawatan dekubitus; tidak
dan pencegahan lebih dini sehingga termasuk jika luka dekubitus mengakibatkan
kerusakan kulit yang mengarah pada komplikasi lain; sudah pasti kebutuhan akan
keadaan dekubitus dapat dihindarkan. biaya perawatan semakin tinggi.
penelitian ini juga memberi bukti bahwa Heineman (2010) menjelaskan bahwa
perawatan kulit yang dilakukan secara prinsip pencegahan dekubitus adalah
kerkesinambungan dapat memperbaiki menghindarkan kulit dari adanya tekanan
kondisi kulit yang sudah mengalami proses yang berlangsung dalam interval waktu yang
kerusakan. lama atau geseran yang berulang.
Hasil uji statistik tentang pengaruh Perawatan kulit juga diperlukan agar sirkulasi
tindakan pencegahan terhadap perubahan jaringan kulit menjadi lancar. Umumnya
kondisi kulit lansia menggunakan uji tindakan pencegahan perawatan kulit
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 169
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 170
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 171
Sulidah, Susilowati │ Pengaruh Tindakan Pencegahan terhadap Kejadian Dekubitus pada Lansia
Imobilisasi
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3, DESEMBER 2017 | Halaman 172