TINJAUAN PUSTAKA
2. Tujuan
a. Menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus
reproduksi.
b. Mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan
perempuan dan keluarganya dengan menunjukkan rasa percaya diri.
(Sofyan,2009)
7
8
e. Pusing
Cara mengatasinya dengan bangun perlahandari istirahat, hindari
berdiri terlalu lama dalam lingkupan yang hangat dan sesak dan hindari
berbaring dalam posisi telentang.
f. Tegang pada bagian bawah perut
Cara mengatasinya dengan melakukan teknik relaksasi dan berbaring
miring ke kiri.
g. Nyeri punggung
Cara mengatasinya dengan tinggikan kaki sewaktu berbaring, hindari
berdiri terlalu lama
(Sulistyawati A, 2014).
Gambar 2
Senam Hamil
c) Masih tetap dalam posisi yang sama, gerakkan kedua telapak kaki
secara bersamaan, ke arah depan dan belakang secara bergantian
disertai dengan tarik dan buang nafas.
Gambar 3
Senam Hamil
d) Tetap dalam posisi yang sama, buka kaki selebar paha, kemudian
tarik telapak kaki ke arah luar secara bersamaan, kemudian tarik
ke dalam secara bersamaa pula.
Gambar 4
Senam Hamil
Gambar 5
Senam Hamil
denga cara membuka telapak tangan dan mata, dan telapak kaki
kondisi normal, ulangi secara bergantian.
Gambar 8
Senam Hamil
6) Pakaian
Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih dan tidak ada
ikatan ketat di daerah perutnya. Bahan yang digunakan harus yang
menyerap keringat. Ibu disarankan memakai bra yang menyokong
payudara.
7) Istirahat dan Rekreasi
Posisi tidur yang dianjuran adalah miring ke kiri, kaki kiri lurus,
kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal bantal dan untuk
mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut
bawah sebelah kiri.
17
8) Kebersihan Tubuh
Perubahan sistem metabolisme mengakibatkan peningkatan
pengeluran keringat. Bagian lain yang perlu diperhatikan adalah
daerah kemaluan. Selain dengan mandi, mengganti celana dalam
secara rutin minimal dua kali sehari sangat dianjurkan.
9) Kebutuhan Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil trimester III adalah
konstipasi yang dapat dilakukan adalah makan-makanan tinggi serat.
10) Kebutuhan Seksualitas
Hubungan seksual tidak dilarang, hanya harus hati-hati dan
selama tidak ada riwayat perdarahan pervaginam, kelahiran
prematur, dan bila ketuban sudah pecah, hubungan seksual dilarang
karena dapat menyebabkan infeksi janin.
11) Sikap Tubuh
Sikap tubuh yang baik dengan duduk dalam posisi tegak, tidur
dengan kaki ditinggikan, hindari duduk atau berdiri terlalu lama,
posisi tubuh saat mengangkat beban dalam keadaan tegak dan beban
terfokus pada lengan serta pakailah sepatu dengan hak rendah.
(Jannah, 2012).
7. Asuhan Antenatal
a. Menentukan Usia Kehamilan
Cara menghitung usia kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu dengan menghitung hari berdasarkan HPHT, dengan
mengkur tinggi fundus uteri, dengan mengetahui pergerakan janin.
1) Rumus Naegle
Bisa ditentukan setelah HPHT didapatkan.
Tabel 1
Rumus siklus menstruasi 28 hari
TP Tanggal Bulan Tahun
Bulan 1-3 +7 +9 +0
Bulan 4-12 +7 -3 +1
18
b. Palpasi Abdomen
Secara umum palpasi abdominal dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak
dan presentasi, kontraksi rahim, dan his.
1) Leopold I
Bertujuan untuk menentukan tinggi fundus uteri untuk
menentukan umur kehamilan. Selain itu, dapat juga ditentukan
bagian mana yang terletak pada fundus uteri.
Teknik Pelaksanaan: kedua telapak tangan pemeriksa
diletakkan pada puncak fundus uteri.Tentukan tinggi fundus uteri
untuk menentukan usia kehamilan.Rasakan bagian janin yang
berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau kosong).
Gambar 10
Palpasi Leopold I
Gambar 11
Palpasi Leopold II
Sumber : Hani,dkk,2011
3) Leopold III
Bertujuan untuk bagian janin yang berada disebelah bawah
uterus ibu.
Teknik pelaksanaan: pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-
hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi
pasien. Bagian terendah janin digoyangkan diantara ibu jari dan
telunjuk kanan. Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin
dan ditentukan apakah sudah mengalami engagement atau belum.
Gambar 12
Palpasi Leopold III
Sumber : Hani,dkk,2011
4) Leopold IV
Bertujuan untuk menentukan bagian janin mana yang terletak
dibawah, juga dapat menentukan bagian berapa dari kepala janin
yang telah masuk dalam pintu atas panggul.
Teknik Pelaksanaan: pemeriksaan mengubah posisinya
sehingga menghadap kearah kiri pasien.Kedua telapak tangan
21
Sumber : Hani,dkk,2011
4. Tanda-tanda Persalinan
a. Adanya Kontraksi Rahim. Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil
untuk melahirkan adalah mengejangnya rahim atau dikenal istilah
kontraksi.
b. Keluarnya Lendir Bercampur Darah. Lendir disekresi sebagai hasil
proliferasi kelenjar lendir servik pada awal kehamilan. Lendir mulanya
menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada mulut rahim
terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna
kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang
membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi
lunak dan membuka.
c. Keluarnya Air-air (Ketuban). Ketuban mulai pecah sewaktu-waktu
sampai pada saat persalinan. Tidak ada rasa sakit yang menyertai
pemecahan ketuban dan alirannya tergantung pada ukuran, dan
kemungkinan kepala bayi telah memasuki rongga panggul ataupun
belum.
d. Pembukaan Servik. Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-
pertama aktivitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah
penipisan kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik yang
cepat.
(Elisabeth dkk, 2016).
26
5. Tahapan Persalinan
Pada proses persalinan menurut (Mochtar, 2001) dibagi 4 kala yaitu:
a. Kala 1: Kala Pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap (10 cm), dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1) Fase laten
a) Pembukaan kurang dari 4 cm
b) Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
2) Fase aktif
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik/lebih).
b) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1
cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
d) Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fase, yaitu:
- Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan
menjadi 4 cm.
- Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm.
- Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm/lengkap.
b. Kala II: Kala Pengeluaran Janin
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan
mendorong janin hingga keluar,
Pada kala II memiliki ciri khas:
1) His terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit
sekali
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan.
3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
27
4) Anus membuka
c. Kala III: Kala Uri
Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi
lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2
kali sebelumnya. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
d. Kala IV (Tahap Pengawasan)
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap
bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih
dua jam (Elisabeth dkk, 2016).
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit.
15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bawah
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan
dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT/ Steril pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung
secara spontan.
22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala
dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki
dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada
sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).
31
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/ Steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting susu atau areola mame ibu.
33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (di atas
simfisis), untuk medeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem
untuk menegangkan tali pusat.
35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas
(dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali
prosedur diatas.
36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah
dorsal ternayata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal
maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat di
lahirkan.
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
33
51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53) Celupkkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering.
55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik
bayi.
56) Dalam satu jam pertama, beri salep/ tetes mata profilaksis infeksi,
vitamin K 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pernapasan bayi (normal 40-60 x/menit) dan temperatur
tubuh (normal 36,5-37,5 °C) setiap 15 menit.
57) Setelah satu jam pemberian vitamin k berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan bawah letaral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.
58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
60) Lengkapi patograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV persalinan (Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia, 2016).
8. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan
utama penggunaan partograf yaitu:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
35
D. Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah setelah Kala IV sampai dengan 6
minggu berikutnya (pulihnya alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil (Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2016).
2. Tujuan
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b. Mendeteksi masalah secara komprehensif (deteksi dini), mencegah
terjadinya komplikasi yang mungkin timbul
c. Merujuk bila terjadi komplikasi ibu maupun bayi
d. Memberikan penkes tentang perawatan kesehatan diri sendiri, nutrisi,
cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi pada bayi, perawatan
tali pusat dan perawatan sehari-hari.
37
3. Tahapan Nifas
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu.
c. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil/persalinan mempunyai komplikasi
(Dewi, 2013).
(Sulistyawati, 2009).
6. Kunjungan Nifas
a. Kunjungan masa nifas I (KF 1) dilakukan pada tahun kurun waktu 6-48
jam setelah persalinan. Asuhan yang diberikan adalah pemantauan TTV
lengkap, TFU, perdarahan, kontraksi, kandung kemih, penkes teknik
menyusui dan konseling tanda bahaya nifas.
b. Kunjungan masa nifas II (KF 2), dilakukan pada kurun waktu hari ke 3-
28 hari setelah persalinan. Asuhan yang diberikan penkes nutrisi,
penkes istirahat, penkes menyusui secara teratur, dan personal hygienes.
c. Kunjungan masa nifas III (KF 3), dilakukan pada kurun waktu hari ke
29-42 hari setelah persalinan. Asuhan yang diberikan adalah
pemantauan TTV, penkes hubungan seksual, penkes keluarga
berencana
(Sulistyawati A, 2011).
9. Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan sampai dengan hari kesepuluh. Senam nifas bertujuan untuk
mengembalikan otot-otot terutama rahim dan perut kekeadaan semula,
menguatkan otot-otot dasar panggul, ligamen-ligamen, mempercepat
proses involusi uteri, memperlancar pengeluaran lokia (Reni Heryani,
2012).
Langkah senam nifas :
a. Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut
dibawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung dan
kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen
untuk membantu mengosongkan paru-paru.
Gambar 14
Senam Nifas
41
Gambar 18
Senam Nifas
f. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian luar
lutut kiri.
Gambar 19
Senam Nifas
Gambar 21
Senam Nifas
i. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam
dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit.
Gambar 22
Senam Nifas
j. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah
seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.
Gambar 23
Senam Nifas
Gambar 24
Senam Nifas
2. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mendeteksi adanya kelainan dan tanda
bahaya pada bayi baru lahir (Vivian, 2013).
4. Kunjungan Neonatus
Menurut Depkes 2010, kunjungan neonatal adalah pelayanan
kesehatan kepada neonates sedikitnya 3x, yaitu:
1. Kunjungan neonatal I (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam
setelah lahir. Asuhan yang diberikan adalah pemantauan TTV,
pemeriksaan fisik, antropometri, injeksi vit K, imunisasi Hb0,
pencegahan kehilangan panas, memandikan bayi, penkes tanda bahaya
bayi baru lahir.
2. Kunjungan neonatal II (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir. Asuhan yang diberikan adalah
pemantauan TTV, penkes perawatan tali pusat, personal hygiene,
tanda bahaya bayi baru lahir dan penkes ASI Eksklusif.
3. Kunjungan neonatal III (KN3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir. Asuhan yang diberikan adalah
penkes tanda bahaya bayi baru lahir, pemantauan TTV, penkes ASI
Eksklusif dan personal hygiene (Depkes, 2010).
5. Asuhan BBL
a. Jaga kehangatan.
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :
1) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh dengan permukaan yang lebih dingin.
3) Radiasi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi.
4) Evaporasi adalah cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi dan
menguap, misalnya bayi baru lahir tidak langsung dikeringkan.
Jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas
maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi.Upaya untuk
47
Vaksin) diberikan pada saat bayi berumur 24 jam atau pada usia 1 bulan
(JNPK-KR, 2010)
49
F. KERANGKA TEORI
Bagan 1
Kerangka Teori
Sumber: (Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia 2016, Sulistyawati 2011,
Depkes 2010).