a. Tagihan penjualan angsuran diakui pada saat terjadinya penjualan angsuran dan
diakui sebesar nilai nominal dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan.
b. TP dan TGR diakui ketika salah satu kejadian berikut timbul yaitu (1) telah
ditandatangani surat keterangan tanggungjawab mutlak (SKTJM), (2) telah
diterbitkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara (SKP2KS)
atau (3) telah ada putusan lembaga peradilan yang berkekuatan hukum tetap.
Pengukuran TP diukur sebesar nilai nominal dalam SKP setelah dikurangi dengan
setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas daerah.
Sedangkan TGR diukur sebesar nilai nominal dan SKTM setelah dikurangi dengan
setoran yang telah dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas negara.
c. Kemitraan dengan pihak ketiga diakui pada saat terjadinya perjanjian
kerjasama/kemitraan, yaitu dengan perubahan klasifikasi aset tetap yang menjadi aset
kemitraan/kerjasama. Pengukuran aset yang diserahkan untuk diusahakan dalam
kemitraan dinilai sebesar nilai bersih yang tercatat pada saat perjanjian atau niali
wajar pada saat perjanjian (dipilih yang objektif atau yang paling berdaya uji). Dana
yang ditanamkan pemerintah dalam kerjasama dicatat sebagai penyertaan
kerjasama/kemitraan. Aset kerjasama yang telah diserahkan kepada pemerintah
setelah berakhirnya perjanjian dan telah ditetapkan status penggunaannya, dicatat
sebagai nilai bersih yang tercatat atau nilai wajar pada saat aset tersebut diserahkan
(dipilih yang paling obyektif dan berdaya uji).
d. BGS diakui pada saat terjadinya perjanjian kerjasama yaitu dengan perubahan
klasifikasi aset tetap menjadi aset BGS. BGS dicatat sebesar nilai aset yang
diserahkan kepada pihak ketiga/investor.
e. BGS diakui pada saat terjadinya perjanjian kerjasama yaitu dengan perubahan
klasifikasi aset tetap menjadi aset BGS. BGS dicatat sebesar nilai perolehan aset yang
dibangun yaitu sebesar nilai aset yang diserahkan pemerintah ditambah dengan
jumlah aset yang dikeluarkan oleh pihak ketiga untuk membangun aset tersebut.
f. Aset tidak berwujud diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi dimasa
datang yang diharapkan atau jasa potensial yang diakibatkan dari aset tidak berwujud
tersebut akan mengalir kepada entitas dan biaya perolehan nilai (nilai wajar) dapat
diukur dengan handal.
g. Aset lain-lain diakui ketika sebuah aset tetap dinilai tidak dapat dimanfaatkan lagi dan
ditujukan untuk dijual. Aset lain-lain diukur sebesar harga perolehan aset tetap
dikurangi akumulasi penyusutan aset tetap terkait.
Berdasarkan SKJTM tanggal 1 Oktober 2015 diketahui bahwa seorang pegawai harus
membayar Rp.25.000.000. pada tanggal 20 November 2015, pegawai tersebut melakukan
oembayaran ganti rugi sebesar Rp. 5.000.000. Tanggal 31 Desember dilakukan reklasifikasi
dan diperkirakan 10% piutang tersebut tidak dapat ditagih.
1 Oktober 2015
1 November 2015
Jurnal Finansial
Kas
31 Desember 2015
Jurnal Finansial