PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II
KELAS : C/1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah :
1. Bagaimana cara untuk menentukan potensi antibiotika?
2. Apa pengaruh konsentrasi antibiotika terhadap aktivitas mikroba?
3. Apakah antibiotik tetrasiklin dapat menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari proses uji potensi antibiotika ini adalah untuk mengetahui
obat-obat yang paling cocok atau paling poten untuk kuman penyebab
penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk
mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab
kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten
terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis
pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul
terbunuh oleh antibiotik.
METODOLOGI PENELITIAN
2. Bahan
a) Antibiotika Tetrasiklin
b) Suspensi biakan mikroba uji Staphylococcus aureus berumur 24 jam,
25%T
c) Larutan pengencer antibiotika yang sesuai
d) Nutrient Agar (NA)
B. CARA KERJA
3. Cara Penetapan
Pembuatan Kurva Baku
Disiapkan 3 cawan petri untuk masing-masing dosis larutan baku,
kecuali untuk dosis larutan baku S3. Ke dalam tiap cawan petri
dituangkan 15 mL media NA (±45oC), digoyangkan hingga
membentuk lapisan dan biarkan memadat sebagai lapisan dasar. Ke
permukaan lapisan dalam tiap cawan dituangkan 5 mL agar inokula,
digoyang dan diputar hingga membentuk lapisan yang rata dan
dibiarkan hingga memadat. Agar inokula dibuat dengan cara
menambahkan 3,5 mL suspensi bakteri ke dalam 70 mL media cair
steril. Jenis mikroba uji untuk penetapan antibiotik disesuaikan
sebagaimana tercantum pada Lampiran <131> Farmakope Indonesia
edisi IV, Tabel 2 (dapat dilihat di bagian Lampiran).
Sebanyak 6 silinder besi tahan karat steril dijatuhkan pada permukaan
lapisan agar inokula dalam tiap cawan. Ke dalam 3 silinder pada
cawan-cawan untuk dosis larutan baku S1diteteskan 0,1 ml larutan
baku S1 dan ke dalam 3 silinder lainnya 0,1 ml larutan baku S3.
Ke dalam silinder-silinder pada cawan-cawan untuk dosis larutan
baku S2 dilakukan penetesan seperti di atas menggunakan larutan
baku S2 dan S3. Pada cawan-cawan untuk dosis larutan baku S4
menggunakan larutan baku S4 dan S3, dan pada cawan-cawan untuk
dosis larutan baku S5 menggunakan larutan baku S5 dan S3.
Semua cawan dibiarkan lebih kurang 1 jam (pra inkubasi), kemudian
diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 18-24 jam. Setelah masa
inkubasi, garis tengah daerah hambatan yang terbentuk diukur dan
dilakukan koreksi terhadap garis tengah rata-rata daerah hambatan
dosis larutan baku S1, S2, S4, dan S5 seperti yang tertera pada
perhitungan.
Garis tengah rata-rata daerah hambatan yang telah dikoreksi dibuat
kurva baku log dosis terhadap garis tengah hambatan pada kertas
grafik semilog dengan log dosis sebagai sumbu X dan garis tengah
hambatan sebagai sumbu Y.
A. HASIL PENGAMATAN
Cawan 1 : kelompok 1
Cawan 2 : kelompok 3
Cawan 3 : kelompok 2
Perhitungan:
Konsentrasi larutan induk: 100 ppm
Akan dibuat seri pengenceran S1, S2, S3, S4, dan S5 dengan volume masing-
masing 10 mL.
Pengenceran baku S1
1
Konsentrasi seri pengenceran S1 = 1,25 𝑥 1,92 = 1,536 𝑝𝑝𝑚
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 10 ml x 1,536 ppm
V1 = 0,1536 mL
Pengenceran baku S2
1
Konsentrasi seri pengenceran S2 = 1,25 𝑥 2,4 = 1,92 𝑝𝑝𝑚
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 10 ml x 1,92 ppm
V1 = 0,192 mL
Pengenceran baku S3
Konsentrasi seri pengenceran S3 = konsentrasi larutan uji = 2,4 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 25 ml x 2,4 ppm
V1 = 0,6 mL
Pengenceran baku S4
Konsentrasi seri pengenceran S4 = 1,25 𝑥 2,4 = 3 𝑝𝑝𝑚
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 10ml x 3 ppm
V1 = 0,3 mL
Pengenceran baku S5
Konsentrasi seri pengenceran S5 = 1,25 𝑥 3 = 3,75 𝑝𝑝𝑚
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 10 ml x 3,75 ppm
V1 = 0,375 mL
a : 6,956
b : 16,220
r : 0,6854
y = a + bx
10,68 = 6,956+ (16,220) x
3,724 = 16,220 x
x = 0,2296
B. PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan tentang penetapan potensi antibiotik,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Menunjukkan adanya daerah hambatan pada ke-5 seri pengenceran baku,
dimana rata-rata koreksi S1, S2, S3, S4, dan S5 berturut-turut sebesar 11,79
; 10,74 ; 11,16 ; 12,47 ; 19,44.
Dosis larutan uji sebesar 1,6967 µg/mL .
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V jika nilai dari hasil potensi berkisar
dari 95% dan diatas 105% maka dapat ditetapkan sebagai penetapan
pendahuluan. Sedangkan hasil praktikum diperoleh data adalah 70,70%. Hal
ini menunjukan bahwa data tidak memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope
Indonesa Edici V.
Semakin besar konsentrasi dari antibiotika maka kemampuan antibiotika
untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin besar.
B. SARAN
Praktikum harus dilakukan secara aseptis dan teliti agar data hasil
pengamatan yang diperoleh valid.
DAFTAR PUSTAKA
Radji, Maksum.2010.Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.