Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

WINDING RESISTANCE MEASUREMENT

EXPERIMENT N.1

Dosen Pembimbing:

Bp. DJODI ANTONO, B.Tech.

Disusun Oleh :

NUHARRIFA PRAMA AS SYIFA

LT-2E

3.39.17.1.19

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2019
I. JUDUL

Winding Resistance Measurement

II. NOMOR PERCOBAAN


Experiment N.1

III. WAKTU dan TEMPAT PERCOBAAN


Hari : Rabu
Tanggal : 6 Maret 2019
Tempat : Laboratorium Mesin Listrik Politeknik Negeri Semarang

IV. PENDAHULUAN

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan resistansi efektif dari stator dan exciter
belitan alternator atau generator sinkron. Pada perkembangannya mesin sinkron lebih
umum/ banyak digunakan untuk membangkitkan energi listrik dibandingkan mesin asinkron.
Mesin sinkron ini biasa digunakan untuk pengubah daya mekanik menjadi mesin listrik.
Mesin sinkron dapat dioperasikan sebagai mesin tunggal dan juga sebagai mesin tergabung.
Namun, biasanya mesin ini tergabung dalam suatu sistem interkoneksi, sehingga bekerja
sejajar sinkron dengan alternator lainnya. Untuk dapat beroperasi dengan baik dalam kondisi
demikian, alternator harus tetap berada dalam keadaan sinkron dengan sistem dan memikul
bagiannya yang tertentu dari beban keseluruhan yang terpasang.
Bentuk atau konstruksi dari mesin sinkron cukup besar, dikarenakan mesin sinkron
ini tidak memiliki torsi awal. Karena tidak adanya torsi awal ini, mesin sinkron tidak bisa
dioperasikan secara plug and play. Cara untuk mengoperasikan mesin sinkron ini pertama
adalah dengan memutar mesin dengan pemutar lain sampai mencapai kecepatan sinkron.
Setelah mencapai kecepatan sinkron, mesin bisa berfungsi. Rotor diputar sampai kecepatan
sinkron (kecepatan medan listrik) nya sama seperti kecepatan medan listrik pada stator.


V. DASAR TEORI
A. Pengertian

Generator adalah salah satu komponen yang dapat mengubah energi gerak
menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya dapat dipelajari dengan teori medan
elekronik. Poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetic
permanen.Setelah itu disekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah
kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator mulai berputar
maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi perubahan
tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dhasilkan ini disalurkan
melalui kabel jaringan listrik.
Motor listrik adalah sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya, memutar
impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dll.
Terdapat 2 komponen utama pada generator dan motor listrik, yaitu:
a. Strator (bagian yang diam)
b. Rotor (bagian yang bergerak).
Rotor akan berhubungan dengan poros generator listrik yang berputar pada pusat
stator. Kemudian poros generator listrik tersebut biasanya diputar dengan menggunakan
usaha yang berasal dari luar, seperti yang berasal dari turbin air maupun turbin uap.

B. Karakteristik Generator Sinkron


Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk menghasilkan
medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan
magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa
pada kumparan stator generator. Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah
sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub
sepatu) dan dan non salient (rotor silinder). Gambaran bentuk kutup sepatu generator
sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gbr 1. Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron

C. Prinsip Kerja Generator Sinkron


Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan
magnethomogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut.
Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus DC atau oleh magnet
tetap. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub internal pada tiga
kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga membentuk beda fasa dengan sudut
120°. Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang
dibangkitkan diperlilhatkan pada gambar berikut.

Gbr 2. Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan)

D. Karakteristik Motor Sinkron


Mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan
pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama dengan mesin induksi, sedangkan
kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan
celah udara sama rata (rotor silinder). Arus searah (DC) untuk menghasilkan fluks pada
kumparan medan dialirkan ke rotor melalui cincin dan sikat.

E. Prinsip Kerja Motor Sinkron

Gbr 3. Terjadinya torsi pada motor sinkron (a) tanpa beban (b) kondisi berbeban (c)
kurva karakteristik torsi
Gambar diatas memperlihatkan keadaan terjadinya torsi pada motor sinkron.
Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila kumparan jangkar (pada stator)
dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa maka akan mengalir arus tiga fasa pada
kumparan. Arus tiga fasa pada kumparan jangkar ini menghasilkan medan putar
homogen (BS). Arus DC pada rotor ini menghasilkan medan magnet rotor (BR) yang
tetap. Kutub medan rotor mendapat tarikan dari kutub medan putar stator hingga turut
berputar dengan kecepatan yang sama (sinkron)

F. Pengukuran Resistansi
Tahanan jangkar dapat diukur dengan menerapkan tegangan DC pada kumparan
jangkar pada kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y), kemudian arus yang
mengalir diukur. Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada kumparan dapat diperoleh
dengan menggunakan hukum ohm sebagai berikut.
Vdc
Ra=
2 Idc
Pada generator akan menghasilkan tegangan dan arus yang nilainya sebanding.
Besarnya nilai arus dan tegangan akan menghasilkan nilai hambatan pada belitan antar
fasa. Untuk memperoleh nilai resistansi dapat dihitung dengan :
U
Nilai resistansi R=
I

Untuk menghitung nilai rata-rata masing-masing terminal :

Σ Ruv
 RUV(av) = =¿ .................. (Ω)
4
Σ Rvw
 RVW(av) = =¿ .................. (Ω)
4
Σ Rwu
 RWU(av) = =¿ .................. (Ω)
4

Dan nilai rata-rata dari masing masing terminal

Ruv (av ) Rvw(av) Rwu(av)


o Rav = = ........(Ω)
3
Menghitung nilai resistansi medan sebagai rata-rata nilai yang terukur dengan :

ΣR
 RE = =.......... (Ω)
5

Karena Stator berhubung bintang, maka resistansi pada armature adalah

1
 Rs = Rav
2

Untuk tembaga berlaku untuk berhubungan resistance di 75 ° C menggunakan koefisien.

VI. ALAT DAN BAHAN


Pada percobaan ini digunakan bebarapa peralatan sebagai berikut :
 DL 1055TT Experiment Transformer 1buah
 DL 1026A Three-phase Altenator 1 buah
 DL 2109T1AB Moving-coil ammeter (100-1000mA) 1 buah
 DL 2109T2VB Moving-coil voltmeter (15-30 V) 1 buah
 Kabel Jumper 10 buah
 Multimeter Digital 1 buah
VII. GAMBAR RANGKAIN
VIII. LANGKAH PERCOBAAN
A. Mengukur belitan pada motor

1. Dalam melakukan praktek tentang winding resistance measurement terlebih dahulu di


persiapkan alat yang akan digunakan yaitu kabel jumper merah dan hitam ,multimeter
digital, powersupply, voltmeter, Amperemeter, motor sinkron dan motor DC.

2. Rangkai kabel dengan melihat gambar 1.1 untuk mengukur armature resistane.

3. Rangkai pada motor sinkron dengan hubungan bintang.

4. Atur pada angka 1000 mA pada amperemeter.

5. Atur tegangan dengan nilai 15V dan atur dalam DC pada voltmeter

6. On kan power supply.

7. Ukur tegangan pada rangkaian UV pada motor dengan besar 300mA sampai 600mA
dan masukkan hasil pada tabel 2.1.

8. Ukur tegangan pada rangkaian VW pada motor dengan besar 300mA sampai 600mA
masukkan hasil pada tabel 2.1.

9. Ukur tegangan pada rangkaian WU pada motor dengan besar 300mA sampai 600mA
masukkan hasil pada tabel 2.1.

10. Offkan Power Supply.

11. Untuk mengukur tahanan (R) pada rangkaian UV,VW,dan WU harus menggunakan
alat multimeter digital di atur pada setting multimeter pada simbol ohm Ω dan tulis
hasil pada tabel 2.1.

B. Mengukur Besar resistansi

1. Rangkai kabel dengan melihat gambar 1.2 untuk mengukur field resistance
2. Rangkai motor dengan f1 dihubungkan ke negatif pada power supply dan f2 pada
amperemeter
3. On kan power supply
4. Atur pada angka 100mA pada amperemeter
5. Atur tegangan dengan nilai 30V dan atur dalam DC pada voltmeter
6. Ukur tegangan dengan nilai arus dari 30mA sampai 70mA dan hasil ditulis pada tabel
2.2
7. Offkan power supply
8. Untuk mengukur total tahanan (R) pada rangkaian f1 dan f2 pada motor dengan
multimeter digital diatur pada simbol ohm Ω dan hasil ditulis pada tabel 2.2

IX. DATA PERCOBAAN


1. Tabel 1 Armature resistance

Phases I(mA) 300 400 500 600


U(V) 2 3 3,5 4,3
UV
R(Ω) 6,6 7,5 7 7,16
U(V) 2 3 3,5 4,3
VW
R(Ω) 6,6 7,5 7 7,16
U(V) 2 3 3,5 4,3
WU
R(Ω) 6,6 7,5 7 7,16

2. Tabel 2.2 field resistance

I(mA
30 40 50 60 70
)
U(V) 8 11 13 15 18
R(Ω) 266,6 275 260 250 257,14

X. ANALISIS DATA
Analisa data tabel 1.
Pengukuran pada phasa UV dengan arus 300 mA terukur tegangan 2 volt. Pengukuran
pada phasa UV dengan arus 400 mA terukur tegangan 3 volt. Pengukuran pada phasa UV
dengan arus 500 mA terukur tegangan 3,5 volt. Pengukuran pada phasa UV dengan arus 600
mA terukur tegangan 4,3 volt. Sedangkan apabila secara teori maka :
U 2
RUV(300mA) = = =6,6Ω
I 0,3
U 3
RUV(400mA) = = =7,5 Ω
I 0,4
U 3,5
RUV(500mA) = = =7 Ω
I 0,5
U 4,3
RUV(600mA) = = =7,16 Ω
I 0,6
Σ Ruv 6,6+7,5+7 +7,16
RUV(av) = = =¿ 7,065Ω
4 4
Pengukuran pada phasa VW dengan arus 300 mA terukur tegangan 2 volt. Pengukuran
pada phasa VW dengan arus 400 mA terukur tegangan 3 volt. Pengukuran pada phasa VW
dengan arus 500 mA terukur tegangan 3,5 volt. Pengukuran pada phasa VW dengan arus 600
mA terukur tegangan 4,3 volt. Sedangkan apabila secara teori maka :
U 2
RVW(300mA) = = =6,6Ω
I 0,3
U 3
RVW(400mA) = = =7,5 Ω
I 0,4
U 3,5
RVW(500mA) = = =7 Ω
I 0,5
U 4,3
RVW(600mA) = = =7,16 Ω
I 0,6
Σ Ruv 6,6+7,5+7 +7,16
RVW(av) = = =¿ 7,065Ω
4 4
Pengukuran pada phasa UW dengan arus 300 mA terukur tegangan 2 volt. Pengukuran
pada phasa UW dengan arus 400 mA terukur tegangan 3 volt. Pengukuran pada phasa UW
dengan arus 500 mA terukur tegangan 3,5 volt. Pengukuran pada phasa UW dengan arus 600
mA terukur tegangan 4,3 volt. Sedangkan apabila secara teori maka :
U 2
RUW(300mA) = = =6,6Ω
I 0,3
U 3
RUW(400mA) = = =7,5 Ω
I 0,4
U 3,5
RUW(500mA) = = =7 Ω
I 0,5
U 4,3
RUW(600mA) = = =7,16 Ω
I 0,6
Σ Ruv 6,6+7,5+7 +7,16
RUW(av) = = =¿ 7,065Ω
4 4

XI. KESIMPULAN
Dari percobaan winding resistance measurement ini dapat ditarik kesimpulan :

1. Pada percobaan ini, resistansi diukur antar fasa, yaitu U-V, V-W, U-W dan Rfield di F1-
F2.
2. Resistansi yang dihasilkan antar fasa U-V, V-W, U-W dan F1-F2 besarnya stabil atau
sama.
3. Tegangan akan bertambah besar karena arus bertambah sementara tahanannya
stabil/tetap.
4. Apabila terjadi perbedaan antara hasil pengukuran dengan hasil dari percobaan berbeda,
maka hal itu mungkin disebabkan karena suhu ruangan saat melakukan percobaan.
5. Nilai tegangan berbanding lurus dengan nilai arus, sedangkan arus belitan berbanding
terbalik dengan resistansi belitan.

XII. DAFTAR PUSTAKA


[1]. Delorenzo,Electrical Power Enginering (Alternator and parallel operation DL
GTU101.1)
[2]. [online] : http://generatoracdc.blogspot.com/2012/09/generator-ac-dan-dc.html
[3]. [online] : http://www.academia.edu/4773352/BAB_II_GENERATOR_SINKRON_TIGA_FAS A
_dimana_f_Frekuensi_listrik_Hz

Anda mungkin juga menyukai