Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)

KHULAFAUR RASYIDIN ALI BIN ABI THALIB

DOSEN PENGAMPU : MUHAMMAD ROZALI, M.A

PAI-1

Kelompok 2 :

FAIRUZ ABADI (0301172348)

SHUFIATUL IHDA (0301172349)

FIRA AFRINA (0301172350)

HILMAN RIZKY HASIBUAN (0301172362)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
PENDAHULUAN

Memahami dan mengetahui kisah dari para Khulafaur Rasyidin adalah termasuk hal
yang sangat perlu dan penting. Karena Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah
pertama agama islam yang dipercaya oleh umat islam sebagai penerus kepemimpinan setelah
nabi Muhammad wafat. Dalam bab pembahasan sebagaimana Khulafaur Rasyidin terdiri dari
empat khalifah, maka dalam bab pembahasan kami akan membahas khalifah yang ke-empat,
yaitu Ali bin Abi Thalib ra. Beliau merupakan khalifah terakhir yang memegang kekuasaan
setelah Utsman bin Affan wafat. Dimana Ali bin Abi Thalib termasuk kerabat dari nabi
Muhammad saw. Beliau tinggal dengan nabi Muhammad dari kecil, diasuh seperti anak sendiri.
Terlebih lagi Ali bin Abi Thalib menjadi menantu nabi Muhammad saw dari putrinya Fatimah
az-Zahra. Ali bin Abi Thalib dipercayakan nabi Muhammad untuk menyelesaikan urusan-
urusan yang terkait dengan amanat Nabi Muhammad saw.

Oleh sebab itu, dalam bab selanjutnya yaitu bab pembahasan kami akan menjelaskan
biografi dari Ali bin Abi Thalib. Serta menceritakan perjuangannya dimasa kekhalifahannya
serta prestasi-prestasi yang telah diperolehnya selama menjadi khalifah dan kisah dari
kewafatannya Ali bin Abi Thalib.

1
PEMBAHASAN

A. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB


1. Biografi Ali in Abi Thalib
Ali bernama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul
Manaf. Ibunya bernama Fatimah bin Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dilahirkan di
Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun 570 M atau 32 tahun setelah kelahiran Nabi
Muhammad saw. Beliau tinggal bersama Nabi Muhammad saw sejak kecil. Beliau diasuh
sebagaimana anak sendiri karena kondisi ayahnya yang miskin. Beliau mendapat didikan
langsung dari nabi Muhammad saw sehingga menjadi seorang yang berbudi tinggi dan berjiwa
luhur.
Ali bin Abi Thalib masuk islam saat berusia tujuh tahun. Beliau adalah anak kecil yang
pertama masuk islam, sebagaimana Khadijah adalah wanita yang pertama masuk islam, Abu
Bakar ra adalah lelaki merdeka yang pertama masuk islam.
Ali bin Abi Thalib mendapat nama panggilan Abu Turab (Bapaknya Tanah) dari Nabi
saw. Abu Turab adalah panggilan yang paling disenangi oleh Akli karena nama itu adalah
kenang-kenangan berharga dari Nabi saw.
Ali adalah salah seorang dsri sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Ali adalah
laki-laki pertama masuk islam dan pertama dari golongan anak kecil. Beliau dinikahkan dengan
putri Nabi saw, Fathimah az-Zahra. Lahir dari Fatimah dua anak yaitu Hasan dan Husein.
Sikap pemberani dan pertarung sejati dibuktikan di beberapa peperangan yang
diikutinya. Pada perang Badar beliau melakukan duel satu lawan satu dengan kafir Quraisy.
Beliau berhasil membunuh musuhnya kafir Quraisy. Begitu juga ketika perang Uhud, beliau
merupakan salah satu pertarung yang berduel dengan perwakilan kafir Quraisy.
Perang saudara pertama dalam islam, perang Siffin pecah diikuti dengan merebaknya
fitnah seputar kematian Utsman bin Affan membuat posisi Ali sebagai khalifah menjadi sulit.
Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam, pada
tanggal 17 ramadan 40 hijriyah. Beliau dikuburkan secara rahasia di Najaf.1

2. Ali bin Abi Thalib Dilantik Sebagai Khalifah


Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi Talib dengan
maksud mendukung sebagai khalifah, dipelopori oleh al-Gafiqi dari pemberontak Mesir

1
Akhmad Saufi, S.Ag, M.Pd.I, Sejarah Peradaban Islam, Deepublish, Yogyakarta: 2015, H. 108-110

2
sebagai kelompok terbesar. Tetapi Ali menolak. Setelah khalifah Usman tak ada orang lain
yang pantas menjadi khalifah dari pada Ali bin Abi Thalib. Dalam kenyataannya Ali memang
merupakan tokoh paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun ada yang
mengklaim atau mau tampil mencalonkan iri atau di calonkan untuk menggantikan khalifah
Usman-termasuk Mu'awi’ah bin Abi Sufyan-selain nama Ali bin Abi Thalib. Disamping itu,
mayoritas umat Muslimin di Medinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan
pilihannya pada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanyakan dari Bani Umayyah yang
tidak mau membaiat Ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke Suria.
Bagaimana pun mayoritas Muslimin di Medinah sudah membaiat Ali. Kalau ada
beberapa orang sahabat yang belum bersedia membaiatnya, hanya karena situasi politik waktu
itu. Ini tidak berarti bahwa kekhalifahan tidak diterima oleh sebagian besar Muslimin. Waktu
itu tak ada orang yang menuntut kekhalifahan, termasuk Mu’awiyah. Perbedaan diantara
mereka menyangkut soal para pembunuh dan bentuk hukuman yang akan dijatuhkan kepada
mereka. Agak berbeda sedikit dengan sumber-sumber diatas, ada juga yang mengatakan bahwa
pagi itu adalah Talhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam serta sahabat-sahabat Rasulullah
dari kalangan Muhajirin dan Ansar sedang berkumpul. Mereka akan menemui Ali bin Abi
Thalib di rumahnya, dan dalam dialog mereka dengan Ali, dan tanpa ragu Talhah dan Zubair
akan membaiatnya. Juga tak disebut-sebut adanya intervensi kaum pemberontak.
Orang sudah tahu bahwa dalam pertalian darah Ali bin Abi Talib adalah orang-orang
terdekat kepada Nabi. Dia sepupu Nabi, sejak kecil sudah bersama-sama, Muslim pertama
dikalangan pemuda dan kalangan Banu Hasyim, diserahi mengurus barang-barang amanat
yang ditinggalkan di Mekah saat Nabi hijrah ke Medinah, yang dipersaudarakan nya waktu
hijrah, sebagai anggota keluarga yang sehari-hari mendampinginya, sebagai salah seorang
penulis wahyu, sebagai suami Fatimah putri Nabi, dan terus mendampinginya sampai yang
terakhir dia pula yang mengurus Rasulullah ketika sakit hingga meninggalnya dan memandikan
jenazah yang suci, dan menghantarkan jenazah nya sampai ke pemakaman yang turun ke
lubang lahad.2

3. Sesudah Pelantikan
Pada jumat pertama setelah pembaiatan itu, jenazah berkumpul di masjid dan
menyatakan penyesalan dan kesedihannya atas kematian Usman r.a. banyak orang yang
menyesalkan Talhah dan Zubair. Mereka menyalahkan kedua orang itu karena membiarkan hal

2
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib, PT. Pustaka Litera Antarnusa, Jakarta: 2013, H. 187-193

3
itu terjadi. Tetapi Talhah berkata, bahwa sikapnya sejak dulu tak berubah, bahwa ia telah
mencampuradukkan dosa dengan tobat sehigga membuat mereka tidak senang atas
kedaulatannya, tetapi juga mereka tak senang dengan terjadxinya pembunuhan itu. Kemudian
Zubair juga mengatakan bahwa dengan karunia Allah mereka telah menagut sistem syura itu
yang telah menghilangkan para nafsu jahat.anggota Majelis Syura dan para veteran Bdr sudah
bermusyawarah. Kita sudah sama-sama setuju dan kita membaiat Ali bin Abi Talib. Jadi
anggota Majelis dan veteran Badr sudah setuju, dan jika belum ada dari mereka yang
membaiatnya hendaklah segera membaiat. Mengenai pembunuhan Usman, dan segala
peristiwa besar yang terjadi sebelum itu, mereka serahkan kepada kehendak Allah.

4. Mulai Menghadapi Tugas


Pada masa Usman itu sekitar tahun-tahun 31-34 (655) angkatan laut Rumawi dengan
500-600 kapal dibawah pimpinan komandan, anak Heraklius berangkat mengarungi laut
tengah endak menyerang armada Muslimin. Perjalanan mereka ini sudah di ketahui oleh pihak
Muslimin yang dipimpin oleh Abdullah bin Abi Surh gubernur Mesir ketika itu, dengan 200
kapal yang mengangkut pasukan pemberani, tangkas dan sudah terlartih. Mereka berlabuh jauh
dari Iskandariah, dijalan yang akan dilaui armada Rumawi. Sekarang kedua armada itu maju.
Setelah itu pertempuran luar bagi laut berkobar begitu sengit. Kedua armada itu sydah
bercampur, anggota-anggota oasukan masing-masing dengan pedang ditangan.
Armada laut ini merupakan yang pertama dalam sejarah Islam, dibangun atas inisiatif
Mu’awiyah selaku gubernur Syam waktu itu. Tetapi usahanya itu ditolak oleh Khalifah Umar,
yang menganggap belum waktunya. Armada ini dibangun kemudian pada masa Khalifah
Usman.
Tapi kurang pula bahayanya bagi kedaulatan dan umat yang belum mencapai seabad
itu umurnya selain ancaman yang datang dari luar, juga bahaya yang datang dari dalam. Kaum
pemberontak masih leluasa mencabik-cabik Kedaulatan ini-yang daeri Mesir, Kufah dan
Basrah- masing-masing berkuasa sendiri-sendiri dan akan menebarkan teror ditengah-tengah
penduduk Medinah. Ditambah lagi jemaah haji lepas menunaikan ibadah haji dan akan kembali
ke daerah masing-masing, mereka sudah merasa sudah tanpa pemimpin. Masing-masing
mereka akan mengangkat kepemimpinannya sendiri dan kembali kepada sistem kekuasaan
kabilah. Kedualatan islam, persatuan dan kesatuan umat akan hancur, semua inilah yang
kemudian menjadi beban Khalifah yang baru bertugas.

4
5. Kebijakan Amirul Mukminin Menjalankan Pemerintahan

Dalam menjalankan pemerintahan, Ali berusaha bersikap tidak berat sebelah, pilih
kasih, atau nepotisme. Ia dikenal sangat keras terhadap gubernur-gubernurnya, dengan secara
teratur memantau tindakan-tindakan mereka. Diceritakan, suatu ketika keponakannya sendiri,
Ibn Abbas, yang menjabat gubernur Basra, mengambil uang Baitul Mal untuk kepentingan
pribadi. Ali langsung menegurnya, sehingga saking takutnya Ibn Abbas meninggalkan Basra
pergi ke Mekkah. Jelaslah Ali tidak pilih-pilih bulu.

Amirulmukminin terus melangkah mengadakan pembersihan dalam lingkungan


pejabatnya. Untuk menggantikan para gubernur lama ia mengangkat sepupunya Ubaidullah bin
Abbas untuk Yaman menggantikan Ya’la bin Umayyah. Ia tidak menemui kesulitan, karena
ketika Ubaidullah tiba Ya’la sudah oergi ke Mekkah dengan membawa hartanya. Banyak orang
yang pergi ke Mekah, karena ditempat suci ini, sebagai tempat berlindung orang merasa lebih
aman, tak boleh diganggu.
Sama halnya dengan Usman bin Hunaif ketika sampai di Basrah, wakil Khalifah Usman
di kota ini, Abdullah bin Amir al-Hadrami, sudah lebih dulu berangkat ke Mekah, dengan
membawa haerta yang dapat dibawanya. Yang juga masih menjadimasalah adalah calon
gubernur untuk Kufah. Umarah bin Syihab. Setelah mendekati kota ia dcegat oleh penduduk
Kufah, dipimpin oleh Tulaihah bin Khuwailid Al-Asadi yang tidak mengharapkan
kedatangannya, dan memintanya kembali ke medinah.

6. Prestasi Khalifah Ali bin Abi Thalib


Sepeninggalan khalifah Utsman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum
muslimin meminta Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap
sebagai prestasi yang telah dicapai. 3
a. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap
Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan
efisien. Oleh karena itu, beliau mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap bekerja.
Adapun gubernur baru yang diangkat khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:

3 Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 2013, h. 20-22.
Ahmad Abdul ‘Aal Ath-Thahtawi, The Great Leaders, Gema Insani, Jakarta: 2009. h. 402-404.

5
1. Said bin Hanif sebagai gubernur Syiria
2. Usman bin Hanif sebagai gubernur Basrah
3. Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir
4. Umrah bin Syahab sebagai gubernur Kufah
5. Ubaidillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman
b. Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)

Pada masa khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara.
Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahan
tersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta
tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
4
Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasaan dan kerabat
Utsman bin Affan. Mereka mengasut para sahabat yang lain untuk menentang kebijakan Ali
bin Abi Thalib. Dan melakukan perlawanan terhadap Khalifah Zali bin Abi Thalib. Akibatnya
terjadi peperangan seperti perang Jamal dan perang Shiffin.

c. Memajukan Bidang Ilmu Bahasa

Pada saat khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah islam sudah
mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca,
seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan
bacaan teks Alquran dan hadis di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.

Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Alquran dan Hadis. Khalifah Ali bin
Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad- Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu
nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahsa arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat
membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu
Alquran dan Hadis.5

d. Bidang Pembangunan
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah secara khusus. Pada awalnya kota
Kuffah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi kota

4
Akhmad Saufi, S.Ag, M.Pd.I, Sejarah Peradaban Islam, Deepublish, Yogyakarta: 2015, H. 112-113
Syaikh Muhammad Khubairi, Kecerdasan Fuqoha dan Kecerdasan Khulafa, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 2011, h. 50-52

6
Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan ilmu
pengetahuan lainnya.

7. Akhir Hayat Ali bin Abi Thalib


Khawarij yang bermarkas di Nahrawan benar-benar merepotkan khalifah, sehingga
memberikan kesempatan kepada pihak Muawiyah untuk memperkuat dan meluaskan
kekuasaanya sampai mampu merebut Mesir. Akibatnya, sungguh sangat fatal bagi Ali. Tentara
Ali semakin lemah. Sementara kekuatan Muawiyah bertambah besar. Keberhasilan Muawiyah
mengambil propinsi Mesir, berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan suplai ekonomi
dari pihak Ali.
Karena kekuatannya telah banyak menurun, terpaksa khalifah Ali menyetujui perjanjian
damai dengan Muawiyah, yang secara politis berarti khalifah mengakui keabsahan
kepemilikan Muawiyah atas Suriah dan Mesir. Kompromi tersebut tanpa disuga ternyata
mengeraskan amarah kaum khawarij untuk menghukum orang-orang yang tidak disukai. Tepat
pada 17 Ramadan 40 H (661 M) khalifah berhasil ditikam oleh Ibn Muljam, seorang anggota
khawarij yang sangat fanatik. Sedangkan wilayah islam sudah meluas bagi baik ke timur,
Persia, maupun ke barat, Mesir.
Setelah ayahnya meninggal dunia, Hasan berpidato, “ Kalian telah kehilangan sebaik-
baik orang yang jika disuruh Rasulullah untuk memimpin tentara, dia tidak gentar ataupun
mundur dari tugas”. Jenazah Ali bin Abi Thalib dimandikan oleh Hasan, Husain dan Abdullah
bin Ja’far. Setelah itu yang bertugas menjadi imam adalah Hasan bin Ali.
Setelah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, kedudukan khalifah kemudian dijabat
oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan lemah, sementara
Muawiyah semakin kuat, makan Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat
mempersatukan umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah
ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga meyebabkan Muawiyah menjadi penguasa
absolut dalam islam. Tahun 41 H (661), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah islam
sebagai tahun Jama’ah. Dengan demikian berakhirlah yang disebut masa Khulafa Rasyidin dan
dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik islam.6

6 Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka Firdaus, Jakarta: 1993, h. 45


6 Ibid, h. 112-113
6 Ali Mufradi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Logos, Jakarta: 1997, h. 66-67

7
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan tentang khalifah Ali bin Abi Thalib maka kami dapat
menarik kesimpulan bahwasannya:
Pertama, Ali adalah khalifah ke-empat atau terakhir setelah kewafatan Utsman bin
Affan. nama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul
Manaf. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun 570 M.
Kedua, Ali dipercayakan sebagai khalifah oleh kaum muslimin di Madinah dan beliau
dilantik sebagai khalifah.
Ketiga, terdapat beberapa prestasi yang diperoleh Ali bin Abi Thalib selama menjadi
khalifah.
Keempat, penyebab Ali bin Abi Thalib wafat adalah disebabkan pembunuhan yang
dilakukan oleh Abdurrahman ibn Muljam. Beliau wafat pada tanggal 17 ramadan tahun 40
hijriyah.

B. SARAN
Berdasarkan hasil makalah ini diuraikan pada kesimpulan serta hasil penulisan, maka
disarankan pembaca dapat memahami dan mengenal kisah dari Khalifah Ali bin Abi Thalib
serta meneladani sifatnya di kehidupan kita sehari-hari

8
DAFTAR PUSTAKA

Saufi Akhmad, Sejarah Peradaban Islam, Deepublish, Yogyakarta, 2015.

Audah Ali, Ali bin Abi Thalib, PT. Pustaka Litera Antarnusa, Jakarta, 2013.

Mufrodi Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Islam, Logos, Jakarta, 1997.

Ath-Thahtawi Abdul ‘Aal Ahmad, The Great Leaders, Gema Insani, Jakarta, 2009.

Ahmad Jamil, Seratus Muslim Terkemuka, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1993.

Khubairi Muhammad Syaikh, Kecerdasan Fuqoha dan Kecerdasan Khulafa, Pustaka Al-
Kautsar, Jakarta, 2011.

Mursi Sa’id Muhammad, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Pustaka Al-Kautsar,
Jakarta, 2013

Anda mungkin juga menyukai