PAI-1
Kelompok 2 :
MEDAN
2018
PENDAHULUAN
Memahami dan mengetahui kisah dari para Khulafaur Rasyidin adalah termasuk hal
yang sangat perlu dan penting. Karena Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah
pertama agama islam yang dipercaya oleh umat islam sebagai penerus kepemimpinan setelah
nabi Muhammad wafat. Dalam bab pembahasan sebagaimana Khulafaur Rasyidin terdiri dari
empat khalifah, maka dalam bab pembahasan kami akan membahas khalifah yang ke-empat,
yaitu Ali bin Abi Thalib ra. Beliau merupakan khalifah terakhir yang memegang kekuasaan
setelah Utsman bin Affan wafat. Dimana Ali bin Abi Thalib termasuk kerabat dari nabi
Muhammad saw. Beliau tinggal dengan nabi Muhammad dari kecil, diasuh seperti anak sendiri.
Terlebih lagi Ali bin Abi Thalib menjadi menantu nabi Muhammad saw dari putrinya Fatimah
az-Zahra. Ali bin Abi Thalib dipercayakan nabi Muhammad untuk menyelesaikan urusan-
urusan yang terkait dengan amanat Nabi Muhammad saw.
Oleh sebab itu, dalam bab selanjutnya yaitu bab pembahasan kami akan menjelaskan
biografi dari Ali bin Abi Thalib. Serta menceritakan perjuangannya dimasa kekhalifahannya
serta prestasi-prestasi yang telah diperolehnya selama menjadi khalifah dan kisah dari
kewafatannya Ali bin Abi Thalib.
1
PEMBAHASAN
1
Akhmad Saufi, S.Ag, M.Pd.I, Sejarah Peradaban Islam, Deepublish, Yogyakarta: 2015, H. 108-110
2
sebagai kelompok terbesar. Tetapi Ali menolak. Setelah khalifah Usman tak ada orang lain
yang pantas menjadi khalifah dari pada Ali bin Abi Thalib. Dalam kenyataannya Ali memang
merupakan tokoh paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun ada yang
mengklaim atau mau tampil mencalonkan iri atau di calonkan untuk menggantikan khalifah
Usman-termasuk Mu'awi’ah bin Abi Sufyan-selain nama Ali bin Abi Thalib. Disamping itu,
mayoritas umat Muslimin di Medinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan
pilihannya pada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanyakan dari Bani Umayyah yang
tidak mau membaiat Ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke Suria.
Bagaimana pun mayoritas Muslimin di Medinah sudah membaiat Ali. Kalau ada
beberapa orang sahabat yang belum bersedia membaiatnya, hanya karena situasi politik waktu
itu. Ini tidak berarti bahwa kekhalifahan tidak diterima oleh sebagian besar Muslimin. Waktu
itu tak ada orang yang menuntut kekhalifahan, termasuk Mu’awiyah. Perbedaan diantara
mereka menyangkut soal para pembunuh dan bentuk hukuman yang akan dijatuhkan kepada
mereka. Agak berbeda sedikit dengan sumber-sumber diatas, ada juga yang mengatakan bahwa
pagi itu adalah Talhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam serta sahabat-sahabat Rasulullah
dari kalangan Muhajirin dan Ansar sedang berkumpul. Mereka akan menemui Ali bin Abi
Thalib di rumahnya, dan dalam dialog mereka dengan Ali, dan tanpa ragu Talhah dan Zubair
akan membaiatnya. Juga tak disebut-sebut adanya intervensi kaum pemberontak.
Orang sudah tahu bahwa dalam pertalian darah Ali bin Abi Talib adalah orang-orang
terdekat kepada Nabi. Dia sepupu Nabi, sejak kecil sudah bersama-sama, Muslim pertama
dikalangan pemuda dan kalangan Banu Hasyim, diserahi mengurus barang-barang amanat
yang ditinggalkan di Mekah saat Nabi hijrah ke Medinah, yang dipersaudarakan nya waktu
hijrah, sebagai anggota keluarga yang sehari-hari mendampinginya, sebagai salah seorang
penulis wahyu, sebagai suami Fatimah putri Nabi, dan terus mendampinginya sampai yang
terakhir dia pula yang mengurus Rasulullah ketika sakit hingga meninggalnya dan memandikan
jenazah yang suci, dan menghantarkan jenazah nya sampai ke pemakaman yang turun ke
lubang lahad.2
3. Sesudah Pelantikan
Pada jumat pertama setelah pembaiatan itu, jenazah berkumpul di masjid dan
menyatakan penyesalan dan kesedihannya atas kematian Usman r.a. banyak orang yang
menyesalkan Talhah dan Zubair. Mereka menyalahkan kedua orang itu karena membiarkan hal
2
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib, PT. Pustaka Litera Antarnusa, Jakarta: 2013, H. 187-193
3
itu terjadi. Tetapi Talhah berkata, bahwa sikapnya sejak dulu tak berubah, bahwa ia telah
mencampuradukkan dosa dengan tobat sehigga membuat mereka tidak senang atas
kedaulatannya, tetapi juga mereka tak senang dengan terjadxinya pembunuhan itu. Kemudian
Zubair juga mengatakan bahwa dengan karunia Allah mereka telah menagut sistem syura itu
yang telah menghilangkan para nafsu jahat.anggota Majelis Syura dan para veteran Bdr sudah
bermusyawarah. Kita sudah sama-sama setuju dan kita membaiat Ali bin Abi Talib. Jadi
anggota Majelis dan veteran Badr sudah setuju, dan jika belum ada dari mereka yang
membaiatnya hendaklah segera membaiat. Mengenai pembunuhan Usman, dan segala
peristiwa besar yang terjadi sebelum itu, mereka serahkan kepada kehendak Allah.
4
5. Kebijakan Amirul Mukminin Menjalankan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahan, Ali berusaha bersikap tidak berat sebelah, pilih
kasih, atau nepotisme. Ia dikenal sangat keras terhadap gubernur-gubernurnya, dengan secara
teratur memantau tindakan-tindakan mereka. Diceritakan, suatu ketika keponakannya sendiri,
Ibn Abbas, yang menjabat gubernur Basra, mengambil uang Baitul Mal untuk kepentingan
pribadi. Ali langsung menegurnya, sehingga saking takutnya Ibn Abbas meninggalkan Basra
pergi ke Mekkah. Jelaslah Ali tidak pilih-pilih bulu.
3 Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 2013, h. 20-22.
Ahmad Abdul ‘Aal Ath-Thahtawi, The Great Leaders, Gema Insani, Jakarta: 2009. h. 402-404.
5
1. Said bin Hanif sebagai gubernur Syiria
2. Usman bin Hanif sebagai gubernur Basrah
3. Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir
4. Umrah bin Syahab sebagai gubernur Kufah
5. Ubaidillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman
b. Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara.
Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahan
tersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta
tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
4
Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasaan dan kerabat
Utsman bin Affan. Mereka mengasut para sahabat yang lain untuk menentang kebijakan Ali
bin Abi Thalib. Dan melakukan perlawanan terhadap Khalifah Zali bin Abi Thalib. Akibatnya
terjadi peperangan seperti perang Jamal dan perang Shiffin.
Pada saat khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah islam sudah
mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca,
seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan
bacaan teks Alquran dan hadis di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Alquran dan Hadis. Khalifah Ali bin
Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad- Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu
nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahsa arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat
membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu
Alquran dan Hadis.5
d. Bidang Pembangunan
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah secara khusus. Pada awalnya kota
Kuffah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi kota
4
Akhmad Saufi, S.Ag, M.Pd.I, Sejarah Peradaban Islam, Deepublish, Yogyakarta: 2015, H. 112-113
Syaikh Muhammad Khubairi, Kecerdasan Fuqoha dan Kecerdasan Khulafa, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 2011, h. 50-52
6
Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan ilmu
pengetahuan lainnya.
7
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan tentang khalifah Ali bin Abi Thalib maka kami dapat
menarik kesimpulan bahwasannya:
Pertama, Ali adalah khalifah ke-empat atau terakhir setelah kewafatan Utsman bin
Affan. nama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul
Manaf. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun 570 M.
Kedua, Ali dipercayakan sebagai khalifah oleh kaum muslimin di Madinah dan beliau
dilantik sebagai khalifah.
Ketiga, terdapat beberapa prestasi yang diperoleh Ali bin Abi Thalib selama menjadi
khalifah.
Keempat, penyebab Ali bin Abi Thalib wafat adalah disebabkan pembunuhan yang
dilakukan oleh Abdurrahman ibn Muljam. Beliau wafat pada tanggal 17 ramadan tahun 40
hijriyah.
B. SARAN
Berdasarkan hasil makalah ini diuraikan pada kesimpulan serta hasil penulisan, maka
disarankan pembaca dapat memahami dan mengenal kisah dari Khalifah Ali bin Abi Thalib
serta meneladani sifatnya di kehidupan kita sehari-hari
8
DAFTAR PUSTAKA
Audah Ali, Ali bin Abi Thalib, PT. Pustaka Litera Antarnusa, Jakarta, 2013.
Ath-Thahtawi Abdul ‘Aal Ahmad, The Great Leaders, Gema Insani, Jakarta, 2009.
Khubairi Muhammad Syaikh, Kecerdasan Fuqoha dan Kecerdasan Khulafa, Pustaka Al-
Kautsar, Jakarta, 2011.
Mursi Sa’id Muhammad, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Pustaka Al-Kautsar,
Jakarta, 2013