2.
3.
4.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Homevisite Asuhan Keperawatan pada Keluargan Ny. R dengan
Judul proposal :
Halusinasi Pendengaran
A. Latar belakang
Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan
dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi.
Sistem pasien atau klien dapat berupa individu,keluarga, kelompok, organisasi,
atau komunitas (Stuart, 2007).
Dalam rangka meningkatkan kesehatan pelayanan keperawatan kepada klien
yang mengalami gangguan jiwa. Dukungan dari pihak keluarga merupakan unit
yang paling dekat dengan klien serta keluarga berperan dalam menentukan cara
atau asuhan yang diperlukan bagi klien dengan gangguan jiwa, mengenai masalah
yang sedang dihadapi olehklien dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung
utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada
dirumah.Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam upaya
pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas,
maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga.
Kunjungan rumah atau home visite pada keluarga adalah salah satu intervensi
keperawatan yangdilakukan oleh seorang perawat dalam rangka
memenuhi kebutuhan klien yang harus dipenuhi oleh keluarga dalam proses
penyembuhan klien (anggota keluarga yang sakit). Kunjungan rumah perlu
dikakukan terutama pada keluarga yang belum mengetahui masalah yang dihadapi
klien dan jarang mengunjungi pasien di rumah sakit (Efendy, 1998)
Selain itu kunjungan rumah juga dilakukan kepada keluarga yang belum
menerima keadaan dan dampak terhadap keluarga akibat dari masalah yang
dialami oleh klien. Sehingga perawat perlu memberikan intervensi kepada
keluarga berupa pendidikan kesehatan tentang gangguan jiwa, dan masalah-
masalah yang dapat memperburuh kondisi klien, serta bagaimana cara
penanganannya. Salah satunya yaitu masalah halusianasi, karena keluarga
merupakan unit yang paling dekat dengan klien.Diharapkan dengan adanya
kunjungan rumah keluarga dapat merawat klien dengan masalah kejiawaan
dirumah dengan benar dan membantu memperpepat penyembuhan klien dan
mengurangi risiko kekambuhuhan ulang. Selain itu dengan adanya kunjungan
rumah ini diharapkan keluarga dan lingkungan dapat menerima kehadiran
klien setelah klien kembali kerumah,tanpa membeda-bedakan dengan
anggota keluarga yang lainnya. Dengan kata lain, kunjungan rumah amat sangat
penting diterapkan guna membantu mengatasi permasalahan dalam merawat klien
(Efendy, 1998).
Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman
mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga yang memiliki klien dengan
masalah kejiwaan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang halusinasi pendengaran keluarga
mampu memahami tentang halusinasi pendengaran dan mampu merawat
keluarga dengan halusinasi pendengaran.
2. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang halusinasi selama 30 menit
keluarga mampu :
a. Mengetahui dan menjelaskan pengertian halusinasi
b. Mengetahui dan menjelaskan penyebab halusinasi
c. Mengetahui dan menjelaskan jenis dan tanda gejala halusinasi
d. Mengetahui dan menjelaskan tahapan halusinasi
e. Mengetahui dan menjelaskan rentang respon halusinasi
f. Mengetahui dan menjelaskan cara menghadapi munculnya halusinasi
pendengaran
g. Merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
h. Mengetahui Strstegi pelaksanaan (SP) pada keluarga dengan halusinasi
i. Penutup atau hasil yang di harapkan
C. Isi materi
1. Pengertian halusinasi pendengaran
2. Penyebab terjadinya halusinasi pendengaran
3. Tanda dan gejala halusinasi pendengaran
4. Cara menghadapi munculnya halusinasi pendengaran
5. Merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi pendengaran
D. Metode pembelajaran
1. Penyuluhan
2. Diskusi
3. Demonstrasi
E. Media pembelajaran
1. Leaflet
2. Lembar balik
F. Materi pengajaran
1. Pengertian halusinasi
Halusinasi adalah persepsi (tanggapan) dari panca indra tanpa adanya
rangsangan (stimulasi) eksternal (Stuart & Laraia, 2005).
Halusinasi adalah salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada
pasien gangguan jiwa. Bagian ini berisi pedoman agar perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami halusinasi (Keliat dan
Akemat, 2009).
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat stimulus. Tipe yang paling sering adalah halusinasi pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecapan (Yosep, 2010)
2. Jenis-jenis halusinasi
3. Penyebab halusinasi pendengaran
Menurut keliat (2011), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
a. Faktor predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah
frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung
oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam)
dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa, kehilangan, penganiayaan dan tidak berdaya.Penilaian
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan.
4. Tanda gejala halusinasi
Jenis Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi
Dengar/Suar Berbicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau
a Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
mencondongkan telinga kea Mendengar suara yang mengajak
rah tertentu bercakap-cakap
menutup telinga mendengarkan suara memerintah
melakukan sesuatu yang
berbahaya
Penglihatan Menunjuk-nunjuk kea rah Melihat bayangan, sinar, bentuk
tertentu geometris bentuk kartun, melihat
ketakutan pada sesuatuyang hantu atau monster
tidak jelas
Penghidu Tampak seperti sedang mencium bau-bauan, seperti bau
mencium bau-bauan tertentu darah, urin, feses, terkadang bau
menutup hidung yang menyenangkan
Pengecap Sering meludah Merasakan rasa seperti darah,
Muntah urin dan feses.
Perabaan Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan ada serangga di
kulit permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
(Direja, 2011)
5. Fase halusinasi
a. Fase 1 Comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan)
Karaktersitik: Klien mengalami perasaan seperti ansietas,kesepian,rasa
bersalah dan takut mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan
untuk meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan
pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat
ditangani (nonpsikotik).
Perilaku klien: Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerakkan bibir
tanpa suara menggerakkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat
b. Fase II Condemning (Ansietas berat halusinasi memberatkan)
Karaktersitik: Pengalaman sensasi menjijikan dan Peningkatan system
saraf otonom yang menunjukan menakutkan,klien mulai lepas kendali dan
mungkin menciba untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang di
persepsikan,individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya
dan menarik diri dari orang lain(nonpsikotik).
Perilaku klien: Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan
ansietas,peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan,
penyempitan kemampuan konsentrasidan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita
c. Fase III Controling (Anxietas berat, pengalaman sensori menjadi
penguasa)
Karaktersitik: Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan mnyerah dan membiarkan halusinasi menguasai
dirinya,individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
tersebut berahir(psikotik).
Perilaku klien: Kemampuan dikendalikan hlusinasi akan lebih di
takuti,kerusakan berhubungan dengan orang lain,rentang perhatian hanya
beberapa detik/menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat,tremor, tidak
mampu memahamiperaturan
7. Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
↑
PSP : Halusinasi……
↑
Isolasi sosial : Menarik diri
A. Identitas klien
Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat pasien : Jl. Suka Karya
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum kawin
Nama Penanggungjawab : Anita (Kakak kandung)
Diagnosis : Halusinasi pendengaran
C. Strategi pelaksanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keluarga mampu Setelah ….x SP1
merawat pasien di pertemuan, keluarga 1. Identifikasi masalah keluarga dalam
rumah dan menjadi mampu menjelaskan merawat pasien
sistema pendukung tentang halusinasi 2. Jelaskan tentang halusinasi
yang efektif untuk a. Pengertian halusinasi
pasien b. Jenis halusinasi yang dialami
pasien
c. Tanda dan gejala halusinasi
d. Cara merawat pasien halusinasi
(cara komunikasi, pemberian
obat, dan pemberian aktivitas
kepada pasien)
e. Sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang bisa dijangkau
f. Bermain peran cara merawat
g. Rencana tindak lanjut keluarga,
jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
Setelah …x pertemuan SP 2
keluarga mampu: 1. Evaluasi kemampuan keluarga SP1
1. Menyelesaikan 2. Latih keluarga merawat pasien
kegiatan yang 3. RTL/jadwal keluarga untuk merawat
sudah dilakukan pasien
2. Memperagakan
ara merawat
pasien
Setelah …x pertemuan SP3
keluarga mampu: 1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP2)
1. Menyebutkan 2. Latih keluarga merawat pasien
kegiatan yang 3. RTL keluarga/jadwal keluarga
sudah dilakukan merawat pasien
2. Memperagakan
cara merawat
pasien serta
mampu membuat
RTL
Setelah …x pertemuan SP4
keluarga mampu: 1. Evaluasi kemampuan keluarga
1. Menyebutkan 2. Evaluasi kemampuan pasien
kegiatan yang 3. RTL keluarga: Follow up dan rujukan
sudah dilakukan
2. Melaksanakan
follow up dan
rujukan
E. Kriteria evaluasi
1. Keluarga Mengetahui tentang pengertian halusinasi
2. Keluarga mengetahui tentang penyebab halusinasi
3. Keluarga mengetahui tentang jenis tanda gejala halusinasi
4. Keluarga mengetahui tentang tahapan halusinasi
5. Keluarga mengetahui tentang rentang respon halusinasi
6. Keluarga mengetahui tentang cara mengontrol halusinasi pendengaran
7. Keluarga mengetahui tentang peran anggota keluarga dalam merawat
pasien dengan halusinasi pendengaran
8. Keluarga mengetahui Strstegi pelaksanaan (SP) pada keluarga dengan
halusinasi
RENCANA KUNJUNGAN RUMAH
A. Identitas klien
Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat pasien : Jl. Suka Karya
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum kawin
Nama Penanggungjawab : Anita (Kakak kandung)
Diagnosis : Halusinasi pendengaran