01 GDL Christybud 685 1 Ktichri I PDF
01 GDL Christybud 685 1 Ktichri I PDF
DISUSUN OLEH :
i
i
DISUSUN OLEH :
i
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
terhormat :
v
vi
5. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku dosen penguji yang telah membimbing
7. Ayah dan Ibu, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Fraktur Femur....................................................................... 6
B. Nyeri..................................................................................... 17
A. Identitas Pasien..................................................................... 30
B. Pengkajian ............................................................................ 30
vii
viii
D. Intervensi Keperawatan.......................................................... 37
E. Implementasi Keperawatan.................................................... 38
F. Evaluasi................................................................................... 41
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.............................................................................. 44
B. Diagnosa Keperawatan........................................................... 47
C. Intervensi Keperawatan.......................................................... 49
D. Implementasi Keperawatan.................................................... 52
E. Evaluasi.................................................................................. 57
A. Kesimpulan............................................................................. 60
B. Saran....................................................................................... 63
Daftar Pustaka
Lampiran
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang yang
(2011), kejadian fraktur di Indonesia periode tahun 2005 sampai dengan 2007
terdapat 864 kasus fraktur akibat kecelakaan lalu lintas yang datang berobat
ke rumah sakit dari jumlah tersebut yang mengalami patah tulang pada
anggota gerak bawah dari sendi panggul sampai ke jari kaki yaitu 549 kasus
(63,5%), kemudian anggota gerak atas dari sendi bahu sampai ke jari tangan
1
2
sejumlah 250 kasus (28,9%) diikuti daerah tulang panggul sejumlah 39 kasus
tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak di
sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap
atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan
otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis. Pada
umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah nyeri yang hebat.
Nyeri fraktur tersebut bersifat tajam dan menusuk karena terjadinya spasme
Klasifikasi nyeri ada dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah
dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariasi. Nyeri akut
kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
3
2013).
Salah satu cara untuk menurunkan nyeri pasien fraktur secara non
Rasa nyeri bisa timbul hampir pada setiap area fraktur. Apabila tidak diatasi
karena itu perlu penanganan yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri
yang dialami oleh pasien. Perawat harus yakin bahwa tindakan mengatasi
nyeri dengan kompres dingin dilakukan dengan cara yang aman (Khodijah,
2011).
RSUD Dr. Moewardi pada Tn. P dengan fraktur femur 1/3 proksimal dextra
didapatkan data subyektif : nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti
tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 6, nyeri terasa di femur 1/3
proksimal dextra, nyeri muncul selama 3 menit setiap ada gerakan. Data
obyektif : Ekstremitas bawah sebelah kanan terpasang traksi mulai dari lutut
4
sampai ujung kaki dengan beban 4 kg. Hasil rontgen pada ekstremitas bawah
sebelah kanan menunjukkan adanya close fraktur transversal pada 1/3 femur
proksimal dextra.
Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
nyeri pada Tn. P dengan Fraktur Femur 1/3 Proksimal Dextra di RSUD
2. Tujuan Khusus
5
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pendidikan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Fraktur Femur
1. Definisi
tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak
lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi
jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya.
puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer dan Bare,
2002).
ada dalam tubuh manusia, fraktur tulang femur dapat terjadi mulai dari
6
7
dewasa, diperlukan gaya yang besar. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada
pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari
2. Etiologi
2008) :
pada seorang atlit atau pada permulaan aktifitas fisik baru sehingga
tulang.
3. Manifestasi Klinis
spasme otot yang menambah rasa nyeri. Nyeri dapat timbul pada saat
aktifitas dan hilang pada saat istirahat, atau terdapat nyeri tekan pada
c. Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstremitas yang tidak alami.
7
8
peradangan.
4. Patofisiologi
Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan
5. Komplikasi
Margareth, 2012) :
a. Sindrom Kompartemen
9
lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan kolusi pada
(petechie).
e. Infeksi
logam bidai.
menyambung kembali.
10
g. Malunion
Suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
6. Pemeriksaan
Muttaqin, 2008) :
a. Pemeriksaan laboratorium
trauma.
b. Pemeriksaan penunjang
7. Penatalaksanaan
11
dan nyeri.
b. Penatalaksanaan farmakologis
12
B. Asuhan Keperawatan
Muttaqin, 2012) :
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
4) Nutrisi
b. Pemeriksaan fisik
pembengkakan lokal).
5) Neuro sensasi
b) Kesemuatan/parestesis
c) Deformitas tulang
d) Krepitasi
13
2. Diagnosa Keperawatan
kelemahan fisik
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil :
menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau beradaptasi.
Intervensi :
14
berkurang
Kriteria hasil :
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur
meningkatkan mobilitas.
15
Intervensi :
melakukan aktivitas.
kemampuan
yang sakit
dan pernafasan
ahli fisioterapi
kelemahan fisik
Kriteria hasil :
16
Intervensi :
selimut
3) Pantau traksi
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka operasi, pada
Intervensi :
17
kontaminasi kuman
C. Nyeri
1. Definisi
Association for The Study of Pain, IASP, 1979) sebagaimana dikutip dalam
18
untuk memahami lebih jauh mengenai nyeri yang dirasakan sebagai dasar
a. Nyeri hanya dapat dirasakan dan dapat digambarkan secara akurat oleh
maupun potensial.
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan Durasi
akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah
19
cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang
tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak
2. Berdasarkan Asal
nyeri yang dapat terjadi karena adanya stimulus yang mengenai kulit,
tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain – lain. Hal ini dapat terjadi
Nyeri ini bertahan lebih lama dan akan sulit diobati. Pasien akan
20
3. Berdasarkan Lokasi
b. Viseral Dalam
c. Nyeri Alih
dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan
lengan kiri.
21
d. Radiasi
a. Respons Fisiologis
laporan verbal dari nyeri pada pasien tidak sadar dan jangan digunakan
sebagai bagian dari respons stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada
22
e. Respons Perilaku
bahwa ada sesuatu yang tidak beres, respons perilaku seharusnya tidak
dalam situasi yang tidak lazim (misal orang tersebut menderita retardasi
mental yang sangat berat atau tidak sadar). Respons perilaku nyeri klien
bahwa hanya klienlah yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri
a. Usia
23
b. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
bahwa anak laki – laki harus berani dan tidak boleh menangis,
c. Kebudayaan
d. Gaya Koping
24
terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak
Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu garis
25
daripada dipaksa memilih satu kata atau angka (Potter dan Perry, 2006).
c. Skala Numerik
d. Skala Deskriptif
26
Keterangan :
baik.
7-9: nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
respon memukul.
Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga
sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di
6 . Penatalaksanaan Nyeri
27
a. Manajemen farmakologis
1) Analgesik narkotik
1) Bimbingan antisipasi
3) Distraksi
4) Relaksasi
5) Imajinasi terbimbing
6) Hipnosis
7) Akupuntur
9) Masase
D. Kompres Dingin
1. Definisi
dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air dingin atau air es
2007).
28
tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan dengan lokasi nyeri, hal ini
mengalami sensasi dingin akan merasakan nyeri seperti terbakar, dan sakit
serta baal. Apabila klien merasakan baal, maka es harus diangkat (Potter
a. Fraktur
b. Gigitan serangga
c. Perdarahan
d. Spasme otot
e. Arthritis rheumatoid
f. Pruritis
g. Sakit kepala
a. Penyakit reinaud
b. Alergi dingin
nyeri), sebaiknya suhu tidak terlalu dingin (±12°C), karena suhu yang
terlalu dingin selain memberikan rasa yang tidak nyaman juga dapat
29
2006) :
a. Persiapkan alat :
1) Baki
3) Pengalas (perlak)
e. Cucitangan
g. Masukkan waslap ke dalam air dingin / air es dan peras sampai lembab
h. Ganti waslap setiap kali dengan waslap yang sudah terendam dalam air
k. Cuci tangan
l. Dokumentasikan
BAB III
LAPORAN KASUS
Kompres Dingin Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Tn.
P Dengan Fraktur Femur 1/3 Proksimal Dextra Di Ruang Mawar 2 RSUD Dr.
telah dilakukan dan evaluasi. Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 April 2014
A. Identitas Pasien
Hasil pengkajian diperoleh data antara lain, nama klien Tn. P, usia
Moewardi dengan diagnosa medis fraktur femur 1/3 proksimal dextra, dan
B. Pengkajian
April 2014, klien merasakan sakit yang begitu hebat pada paha sebelah kanan.
30
31
Saat itu juga klien dibawa oleh keluarga ke RSUD Dr. Moewardi untuk
diperiksa. Pada saat di IGD, klien segera dipasang traksi pada kaki kanannya
dengan beban 4 kg. Klien dipasang infus dengan cairan RL 20 tpm dan diberi
Dari hasil Pengkajian tanggal 07 April 2014 diperoleh data : tekanan darah
RSUD Karanganyar ± 2 tahun yang lalu karena sakit asam urat. Klien belum
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
32
: meninggal
berharga, menurut klien sakit merupakan sesuatu yang tidak nyaman, apabila
dokter.
dengan nasi, sayur, lauk, teh atau air putih, klien tidak memiliki keluhan dan
makan satu porsi habis. Selama sakit klien makan 3x sehari dengan makanan
yang disediakan rumah sakit (nasi lembek, sayur, teh atau air putih, klien
Pola eliminasi BAB, baik sebelum sakit maupun selama sakit klien
tidak memiliki keluhan. Klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak, bau
khas, dan warna kuning kecokelatan. Pada pola eliminasi BAK, sebelum sakit
klien mengatakan BAK 4-6x sehari ± 150cc sekali BAK dengan warna
kuning jernih, bau amoniak, dan tidak ada keluhan. Selama sakit, klien
33
mampu BAK 5-7x sehari ± 120 cc sekali BAK dengan kuning jernih, bau
perawatan diri secara mandiri (score 0). Selama sakit untuk makan/minum,
memerlukan bantuan orang lain (score 2). Sedangkan untuk toileting klien
dengan nyenyak baik malam maupun siang hari, tidur malam ± 6 jam dan
siang hari ±1 jam. Selama sakit klien mengatakan dapat tidur pada malam
hari ± 7 jam dan siang hari ± 1,5 jam namun merasa kurang nyaman karena
dengan normal, pendengaran dan penglihatan baik, klien juga mampu berjalan
dengan normal. Selama sakit klien mengalami gangguan pada kaki kanannya,
klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk
benda tajam dengan skala nyeri 6, nyeri terasa di femur 1/3 proksimal dextra,
keadaan sakitnya saat ini, idela diri klien ingin segera sembuh dan pulang ke
rumah agar bisa melakukan aktivitasnya kembali, harga diri klien tidak
merasa rendah diri dengan penyakitnya, peran diri klien seorang kepala
keluarga dan saat ini tidak mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan
34
keluarga, sedangkan identitas diri klien berjenis kelamin laki-laki dengan usia
tidak ada masalah. Pola seksual reproduksi, klien berusia 50 tahun sudah
menikah dan mempunyai 4 orang anak, klien tidak ingin menambah anak
lagi.
tetangga, apabila ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarga, jika ada
Pola nilai dan keyakinan, klien beragama Islam selalu menjalankan sholat 5
waktu, tetapi selama sakit klien tidak mampu menjalankan sholat dan
teraba kuat dan irama teratur, respirasi 22x/menit irama teratur, dan suhu
36,5°C. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih. Rambut kuat, hitam,
anemis, dan sklera tidak ikterik. Pada pemeriksaan hidung, bersih, tidak ada
polip, dan tidak terdapat sekret. Mulut simetris, bersih, dan mukosa bibir
lembab. Gigi sejajar dan bersih. Telinga simetris, tidak ada serumen, dan
35
simetris, Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama, Perkusi : sonor,
jantung, didapatkan hasil Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, Palpasi : ictus
cordis teraba kuat di SIC V, Perkusi : pekak, Auskultasi : Bunyi jantung I dan
Bunyi jantung II sama, tidak ada suara tambahan, irama reguler. Pada
tidak ada jejas, Auskultasi : bising usus 20x/menit, Perkusi : redup di kuadran
bagian atas didapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan dan kiri 5 (bergerak
bebas), tangan kiri mampu bergerak bebas tetapi tangan kanan gerakan
terbatas karena terpasang infus RL 20 tpm, perabaan akral hangat, tidak ada
oedema, dan capilary refill < 2 detik. Pada pemeriksaan ekstremitas bagian
bawah diperoleh hasil kekuatan otot kaki kanan 1 (ada sedikit gerakan
terhadap tekanan), kaki kanan terpasang traksi dari lutut sampai ujung kaki
perabaan akral hangat, tidak ada oedema, dan capilary refill < 2 detik.
hemoglobin 11.3 g/dl (nilai normal 13.5-17.5), hematokrit 35% (nilai normal
36
33-45), leukosit 11.8 ribu/ul (nilai normal 4.5-11.0), trombosit 182 ribu/ul
(nilai normal 150-450), eritrosit 4.68 juta/ul (nilai normal 4.50-5.90), laju
endap darah 110 mm/jam (nilai normal 0-15), alkali fosfatase 380 u/l (nilai
normal 53-128), golongan darah A, GDS 111 mg/dl, HbsAG non creative.
untuk pengelolaan nyeri berat dalam jangka pendek, dan injeksi ranitidine 50
mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk benda
tajam dengan skala nyeri 6, nyeri terasa di femur 1/3 proksimal dextra, nyeri
muncul selama 3 menit setiap ada gerakan. Data obyektif, ekspresi wajah klien
transversal pada femur 1/3 proksimal dextra. Berdasarkan data di atas maka
Data subyektif klien mengatakan tubuh terasa lemas dan tidak bebas
bergerak, aktivitas dibantu keluarga. Data obyektif klien terlihat lemas, ADL
37
traksi dengan beban 4 kg. Berdasarkan data di atas maka penulis merumuskan
kerusakan muskuloskeletal.
D. Intervensi Keperawatan
nyeri (PQRST) dengan rasional nyeri merupakan respon subyektif yang dapat
dikaji dengan menggunakan skala nyeri, berikan posisi yang nyaman atau atur
nyeri, berikan kesempatan waktu istirahat jika terasa nyeri dengan rasional
rasional teknik non farmakologi mudah dipelajari klien sehingga saat nyeri
38
beraktivitas.
E. Implementasi Keperawatan
tanggal 07 April 2014 pukul 08.40 WIB yaitu mengkaji nyeri klien (PQRST).
Respon subyektif : klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa
seperti tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 6, nyeri terasa di femur 1/3
proksimal dextra, nyeri muncul selama 3 menit setiap ada gerakan. Respon
proksimal dextra.
39
respon subyektif klien bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk
50 mg, respon subyektif klien bersedia diberi suntikan. Respon obyektif klien
terlihat tenang, obat injeksi ketorolac dan ranitidine sudah masuk melalui IV.
36,5°C.
Respon obyektif klien terlihat duduk dan makan dengan bantuan perawat.
40
mulai tidur.
April 2014 pukul 08.30 WIB adalah mengkaji nyeri (PQRST). Respon
subyektif : klien mengatakan masih merasa nyeri pada kaki kanannya, nyeri
karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk benda tajam dengan skala
nyeri 5, nyeri terasa di femur 1/3 proksimal dextra, nyeri muncul selama 3
menit setiap ada gerakan. Respon obyektif ekspresi wajah klien meringis
kesakitan.
50 mg, respon subyektif klien bersedia diberi suntikan. Respon obyektif klien
terlihat tenang, obat injeksi ketorolac dan ranitidine sudah masuk melalui IV.
respon subyektif klien mengatakan bersedia diberi kompres air dingin, klien
41
subyektif klien mengatakan tubuh masih terasa lemah namun sudah mulai
sering duduk untuk mencoba minum atau makan sendiri. Respon obyektif
klien terlihat masih lemah, klien terlihat mencoba melakukan aktivitas dengan
sedikit bantuan.
Respon obyektif klien terlihat duduk dan makan sendiri dengan sedikit
bantuan perawat.
F. Evaluasi
dievaluasi pada hari Senin tanggal 07 April pukul 14.30 dengan metode
SOAP. Klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti
tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 5, nyeri terasa di femur 1/3
proksimal dextra, nyeri muncul selama 3 menit setiap ada gerakan. Ekspresi
fraktur transversal pada 1/3 femur proksimal dextra. Hasil analisa masalah
keperawatan nyeri akut belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan
belum tercapai. Intervensi perlu dilanjutkan yaitu kaji nyeri klien (PQRST),
berikan kompres air dingin, berikan posisi yang nyaman, serta kolaborasi
42
belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan belum tercapai. Intervensi
sign, bantu klien saat mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan, serta kolaborasi
Pada hari kedua, Selasa 08 April 2014 pukul 14.00 WIB penulis juga
terasa seperti tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 3, nyeri terasa di femur
1/3 proksimal dextra, nyeri muncul selama 3 menit setiap ada gerakan klien
adanya close fraktur transversal pada 1/3 femur proksimal dextra. Hasil
analisa masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi karena kriteria hasil
dalam tujuan belum tercapai. Intervensi perlu dilanjutkan yaitu kaji nyeri
klien (PQRST), berikan kompres air dingin, kolaborasi dengan dokter untuk
tubuh terasa lemah, klien mengatakan mulai mencoba sering duduk untuk
43
makan dan minum sendiri dengan sedikit bantuan, klien terlihat mulai
hambatan mobilitas fisik belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan
klien, monitoring vital sign, dan kolaborasi dengan ahli terapi fisik.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal Pemberian
Kompres Dingin Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Tn.
P Dengan Fraktur Femur 1/3 Proksimal Dextra di Ruang Mawar 2 RSUD Dr.
Moewardi Surakarta yang dilakukan pada tanggal 07 - 08 April 2014. Penulis juga
dengan asuhan keperawatan pada Tn. P dengan fraktur femur 1/3 proksimal
dextra.
A. Pengkajian
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan
pada kaki kanannya karena jatuh di kamar mandi. Saat di IGD klien dipasang
infus dengan cairan RL 20 tpm, injeksi ranitidine 50 mg, klien juga dipasang
44
45
adanya close fraktur transversal pada 1/3 femur proksimal dextra. Fraktur
femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa
nyeri yang hebat. Nyeri tersebut timbulkarena setelah terjadi patah tulang akan
mengakibatkan terjadinya spasme otot yang menambah rasa nyeri. Nyeri dapat
timbul pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat, atau terdapat nyeri
melakukan perawatan diri secara mandiri (score 0). Selama sakit untuk
untuk toileting klien memerlukan bantuan orang lain dan alat (score 3). Adanya
nyeri dan gerak yang terbatas menyebabkan semua bentuk aktivitas klien
menjadi berkurang dan klien butuh banyak bantuan dari orang lain (Muttaqin,
2008).
46
pada kaki kanannya. Klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa
seperti tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 6, nyeri terasa di femur 1/3
penyebab atau stimulus - stimulus nyeri, Q (Quality) yang berarti kualitas nyeri
yang dirasakan, R (Region) yang berarti lokasi nyeri, S (Severe) yang berarti
tingkat keparahan nyeri, T (Time) yang berarti awitan, durasi dan rangkaian
otot tangan kanan dan kiri 5 (bergerak bebas), tangan kiri mampu bergerak
bebas tetapi tangan kanan gerakan terbatas karena terpasang infus RL 20 tpm,
perabaan akral hangat, tidak ada oedema, dan capilary refill< 2 detik.
kekuatan otot kaki kanan 1 (ada sedikit gerakan terhadap tekanan), kaki kanan
terpasang traksi dari lutut sampai ujung kaki sehingga tidak bebas digerakkan,
kekuatan kaki kiri 5 (bergerak bebas), perabaan akral hangat, tidak ada
oedema, dan capilary refill< 2 detik. Kekuatan otot diuji melalui pengkajian
hemoglobin 11.3 g/dl (nilai normal 13.5-17.5), hematokrit 35% (nilai normal
33-45), leukosit 11.8 ribu/ul (nilai normal 4.5-11.0), trombosit 182 ribu/ul
(nilai normal 150-450), eritrosit 4.68 juta/ul (nilai normal 4.50-5.90), laju
47
endap darah 110 mm/jam (nilai normal 0-15), alkali fosfatase 380 u/l (nilai
normal 53-128), golongan darah A, GDS 111 mg/dl, HbsAG non creative.
nilai laju endap darah dan peningkatan nilai alkali fosfatase. Penurunan kadar
milimeter per jam (mm/jam). LED meningkat bila kerusakan jaringan lemak
2008). Pada hasil pemeriksaan rontgen tanggal 04 April 2014 pada ekstremitas
bawah sebelah kanan menunjukkan adanya close fraktur transversal pada 1/3
B. Diagnosa Keperawatan
48
dengan agen cedera fisik (fraktur femur 1/3 proksimal dextra). Nyeri akut
adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah
dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan
sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat dari beberapa detik hingga
mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk benda
tajam dengan skala nyeri 6, nyeri terasa di femur 1/3 proksimal dextra, nyeri
muncul selama 3 menit setiap ada gerakan. Data obyektif : ekspresi wajah
beragam. Salah satunya dapat dilihat dari ekspresi wajah yaitu meringis,
mulut dengan rapat, serta membuka mata dan mulut dengan lebar (Andarmoyo
(2013).
awitan yang cepat dan dirasakan kurang dari satu hari. Hal ini sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa nyeri akut memiliki awitan yang cepat dengan
intensitas yang bervariasi dan berlangsung dari beberapa detik sampai enam
49
adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh pada satu atau lebih
tubuh terasa lemas dan tidak bebas bergerak, aktivitas dibantu keluarga. Data
ekstremitas bawah sebelah kanan terpasang traksi dengan beban 4 kg. Hal ini
cedera fisik (fraktur femur 1/3 proksimal dextra) sebagai diagnosa yang
prioritas dan aktual. Secara verbal klien yang mengalami nyeri akan
dirasakannya. Hal ini sesuai dengan teori hierarki Maslow yang menyebutkan
merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup dan harus
C. Intervensi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang
50
(Andarmoyo, 2013).
berhubungan dengan agen cedera fisik (fraktur femur 1/3 proksimal dextra),
jam nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil berdasarkan NOC
manajemen nyeri (skala 2), mampu mengenali nyeri, dan menyatakan rasa
subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri, berikan posisi
yang nyaman atau atur posisi imobilisasi paha dengan rasional imobilisasi
unsur utama penyebab nyeri, berikan kesempatan waktu istirahat jika terasa
dengan rasional teknik non farmakologi mudah dipelajari klien sehingga saat
51
(Nurarif, 2013).
vital sign dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum klien, latih
fungsi jantung dan pernafasan, bantu pasien saat mobilisasi dan pemenuhan
2013).
52
D. Implementasi Keperawatan
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang
Perry, 2005).
fisik (fraktur femur 1/3 proksimal dextra), tindakan yang dilakukan pada
tanggal 07 April 2014 pukul 08.40 WIB adalah mengkaji nyeri klien, dengan
respon subyektif : klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa
seperti tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 6, nyeri terasa di femur 1/3
proksimal dextra, nyeri muncul selama 3 menit setiap ada gerakan. Respon
yang berarti penyebab atau stimulus - stimulus nyeri, Q (Quality) yang berarti
kualitas nyeri yang dirasakan, R (Region) yang berarti lokasi nyeri, S (Severe)
yang berarti tingkat keparahan nyeri, T (Time) yang berarti awitan, durasi dan
53
tenang, obat injeksi ketorolac sudah masuk melalui IV. Analgesik memblok
dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air dingin atau air es
sehingga memberi efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tujuan memberikan
kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat oedema atau trauma.
sehingga dapat mengurangi arus darah lokal dan menurunkan respon inflamasi
(Istichomah, 2007). Kompres dingin dapat dilakukan di dekat lokasi nyeri atau
di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan dengan lokasi nyeri, hal ini
RSUD Sleman”, hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh penulis
54
yang nyaman. Respon obyektif : klien terlihat tenang, paha klien disokong
fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri (Muttaqin, 2012).
ketidaknormalan pada tanda – tanda vital karena ada ganggungan lokal, baik
berbaring dan aktivitas dibantu keluarga. Respon obyektif klien terlihat lemah,
55
aktivitas klien terlihat dibantu keluarga. Adanya nyeri dan gerak yang terbatas
menyebabkan semua bentuk aktivitas klien menjadi berkurang dan klien butuh
obyektif : klien terlihat duduk dan mampu minum sendiri. Gerakan aktif
mampu memberikan massa, tonus, dan kekuatan otot serta memperbaiki unsi
Respon obyektif : klien terlihat duduk dan makan dengan bantuan perawat.
berhubungan dengan agen cedera fisik (fraktur femur 1/3 proksimal dextra)
pada hari kedua tanggal 08 April 2014 pukul 08.30 WIB adalah mengkaji
nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk benda tajam dengan
skala nyeri 5, nyeri terasa di femur 1/3 proksimal dextra, nyeri muncul selama
3 menit setiap ada gerakan. Respon obyektif : ekspresi wajah klien meringis
kesakitan.
56
respon subyektif : klien mengatakan bersedia diberi kompres air dingin, klien
subyektif : klien mengatakan tubuh masih terasa lemah namun sudah mulai
sering duduk untuk mencoba minum atau makan sendiri. Respon obyektif :
klien terlihat masih lemah, klien terlihat mencoba melakukan aktivitas dengan
sedikit bantuan.
Respon obyektif : klien terlihat duduk dan makan sendiri dengan sedikit
bantuan perawat.
57
E. Evaluasi
dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2006).
fisik (fraktur femur 1/3 proksimal dextra) pada hari Senin tanggal 07 April
pukul 14.30 WIB dengan metode SOAP. Subyektif : klien mengatakan nyeri
karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk benda tajam dengan skala
nyeri 5, nyeri terasa di femur 1/3 proksimal dextra, nyeri muncul selama 3
menit setiap ada gerakan. Obyektif : Ekspresi wajah klien meringis kesakitan,
hasil rontgen menunjukkan adanya close fraktur transversal pada 1/3 femur
Planning : kaji nyeri klien (PQRST), berikan kompres air dingin, berikan
analgesik (ketorolac30mg/8jam).
dilakukan tindakan keperawatan terutama kompres air dingin. Hal ini sesuai
58
sudah mulai duduk dengan bantuan perawat. Obyektif : klien terlihat lemah,
klien saat mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan, serta kolaborasi dengan ahli
terapi fisik.
fisik (fraktur femur 1/3 proksimal dextra) pada hari kedua, Selasa 08 April
2014 pukul 14.00 WIB dengan metode SOAP. Subyektif : klien mengatakan
nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk benda tajam dengan
skala nyeri 3, nyeri terasa di femur 1/3 proksimal dextra, nyeri muncul selama
3 menit setiap ada gerakan, klien merasa nyaman diberi kompres air dingin.
1/3 femur proksimal dextra. Analisa : masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi. Planning : kaji nyeri klien (PQRST), berikan kompres air dingin,
mulai dari skala 5 menjadi skala 3. Hal ini semakin membuktikan bahwa
pemberian kompres air dingin merupakan pilihan alternatif yang baik dalam
59
pada intervensi keperawatan, yaitu skala nyeri menurun menjadi 2. Maka dari
mulai mencoba sering duduk untuk makan dan minum sendiri dengan sedikit
BAB V
A. KESIMPULAN
1. Hasil pengkajian pada Tn. P dengan fraktur femur 1/3 proksimal dextra
nyeri terasa seperti tertusuk benda tajam dengan skala nyeri 6, nyeri terasa
di femur 1/3 proksimal dextra, nyeri muncul selama 3 menit setiap ada
gerakan, klien mengatakan tubuh terasa lemas dan tidak bebas bergerak,
pada femur 1/3 proksimal dextra, klien terlihat lemas, ADL klien terlihat
dextra yaitu : nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (fraktur
dextra) yaitu kaji nyeri (PQRST), berikan posisi yang nyaman dengan atur
60
61
vital sign, latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri
ADL.
dengan agen cedera fisik (fraktur femur 1/3 proksimal dextra). Subyektif :
klien mengatakan nyeri karena fraktur femur, nyeri terasa seperti tertusuk
benda tajam dengan skala nyeri 3, nyeri terasa di femur 1/3 proksimal
62
dextra, nyeri muncul selama 3 menit setiap ada gerakan, klien merasa
adanya close fraktur transversal pada 1/3 femur proksimal dextra. Analisa :
masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi. Planning : kaji nyeri klien
sering duduk untuk makan dan minum sendiri dengan sedikit bantuan.
6. Analisa hasil pemberian kompres dingin pada Tn. P dengan fraktur femur
1/3 proksimal dextra yaitu efektif dalam menurunkan skala nyeri klien,
terbukti pada hari terakhir skala nyeri klien menurun menjadi 3. Hal ini
63
B. SARAN
1. Bagi Pendidikan
yang baik serta menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang
menjalin kerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga pasien dalam
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, dkk. 2011. Perbedaan Tingkat Mobilitas Pada Pasien Post Operasi
Fraktur Ekstremitas Bawah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan
Kesehatan di Ruang Bougenville dan Teratai RSUD Dr. Soegiri
Lamongan, (online), http://stikesmuhla.ac.id/v2/wp-
content/uploads/jurnalsurya/noIX/0.pdf, diakses 15 April 2014 jam 19.30
Carpenito M dan Lynda J. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Helmi, Z.N. 2012. Buku Saku Kedaruratan di Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta :
Salemba Medika
Judha, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta :
Nuha Medika
Mubarak W.I dan Nurul C. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Volume 1. Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Volume 2. Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Prasetyo, S.N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Rendy, M.C dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer, S.C dan Bare B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
BedahBrunner dan Suddarth. Edisi 8 Vol 3. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC