Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-5 2014

Volume 5 Nomor 1 2014 ISSN : 2302-7827 12

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO (Theobroma


cocoa L.) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMIN B
Hening Purnamawati1, Budi Utami2
1,2
Pendidikan Kimia, PMIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta
Email: h_ning37@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian untuk mengetahui: (1) kulit buah kakao dapat digunakan sebagai adsorben
Rhodamin B (2) struktur adsorben sebelum dan setelah diaktivasi menggunakan HNO3 0,6 M (3)
massa adsorben optimum untuk mengadsorpsi Rhodamin B (4) waktu kontak optimum untuk
mengadsorpsi Rhodamin B (5) pola isoterm adsorpsi. Penelitian dilakukan dengan metode
eksperimen. Adsorben diaktivasi dengan HNO3 0,6 M. Penentuan massa adsorben optimum
dilakukan dengan mereaksikan 0,05; 0,1; 0,15; 0,2; 0,25; 0,3 gram adsorben dengan 50 mL
Rhodamin B dan konsentrasi 2 ppm selama 30 menit. Penentuan waktu kontak optimum dilakukan
dengan mereaksikan adsorben sesuai massa optimum dengan 50 mL Rhodamin B dan konsentrasi
2 ppm selama 10, 20, 30, 40, 50, 60 menit. Penentuan pola isoterm adsorpsi menggunakan
Rhodamin B dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12 ppm. Analisis konsentrasi menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan analisis gugus fungsi menggunakan spektrokopi FTIR. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kulit buah kakao dapat digunakan sebagai adsorben Rhodamin
B (2) Adsorben setelah diaktivasi memiliki karakter lebih baik daripada sebelum diaktivasi. (3)
Massa adsorben optimum adalah 0,2 gram dengan daya jerap 94,06%. (4) Waktu kontak optimum
adalah 30 menit dengan daya jerap 98,78%. (5) Pola isoterm adsorpsi mengikuti isoterm Langmuir
dan Freundlich tetapi cenderung isoterm Langmuir.

Kata kunci : Kulit buah kakao, Adsorben, Rhodamin B, HNO3.

semakin meningkat. Komponen limbah buah


I. Pendahuluan kakao yang terbesar berasal dari kulit
buahnya. Apabila limbah kulit buah kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas tidak ditangani secara serius maka akan
perkebunan yang peranannya cukup penting menimbulkan masalah lingkungan seperti
bagi perekonomian nasional, khususnya baunya yang tidak sedap.
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan Belakangan ini pemanfaatan limbah kulit
dan devisa negara. Komoditas kakao buah kakao sendiri masih sangat terbatas,
menempati peringkat keempat ekspor dimana masyarakat memanfaatkan limbah
perkebunan dalam menyumbang devisa kulit kakao hanya sebagai pakan ternak dan
negara, setelah komoditas minyak sawit, pupuk kompos saja. Namun pada umumnya
karet dan kopi. Pada tahun 2012 ekspor limbah kulit kakao yang dihasilkan hanya
kakao mencapai US$ 1.053,5 dan pada tahun dibiarkan membusuk begitu saja di sekitar
2013 meningkat menjadi US$ 1.161,6 [1]. area perkebunan sehingga nilai ekonomi yang
Pada tahun 2008 areal perkebunan kakao diperoleh dari pemanfaatan tersebut masih
Indonesia tercatat seluas 1.425.216 hektar. cukup rendah. Kulit buah kakao merupakan
Bahkan pada tahun 2012 luas areal limbah lignoselulosa yang mengandung
perkebunan kakao di Indonesia bertambah komponen utama berupa lignin, selulosa dan
mencapai 1.732.954 hektar dengan total hemiselulosa. Menurut Ammirroenas (1990),
produksi 936.266 ton [2]. Peningkatan luas kulit buah kakao mengandung selulosa
areal penanaman maupun peningkatan 36,23%, hemiselulosa 1,14% dan lignin 20-
produksi kakao persatuan luas tersebut akan 27,95% [3]. Kandungan selulosa yang cukup
mengakibatkan jumlah limbah buah kakao tinggi pada kulit buah kakao ini yang

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao.... Hening P dan Budi Utami


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-5 2014
Volume 5 Nomor 1 2014 ISSN : 2302-7827 13

berpotensi untuk diolah lebih lanjut menjadi digunakan dalam skala besar atau konsentrasi
adsorben untuk menangani masalah limbah yang tinggi [6].
pencemaran air oleh limbah zat warna Penggunaan adsorben merupakan metode
maupun limbah pencemar lainnya. alternatif dalam pengolahan limbah zat warna
Pencemaran lingkungan yang diakibatkan tersebut. Metode ini efektif dan murah karena
oleh limbah zat warna akhir-akhir ini terus dapat dibuat dari bahan-bahan limbah
meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan pertanian atau perkebuanan yang banyak
perkembangan ilmu pengetahuan dan mengandung selulosa, salah satunya adalah
teknologi yang menyebabkan banyaknya limbah kulit buah kakao. Penelitian
industri tekstil yang menggunakan zat warna. sebelumnya menunjukkan bahwa kulit buah
Limbah zat warna yang dihasilkan dari kakao dapat digunakan sebagai adsorben
industri tekstil umumnya merupakan senyawa logam Pb dengan kemampuan adsorpsi kulit
organik non-biodegradable, yang dapat buah kakao lebih baik daripada kulit kopi [7].
menyebabkan pencemaran lingkungan Selain itu, ada penelitian yang menunjukkan
terutama lingkungan perairan. Limbah bahwa kulit buah kakao juga dapat digunakan
tersebut merupakan limbah cair yang sebagai adsorben zat warna biru metilen dari
memiliki warna pekat, umumnya berasal dari limbah tekstil [8]. Hal tersebut menunjukkan
sisa-sisa zat-zat warna yang merupakan suatu bahwa kulit buah kakao dapat digunakan
senyawa kompleks aromatik yang sulit sebagai adsorben. Sebelum digunakan
didegradasi, sehingga keberadaannya sebagai adsorben, untuk meningkatkan daya
dilingkungan dapat menjadi sumber penyakit jerap kulit buah kakao dapat dilakukan
karena bersifat karsinogenik dan mutagenik aktivasi menggunakan larutan asam atau
[4]. basa. Aktivasi dengan larutan asam paling
Dalam industri tekstil, Rhodamin B umum digunakan dan terbukti efektif dalam
termasuk salah satu zat warna yang sering meningkatkan kapasitas adsorpsi [9]. Hal ini
digunakan, hal ini dikarenakan harga diperkuat dari penelitian sebelumnya bahwa
Rhodamin B yang ekonomis dan mudah aktivasi adsorben dari kulit singkong dengan
diperoleh. Zat warna Rhodamin B merupakan asam nitrat memberikan kapasitas adsorpsi
zat warna dasar yang penting dalam proses yang lebih besar dibandingkan dengan
pewarnaan pada industri tekstil dan kertas. aktivasi dengan asam fosfat [10].
Rhodamin B sangat berbahaya karena dapat Berdasarkan latar belakang masalah yang
menyebabkan iritasi dan kanker pada telah dipaparkan di atas maka pada penelitian
manusia. Lebih lagi, dalam konsentrasi tinggi ini maka peneliti membuat adsorben dari
efek kronis Rhodamin B dapat menyebabkan kulit buah kakao yang digunakan untuk
kerusakan pada hati [5]. mengurangi kandungan zat warna dalam
Pencemaran lingkungan akibat dari larutan zat warna Rhodamin B sekaligus
limbah zat warna tersebut dapat ditangani menentukan kondisi optimum adsorpsi
dengan cara dilakukan pengolahan terlebih meliputi massa adsorben dan waktu adsorpsi
dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Ada serta menentukan pola isoterm adsorpsi.
beberapa cara pengolahan limbah industri Sebagai adsorbatnya digunakan zat warna
telah banyak dilakukan, antara lain secara sintetis yaitu Rhodamin B. Zat warna ini
kimia menggunakan koagulan, secara fisika dipilih karena dipandang cukup mewakili zat
dengan adsorpsi menggunakan arang aktif, warna yang digunakan dalam perindustrian.
dan secara biologi menggunakan mikroba. .
Namun, metode tersebut memiliki beberapa
kekurangan. Pengolahan limbah secara kimia II. Pembahasan
menggunakan koagulan akan menghasilkan
lumpur dalam jumlah yang relatif besar, 2.1 Preparasi Adsorben
sehingga membutuhkan pengolahan lebih Pada tahap preparasi ini, kulit buah kakao
lanjut terhadap lumpur yang terbentuk. dipotong kecil-kecil, dicuci dengan air
Penggunaan arang aktif dalam pengolahan mengalir dan direndam dengan aquades
limbah meskipun sangat efektif, tetapi selama 2-3 jam sehingga kulit kakao yang
memerlukan biaya yang cukup tinggi karena diperoleh benar-benar bersih. Setelah itu kulit
harganya relatif mahal, terutama jika buah kakao tersebut dioven pada suhu 70°C
selama 24 jam, digiling dengan blender dan

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao.... Hening P dan Budi Utami


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-5 2014
Volume 5 Nomor 1 2014 ISSN : 2302-7827 14

diayak dengan ayakan 100 mesh sehingga 4 0,632


diperoleh serbuk kulit buah kakao dengan 0,775
warna coklat muda, tekstur halus dan 5
berukuran seragam.
2.1.2 Aktivasi Adsorben Grafik larutan standar Rhodamin B yang
Tahap berikutnya adalah tahap aktivasi. diperoleh dari pengukuran dengan
Aktivasi ini dilakukan dengan cara spektrofotometri dengan UV-Vis disajikan
mencampur adsorben sebanyak 60 gram pada gambar 1.
dengan 396 mL HNO3 0,6 M kemudian
dikocok dengan shaker selama 30 menit
dengan kecepatan 70 rpm. Setelah itu,
campuran disaring dan residu dikeringkan
dalam oven pada suhu 50 selama 24 jam,
kemudian suhu dinaikkan menjadi 105°C lalu
didinginkan. Selanjutnya residu tersebut
direndam dalam aquades panas untuk
menghilangkan kelebihan asam kemudian
disaring dan dikeringkan pada suhu 50°C
selama 24 jam sehingga diperoleh adsorben
kulit buah kakao yang kering dan berwarna
coklat tua sebanyak 28 gram Gambar 1. Kurva Standar zat warna
Aktivasi dengan larutan asam dapat Rhodamin B
melepaskan pengotor atau ion logam seperti
Ca2+, K+, dan Mg2+ yang menutupi sebagian Berdasarkan kurva standar tersebut maka
pori-pori dari kulit buah kakao, sehingga diperoleh harga R2 = 0,999; slope = 0,143
pori-pori kulit buah kakao menjadi lebih dan intercept = 0,057. Maka rumus umum
terbuka dan permukaan menjadi bersih dan hubungan antara adsorbansi dan konsentrasi
lebih luas [11]. Jadi dengan aktivasi ini, kulit zat warna Rhodamin B adalah:
buah kakao akan lebih optimal ketika Abs = 0,143 x [Kons] + 0,057
digunakan sebagai adsorben.
2.3 Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum Rhodamin B Kadar zat warna Rhodamin B yang
Hasil pemindaian absorbansi larutan terjerap dapat dihitung sebagai berikut :
Rhodamin B menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 500-600
(Underwood, 2002: 36)
nm didapatkan panjang gelombang
maksimum sebesar 553 nm dengan nilai 2.5 Karakterisasi dan Analisis Gugus
adsorbansi 0,642. Secara teori, panjang Fungsi Adsorben
Pada tahap ini, kulit buah kakao sebelum
gelombang maksimum Rhodamin B adalah
diaktivasi dan setelah diaktivasi diuji
553 nm.
karakterisasi dengan menggunakan instrumen
2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi
spektrometer inframerah (FTIR).
Data adsorbansi dari pembuatan kurva
Karakterisasi dan analisis ini dilakukan untuk
standar zat warna Rhodamin B ditunjukkan
mengetahui gugus fungsi yang terkandung
oleh Tabel 1.
dalam kulit buah kakao sehingga dapat
dijadikan sebagai adsorben yang dapat
Tabel 1. Data Adsorbansi Kurva Standar
menjerap zat warna Rhodamin B. Hasil dari
zat warna Rhodamin B
uji karakterisasi berupa spektra yang dapat
ditunjukkan oleh gambar 2.
Konsentrasi
Adsorbansi
(ppm)
0,5 0,126
1 0,203
2 0,347
3 0,493

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao.... Hening P dan Budi Utami


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-5 2014
Volume 5 Nomor 1 2014 ISSN : 2302-7827 15

2.6 Penentuan Massa Adsorben Optimum


Massa adsorben adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi adsorpsi. Dalam
penelitian ini, dilakukan pengujian pengaruh
massa adsorben dilakukan pada 6 variasi
massa adsorben yaitu pada variasi massa
0,05; 0,10; 0,15; 0,20; 0,25; dan 0,30 gram
dengan konsentrasi awal 2 ppm, volume
adsorbat 50 mL, dan waktu kontak 30 menit.
Berikut grafik hubungan antara massa
adsorben kulit buah kakao terhadap kadar
terjerap zat warna Rhodamin B ditunjukkan
pada Gambar 4.
Gambar 2. Spektra Inframerah Adsorben
Kulit Buah Kakao Sebelum Diaktivasi HNO3
0,6 M

Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Massa


Adsorben Kulit Buah Kakao Terhadap Kadar
Terjerap Zat Warna Rhodamin B
Gambar 3. Spektra Inframerah Adsorben
Kulit Buah Kakao Setelah Diaktivasi HNO3
Pada Gambar 4 terlihat bahwa rentang
0,6 M
massa adsorben antara 0,05-0,30 gram, kadar
terjerap zat warna Rhodamin B terbesar
Berdasarkan Gambar 2 dan 3 dapat dilihat
terjadi pada massa 0,20 gram yaitu 94,06%.
bahwa spektra yang diperoleh menunjukkan
Terjadi kenaikan kadar terjerap pada
bahwa hasil analisis kulit buah kakao
kenaikan massa adsorben 0,10 gram,
sebelum diaktivasi dan setelah diaktivasi
kemudian terjadi penurunan ketika massa
tidak jauh berbeda. Serapan-serapan yang
adsorben 0,25 gram. Adsorpsi optimum
muncul hampir sama. Namun, yang terjadi
tercapai pada massa 0,20 gram. Titik
adalah perubahan intensitas gugus. Pada kulit
optimum terjadi dikarenakan semakin banyak
buah kakao sebelum diaktivasi terdapat gugus
massa adsorben akan semakin luas
–OH (gugus hidroksi) yang dibuktikan
permukaan (tapak aktif adsorben) tersebut
dengan adanya puncak/serapan khas yang
sehingga semakin besar kemungkinan terjadi
cukup tajam dan melebar pada bilangan
adsorpsi. Namun setelah massa lebih dari
gelombang 3410,15 cm-1. Intensitas gugus –
0,20 gram terjadi penurunan kadar terjerap.
OH pada kulit buah kakao sebelum diaktivasi
Hal ini dimungkinkan karena tapak aktif
adalah sebesar 14,97. Sedangkan intensitas
dalam jumlah yang besar membutuhkan
gugus –OH pada kulit buah kakao setelah
waktu untuk mencapai keadaan setimbang
diaktivasi meningkat menjadi 26,94. Hal ini
menjadi lebih lama. Massa adsorben
dikarenakan larutan HNO3 telah
optimum ini akan digunakan untuk penentuan
mendekomposisikan garam-garam mineral
waktu kontak optimum.
yang terdapat pada sampel seperti kalsium
2.7 Penentuan Waktu Kontak Optimum
yang berikatan dengan adsorben kulit buah
Waktu kontak merupakan hal yang sangat
kakao. Berkurangnya garam-garam mineral
menentukan dalam proses adsorpsi, karena
tersebut mengindikasikan terbentuknya gugus
waktu kontak memungkinkan proses difusi
fungsi –OH [12].

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao.... Hening P dan Budi Utami


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-5 2014
Volume 5 Nomor 1 2014 ISSN : 2302-7827 16

dan penempelan molekul adsorbat merupakan proses pelepasan kembali ion atau
berlangsung. Untuk menentukan waktu molekul yang telah berikatan dengan gugus
kontak optimum pada penelitian ini dilakukan aktif pada adsorben. Sehingga sejumlah
pada 6 variasi waktu yaitu pada waktu kontak molekul zat warna Rhodamin B lama-
10, 20, 30, 40, 50, dan 60 menit dengan kelamaan akan terlepas kembali ke larutan.
konsentrasi awal 2 ppm, volume adsorbat 50 Hal ini menyebabkan konsentrasi zat warna
mL dan massa adsorben 0,20 gram. Berikut Rhodamin B terukur semakin besar dan
grafik hubungan antara waktu kontak mengindikasikan daya jerapnya juga
adsorben kulit buah kakao terhadap kadar menurun.
terjerap zat warna Rhodamin B ditunjukkan 2.8 Penentuan Pola Isoterm Adsorpsi
pada Gambar 5. Isoterm adsorbsi adalah hubungan antara
jumlah zat yang diadsorbsi dan konsentrasi
kesetimbangan pada temperatur tertentu [14].
Dalam penelitian ini jenis isoterm adsorbsi
yang akan dianalisis ada 2, yaitu isoterm
Langmuir dan isoterm Freundlich. Penentuan
pola isoterm pada penelitian ini
menggunakan variasi konsentrasi yaitu 2, 4,
6, 8, 10, dan 12 ppm oleh adsorben kulit buah
kakao dengan volume adsorbat 50 mL, massa
adsorben 0,20 g dan waktu pengontakan 30
menit.
Isoterm adsorbsi Langmuir menunjukkan
bahwa proses adsorbsi yang terjadi adalah
Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Waktu jenis adsorbsi kimia sedangkan isoterm
Kontak Adsorben Kulit Buah Kakao adsorbsi Freundlich menunjukkan bahwa
Terhadap Kadar Terjerap Zat Warna adsorbsi terjadi secara fisika. Berdasarkan
Rhodamin B kedua persamaan tersebut kemudian
dibandingkan harga R2 (koefisien
Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa determinasi) masing-masing. Persamaan
dalam rentang waktu antara 10-60 menit, dengan harga R2 yang lebih besar maka
kadar terjerap zat warna Rhodamin B terbesar persamaan itulah yang berlaku pada sistem
terjadi pada waktu 30 menit, yaitu sebesar adsorbsi yang dilakukan. Berikut grafik
98,78%. Setelah mencapai titik optimum isoterm Langmuir adsorpsi zat warna
terjadi penurunan kadar terjerap. Hal ini Rhodamin B ditunjukkan oleh Gambar 6 dan
dikarenakan pada saat menit ke 30 menit, grafik isoterm Freundlich adsorpsi zat warna
pengadukan terjadi secara sempurna sehingga Rhodamin B ditunjukkan oleh Gambar 7.
situs aktif dari adsorben kulit buah kakao
dapat mengikat zat warna Rhodamin B dan
mengadsorpsi lebih banyak dibanding variasi
waktu yang lainnya. Pada menit 40 menit
terjadi penurunan kadar terjerap zat warna
Rhodamin B, sedangkan pada menit ke 50
menit tidak terjadi perubahan.
Pada saat waktu kontak kurang dari 30
menit yaitu penjerapan belum optimum, ini
diimungkinkan gugus aktif dari selulosa kulit
buah kakao belum mencapai kejenuhan,
artinya masih banyakk gugus aktif yang
belum digunakan untuk mengadsorpsi zat Gambar 6. Grafik Isoterm Langmuir
warna Rhodamin B. Pada saat waktu kontak Adsorpsi Zat Warna Rhodamin B
lebih dari 30 menit, daya adsorpsinya
semakin menurun. Hal ini dimungkinkan
gugus aktif pada selulosa telah mencapai titik
jenuh dan mengalami desorbsi. Desorbsi

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao.... Hening P dan Budi Utami


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-5 2014
Volume 5 Nomor 1 2014 ISSN : 2302-7827 17

dengan larutan HNO3 0,6 M memiliki


karakter yang lebih baik daripada sebelum
diaktivasi, 3) Massa adsorben optimum yang
diperlukan adsorben kulit buah kakao untuk
mengadsorpsi zat warna Rhodamin B adalah
0,2 gram dengan daya jerap sebesar 94,06%,
4) Waktu kontak optimum adsorben yang
diperlukan adsorben kulit buah kakao untuk
mengadsorpsi zat warna Rhodamin B adalah
30 menit dengan daya jerap sebesar 98,78%,
5) Pola isoterm adsorpsi yang terjadi pada
adsorben kulit buah kakao mengikuti isoterm
Gambar 7. Grafik Isoterm Freundlich Langmuir dan isoterm Freundlich tetapi
Adsorpsi Zat Warna Rhodamin B cenderung mengikuti isoterm Langmuir.
Saran
Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui Dari hasil penelitian dapat disarankan
bahwa persamaan isoterm Langmuir : 1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
memiliki R2 = 0,962 dan dari Gambar 7 dapat memperoleh adsorben yang lebih efektif
diketahui bahwa persamaan isoterm untuk mengadsorbsi zat warna Rhodamin B
Freundlich memiliki R2 = 0,939. Jika dilihat atau zat warna lain yang berbahaya, 2) Perlu
dari harga R2 dari persamaan isoterm dilakukan aktivasi adsorben kulit buah kakao
Langmuir dan isoterm Freundlich tersebut menggunakan larutan aktivator yang lain
tidak jauh berbeda maka adsorpsi zat warna selain larutan HNO3, 3) Perlu dilakukan
Rhodamin B oleh adsorben kulit buah kakao penelitian untuk zat warna lain yang dapat
mengikuti isoterm Langmuir dan Freundlich. diadsorbsi oleh adsorben kulit buah kakao, 4)
Namun proses adsorpsi tersebut cenderung Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengikuti isoterm Langmuir karena harga R2 mengenai adsorbsi zat warna Rhodamin B
isoterm Langmuir lebih besar daripada harga dengan variasi yang lain, misalnya pH.
R2 isoterm Freundlich. Hal ini dapat diartikan
bahwa interaksi yang terjadi adalah secara
kimia dan fisika tetapi cenderung secara IV. DAFTAR PUSTAKA
kimia. Proses adsorpsi yang terjadi secara
kimia yaitu melalui interaksi antara zat warna [1] Ditjenbun. (2013). Perkembangan
Rhodamin B dengan gugus –OH yang Volume dan Nilai Ekspor Komoditas
terdapat dalam selulosa dari adsorben kulit Primer Perkebunan Tahun 2009-2013.
buah kakao tersebut. Interaksi antara gugus – Diperoleh 20 Juni 2014 dari
OH pada selulosa dengan zat warna http://ditjenbun.pertanian.go.id/statis-34-
Rhodamin B inilah yang menyebabkan zat ekspor.html
warna Rhodamin B dalam larutan dapat [2] Ditjenbun. (2013). Perkembangan Luas
mengalami penurunan (terjadi proses AreaPerkebunan 2008-2013. Diperoleh
adsorbsi secara kimia). Sedangkan proses 20 Juni 2014 dari
adsorpsi yang terjadi secara fisika yaitu zat http://ditjenbun.pertanian.go.id/statis-35-
warna Rhodamin B hanya menempel pada luasareal.htmlLuasAreal
permukaan selulosa saja dan terikat tidak [3] Anas, S., Zubair, A., & Rohmadi, D.
kuat sehingga mudah lepas. (2011). Kajian Pemberian Pakan Kulit
Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan
Sapi Bali. Jurnal Agrisistem, 7( 2), 79-86.
III. Kesimpulan dan Saran [4] Sa’adah, N., Hastuti, Rum, & Prasetya,
N.B.A. (2013). Pengaruh Asam Formiat
Kesimpulan Pada Bulu Ayam Sebagai Adsorben
Berdasarkan penelitian yang telah Terhadap Penurunan Kadar Larutan Zat
dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai Warna Tekstil Remazol Golden Yellow
berikut: 1) Kulit buah kakao dapat digunakan RNL. Chem Info, 1(1), 202-209.
sebagai adsorben zat warna Rhodamin B, 2)
Adsorben kulit buah kakao setelah diaktivasi

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao.... Hening P dan Budi Utami


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-5 2014
Volume 5 Nomor 1 2014 ISSN : 2302-7827 18

[5] Cahyadi, W. (2006). Analisis dan Aspek 3. Kenapa dalam penentuan pola
Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. isotherm adsorbs menggunakan
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
[6] Manurung, R., Hasibuan, R., & Irvan. (koefisien determinasi)?
(2004). Perombakan Zat Warna Azo Jawaban :
Reaktif Secara Anaerob dan Aerob. 1. Karena pada struktur Rodhamin B
Sumatera Utara: Teknik Kimia USU. terdapat gugus amino yang
[7] Misran, E. (2009). Pemanfaatan Kulit cenderung bermuatan positif,
Cokelat dan Kulit Kopi Sebagai Adsorben
Ion Pb dalam Larutan. Sigma, 12(1), 23- sehingga akan dapat berikatan
29. dengan gugus OH- pada selulosa
[8] Alamsyah, Z. (2007). Biosorpsi Biru kulit buah kakao.
Metilen Oleh Kulit Buah Kakao. Skripsi. 2. Secara kimia karena adanya
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu interaksi berikatan antara gugus
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor. OH- dengan zat warna Rodamin B,
[9] Gupta, V.K., Sharma, S., Yavad, I.S., & sedangkan secara kimia itu zat
Mohan, D. (1998). Utilization of bagasse warna hanya menempel.
Fly Ash Generated in the Sugar Industry 3. Saya mengacu pada penelitian
for Removal and Recovery of Phenol and sebelumnya.
p-nitrophenol from Wastewater. J Chem
Technol Biotechnol, 7(1), 180-186.
[10] Dewi, I.R. (2005). Modifikasi Asam
Kulit Singkong Sebagai Bioremoval Pb
dan Cd. Skripsi. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
[11] Komari, N., Utami, U.B.L., & Malinda,
N. (2012). Adsorpsi Pb2+ dan Zn2+ Pada
Biomassa Imperata Cylindrica. Valensi.
2(5), 557-564.
[12] Safriati, I., Wahyuni, N., & Zaharah,
T.A. (2012). Adsorpsi Timbal (II) Oleh
Selulosa Limbah Jerami Padi Teraktivasi
Asam Nitrat: Pengaruh pH dan Waktu
Kontak, JKK, 1(1), 1-7.
[13] Sukardjo. (2002). Kimia Fisika.
Yogyakarta: Bina Aksara.

Pemakalah : Hening Purnamawati


Penanya :
Pertanyaan :
1. Kenapa Rhodamin B dapat
diadsorbsi kulit buah kakao yang
mengandung selulosa?
2. Manakah yang lebih baik dari
adsorbs kimia atau fisika?

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao.... Hening P dan Budi Utami

Anda mungkin juga menyukai