PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pemahaman dari rancangan penelitian
1.3.2 Mengetahui pemahaman dari rapid assessment procedures
1.3.3
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Agar rancangan dapat memperkirakan hal-hal apa yang akan dilakukan dan
dipegang selama penelitian, perumusannya harus memperhatikan criteria sebagai
berikut:
1. Mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan, seperti masalah, tujuan,
sumber data, sarana prasarana dan sebagainya
2. Disusun secara sistematis logis sehingga memberi kemungkinan kemudahan
bagi peneliti dalam melaksanakan dan bagi orang lain dalam melakukan
penilaian.
3. Harus dapat memperkirakan sejauh mana hasil yang akan diperoleh, serta
usaha-usaha yang mungkin dilakukan untuk memperoleh hasil secara efektif
dan efisien.
3
d) Diperlukan untuk membandingkan prevalensi masalah penyakit tertentu antar
daerah atau satu daerah dalam waktu yang berbeda
Bentuk pertanyaan penelitian
a) Berapa besar prevalensi hipertensi dalam kehamilan bagi ibu hamil yang
berumur lebih dari 35 tahun?
b) Untuk mengetahui pemakaian tablet fe oleh ibu hamil di wilayah kerja dalam
mengatasi kekurangan zat besi pada ibu hamil yang mengalami anemia.
c) Pengolahan data menggunakan rumus
P = f / N x 100
b.Analitik
Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana
dan mengapa fenomena ke sehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika
kolerasi antara fenomena, baik antara faktor risiko dengan faktor efek, antar faktor
risiko, maupun antar faktor efek.
Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko,
sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek
(pengaruh). Secara garis besar survey analitik ini dibedakan dalam 3 pendekatan (jenis),
yakni Survey Analitic Cross Sectional, Survey Analitic Case Control (Retrospective),
dan Survey Analitic Cohort (Prospective).
a) Penelitian Cross Sectional
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian
cross sectional ini sering disebut juga penelitian transversal, dan sering digunakan
dalam penelitian-penelitian epidemiologi.
b) Penelitian Case Control
Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey) analitik yang
menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
4
“retrospective”. Dengan kata lain efek (penyakit atau status kesehatan)
diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau
terjadinya pada waktu yang lalu. Adapun tahap-tahap penelitian case control ini
adalah sebagai berikut :
Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko atau efek)
Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)
Identifikasi kasus
Pemilihan subyek sebagai control
Melakukan pengukuran “retrospektif” (melihat kebelakang) untuk melihat
faktor risiko
Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-
variabel objek penelitian dengan variabel-variabel objek kontrol.
c) Penelitian Cohort
Penelitian cohort sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian
survey (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor
risiko dengan efek (penyakit). Artinya faktor risiko yang akan dipelajari
diidentifikasi dahulu, kemudia diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek,
yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan. Langkah – langkah
pelaksanaan penelitian cohort antara lain sebagai berikut :
Identifikasi faktor-faktor rasio dan efek
Menetapkan subyek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
Pemilihan subyek dengan faktor risiko positive dari subjek dengan efek
negative
Memilih subyek yang akan menjadi anggota kelompok control
Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan
Mengidentifikasi timbul atau tidaknya efek pada kedua kelompok
Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat
efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada
kelompok risiko positif maupun kelompok control
6
dari galat percobaan sehingga galat percobaan dapat diperkecil.
Dalam hal ini perlakuan dibandingkan pada kondisi yang hampir
sama.
2) Meningkatkan informasi
Pengelompokan dapat meningkatkan informasi karena kelompok
dapat diletakkan pada tempat, waktu, dan bahan yang berbeda.
7
3) Eksperimen Murni
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti
dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian)
menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true
experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan
perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi
perlakuan.True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil
secara random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalamtrue
experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel
secara random.
8
yang diberikan pretest dan kelompok yang tidak diberikan pretest
diberikan perlakuan eksperimen.
d. Randomized Solomon Four-Group Design.
Desain penelitian ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validitas yang
ada pada desain pretest-postest with control group. Apabila pretes
mungkin mempengaruhi subjek sehingga mereka menjadi lebih sensitif
terhadap perlakuan dan mereka bereaksi secara berbeda dari subjek yang
mengalami pretes, maka eksternal validitas terganggu dan kita tidak dapat
membuat generalisasi dari penelitian itu untuk populasi, demikian pula
kalau ada interaksi antara pretes dengan perlakuan.
4) Rancangan Eksperimental-Semu
Eksperimen kuasi adalah eksperimen yang memiliki perlakuan
(treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-
unit eksperiment (experimental units) namun tidak menggunakan penempatan
secara acak. Pada penelitian lapangan biasanya menggunakan rancangan
eksperiment semu (kuasi eksperimen)
Disebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau tidak
memiliki ciri – ciri rancanagan eksperimen yang sebenarnya, karena variable –
variable yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi. Oleh karena itu
vasiditas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimen
yang sebenarnya. Rancangan – rancangan yang tergolong ke dalam kelompok
ini antara lain sebagai berikut:
a. Rancangan rangkaian waktu
Rancangan ini seperti rancangan pretest – posttest, kecuali
mempunyai keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran yang
berulang –ulang), sebelum dan sesudah perlakuan . Dengan menggunakan
serangkaian observasi (tes), dapat memungkinkan validitasnya lebih
tinggi. Karena pada rancangan protes – postes, kemungkinan hasil 02
dipengaruhi oleh factor lain diluar perlakuan sangat besar, sedangkan pada
rancangan ini, oleh karena observasi dilakukan lebih dari satu kali ( baik
sebelum maupun sesudah perlakuan ,maka pengaruh factor luar tersebut
dapat dikurangi.
b. Rancangan rangkaian waktu dengan kelompok pembanding
9
Pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan rangkaiaan waktu,
hanya dengan menggunakan kelompok pembanding(control). Rancangan
ini lebih memungkinkan adanya control terhadap validitas internal,
sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas
internal yang tinggi.
c. Rancangan non equivalent control group
Dalam penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk
membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu control yang
serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama. Misalnya kita
akan melakukan studi tentang pengaruh pelatihan kader terhadap cakupan
posyandu. Kelompok kader yang akan diberikan pelatihan, tidak mungkin
sama betul dengan kelompok kader yang tidak akan diberi pelatihan
(kelompok control).
d. Rancangan separate sample pretest – posttest
Rancangan ini sering digunakan dalam penilitian-penilitian kesehatan
dan keluarga berencana. Pengukuran pertama (pretes) dilakukan terhadap
sampel yang dipilih secara acak dari populasi tertentu. Kemudian
dilakukan pengukuran kedua (postes) pada kelompok sampel lain, yang
juga dipilih secara acak (random) dari populasi yang sama. Rancangan ini
sangat baik untuk menghindari pengaruh atau efek dari “tes”, meskipun
tidak dapat mengontrol “sejarah, maturitas,dan instrumen”.
10
b. Tahap – tahap penelitian
Tujuan penilitian klinik adalah untuk menguji efektivitas obat pada
manusia. Dengan sendirinya sebelum obat tersebut dicobakan pada
manusia terlebih dahulu harus dicobakan pada binatang percobaan.
Berdasarkan tujuannya, penelitian klinik ini dibagi dalam 4 tahap :
1) Tahap pertama
Tahap pertama klinik ini merupakan pemberian obat untuk
pertama kali pada manusia, setelah obat yang bersangkutan telah lolos
dari penilitian farmakologi dan teksiologi pada binatang percobaan.
Tujuan penilitian klinis tahap ini untuk memperlihatkan efek
farmakologi klinik suatu obat pada sekelompok kecil penderita atau
sukarelawan sehat. Pengukuran dalam penilitian ini menyangkut
khasiat obat, dengan data yang dikumpulkan adalah : jenis obat,
hubungan antara dosis dengan respons, lama keja obat pada dosis
tunggal, metabolisme, dan interaksi.
2) Tahap kedua
Tujuan penilitian tahap ini adalah untuk menentukan apakah
kerja farmakologi yang telah dibuktiakan pada tahap pertama tersebut
berguna untuk pengobatan. Indicator dari pengukuran penilitian tahap
ini adalah penyembuhan penyakit. Tetapi karena kesembuhan tersebut
biasanya terjadi pada waktu yang panjang, maka efek farmakologilah
yang dijadikan indicator, misalnya kadar gula darah, penurunan
tekanan darah, dan sebagainya. Selain itu perlu dikumpulkan data
tentang efek samping yang cukup untuk memperkirakan secara dini
rasio antara risiko dan keuntungan. Dari penilitian pada tahap ini
dapat ditentukan manfaat obat yang bersangkutan dibanding dengan
obat atau cara pengobatan yang lain yang telah ada.Dalam tahap ini
pula dapat ditentukan hubungan antara dosis dan kadar obat dalam
plasma atau jaringan dengan efek kliniknya.
3) Tahap ketiga
Pada tahap ini diperlukan orang percobaan atau penderita yang
lebih banyak, dan dilakukan di luar tempat penilitian tahap kedua, dan
hasil penilitian ini dapat memperkuat atau menolak hal-hal yang
ditemukan pada penilitian tahap kedua, misalkannya : insiden efek
11
samping yang frekuensinya rendah, profil obat yang bersangkutan
bila digunakan pada pasien yang tidak terseleksi secara teliti, dan
sebagainya.
4) Tahap keempat
Tahap ini adalah yang dilakukan setelah obat dipasarkan. Oleh
sebab itu penilitian sering disebut “postmarketing drugs
surveillance”,yang bertujuan mengatasi kekurangan informasi yang
ada pada penilitian tahap sebelumnya. Penilitian ini mencakup empat
masalah pokok yaitu :
a) Efek samping, terutama yang muncul akibat pengguna obat
jangka pendek.
b) Masalah manfaat, yang mencakup efek obat pada pemberian
jangka lama dalam usaha pencegahan kekmbuhan, komplikasi
penyakit, dan manfaat obat-obatan disbanding dengan cara
penyembuhan yg lain.
c) Data pengguna, mencakup pengguna obat untuk indikasi baru,
kelebihan pakai (oper used), salah guna (misused), dan
penyalagunaan (abused), yang biasanya sukar dijumpai pada
percobaan klinik yang terkontrol.
d) Ratio biaya atau risiko/keuntungan , bahaya dan biaya.
e) Pada tahap ini, metode penilitian yang digunakan bukan saja
yang bersifat penilitian klinik, tetapi digunakan pada penilitian
epidiologik, survey dan pemantauan (monitoring). Pada saat ini
“clinical trial” sebagai suatu metode penilitian kesehatan/
kedokteran penggunaannya tidak hanya terbatas pada
pengembangan dan evaluasi obat saja, tetapi mulai digunakan
untuk pengembangan dan evaluasi cara penyembuhan yang lain,
misalnya : operasi, fisioterapi, jenis dan cara perawatan, dan
sebagainya. Semua kegiatan ini biasanya disebut penilitian
pelayanan kesehatan (health care trial)
12
RAP adalah cara penilaian cepat yang dikenalkan oleh Schrimshaw SCM &
Hurtado (1992) untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang hal apa saja
yang melatar belakangi perilaku kesehatan masyarakat termasuk faktor sosial
budaya dalam waktu yang relatif singkat.
RAP merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif yang digunakan peneliti
sosiolog, antropolog dan psikolog secara fenomenologi sejak tahun 1980.
Pengambilan sampel pada RAP dilakukan pada sejumlah kecil responden yang
disebut informan. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sesuai dengan
masalah dan tujuan penelitian. Oleh sebab itu hasil penelitian ini tidak dapat
digeneralisasi pada populasi yang besar.
Teknik pengumpulan data yang umunya digunakan pada RAP adalah
wawancara mendalam (Indepth Interview) yang dilakukan pada perorangan dan
Focus Group Discusion (FGD) pada sekelompok orang
B. Manfaat RAP
1. Sebagai alat untuk menggali gagasan
a. Dengan cara mengamati langsung interaksi antara masyarakat sasaran
dengan produk pelayanan kesehatan, membicarakan kebiasaan atau
mendengar bahasa mereka tentang suatu masalah.
b. Menjajagi penerimaan masyarakat sasaran terhadap gagasan baru atau
pesan dalam bentuk visual ataupun verbal, misal : media, kemasan gambar
atau bahasa.
c. Mengkaji perilaku kesehatan yang relatif belum diketahui untuk dipelajari
melalui penelitian lanjutan.
2. Sebagai langkah awal pengembangan penelitian
a. Mengembangkan hipotesa tentang pemikiran dan proses pengambilan
keputusan masyarakat sasaran tentang kebiasaan atau masalah kesehatan
yang sedang diteliti.
b. Merinci informasi pokok yang diperlukan penelitian.
c. Mengidentifikasi siapa yang perlu menjadi responden.
d. Membantu penyusunan form pertanyaan dan urutannya, kemudian
melakukan pelatihan dan ujicoba.
e. Membuat inform consent
f. Mengidentifikasi masalah dan rumusannya.
13
3. Sebagai cara untuk memahami hasil penelitian lanjutan
a. Menerangkan, memperluas dan memperjelas data.
b. Memahami penyebab suatu kecenderungan.
c. Menggambarkan faktor yang mempengaruhi perubahan sikap.
4. Sebagai metode pengumpulan data
Beberapa masalah mungkin sulit untuk dijelaskan dengan penelitian
kuantitatif, maka Rapid Assessment menjadi pilihan metode untuk
pengumpulan data. Schrimshaw NS, Gleason, GR., dkk (1992) menekankan
bahwa RAP merupakan complementary approach untuk memahami KAP dan
metode penelitian lainnya, dan bukan pengganti metode-metode tersebut.
2. Kesiapan Logistik
a. Mengurus ijin pelaksanaan penelitian sebagai salah satu bentuk etika
penelitian.
b. Surat pemberitahuan pelaksanaan RAP sebagai persiapan di daerah
penelitian, penting untuk dilakukan
c. Apa yang harus dipersiapkan di daerah penelitian, peran tim daerah dan
apa yang jadi tanggung jawab tim assessment, populasi dan sampel
terpilih, sebaiknya dideskripsikan dengan jelas
14
d. Pendeskripsian berkaitan dengan hal apa yang disiapkan dan menjadi
tanggung jawab baik oleh daerah penelitian dan oleh tim RAP sangat
diperlukan sehingga ada pembagian tugas yang jelas.
e. Panduan tehnis dalam pelaksanaan RAP diperlukan karena tim terdiri dari
berbagai disiplin ilmu dan keahlian.
3. Penyusunan Tim RAP
a. Memilih orang yang tepat yaitu sesuai keahlian dalam metodologi dan
substansi tertentu dan sesuai dengan tujuan serta kemampuan dalam kerja
tim. Umumnya terdiri dari ahli kesehatan masyarakat, sosiolog,
antropolog, psikolog dan keahlian lain yang diperlukan
b. Leadership ketua tim amat penting
c. Supervisor yang peka, mampu dan bijaksana dan dapat melihat masalah
serta mampu mengarahkan.
d. Pelatihan dan ujicoba form pertanyaan oleh tim RAP
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Rancangan proposal penelitian adalah rencana kerja yang disusun secara sistematis
dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal, dan untuk mendapat persetujuan
maupun bantuan dari pihak lain.
Manfaat proposal adalah dapat mengarahkan panitia dalam melaksanakan kegiatan
dan menjelaskan secara tidak langsung kepada pihak pihak yang ingin mengetahui
kegiatan tersebut
Rancangan proposal penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penelitian yang akan dilakuka sehingga bisa memberikan gambaran sebelum
penelitian dan dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian
15
3.2 Saran
Penyusunan suatu proposal yang digunakan sebagai rancangan, rencana, atau
sebagai prasyarat pengajuan kegiatan hendaknya dapat mewakili terhadap kegiatan
yang akan dilaksanakan. Proposal yang merupakan suatu rancangan yang disusun
secara sistematis dan terinci untuk suatu kegiatan yang ingin dilakukan hendaknya
dapat mewakili kegiatan itu sendiri. Sehingga ketika ada orang lain yang membaca
akan segera memahami bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
16