F15mat PDF
F15mat PDF
Masrun Aditya T. M.
NIM F44100077
ABSTRAK
MASRUN ADITYA TARUNA MAWANTARA. Rekonstruksi Pekerjaan
Pembesian pada Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta
Selatan Menggunakan Software Tekla Structures V17. Dibimbing oleh
MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.
ABSTRACT
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Juni-Desember 2014 ini adalah perencanaan
konstruksi dengan judul Rekonstruksi Pekerjaan Pembesian pada Proyek
Pembangunan Gedung Perkantoran Chase Tower di Jakarta Selatan Menggunakan
Software Tekla Structures V17.
Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis ingin memberikan penghargaan
serta ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Mahmud Arifin Raimadoya, Msc. selaku pembimbing yang telah
memberikan saran, arahan, motivasi dan nasihat kepada penulis selama proses
penelitian hingga penulisan skripsi selesai.
2. Ibu Dr. Ir. Meiske Widiarti, M.Eng. dan Bapak Tri Sudibyo, S.T, M.Sc. yang
telah menjadi dosen penguji untuk skripsi penulis.
3. PEMDA Kabupaten Fakfak yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk dapat menempuh studi di Institut Pertanian Bogor melalui program
Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
4. PT. Arkonin sebagai perusahaan yang telah memberikan ilmu, pelajaran dan
bantuannya selama mengumpulkan data-data penelitian.
5. Ayahanda Joko Ichwan Anshori, ibunda Siti Jumaroh, serta Fachri Adriansyah,
Rizki Setiastanto, dan Dinda Cahyaning Ayu selaku adik-adik penulis yang
telah memberikan motivasi, dukungan, semangat, kasih sayang dan doa
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Para sahabat-sahabat serta rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil dan
Lingkungan angkatan 2010 atas segala doa, motivasi, dan kasih sayangnya.
DAFTAR TABEL
1. Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur (PBI-1971) 21
2. Typical confinement ties pada shear wall 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram hubungan antar pekerjaan konstruksi (Tekla, 2011) 6
Gambar 2 Lokasi proyek Chase Tower (Google Maps 2014) 7
Gambar 3 Grid Chase Tower 9
Gambar 4 Permodelan kolom Chase Tower 9
Gambar 5 Permodelan balok Chase Tower 10
Gambar 6 Permodelan slab Chase Tower 10
Gambar 7 Permodelan shear wall chase tower 11
Gambar 8 Penggunaan Component Catalog 12
Gambar 9 Tampilan Component Catalog 12
Gambar 10 Tampilan Precast stairs (65) 12
Gambar 11 Hasil penampang tangga beton 13
Gambar 12 Permodelan balok yang terdeteksi oleh CCM 13
Gambar 13 Model organizer pemodelan chase tower 14
Gambar 14 Tampilan Round column reinforcement (82) 15
Gambar 15 Tampilan Pilecap reinforcement (76) 15
Gambar 16 Tampilan Slab bars (18) 16
Gambar 17 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83) 16
Gambar 18 Tampilan Rectangular calomn reinforcement (83) 17
Gambar 19 Tampilan Wall panel (64) 17
Gambar 20 Diagram alir pelaksanaan penelitian 18
Gambar 21 Bagan hubungan fungsi dan tugas manajemen konstruksi
(Dipohusodo 1996) 19
Gambar 22 Pembagian zona pada pembangunan lantai (Arkonin 2013) 20
Gambar 23 Denah kolom berdasarkan tipe kolom (Arkonin, 2012) 24
Gambar 24 Denah balok penopang lantai B03-17 (Arkonin, 2012) 25
Gambar 25 Denah balok pengikat kolom MFB1 (Arkonin, 2012) 26
Gambar 26 Denah balok pengikat shear wall tipe LB1 (Arkonin, 2012) 26
Gambar 27 Hasil pemodelan pembesian/penulangan bore pile 29
Gambar 28 Hasil pemodelan pembesian/penulangan pile cap utama 31
Gambar 29 Hasil pemodelan pembesian/penulangan pile cap tunggal 31
Gambar 30 Typical one-way slab reinforcement slab (Arkonin, 2012) 32
Gambar 31 Hasil pemodelan pembesian/penulangan slab 32
Gambar 32 Detail pembesian lantai khusus pada lubang pipa (Arkonin,
2012) 33
Gambar 33 Hasil pemodelan pembesian lantai khusus pada lubang pipa1 33
Gambar 34 Hasil pemodelan pembesian lantai khusus pada lubang pipa2 33
Gambar 35 Format halaman input data pada Tekla Structures v17 (Tekla,
2014) 34
Gambar 36 Hasil pemodelan pembesian kolom awal pada Tekla Structures
v17 34
Gambar 37 Detail pembesian sambungan kolom b/h ≥ 1/6 (Arkonin, 2012) 35
Gambar 38 Detail pembesian sambungan kolom b/h < 1/6 (Arkonin, 2012) 35
Gambar 39 Hasil memodelkan penulangan pada kolom sambungan syarat
b/h ≥ 1/6 36
Gambar 40 Hasil memodelkan penulangan pada kolom sambungan syarat
b/h < 1/6 37
Gambar 41 Hasil memodelkan lap splices kolom C1 38
Gambar 42 Hasil implementasi kolom di lapangan (Dokumentasi pribadi) 38
Gambar 43 Hasil memodelkan pembesian/penulangan shear wall 40
Gambar 44 Hasil memodelkan pembesian/penulangan GB-01 41
Gambar 45 Hasil memodelkan pembesian/penulangan MFB1 43
Gambar 46 Hasil memodelkan pembesian/penulangan LB1 44
Gambar 47 Skema hubungan BIM pada suatu proyek konstruksi (Dublin
Institute of Technology 2013) 45
Gambar 48 BIM proyek Chase Tower, Jakarta Selatan 46
Gambar 49 BIM pembesian proyek Chase Tower, Jakarta Selatan 46
Gambar 50 Explode component tulangan kolom 78
Gambar 51 Membuat tampilan terhadap sumbu X dan Z 78
Gambar 52 Memilih titik-titik poin acuan terhadap sumbu X 79
Gambar 53 Tampilan kolom terhadap sumbu X dan Z 79
Gambar 54 Ikon Add points any position 79
Gambar 55 Hasil tulangan modifikasi. 80
Gambar 56 Proses memindahkan titik point tulangan. 80
Gambar 57 Hasil Pemodelan seluruh bagian tulangan kolom modifikasi 81
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
suatu model 3D, serta dapat memperbaiki secara akurat semua pekerjaan struktur
dan memiliki kemampuan mengoperasikan penjadwalan pekerjaan yang
memberikan hasil manajemen proyek yang efisien.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Bangunan
Bangunan berasal dari kata dasar “bangun”, yang memiliki arti susunan yang
merupakan suatu wujud. Bangunan berdasarkan kamus Bahasa Indonesia memiliki
definisi sesuatu yang didirikan. Bangunan menjelaskan adanya sesuatu yang
dibangun seperti rumah, gedung bertingkat, menara, dan mencakup sarana dan
prasarana antara lain jalan, jembatan, bendungan, irigasi, dan lain-lain. Bangunan
merupakan bentuk nyata/riil dari rancangan suatu gambar.
Bangunan merupakan suatu lingkungan buatan. Bangunan memiliki fungsi
untuk melindungi dan menjaga penghuninya dari berbagai macam bahaya dan
kondisi (alam) yang tidak menyenangkan (Matondang dan Mulyana 2012).
Manusia secara sengaja membuat suatu lingkungan binaan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti tempat istirahat, berkumpul, rekreasi, maupun tempat
untuk bekerja.
Bangunan berdasarkan komponen penyusun merupakan perpaduan beberapa
bahan dan konstruksi sehingga dapat berfungsi sesuai dengan rencana. Bangunan
memiliki susunan bagian yang kontinu dan kompleks. Susunan elemen penyusun
gedung disebut juga struktur bangunan. Setiap elemen struktur bangunan saling
memberikan dampak terhadap komponen lainnya, jika salah satu komponen
mendapatkan perlakuan (beban). Struktur bangunan merupakan bagian dari
bangunan yang tersusun dari tiap komponen struktur yang dapat bekerja sama satu
kesatuan. Koordinasi tiap komponen struktur bangunan memiliki fungsi menjamin
kekuatan, kekakuan, stabilitas, keselamatan dan kenyamanan gedung terhadap
segala macam beban dan terhadap bahaya lain dari kondisi sekitarnya.
Bangunan secara fisik (umumnya) berbahan dasar beton, baja, maupun
kombinasi antara beton dan baja. Bangunan gedung merupakan wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian
dan/atau seluruhnya berada di atas maupun di dalam tanah dan/atau air yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya
maupun kegiatan khusus (UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung).
Beton
Pembesian
Tekla Structures
suatu objek tidak hanya geometris tetapi model tersebut juga berisi informasi
tentang bahan yang digunakan, berat, biaya, waktu dan bagaimana bagian dipasang,
dan lain-lain. (Janni Tjell 2010).
Tekla adalah aplikasi Building Information Modeling yang dikembangkan
oleh Tekla Corporation untuk keperluan menghitung dan merekayasa struktur
termasuk juga fitur-fitur komprehensif yang bisa digunakan bagi para detailer,
fabricator, manufactor dan constructor. Modul untuk keperluan manajemen
konstruksi juga sudah ditambahkan pada software ini. (Khemlani 2008). Tekla
Structures adalah sebuah software pemodelan dengan konsep BIM tiga dimensi
(3D) dengan seluruh obyek struktur terpresentasi lengkap dengan segala
informasinya.
sangat mudah dan cepat, menggurangi kesalahan dan mengurangi biaya pada
akhirnya.
Tekla Structures dapat menggabungkan kemampuan pemodelan, analisa, dan
desain struktur lengkap dengan detail dan gambar perencanaannya. Tekla
Structures mampu terintegrasi dengan beberapa software analisis struktur seperti
SAP, STAAD, S-Frame, GTStrudl, Robot. Para perencana dapat merasakan
lingkungan kerja yang tidak terputus antara model, gambar dan analisis sehingga
mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas.
Tekla Corporation mengembangkan server multiuser, sehingga dapat
mendukung maksimum 40 pengguna beroperasi secara bersamaan. Format yang
didukung oleh Tekla Structures adalah IFC, DWG, CIS/2, DSTV, SNDF, DGN dan
DXF, sehingga Tekla Structures dapat digabungkan dengan aplikasi-aplikasi yang
sudah ada. Software ini terhubung dengan berbagai jenis sistem melewati Tekla
Open API. IFC, CIS/2, DSTV dan SDNF merupakan contoh format biasa yang
didukung oleh Tekla Structures, sedangkan DWG, DGN dan DXF merupakan
contoh dari format yang sudah jadi hak milik yang didukung oleh Tekla Structures
(Jian Xinan 2011).
METODE
Bahan
Alat
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan langkah kedua setelah tahap persiapan
dalam pemodelan gedung chase tower. Dalam pengumpulan data peranan
instansi yang terkait sangat diperlukan sebagai pendukung dalam
memperoleh data-data yang diperlukan.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu
berupa data Detail Engineering Design (DED) dan shop drawing pada
pembangunan gedung Chase Tower, Jakarta Selatan. Data ini diperoleh dari
PT. Arkonin pada proyek pembangunan Chase Tower. PT. Arkonin bertindak
sebagai Manajemen Konstruksi pada proyek ini.
b. Pemodelan kolom
Tahap-tahap pemodelan kolom beton yaitu :
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete column.
Ditentukan column pada posisi yang diinginkan.
Kemudian dirubah karakteristik kolom, klik dua kali pada kolom agar
muncul kotak dialog concrete column properties. Gambar permodelan
kolom beton chase tower disajikan pada Gambar 4.
c. Pemodelan balok
Tahap-tahap pemodelan balok beton yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete beam.
Pada grid ditentukan titik awal dan titik akhir.
10
d. Pemodelan slab
Tahap-tahap pemodelan balok beton yaitu:
Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete slab.
Dilakukan pemilihan titik awal slab.
Ditentukan titik-titik pojok slab.
Setelah itu dipilih titik awal lagi, atau diklik tombol tengah mouse
untuk menyelesaikannya.
Kemudian dirubah karakteristik slab, klik 2 kali pada slab agar
muncul kotak dialog concrete slab properties. Gambar permodelan
slab chase tower disajikan pada Gambar 6.
Pada grid ditentukan titik awal dan titik akhir shear wall.
Dirubah karakteristik shear wall, klik 2 kali pada shear wall agar
muncul kotak dialog Concrete Panel Properties. Gambar permodelan
shear wall chase tower disajikan pada Gambar 7.
f. Pemodelan tangga
Tipe tangga yang terdapat dalam pembangunan chase tower adalah
tangga beton sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam
pemodelan yaitu:
Tangga beton digunakan pada situasi menghubungkan dua slab beton.
Sebelum dimulai, dibuat terlebih dahulu dua slab beton yang agar
dihubungkan oleh tangga dengan elevasi yang telah ditentukan.
Pada menu bar diklik Detailing, kemudian dipilih Component, dan
diklik kiri pada Component Catalog. Cara lain yaitu pada keyboard
ditekan Ctrl+F.
Precast Stairs (65) dicari pada pilihan Search – All – Precast Stairs
(65).
Data dimensi setiap ukuran rancangan tangga dimasukkan dalam
setting tangga tersebut. Contoh dapat dilihat di Gambar 10.
Ditentukan pemilihan titik awal dan akhir. Titik awal yang
mengindikasikan level dari pijakan terendah dari tangga dan titik akhir
yang mengindikasikan level dari pijakan teratas dari tangga.
Diklik tombol tengah dari mouse untuk menyelesaikannya. Contoh
gambar tangga beton disajikan pada Gambar 11.
12
Diagram alir tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar 20.
bangunan. Buku spesifikasi konstruksi untuk proyek Chase Tower merujuk pada
standar ACI (American Concrete Institute), ASTM (American Society for Testing
and Material), AWS (American Welding Society) dan CRSI (Concrete Reinforcing
Steel Institute) sebagai acuan untuk merancang struktur beton konstruksi bangunan.
Spesifikasi bagian struktur beton ini mengatur semua pekerjaan beton untuk
menyelesaikan proyek ini, kecuali terdapat persyaratan yang lebih ketat atau perlu
adanya perlakuan khusus. Seluruh pekerjaan beton harus sesuai dengan spesifikasi
agar mendapatkan hasil kekuatan beton yang homogen pada seluruh struktur. ACI
serta CRSI merupakan spesifikasi yang mengatur dasar-dasar perencanaan beton
maupun beton bertulang untuk struktur beton. ASTM untuk mengatur dasar-dasar
tahapan pengujian dan penggunaan bahan material sesuai dengan spesifikasi
standar material. AWS merupakan standar pengembangan ilmu, teknologi, dan
aplikasi pada proses pengelasan baja dalam proses penyambungan maupun
pemotongan baja.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi proyek ini secara teknis terbagi menjadi
empat tahapan pekerjaan konstruksi dan tiga zona pekerjaan pada setiap lantai.
Tahapan pekerjaan konstruksi antara lain membuat cetakan (bekisting),
pembesian/perakitan besi tulangan, pengecoran (menuangkan beton) dalam cetakan
(bekisting), dan perawatan beton bertulang. Tiga zona pekerjaan konstruksi
memotong bagian struktur gedung menjadi tiga bagian. Pembagian tiga zona ini
memiliki tujuan untuk mendapatkan kekuatan struktur beton tertinggi dengan
meminimasi jumlah peralatan penunjang pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan struktur konstruksi gedung ini berurutan secara teknis yaitu saat
zona satu telah selesai mengerjakan proses merakit cetakan (bekisting) dan merakit
tulangan, selanjutnya pada zona dua melaksanakan proses persiapan merakit
cetakan. Zona satu melaksanakan proses menuangkan beton, maka zona dua sedang
dalam proses merakit tulangan beton dan zona tiga persiapan merakit cetakan
(bekisting). Zona satu mulai melepaskan cetakan setelah usia beton tujuh hari dan
memasuki proses perawatan beton, maka zona dua telah selesai proses percetakan
dan pembesian serta siap untuk proses pengecoran dan zona tiga dalam tahap
pembesian/perakitan besi tulangan. Proses ini berlanjut hingga proses pada lantai
di atasnya.
Beton struktur lantai dan balok dapat melepaskan cetakan pada umur tujuh
hari pada tiap zona, namun tidak dapat melepaskan peralatan penunjang struktur
seperti penyangga/perancah (scaffolding) hingga umur beton mencapai 28 hari.
Alasan waktu melepaskan alat penyangga (scaffolding) sebelum umur beton 28 hari
adalah kekuatan beton belum mencapai maksimum dengan nilai koefisien kuat
tekan beton adalah satu (100%) (lihat Tabel 1).
Terdapat dua tipe teknik memasang scaffolding berdasarkan lokasi
pemasangan yang disebut shoring dan reshoring. Shoring merupakan teknik
memasang scaffolding yang berada tepat di bawah lokasi pengecoran namun
memasangnya harus rapat dengan jarak maksimum antar-scaffolding 30 cm.
Reshoring merupakan teknik memasang scaffolding yang berada pada level kedua
dan ketiga di bawah lokasi pengecoran dengan syarat jarak maksimum antar-
scaffolding adalah 2 meter. Reshoring mengijinkan melepaskan beberapa bagian
bekisting selain struktur utama (contoh: balok dan kolom).
Fungsi shoring dan reshoring yaitu membantu menyalurkan beban pada
kolom, balok, shear wall, dan slab (lantai) ke seluruh bagian dengan merata pada
struktur bagian bawah karena kondisi beton belum mencapai kering sempurna dan
mencapai kuat tekan beton maksimum (umumnya usia beton 28 hari). Selain itu
untuk mempercepat waktu pekerjaan konstruksi tanpa menghilangkan kekakuan
struktur.
analisa, dan desain struktur lengkap dengan detil dan gambar perencanaannya.
Keuntungan menggunakan Tekla Structures pada konstruksi adalah kualitas tinggi
dan dokumentasi akurat dari proses konstruksi, perbaikan manajemen konstruksi,
meningkatkan interaksi antara arsitek, insinyur dan kontraktor, memungkinkan pra-
fabrikasi dari berbagai komponen konstruksi untuk meminimalkan kesalahan
(Roginski 2011). Para perencana (engineer) dapat merasakan kenyamanan serta
kemudahan sebab terjadinya kesatuan antara model, analisis, dan gambar. Hasilnya
yaitu mengurangi persentase kesalahan yang terjadi dan meningkatkan
produktivitas. Tekla Structures dapat merevisi kesalahan saat perencanaan dengan
mudah dan cepat.
Fasilitas Tekla Structures yaitu mampu terintegrasi dengan beberapa software
perancanaan konstruksi lainnya. Software yang mampu terintegrasi bersama Tekla
Structures antara lain SAP, STAAD, S-Frame, GTStrudl, dan Robot. Tekla pun
mampu terkoneksi antar-pengguna hingga 40 pengguna sebab software ini
menggunakan teknologi server multiuser. Software ini terhubung dengan berbagai
jenis sistem melewati Tekla Open API. IFC, CIS/2, DSTV dan SDNF merupakan
contoh format biasa yang didukung oleh Tekla Structures, sedangkan DWG, DGN
dan DXF merupakan contoh dari format yang sudah jadi hak milik yang didukung
oleh Tekla Structures (Jian Xinan 2011).
Proses pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua tahapan pelaksanaan, yaitu
pemodelan struktur bangunan dan rekonstruksi desain pembesian pada konstruksi.
Pelaksanaan kedua tahapan tersebut berdasarkan data detailed engineer drawing
(DED) dan shop drawing untuk seluruh seluruh konstruksi gedung. Data-data
tersebut berupa gambar dua dimensi (2D) beserta detail, seperti dimensi struktur,
titik lokasi struktur, jarak penempatan tulangan, maupun elevasi struktur.
Tekla Structures sebagai perangkat lunak dengan konsep BIM (Building
Information Modelling) membutuhkan perangkat lunak lain yaitu Tekla BIMSight
dari Tekla Corporation, walaupun Tekla berperan utama dalam software
perencanaan dan/atau pemodelan. Keuntungan menggunakan Tekla BIMSight
yaitu mampu menggabungkan dan memeriksa model suatu proyek untuk seluruh
anggota tim proyek, mengelola komunikasi dan perubahan yang terjadi tanpa batas
dalam waktu yang cepat, dan mampu mengidentifikasi masalah perencanaan berupa
bentrokan yang terjadi pada saat tahap perencanaan terlaksana.
Building Information Modelling (BIM) adalah sebuah kumpulan data,
orientasi objek, representasi digital yang cerdas dan membentuk beragam fasilitas
data, dapat memberikan bentuk model dan data yang sesuai dengan kebutuhan
berbagai pengguna sehingga dapat terekstraksi dan teranalisis untuk menghasilkan
informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk
meningkatkan proses penyampaian keadaan (AGC 2005). BIM merupakan sebagai
sebuah karakteristik geometri, hubungan spasial, informasi geografis, jumlah dan
sifat elemen bangunan, perkiraan biaya, persediaan bahan (material) serta jadwal
proyek. Pemodelan ini dapat menunjukkan seluruh siklus pekerjaan bangunan
(Bazjanac 2004).
Center for Integrated Facility Engineering (CIFE) milik Stanford University
menyebutkan beberapa manfaat BIM yaitu mampu mengurangi anggaran biaya
hingga 40%, ketepatan biaya estimasi tidak lebih dari 3%, pengurangan waktu pada
perkiraan biaya hingga 80%, menyimpan hingga 10% dari nilai kontrak terhadap
adanya kesalahan, dan mengurangi waktu pekerjaan proyek hingga 7% (CIFE
23
2007). Keuntungan utama dari BIM adalah ketepatan representasi geometri tiap
bagian struktur pada bangunan dengan keadaan sekitarnya (CRC Construction
Innovation 2007). Keuntungan BIM lainnya yaitu proses menjadi lebih cepat dan
efektif, desain yang lebih baik, dapat mengontrol seluruh pembiayaan, perakitan
secara otomatis, melayani pelanggan secara lebih baik, dan data-data yang saling
terhubung antara perencana, pelaksana, pengawas, dan pemilik proyek.
Bentuk konstruksi pondasi pada proyek ini yaitu berupa bore pile dan pile
cap. Bore pile (pondasi Caissons) adalah bentuk pondasi dalam di bawah
permukaan tanah. Bore pile umumnya adalah beton bertulang dengan bentuk
silinder. Bore pile menggunakan metode bor untuk membuat lubang pondasi ke
dalam tanah hingga batas maksimum daya dukung tanah. Tahapan selanjutnya
memasukkan rangkaian tulangan ke dalam lubang tanah hasil pengeboran. Tahap
terakhir yaitu menuangkan beton ke dalam lubang.
Pile cap merupakan bagian dari sebuah pondasi. Fungsi dari pile cap sebagai
penerima beban dari kolom-kolom dan menyalurkannya ke pondasi bore pile. Pile
cap pun memiliki fungsi mengikat beberapa bore pile agar penyaluran beban dari
kolom dapat merata ke seluruh bore pile. Bore pile menerima 1/N (N adalah jumlah
kelompok pile) dari beban oleh kolom, dan harus ≤ daya dukung izin (ton).
Pile cap hampir menutupi seluruh bagian utama dasar bangunan pada proyek
Chase Tower, membentuk lantai pengikat seluruh bore pile bagian utama
bangunan. Kedalaman pile cap pondasi antara 2,800-5,600 mm. Kedalaman 2,800
pada segmen/bagian yang bukan berada dalam core (inti) bangunan. Kedalaman
pile cap mencapai 4,300 mm untuk bagian luar akibat adanya penempatan lift, sebab
terjadi penurunan muka pile cap sejauh 1,500 mm. Kedalaman 5,600 untuk bagian
core (inti) sebab bagian ini memiliki fungsi sebagai akses lift bangunan gedung.
Pile cap mengalami penurunan elevasi sejauh 2,800 mm ke dalam tanah.
Kolom (column) merupakan komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap
dimensi lateral terkecil melebihi tiga yang digunakan terutama untuk mendukung
beban aksial tekan (ACI 318-11 2011). SNI T-15-1991-03 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung mendefinisikan kolom
sebagai komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban
aksial tekan vertikal. Syaratnya adalah dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Gambar 26 Denah balok pengikat shear wall tipe LB1 (Arkonin, 2012)
27
Contoh balok pengikat shear wall (link beam) yaitu LB1. Balok link beam
memiliki dimensi berbeda-beda berdasarkan tipe balok (lihat Lampiran 17) untuk
balok pengikat shear wall (link beam). Contoh LB1 pada level 35 (elevasi 150,550
mm) memiliki dimensi lebar (width) 500 mm dan kedalaman (depth) 1,000 mm.
Perbedaan balok link beam terletak pada desain pembesian/penulangan serta
dimensi balok yang berbeda pada setiap level.
Lantai (slab) merupakan bagian struktur bangunan, memiliki fungsi sebagai
tempat melakukan aktifitas terutama pada elevasi di atas tanah. Lantai (slab)
menggunakan lantai beton dengan sistem pembesian/penulangan pada proyek
Chase Tower. Pelaksanaan membuat lantai beton langsung di lokasi pada Chase
Tower, mulai dari perakitan pembesian/penulangan hingga pengecoran/penuangan
beton. Lantai beton memiliki ketebalan bervariasi berdasarkan lokasi lantai, fungsi
dan keadaan khusus. Lantai pada lokasi core (inti) rata-rata memiliki ketebalan 150
mm, sedangkan lantai untuk bagian luar memiliki ketebalan rata-rata 125 mm
dalam setiap level. Fungsi lantai pada bagian terluar sebagai lokasi perkantoran.
Keadaan khusus pada lantai yaitu terdapat perubahan ketebalan, sebab
terdapat adanya lubang (hole) perpipaan, lantai cantilever, serta bagian fungsi
khusus seperti toilet. Lantai cantilever memiliki ketebalan mencapai 200-350 mm
pada bagian luar bangunan. Ketebalan lantai untuk proyek bangunan ini dapat
terlihat pada Tabel Reinforced Concrete One-way Slab Schedule (lihat Lampiran
7).
Shear wall (dinding geser) adalah komponen struktur yang berfungsi untuk
meningkatkan kekakuan struktur dan menahan gaya-gaya lateral (SNI T-15-1991-
03). Menurut Wolfgang Schueller (1977), shear wall (dinding geser) merupakan
elemen kaku vertikal yang dirancang untuk menahan beban/gaya lateral yang
bekerja pada bangunan terhadap adanya angin atau gempa. Definisi lain
menjelaskan shear wall merupakan dinding yang dirancang untuk menahan
beban/gaya geser dan beban/gaya lateral akibat gempa bumi. Pada umumnya
merupakan jenis struktur dinding yang berbentuk beton bertulang yang biasanya
digunakan pada dinding-dinding lift pada gedung-gedung tinggi. Struktur jenis ini
dapat tergunakan pada dinding-dinding yang memerlukan kekakuan dan ketahanan
khusus. Konstruksi pembangunan gedung Chase Tower menggunakan jenis/tipe
core, yaitu lokasi inti bagian struktur berada di bagian tengah bangunan.
Setiap shear wall memiliki tipe/kode pada konstruksi bangunan gedung ini
karena setiap kode menentukan lokasi, spesifikasi pembesian/penulangan, serta
dimensi yang berbeda-beda. Tipe/kode shear wall yaitu P1A, P1B, P2, P3, P4, P5,
P6, P7A, P7B, P8, P9A, P9B, P10, P11, P12, P13, P14A, dan P14B. Contoh hasil
pemodelan terlihat pada Gambar 7. Salah satu contoh shear wall berdasarkan posisi
yaitu P1A yang berada pada level 2 memiliki ketebalan dinding 600 mm, sedangkan
untuk level 16 ketebalannya berkurang menjadi 500 mm. Kebebatan dinding pun
berbeda antara P1A dan P3 pada level 2, yaitu P1A memiliki ketebalan 600 mm
sedangkan P3 memiliki ketebalan 250 mm.
Hasil pemodelan seluruh bangunan struktur gedung dapat terlihat pada
Lampiran 25. Pemodelan gedung berdasarkan data-data konstruksi, yaitu DED dan
shop drawing. Fungsi bagian gedung ini utamanya adalah sebagai gedung
perkantoran pada sisi luar core, sedangkan bagian core berfungsi sebagai
penempatan sarana maupun prasarana gedung antara lain toilet pria dan wanita,
tangga darurat, lift, gudang, electrical, dan perpipaan (plumbing).
28
Contoh salah satu bore pile memiliki panjang 43,550 mm, pada bagian
pertama tulangan memiliki panjang total 11,450 mm dengan bagian inti sepanjang
9,000 mm, bagian lap splice antara bagian pertama dan kedua sepanjang 1,300 mm
dan bagian pengikat ke pile cap sepanjang 1,150 mm. Diameter tulangan pada
bagian ini adalah 29 mm dengan jumlah 10 batang. Bagian kedua tersambung pada
kedalaman 9,000 mm dari permukaan pile dengan diameter batang 25 mm dan
jumlah 8 batang. Panjang total batang bagian kedua yaitu 10,150 mm dengan lap
splice antara bagian kedua dan ketiga sepanjang 1,150 mm, panjang inti bagian
kedua adalah 9,000 mm. Tulangan bagian ketiga memiliki diameter tulangan 22
mm dan jumlahnya 7 buah batang. Panjang total bagian ketiga adalah 10,000 mm
30
dengan panjang inti 9,000 mm dan lap splice antara bagian ketiga dan keempat
1,000 mm. Titik awal pemasangan section ketiga pada kedalaman 18,000 mm.
Bagian keempat memiliki diameter batang 22 mm dan jumlahnya 5 buah batang.
Panjang total batang tulangan adalah 10,000 mm, dengan panjang inti tulangan
9,000 mm dan lap splice antara bagian keempat dan kelima 1,000 mm. Titik awal
pemasangan tulangan bagian keempat adalah pada kedalaman 27,000 mm dari
muka pile. Bagian kelima tulangan bore pile memiliki diameter batang tulangan 22
mm dan jumlahnya 5 buah batang. Panjang total batang tulangan bagian kelima
adalah 5,475 mm. Titik awal pemasangan tulangan pada kedalaman 36,000 mm dan
berakhir pada 75 mm dari bagian dasar bore pile.
Sengkang (stirrups) untuk bore pile pada konstruksi bangunan ini
membentuk alur spiral. Sengkang pada konstruksi bagian ini terbagi menjadi enam
bagian berdasarkan jarak (space) dan penggunaan diameter tulangan. Sengkang
pada bagian pertama memiliki jarak 100 mm dengan diameter sengkang 13 mm.
Pemasangan tulangan stirrups bagian pertama pada kedalaman 75-3,000 mm dari
muka bore pile. Stirrups bagian kedua memiliki jarak 150 mm dan diameter stirrups
13 mm. Pemasangan tulangan stirrups bagian kedua pada kedalaman 3,000-9,000
mm. Stirrups bagian ketiga memiliki jarak 200 mm dan diameter stirrups 13 mm.
Pemasangan tulangan stirrups bagian ketiga pada kedalaman 9,000-18,000 mm.
Stirrups bagian keempat memiliki jarak 200 mm dan diameter stirrups 13 mm.
Pemasangan tulangan stirrups bagian keempat pada kedalaman 18,000-27,000 mm.
Stirrups bagian kelima memiliki jarak 200 mm dan diameter stirrups 10 mm.
pemasangan tulangan stirrups bagian kelima pada kedalaman 27,000-36,000 mm.
Stirrups bagian keenam memiliki jarak 300 mm dan diameter stirrups 10 mm.
pemasangan tulangan stirrups bagian keenam pada kedalaman 36,000 mm hingga
75 mm dari dasar bore pile. Pemodelan pembesian bore pile berada di Lampiran 5.
Pile cap termasuk dalam bagian pondasi. Pembesian/penulangan pada pile
cap menggunakan salah satu library pada component catalog, yaitu pile cap
reinforcement (76). Data input untuk pile cap merujuk pada Lampiran 6. Tahapan
membuat model pembesian/penulangan terdapat pada Metode 4(c) yaitu pembesian
untuk pile cap. Pembesian/penulangan pile cap terdiri atas dua lapisan pembesian
dengan sudut hook 90° pada bagian sudut ujung batang baja. Diameter tulangan
baja berukuran 32 mm untuk pile cap utama pada lapisan atas dan bawah. Untuk
diameter tulangan pile cap lainnya adalah 28 mm untuk lapisan bawah dan 25 mm
untuk lapisan bawah. Tulangan diameter 16 mm mengikat tulangan utama lapisan
atas dan bawah pada bagian sisi-sisi pile cap, berlaku untuk semua pile cap. Fungsi
tulangan baja pengikat adalah agar tulangan tidak mengalami pergeseran pada saat
menerima beban termasuk adanya beban gempa. Jarak tulangan batang baja dari
kulit beton adalah untuk lapisan bawah sejauh 175 mm, untuk lapisan atas sejauh
50 mm dan sisi samping adalah 75 mm. Lapisan bawah sangat jauh sebab adanya
panjang permukaan bore pile yang masuk ke dalam pile cap sejauh 100 mm.
Tujuannya agar daya ikat antara bore pile dan pile cap menjadi kuat. Hasil
pemodelan pada penulangan pile cap terlihat pada Gambar 28 dan Gambar 29 di
bawah ini.
31
merupakan panjang atau rentang lantai dari satu tepi balok ke tepi balok lainnya.
Contoh hasil pemodelan untuk level 35 terlihat pada Gambar 31 di bawah ini.
Gambar 32 Detail pembesian lantai khusus pada lubang pipa (Arkonin, 2012)
Gambar 35 Format halaman input data pada Tekla Structures v17 (Tekla, 2014)
Model tulangan untuk tulangan dasar menggunakan library pada Tekla
Structures yaitu starter bars for pillar (86). Tahapannya yaitu memasukkan data-
data spesifikasi teknik dari DED atau shop drawing ke dalam format input dari
starter bars for pillar (86) dan memilih bagian kolom dasar. Data tersebut antara
lain dimensi tulangan, jarak dari kulit beton, jarak antar tulangan, diameter
sengkang (stirrups), panjang permukaan tulangan, jumlah batang tulangan, dan
lain-lainnya. Tampilan format data input terlihat pada Gambar 35. Contoh model
bentuk tulangan untuk kolom awal/dasar dengan posisi di atas pile cap terlihat pada
Gambar 36.
Gambar 36 Hasil pemodelan pembesian kolom awal pada Tekla Structures v17
Metode menyambung batang tulangan baja pada kolom tergantung pada
spesifikasi teknik DED (detailed engineer drawing). Terdapat banyak spesifikasi
teknik untuk bagian kolom, salah satu bagian terpenting adalah metode
menyambungkan dua kolom dengan berbeda dimensi kolom (intersection of
column size). Syarat pertama untuk menyambung kolom yaitu apabila nilai selisih
dimensi kolom (b) dibagi kedalaman balok atau lantai (h) lebih besar dan/atau sama
35
dengan hasil nilai 1/6, maka metode tulangan untuk menyambung kedua balok
tersebut berdasarkan Gambar 37. Contoh kolom untuk spesifikasi ini terdapat pada
perubahan kolom tipe C1 antara level 2 dan level 3. Kolom level 2 memiliki dimensi
1,400 x 1,400 mm, sedangkan kolom level 3 memiliki dimensi 1,250 x 1,250 mm.
Selisih (b) dimensi antara kedua kolom yaitu 150 mm. Kedalaman balok (h) yaitu
800 mm. Nilai hasil pembagian b dan h adalah 0.1875, sedangkan nilai 1/6 (satu
per enam) adalah 0.1667. Kesimpulannya yaitu nilai b per h lebih besar dari 1/6.
Kolom C1 level 2 memiliki diameter tulangan baja 32 mm dengan jumlah tulangan
48 buah batang. Kolom C1 level 3 memiliki diameter tulangan baja 32 mm dengan
jumlah tulangan 44 buah batang. Gambar hasil memodelkan menggunakan Tekla
Structures pada Gambar 39.
Syarat kedua untuk menyambung kolom yaitu apabila nilai selisih dimensi
kolom (b) dibagi kedalaman balok atau lantai (h) lebih kecil dari hasil 1/6, maka
metode tulangan untuk menyambung kedua balok tersebut berdasarkan Gambar 38.
Contoh kolom untuk spesifikasi ini terdapat pada perubahan kolom tipe C1 antara
level 32 dan level 33. Kolom level 32 memiliki dimensi 1050 x 1050 mm,
sedangkan kolom level 33 memiliki dimensi 950 x 950 mm. Selisih (b) dimensi
antara kedua kolom yaitu 100 mm. Kedalaman balok (h) yaitu 900 mm. Nilai hasil
pembagian b dan h adalah 0.1111 sedangkan nilai 1/6 adalah 0.1667.
Kesimpulannya yaitu nilai b per h lebih kecil dari 1/6. Kolom C1 level 32 memiliki
diameter tulangan baja 25 mm dengan jumlah tulangan 36 buah batang. Kolom C1
36
Gambar 39 Hasil memodelkan penulangan pada kolom sambungan syarat b/h ≥ 1/6
Sengkang memiliki fungsi untuk mengikat tulangan baja, anti gempa, menata
bentuk tulangan baja, meningkatkan kekuatan kekakuan dan daktilitas beton
bertulang. SNI T-15-1991-03 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung mendefinisikan sengkang (stirrups) adalah tulangan yang
digunakan untuk menahan tegangan geser dan torsi dalam suatu komponen struktur,
terbuat dari batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau
deform, berbentuk kaki tunggal atau dibengkokkan dalam bentuk L, U atau persegi
dan dipasang tegak lurus atau membentuk sudut terhadap tulangan longitudinal,
dipakai pada komponen struktur lentur balok.
Konstruksi gedung ini memiliki dua tipe sengkang (stirrups) yaitu closed ties
(sengkang tertutup) dan cross ties (sengkang silang). Menurut ACI 318M-11 Pasal
7.1.3 untuk standar tekukan dan SNI 03-2847-2002 Pasal 9.1 untuk detail
penulangan kait standar, syarat membengkokkan tulangan sengkang harus
memenuhi ketentuan: diameter batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90°
ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas kait, atau batang D-19, D-22, dan D-
25, bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12db pada ujung bebas kait, serta batang
D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah perpanjangan 6db pada ujung
bebas kait.
Sengkang (stirrups) untuk kolom memiliki dua jenis, yaitu close ties
(sengkang tertutup) dan cross ties (sengkang silang). Close ties pada kolom C1 level
33 memiliki diameter tulangan baja 13 mm dengan jarak antar sengkang 100 mm.
Hook (tekukan) untuk close ties yaitu 135°, dengan panjang 6d atau minimal 75
mm dari titik pusat diameter batang terikat. Cross ties pada kolom C1 level 33
37
memiliki diameter tulangan 13 mm dengan jarak antar sengkang 100 mm. Hook
(tekukan) untuk cross ties terdiri dari dua jenis hook berdasarkan besar sudut, yaitu
90° dan 135°. Panjang batang setelah menekuk untuk 90° yaitu 12d atau 210 mm,
sedangkan untuk sudut 135° panjang batang adalah 6d atau minimal 75 mm. Nilai
“d” adalah diameter batang stirrups. Panjang besi tulangan berdasarkan besar sudut
tekukan menggunakan ketentuan DED dan Tabel End Hook Dimension Schedule
pada Lampiran 2. Tabel dan ketentuan tersebut berlaku untuk semua bagian
tulangan sengkang (stirrups).
Gambar 40 Hasil memodelkan penulangan pada kolom sambungan syarat b/h < 1/6
Lap splices merupakan panjang bentang ijin batang baja yang saling
menyambung antara dua buah batang tulangan utama. CRSI (Concrete Reinforcing
Steel Institute) mendefinisikan lap splices adalah sebuah panjang lewatan pada dua
bagian tulangan yang saling tumpang tindih untuk saling melengkapi sehingga
mendapatkan hubungan kontinu pada sambungan tulangan. Fungsi lap splices yaitu
menciptakan suatu kesatuan bagian terhadap adanya dua bagian saling
menyambung sehingga dapat mengabaikan adanya sambungan antara kedua bagian
tersebut. Fungsi lainnya yaitu saat menyalurkan beban dari salah satu bagian ke
bagian lainnya menjadi sempurna. Lap splices terjadi sebab adanya keterbatasan
material dari pabrik, seperti panjang material tidak mencukupi untuk kebutuhan di
lapangan serta bentuk rancangan yang sesuai dengan standar acuan pada tahap
perencanaan.
38
Spesifikasi teknik untuk lap splices berada pada Tabel Schedule A untuk
tulangan lapisan bawah balok, tulangan lantai, sambungan tulangan vertikal
dinding, dan kolom vertikal. Tabel Schedule B untuk tulangan lapisan atas balok
dan sambungan tulangan horizontal dinding. Kedua tabel tersebut merupakan dasar
perencanaan panjang lap splices berdasarkan diameter tulangan baja dan spesifikasi
kuat tekan beton pada konstruksi bangunan proyek ini. Tabel Schedule A dan
Schedule B dapat terlihat pada Lampiran 2.
39
Panjang lap splice pada kolom memiliki syarat khusus. Syarat tersebut
merujuk pada gambar perencanaan (DED). Titik pusat (tengah) lap splices berada
pada setengah dari panjang antara lantai/level, dengan panjang lap splice sesuai
dengan Tabel Schedule A. Panjang lap splice awal untuk tulangan atas mulai dari
setengah panjang lap splices ke bawah dari titik pusat sedangkan titik akhir lap
splices tulangan bawah berada pada setengah panjang lap splice ke atas dari titik
pusat. Panjang lap splice membagi dua secara merata di antara titik pusat.
Contoh untuk kolom C1 level 33 memiliki tinggi kolom 4,000 mm dan
diameter tulang baja 25 mm, menggunakan kuat tekan beton 500 kg/cm2. Titik
pusat lap splices pada ketinggian 2,000 mm, panjang lap splice berdasarkan Tabel
Schedule A untuk diameter 25 mm serta kuat tekan beton 500 kg/cm2 adalah 1,245
mm. Titik awal mulai tulangan atas adalah 2,622.5 mm ke bawah dari level 34,
sedangkan titik akhir untuk tulangan bawah adalah 2622.5 mm ke atas dari level
33. Nilai panjang 2,622.5 mm merupakan hasil menjumlahkan panjang titik pusat
lap splices dan setengah dari panjang lap splices. Hasil memodelkan
pembesian/penulangan untuk kolom terlihat pada Gambar 44 serta Gambar 45
untuk bentuk pembesian di lapangan.
Shear wall merupakan bagian inti (core) untuk komponen struktur gedung
ini. Letak shear wall yaitu di bagian tengah konstruksi dengan bentuk dinding
bertulang. Sistem penulangan shear wall terdiri dari bagian tulangan inti secara
vertikal, stirrups (closed ties dan cross ties), dan tulangan horizontal.
Pembesian/penulangan untuk shear wall terbagi menjadi tiga segmen untuk satu
bagian shear wall. Segmen pertama dan ketiga letaknya di bagian sudut dinding,
sedangkan segmen kedua berada di bagian tengah. Lebih jelasnya dapat melihat
pada gambar desain perencanaan tulangan dinding geser (shear wall) (lihat
Lampiran 10-14.
Metode memodelkan tulangan shear wall dengan Tekla Structures
menggunakan Metode 4(g). Data input untuk memodelkan tulangan bagian ini
menggunakan data-data rencana berdasarkan DED. Contoh memodelkan tulangan
bagian shear wall adalah shear wall tipe P1A di level 35. Panjang interval total
shear wall ini yaitu 8250 mm. Jarak tulangan adalah 40 mm dari kulit beton.
Segmen pertama memiliki kode P1A-M, segmen kedua memiliki kode P1A, dan
segmen ketiga memiliki kode P1A-U. P1A-M memiliki jumlah tulangan baja 19
buah batang, diameter batang baja vertikal 22 mm, dengan panjang interval segmen
1,450 mm. P1A-U memiliki jumlah tulangan baja 20 buah batang, diameter batang
baja vertikal 22 mm, dan panjang interval 1,450 mm. P1A memiliki diameter batang
vertikal 16 mm, diameter batang horizontal 16 mm, jarak antar batang vertikal 300
mm, jarak antar batang horizontal 300 mm, lokasi segmen P1A di antara P1A-M
dan P1A-U.
Stirrups (sengkang) tipe closed ties mengikat tulangan batang vertikal pada
segmen P1A-M dan P1A-U dengan diameter batang sengkang 13 mm dan jarak
antar sengkang 120 mm. Pemilihan diameter batang sengkang dan jarak antar
sengkang menggunakan Tabel 2 berdasarkan kualitas kuat tekan beton serta
ketebalan dinding. Contoh memilih diameter dan jarak batang antar sengkang
(stirrups) pada level 35 yaitu kuat tekan beton rencana 500 kg/cm2 dan tebal dinding
500 mm sehingga diameter sengkang adalah 13 mm dan jarak antar sengkang 120
mm. Batang horizontal segmen P1A (segmen tengah) mengikat batang tulangan
vertikal untuk segmen P1A (segmen tengah) dan tidak membutuhkan sengkang.
40
Closed ties mengikat batang horizontal segmen P1A, syaratnya panjang lap splices
batang horizontal adalah 1.5d. Tujuan batang horizontal mengikat closed ties untuk
memperkuat ikatan batang horizontal dan batang vertikal pada segmen P1A.
Diameter cross ties sama dengan diameter closed ties. Bentuk cross ties yaitu
mengikat antara dua buah batang tulangan vertikal saling berhadapan. Ikatan cross
ties membentuk sudut 135° dan 90° pada ujung batang ties. Panjang tekukan untuk
sudut 135° yaitu 75 mm, sedangkan untuk 90° yaitu 160 mm (lihat Tabel End Hook
Dimension Schedule and Details pada Lampiran 2. Jarak antar tiap batang cross ties
secara vertikal maupun horizontal yaitu 600 mm.
Lap splices batang tulangan vertikal shear wall antar level memiliki
kemiripan bentuk dalam teknik menyambung antar-batang seperti pada bagian
kolom. Syaratnya adalah jarak antar level (H) dibagi dua sebagai titik pusat lap
splices. Panjang lap splices batang tulangan menggunakan Tabel Schedule A
berdasarkan diameter tulangan dan kualitas kuat tekan beton rencana. Contoh
panjang lap splices untuk diameter batang tulangan 22 mm adalah 1,090 mm pada
batang tulangan shear wall tipe P1A level 35. Titik sambungan batang shear wall
berada pada level 36, dengan tinggi level 36 adalah 4,000 mm. Titik pusat lap
splices berada pada ketinggian 2,000 mm. Titik akhir batang vertikal yaitu 2,545
mm ke atas dari level 36 dan titik awal batang vertikal adalah 2,545 mm ke bawah
41
dari level 37. Panjang 2,545 merupakan jumlah antara panjang titik pusat lap splices
dan setengah dari panjang lap splices. Hasil memodelkan bentuk
pembesian/penulangan pada shear wall tipe P1A terlihat pada Gambar 46.
Balok beton adalah komponen bagian struktur bangunan gedung dalam
bentuk beton bertulang. Fungsi balok adalah untuk memikul beban transversal dan
menyalurkannya beban ke kolom. Balok memiliki empat fungsi yang berbeda pada
proyek konstruksi ini, yaitu balok penopang lantai (beam), balok pengikat shear
wall (link beam), balok pengikat antar pile cap (tie beam), dan balok pengikat
kolom (moment frame beam). Keempat jenis balok ini memiliki tipe berbeda-beda.
Langkah-langkah memodelkan rangkaian pembesian/penulangan balok
menggunakan Metode 4(f), tetapi terdapat beberapa tipe balok harus mengalami
modifikasi untuk memodelkan pembesian/penulangannya.
Moment frame beam memiliki kode yaitu MFB1, MFB2, MFB3, dan MFB4.
Data spesifikasi teknik untuk moment frame beam berada di Lampiran 16. Link
beam memiliki beberapa kode yaitu LB1, LB2, LB3, LB4, LB5, LB6, LB7, LB8,
LB9, LB10, LB11, LB12, LB13, LB14, LB15, dan LB16. Data spesifikasi teknik
untuk link beam berada pada Lampiran 17. Tie beam (balok pengikat pile cap)
memiliki istilah lain yaitu sloof/grade beam. Grade beam memiliki dua puluh
tipe/jenis balok dengan kode penamaan GB-01 hingga GB-20. Grade beam
memiliki elevasi yang sama dengan pile cap. Data spesifikasi teknik untuk grade
beam berada pada Lampiran 15. Beam (balok penopang lantai) memiliki banyak
tipe/kode, merujuk pada Lampiran 18. Setiap spesifikasi untuk keempat balok beton
tersebut memiliki posisi (letak), data teknik, serta informasi mengenai bentuk
desain pembesian/penulangan yang sangat detail.
Contoh balok bertulang untuk mengikat pile cap yaitu GB-01 pada bagian
foundation plan. GB-01 memiliki dimensi balok 600 x 600 mm. Bentuk tulangan
baja GB-01 yaitu terdiri dari dua lapisan. Lapisan tulangan atas memiliki diameter
batang tulangan baja 25 mm sebanyak enam buah batang baja, sedangkan pada
lapisan bawah memiliki diameter batang 25 mm sebanyak delapan buah batang
42
baja. GB-01 pun memiliki tulangan bagian samping sebanyak dua buah batang baja
(masing-masing sisi satu batang baja) dengan diameter batang 16 mm. Stirrups
(sengkang) GB-01 memiliki dua buah bagian closed ties berbeda ukuran, antara lain
sengkang untuk mengikat seluruh bagian tulangan dan sengkang untuk mengikat
bagian tengah (center) batang tulangan baja. Diameter batang kedua sengkang yaitu
13 mm dengan jarak antar batang adalah 150 mm. Tebal kulit beton (jarak antara
tulangan dan beton terluar) yaitu 50 mm. Hasil memodelkan bentuk tulangan balok
beton grade beam berada di Gambar 47.
Salah satu contoh untuk balok beton bertulang memiliki fungsi mengikat
struktur kolom yaitu MFB1. MFB1 membagi empat segmen dalam satu bentang
untuk mengikat empat buah kolom. Spesifikasi teknik kolom MFB1 memiliki
dimensi berbeda pada beberapa level, (lihat Lampiran 16). Salah satu contoh MFB1
mengikat kolom pada level 35. Dimensi balok MFB1 memiliki lebar balok 800 mm
dan kedalaman 900 mm. Balok beton bertulang MFB1 memiliki empat segmen
dengan bentuk rakitan tulang baja berbeda untuk setiap segmen, walaupun kode
balok sama namun memiliki properties tulangan berbeda.
MFB11 (keterangan: 1 adalah segmen 1) memiliki dua buah lapisan tulangan
yaitu lapisan tulangan bawah dan lapisan tulangan atas. Tulangan lapisan atas
memiliki dua buah layer, layer 1 memiliki enam buah batang. Empat buah batang
tulangan yang sama panjang, sedangkan dua buah batang tulangan memiliki
panjang berbeda dari empat tulangan tersebut. Empat buah tulangan tersebut
memiliki panjang 4938 mm dengan panjang batang masuk ke dalam kolom 850.
Panjang setelah tekukan pada salah satu ujung sepanjang 500 mm. Dua buah
tulangan layer 1 memiliki panjang 2,413 mm dengan jarak masuk ke dalam kolom
850 mm. Panjang setelah tekukan untuk salah satu ujung batang 500 mm. Batang
tulangan layer 1 memiliki diameter batang tulangan 29 mm.
Tulangan layer 2 memiliki jumlah batang dua buah dengan diameter tulangan
29 mm. Panjang batang tersebut adalah 2413 mm dengan panjang batang masuk ke
dalam kolom 800 mm. Panjang tulangan setelah tekukan salah satu ujung adalah
500 mm. Lapisan tulangan bawah memiliki diameter batang 29 mm dan jumlah
batang enam buah batang baja. Panjang batang lapisan bawah adalah 1,0015 mm
dengan panjang batang masuk ke dalam kolom 750 mm. Panjang setelah tekukan
salah satu ujung yaitu 300 mm. Bagian sisi samping beton memiliki dua buah
batang baja dengan diameter batang 13 mm pada kedua sisi balok MFB1. Panjang
batang tulangan sisi yaitu 12,000 mm dengan panjang batang masuk ke dalam
kolom 365 mm.
Stirrups balok MFB1 menggunakan batang dengan diameter 13 mm untuk
mengikat tulangan balok. Stirrups balok MFB1 menggunakan dua buah closed ties
berbeda ukuran. Closed ties pertama memiliki lebar 720 mm dan kedalaman 820
mm. Closed ties kedua memiliki lebar 277 mm dan kedalaman 820 mm. Jarak
antara closed ties memiliki tiga bagian segmen jarak antar close ties. Jarak close
ties membagi panjang satu buah balok di antara dua buah kolom yaitu berdasarkan
tiga ketentuan. Ketentuan pertama yaitu jarak antar stirrups 120 mm dengan
panjang balok 0.25L atau 1,653 mm. Ketentuan kedua yaitu jarak antar stirrups 100
mm dengan panjang 0.50L atau 3125 mm. Ketentuan ketiga yaitu jarak antar
stirrups 120 mm dengan panjang 0.25L atau 1652 mm. “L” adalah panjang bentang
balok dari tepi kolom grid C-9 dan C-8 (L = 6250 mm). Gambar detail shop
drawing tulangan untuk MFB11 hingga MFB14 pada level 35 terdapat pada
43
Lampiran 20. Hasil memodelkan balok MFB11 menggunakan Tekla Structures pada
Gambar 48 di bawah ini.
Balok untuk mengikat shear wall disebut link beam pada proyek konstruksi
ini. Link beam menghubungkan bagian shear wall, fungsinya menopang beban
lantai dan menyalurkan beban shear wall atau membagi beban shear wall secara
merata pada bagian inti (core) konstruksi bangunan. Contoh rangkaian sistem
tulangan balok link beam yaitu LB1 pada level 36, merujuk pada gambar shop
drawing LB1 level 36.
LB1 mengikat dan menghubungkan shear wall tipe P2 dan P6. Panjang balok
ini adalah 3150 mm dengan dimensi balok lebar 500 mm dan kedalaman 1000 mm.
Rangkaian tulangan link beam memiliki keunikan bentuk tulangan, yaitu bagian
tulangan memanjang masuk ke dalam shear wall dan mengalami kelangsingan
tulangan pada bagian tertentu. Tujuannya agar tulangan link beam mengikat pada
susunan tulangan shear wall. Tulangan LB1 memiliki dua lapisan tulangan (atas
dan bawah), dua tipe closed ties berbeda ukuran (different closed ties), sub ties
(sengkang tambahan) dan tulangan bagian sisi samping.
Tulangan lapisan atas tipe LB1 memiliki dua layer tulangan. LB1 memiliki
diameter batang tulangan baja 25 mm untuk layer 1 dan layer 2 pada lapisan atas.
Jumlah tulangan lapisan atas adalah enam buah batang tulangan baja untuk kedua
layer. Panjang total tulangan lapisan atas yaitu 7150 mm, tulangan bagian inti balok
sepanjang 3150 mm dan bagian tulangan rebars tension (panjang tulangan masuk
ke dalam shear wall) kedua sisi balok 2,000 mm. Metode menghitung panjang
rebar tension pada Lampiran 23. Tulangan bagian tepi layer 1 dan layer 2
mengalami kelangsingan bentuk dengan perbandingan 1:12.
Sisi samping kiri dan kanan balok LB1 memiliki diameter batang tulangan
baja 13 mm dengan panjang total 4,150 mm. Panjang tulangan bagian inti 3,150
mm dengan panjang rebars tension 500 mm pada kedua ujung balok. Bagian ujung
tulangan mengalami kelangsingan dengan perbandingan 1:12.
Tulangan lapisan bawah tipe LB1 memiliki dua layer tulangan. LB1 memiliki
diameter batang tulangan baja 25 mm untuk layer 1 dan layer 2 pada lapisan bawah.
Jumlah tulangan lapisan atas adalah enam buah batang tulangan baja untuk kedua
44
layer. Panjang total tulangan lapisan atas yaitu 6,230 mm, tulangan bagian inti balok
sepanjang 3,150 mm dan bagian tulangan rebars tension kedua sisi balok 1,540
mm. Metode menghitung panjang rebar tension pada Lampiran 23. Tulangan
bagian tepi layer 1 dan layer 2 mengalami kelangsingan bentuk dengan
perbandingan 1:12. Hasil memodelkan seluruh rangkaian sistem
pembesian/penulangan terdapat pada Gambar 49.
Stirrups untuk balok LB1 menggunakan dua closed ties beda dimensi, dengan
batang baja diameter 13 mm. Tebal kulit beton membungkus tulangan adalah 40
mm setiap sisi dari tepi balok. Closed ties pertama memiliki lebar 420 mm dan
kedalaman 920 mm, sedangkan closed ties kedua memiliki lebar 256 mm dan
kedalaman 920 mm. Hook ujung stirrups membentuk sudut 135° dengan panjang
batang setelah menekuk 100 mm. Jarak antar stirrups adalah 150 mm untuk kedua
tipe closed ties tersebut.
Tipe stirrups lainnya adalah sub ties (sengkang tambahan). Stirrups tipe ini
mengikat layer 2 untuk lapisan atas dan lapisan bawah. Sub ties menggunakan
batang baja diameter 13 mm dengan panjang 420 mm. Bentuk sub ties menyerupai
cross ties pada tulangan. Hook kedua ujung batang membentuk sudut 135° dengan
panjang 100 mm setelah tekukan. Posisi sub ties yaitu dua buah pada layer 2 lapisan
tulangan atas dan dua buah untuk layer 2 lapisan bawah pada salah satu ujung balok.
Total jumlah sub ties yaitu delapan buah untuk kedua ujung balok dengan jarak
antar sub ties 1000 mm.
Gambar 47 Skema hubungan BIM pada suatu proyek konstruksi (Dublin Institute of
Technology 2013)
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Umum Proyek (Arkonin, 2013)
Nama Proyek : Pembangunan Chase Tower
Lokasi Proyek : Jl. Jendral Sudirman Kav.21 Setia
budi, Jakarta Selatan. Jakarta
Pemilik Proyek : PT. Duta Anggada Reality
Chase Plaza Lt.20 Jl. Jendral
Sudirman Kav.21 Setia budi, Jakarta
Selatan. Jakarta
Konsultan Manajemen Kontruksi : PT.Arkonin
Jl.Bintaro Taman Timur, Bintaro
Jaya, Jakarta Selatan
Perencana Arsitek : PT. Duta Anggara Inti Perkasa
Chase Plaza Lt.20 Jl. Jendral
Sudirman Kav.21 Setia budi, Jakarta
Selatan. Jakarta
Konsultan Biaya : PT. Reynolds Partnership
Jl. Sudirman Kav.29 Wisma
Metropolitan 1 Lt.22 Jakarta
Konsultan M/E : Arnan Pratama Konsultan
Jl. Puri Indah Raya Kembang Selatan
Kembangan Jakarta Barat
Kontraktor Struktur : PT. Murinda Ipon Steel
15 PL Permata Kuningan Mulia
Kav.18 Jakarta
Kontraktor Lift Dan Escalator : PT. Berca Schindler Lifts
Menara Rajawali 2nd Floor Jl. Mega
Kuningan Lot 5.1 Kawasan Mega
Kuningan Jakarta
Kontraktor Plumbing dan Fire Figthing : PT. Jaga Citra Inti
Jl. Tomang Raya No. 40A Jakarta
Kontraktor Elektrikal : PT. Tata Metrika Nusantara
Jl. Haji Newi No. 58 Gendaria
Selatan Kebayoran Baru Jakarta
Selatan
Kontraktor VAC : PT. Wisma Sarana Teknik
Artha Gading Niaga Blok H24-25 Jl.
Boulevard Artha Gading Jakarta
6. Lantai 5 : 1603.72 m2
7. Lantai 6 – 33 :1635.22 m2
8. Lantai 34 – 47 : 1544.28 m2
9. Main Floor : 1572.32 m2
10. Mechanical Penthouse : 766.97 m2
11. Penhouse Roof : 324.96 m2
Lampiran 2 Tabel Acuan Perencanaan Pembesian Struktur Bangunan (Arkonin 2012)
53
54
Lampiran 16 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Moment Frame Beam (Arkonin 2012)
69
Lampiran 16 Tabel Spesifikasi Balok Tipe Moment Frame Beam (Arkonin 2012)
Lanjutan..
70
A1 x n = A2 x n .. persamaan 1
¼ π (d1)2 x n1 = ¼ π (d2)2 x n2 .. persamaan 2
(d2)2 x n1 = (d2)2 x n2 .. persamaan 3
Keterangan:
A1 : Luas besi awal (mm2);
A2 : Luas besi setelah konversi (mm2);
d1 : Diameter besi awal (mm);
d2 : Diameter setelah konversi (mm);
n1 : Jumlah besi awal;
n2 : Jumlah besi setelah konversi.
Contoh perhitungan:
Misalnya diketahui penggunaan besi rencana untuk besi pembesian layer 2
menggunakan besi Ø25 sebanyak 3 buah. Namun karena keterbatasan jumlah besi
di lapangan, yang tersedia hanya ukuran Ø22. Berapakah jumlah besi yang harus
digunakan oleh engineer???
Jawaban:
Awal : Ø besi = 25 ; jumlah = 3
Konversi : Ø besi = 22
A1 x n = A2 x n .. persamaan 1
¼ π (d1)2 x n1 = ¼ π (d2)2 x n2 .. persamaan 2
(d1)2 x n1 = (d2)2 x n2 .. persamaan 3
(25)2 x 3 = (22)2 x n2
1875 = 484 x n2
n2 = 1875/484
n2 = 4
9. Icon Create reinforcing bar diklik sebanyak dua kali akan muncul halaman
pengaturan untuk bar group. Dimensi bar diatur dan disesuaikan posisi bar
dengan ketentuan yang digunakan dan klik Apply dan Ok.
10. Kursor diarahkan dan diklik sekali pada kolom yang akan diberikan
tulangan, kemudian klik pada titik-titik bantu yang telah dibuat.
11. Setelah selesai tekan tombol scrool (berada di tengah) pada mouse.
Proses tahapan di atas adalah untuk membuat 1 modifikasi bar (batang baja
tulangan). Tahapan selanjutnya yaitu untuk seluruh bagian tulangan (bar).
1. Ubah tampilan view dari atas dengan cara tekan ctrl+P
2. Bar modifikasi yang telah dibuat kemudian diklik.
3. Copy tulangan (bar) tersebut dengan tekan ctrl+C.
4. Klik titik acuan untuk pemindahan dan arahkan pada lokasi titik yang akan
di copy, kemudian klik sekali.
5. Setelah meng-copy, view diatur sesuai dengan keinginan.
6. Lakukan seperti pada Tahap 13-15 di tahap sebelumnya.
7. Lakukan tahap ini untuk semua tulangan modifikasi yang telah dicopy.
8. Selesai.
RIWAYAT HIDUP