SECARA INSPEKSI
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
7. Unit Terkait
PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
7. Unit Terkait
PEMERIKSAAN DALAM (VAGINAL
TOUCHER)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
7. Unit Terkait
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
Asuhan yang bersih dan aman selama pengeluaran hasil konsepsi setelah
1. Pengertian pembuahan berumur lebih dari 37 minggu dan setelah bayi lahir serta
upaya pencegahan komplikasi
Membantu persalinan seupaya bersih dan aman serta mencegah terjadinya
2. Tujuan
komplikasi dalam persalinan
3. Kebijakan SK .................................................
Buku Asuhan Persalinan Normal Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-
4. Referensi Kesehatan Reproduksi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2008
5. Alat dan Bahan A. Persiapan Alat
1. Peralatan
a. Tensimeter air raksa
b. Stetoskop dewasa
c. Stetoskop janin
d. Timbangan bayi
e. Timbangan dewasa
f. Pita pengukur
g. Nampan instrument
h. Korentang dan tempatnya
i. Termometer bayi dan dewasa
j. Tampon tang
k. Spekulum sym
l. Refleks hammer
m. Gunting perband
n. Semprit glyserin
2. Peralatan Persalinan Normal
a. Bak instrumment
b. Kocher, arteri, mosquito
c. ½ klem kocher
d. Gunting tali pusat
e. Gunting episiotomy
3. Peralatan untuk Menjahit
a. Bak instrumment
b. Pegangan jarum
c. Pinset sirurgis dan anatomis
d. Gunting lurus
e. Gunting benang
f. Jarum jahit
4. Peralatan Pendukung Lain
a. Klem bengkok
b. Pispot
c. Ember untuk kain kotor dan deterjen
d. Sarung tangan rumah tangga
5. Perlengkapan Resusitasi
a. Sungkup/resusisator
b. Penghisap lender bayi
6. Linen
a. 1 handuk
b. 3 linen bayi
c. 2 kain bersih dan kering
d. 2 waslap
7. Bahan Habis Pakai
a. Kantong plastik untuk tempat sampah di ruangan (besar)
b. Kantong plastik untuk tempat sampah di ruangan tindakan
(kecil)
c. Kanula infuse ukuran 16/18
d. Selang infuse
e. Chromic catgut
f. Perban, kassa, dan kapas DTT
g. Sarung tangan steril untuk menolong persalinan
h. Sarung tangan panjang untuk manual plasenta
i. Masker
j. Kacamata (goggle)
k. Plester ukuram 2,5/7,5 cm
l. Sabun cuci tangan
m. Spuit 2,5 ml, 3 ml, 5 ml, 10 ml
n. Penekan lidah
o. Stik uji urine
p. Wadah urine
q. Jarum lengkung segitiga
r. Jarum lengkung bulat
s. Desinfektan alkohol/iodine
t. Dekontaminan klorin
u. Peralatan infuse dan cairan infus
8. Obat-obatan
a. Antibiotik yang sesuai (mis: amoxicillin 500 mg)
b. Paracetamol
c. Antihistamin
d. Metil ergometrin maleat
e. Hydrokortison
f. Oksitosin
g. Lydocaine 1% tanpa epineprin
h. Vitamin K1 1 mg
i. MgSO4
j. Aquades
k. Salep mata oksitetrasiklin
l. Cairan infuse RL (minimal 3 botol), Cairan NACl dan
dekstrose 5%
m. Kalsium Glukonas
B. Persiapan Pencatatan
1. Partograf
2. Buku KIA
3. Catatan kemajuan persalinan kala 1 fase laten
6. Langkah- 1. Kala Satu Persalinan
langkah a. Anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu bersalin
- Sapa ibu, beritahukan apa yang akan dilakukan
- Jelaskan pada ibu tujuan anamnesi dan pemeriksaan fisik
- Tanyakan pada ibu:
Nama, umur dan alamat
Gravida dan para
HPHT
Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
Riwayat alergi obat-obatan
Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sebelumnya
Riwayat medis lainnya
- Lakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan TFU
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak
berkontraksi menggunakan pita pengukur. Ibu dalam posisi
setengah duduk dan tempelkan ujung pita mulai dari tepi
atas simfisi pubis, kemudian rentangkan pita mengikuti
aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga
kepuncak fundus. Jarak antara tepi atas simfisin pubis ke
puncak fundus uteri adalah tinggu fundus.
Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam
tangan untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati,
letakkan tangan penolong diatas uterus dan palpasi jumlah
kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit.
Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi.
Memantau DJJ
Gunakan fetoskop pinnards atau Doppler untuk mendengar
denyut jantung janin (DJJ). Gunakan jarum detik yang ada
pada jam dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu
pada dinding abdomen dimana suara DJJ terdengar paling
kuat. Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus,
mulai penilaian sebelum atau selama puncak kontraksi.
Dengarkan DJJ minimal 60 detik.
Menentukan presentasi
Menentukan bagian terbawah janin
Periksa dalam
b. Perhatikan tanda-tanda penyulit/kondisi darurat dan segera lakukan
tindakan yang sesuai bila diperlukan
c. Catat semua temuan secara seksama dan lengkap
d. Jelaskan hasil temuan dan kesimpulannya kepada ibu dan keluarga
e. Persiapkan asuhan persalinan
- Persiapan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
- Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang
diperlukan
- Persiapan rujukan
f. Memberikan asuhan sayang ibu
- Memberikan dukungan emosional
- Membantu pengaturan posisi
- Memberikan cairan dan nutrisi
- Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
- Pencegahan infeksi
2. Kala Dua Persalinan
a. Mendengar dan melihat adanya tanda dan gejala kala II
1. Mendengar dan melihat tanda dan gejala kala II
- Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran
- Ibu merasakan tekanan pada rectum dan vagina semakin
meningkat
- Perineum tampak menonjol
- Vulva dan sfinkter ani terbuka
b. Persiapan penolong persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan untuk
menolong persalinan
- Meletakkan kain diatas perut ibu dan dimeja resusitasi
- Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai didalam partus set
3. Memakai celemek bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dibawah air yang mengalir dan keringkan dengan
handuk bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan steril/DTT pada tangan yang akan
melakukan periksa dalam
6. Memasukkan oksitosin kedalam spuit (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan steril/DTT)
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perineum dari depan ke belakang
dengan menggunakan kapas atau kassa dengan dibasahi air
DTT
- Jika introitus vagina, parineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama
- Buang kapas atau kassa dalam wadah tersedia
- Ganti sarung tangan apabila terkontaminasi, lepas dan
rendam dalam larutan klorin 0,5%
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
9. Amniotomi (bila pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban belum pecah). Perhatikan warna air ketuban.
- Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin
0,5%
10. Periksa DJJ
d. Membimbing ibu untuk meneran
11. Beritahu keluarga dan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi
yang nyaman sesuai dengan keinginannya
- Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(dokumentasikan temuan yang ada)
- Jelaskan kepada anggota keluarga bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat kepada ibu untuk
meneran secara benar
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi untuk
meneran
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
- Bimbing ibu untuk meneran secara benar
- Pastikan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
- Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (kecuali dalam posisi terlentang dalam
waktu yang lama)
- Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
- Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan
semangat
- Beri cukup asupan cairan peroral (minum)
- Menilai DJJ setiap selesai kontraksi
- Jika pembukaan sudah lengkap, tapi tidak ada dorongan
meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman,
bila masih mampu anjurkan untuk berjalan-jalan. Pantau
kondisi ibu dan bayi (DJJ setiap 15 menit). Lakukan
stimulasi putting susu.
- Jika ibu tetap tidak ada dorongan meneran setelah 60 menit
pembukaan lengkap, anjurkan ibu mulai meneran disetiap
puncak kontraksinya. Anjurkan untuk mengubah posisinya
secara teratur, beri minum dan pantau DJJ setiap 5 – 10
menit. Lakukan stimulasi putting susu.
- Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut di atas,
atau jika kelahiran bayi tidak segera terjadi, rujuk ibu,
kemungkinan CPD.
- Catat semua temuan pada partograf.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diatas
perut ibu, jika kepala bayi sudah membuka vulva dengan
diameter 5 – 6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong
ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
bahan dan alat
18. Buka sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Persiapkan pertolongan kelahiran bayi
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneram
perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan lanjutkan proses
kelahiran bayi. Jika ada lilitan dileher bayi dan cukup longgar,
maka lepaskan lilitan dengan melewati kepala bayi, jika lilitan
tali pusat sangat erat, jepit tali pusat dengan klem pada dua
tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong diantara 2 klem
tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
f. Melahirkan bahu
22. Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
biparietal, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kebawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan keatas dan distal
untuk mengeluarkan bahu belakang.
g. Lahirkan badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari tangan
lainnya)
h. Penanganan bayi baru lahir
25. Lakukan penilaian (selintas):
- Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa
kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis
26. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
- Keringkan muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersihkan verniks) kecuali telapan tangan.
- Ganti handuk yang basah dengan handuk yang kering.
- Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap diatas perut ibu.
27. Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
kedua dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin 10
unit (IM) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
29. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah
bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat)
bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak
terpancar pada saat melakukan pemotongan tali pusat).
Kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat pada bagian
yang isinya sudah dikosongkan (sisi ibu) berjarak 2 cm dari
tempat jepitan pertama.
30. Pegang tali pusat diantara dua klem, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.
31. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan
klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
(larutan klorin 0,5%).
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap didada ibu.
Luruskan bahu sehingga bayi menempel baik di dinding dada-
perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
33. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
3. Kala Tiga Persalinan
a. Penatalaksanaan aktif kala tiga
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5 – 10 dari vulva
35. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lainnya menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan lain menekan uterus kearah belakang atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion
uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-4-detik, hentikan
penegangan tali pusat terkendali dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasiputting susu.
b. Mengeluarkan plasenta
37. Lakukan penegangan dan tekanan dorso cranial hingga
plasenta terlepas, meminta ibu menerang sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso cranial)
- Jika tali pusat bertambah panjang, pinsahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
- Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit melakukan
peregangan tali pusat terkendali, lakukan:
Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung kemih penuh
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
Ulangi penegangan tali pusat terkendali 15 menit
berikutnya.
Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir.
Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vaginae, lahirkan plasenta
dengan dua tangan. Pegang dan putar plasenta sehingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, lakukan eksplorasi sisa selaput
ketuban, gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril
untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
c. Rangsang taktil (masase) uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan diatas fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/
masase).
4. Kala Empat Persalinan
a. Menilai perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bagian bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada laserasi yang menyebabkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan.
b. Melakukan asuhan pasca resusitasi
42. Pastika uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Beri cukup waktu untuk melakukan skin to skin (didada ibu
paling sedikit 1 jam)
- Sebagian bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu
30 – 60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangsung 10
– 15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
- Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
44. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotic profilaksis, vitamin k1 1 mg IM dipaha kiri antara
lateral setelah 1 jam kontak ibu – bayi.
45. Berikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah 1 jam
pemberian vitamin k1) dipaha kanan anterolateral.
- Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan.
- Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila belum berhasil
menyusu dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
c. Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervaginam.
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan cara
menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. Periksa
perineum dan vagian setiap 15 menit selama satu jam pertama
dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan
d. Pencegahan infeksi
50. Setelah persalinan, dekontaminasi alas plastik, tempat tidur dan
matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan
deterjen dan bilas dengan air bersih, keringkan dengan kain
bersih.
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas
peralatan setelah dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah
yang sesuai.
53. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lender dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan dan
minuman yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian kerungkan dengan tissue atau handuk pribadi yang
kering dan bersih.
e. Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV
7. Unit Terkait
ALAT YANG MEMERLUKAN STERILISASI
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
Tujuan Untuk pencegahan penularan penyakit dari instrumen dan alat lain.
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
Proses memisahkan alat yang bersih dan kotor. Petugas memilah alat yang
Pengertian kotor dan bersih dan dimasukkan ke tempat yang berbeda serta diberi label
1. Sebagai acuan petugas dalam melakukan pemisahan dan sterilisasi alat.
Tujuan
2. Untuk menurunkan penularan penyakit dari instrumen dan alat lain.
SK Kepala Puskesmas No...................... tentang Memisahkan alat yang bersih
Kebijakan
dan alat yang kotor.
Referensi
Alat-alat penunjang pelayanan klinis dipisahkan berdasarkan :
Prosedur
1. Alat bersih dan alat kotor
a. Alat bersih adalah alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan yang
belum terkontaminasi cairan tubuh.
b. Alat kotor adalah alat yang sudah digunakan untuk pemeriksaan atau
sudah terkontaminasi cairan tubuh.
c. Alat kotor dipisahkan berdasarkan ;
1). Logam dan nonlogam yang dapat digunakan kembali setelah
melaluui proses sterilisasi misalnya : gunting, speculum, pinset,
korentang, sonde, tabung reaksi.
2). Logam dan nonlogam yang tidak dapat digunakan kembali harus
dibuang misalnya : spuit bekas, kapas, kasa, bisturi.
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
Pengertian Proses penyimpanan alat agar alat lebih efektif dalam penggunaannya
Tujuan Alat mudah dicapai pada saat akan digunakan dan tetap terpelihara
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
Referensi
PEMISAHAN ALAT
PROSEDUR
Alat-alat penunjang pelayanan klinis dipisahkan berdasarkan :
1. Alat bersih dan alat kotor
a. Alat bersih adalah alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan yang
belum terkontaminasi cairan tubuh.
b. Alat kotor adalah alat yang sudah digunakan untuk pemeriksaan atau
sudah terkontaminasi cairan tubuh.
c. Alat kotor dipisahkan berdasarkan ;
1). Logam dan nonlogam yang dapat digunakan kembali setelah
melaluui proses sterilisasi misalnya : gunting, speculum, pinset,
korentang, sonde, tabung reaksi.
2). Logam dan nonlogam yang tidak dapat digunakan kembali harus
dibuang misalnya : spuit bekas, kapas, kasa, bisturi.
2. Alat yang memerlukan sterilisasi adalah alat yang harus steril sebelum
digunakan untuk pemeriksaan atau tindakan. Alat yang memerlukan
sterilisasi dibedakan menjadi:
a. Disposable atau sekali pakai, misalnya : kasa, kapas, spuit, bisturi.
b. Dapat digunakan kembali, misalnya : gunting, pinset, speculum,
korentang, sonde, tabung reaksi.
3. Alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (tidak siap pakai) adalah
alat yang memerlukan penanganan atau penyesuaian terlebih dahulu
sebelum digunakan. Misalnya EKG dan spirometer dilakukan set up
sebelum digunakan.
4. Alat yang membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakannya.
a. Alat yang memerlukan perletakkan khusus di tempat yang tahan
terhadap getaran diletakkan pada meja yang kuat dan tidak dicampur
dengan alat lain. Misal : EKG, mikroskop.
b. Alat yang memerlukan penyimpanan khusus misalnya mikroskop harus
disimpan dalam kotak khusus yang diberi lampu untuk menghindari
timbulnya jamur.
STERILISASI ALAT
Alat-alat yang sudah dipisahkan :
1. Dekontaminasi
a. Buat larutan klorin 0,5% dengan cara mencampur 1 bagian 5,25%
dengan 9 bagian air bersih.
b. Rendam alat yang akan didekontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
2. Pencucian
a. Cuci alat yang sudah didekontaminasi dengan air mengalir
b. Keringkan alat dengan handuk bersih
c. Bungkus alat dengan kain bersih
3. Sterilisasi
a. Masukkan alat ke dalam sterilisator
b. Nyalakan sterilisator dan akan mati secara otomatis setelah 10 menit
c. Pintu sterilisator boleh dibuka setelah 20 menit (suhu sudah tidak panas
lagi) kemudian alat dapat diambil.
d. Setelah selesai sterilisasi, sterilisator dibersihkan dan ditutup kembali.
e. Alat siap digunakan kembali atau dapat disimpan di masing-masing unit
pelayanan dengan diberi label berupa tanggal steril.
f. Kegiatan sterilisasi didokumentasikan pada buku bantu sterilisasi.
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
Referensi
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
UPT
PUSKESMAS
MUARA TEBO Dr. Syari Aldi Saragih
NIP. 197505272006041013
Pengertian Prosedur ini mengatur kontrol peralatan, testing dan perawatan secara rutin
untuk peralatan klinis yang digunakan.
Tujuan Agar semua peralatan klinis dalam kondisi baik, saat akan digunakan.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. .............................. tentang Kontrol , Testing,
Perawatan Peralatan Untuk Peralatan Klinis yang digunakan