Anda di halaman 1dari 9

TES FOSFAT PLASMA

Prinsip
Amonium molbidat + as. sulfat + fosfat  kompleks fosforus molbidat inorganik
Absorpsi kompleks maksimal pada panjang gelombang 340 nm

Instruksi penyimpanan dan stabilitas reagen


Reagen stabil sampai akhir bulan kadaluarsa yang tertera, jika disimpan pada suhu 2 - 25o C dan
dihindarkan dari kontaminasi. Jangan membekukan reagen.

Peringatan dan pencegahan


1. Reagen mengandung asam sulfat. Setelah kontak dengan reagen cuci kulit dan membran
mukosa secara hati-hati dengan air.
2. Lakukan tindakan pencegahan yang diperlukan selama penggunaan reagen-reagen
laboratorium.

Preparasi reagen
Reagen siap digunakan.

Konsentrasi reagen
Asam sulfat 210 mmol/l
Amonium molbidat 0,4 mmol/l
Deterjen

Spesimen
Serum, plasma+heparin, atau urin
Stabilitas dalam serum dan plasma adalah 7 hari pada suhu (-4)-(25)o C dan 3 bulan pada suhu -20o C.
Stabilitas dalam urin adalah 2 hari pada suhu 20 - 25oC dengan pH <5. Jangan gunakan spesimen
yang terkontaminasi.
Untuk pengumpulan urin 24 jam tambahkan 10 ml HCl 10 g/dL kedalam botol pengumpul untuk
menghindari presipitasi fosfat. Larutkan urin 1:20 dengan air distilasi sebelum penentuan kadar dan
kalikan hasilnya dengan 21.

Prosedur assay
Panjang gelombang 340 nm, Hg 334 nm, Hg 365 nm
Jalur optik 1 cm
Suhu 20 - 25o C, 37 o C
Pengukuran terhadap reagen blanko
Blanko Sampel/kalibrator
Sampel/kalibrator - 10 µL
Air distilasi 10 µL -
reagen 1000 µL 1000 µL
o o
Campur, inkubasi selama 5 menit pada suhu 20-25 C / 37 C. Baca absorbansi terhadap blanko dalam
60 menit

Kalkulasi
Dengan kalibrator
sampel DA
Fosfor (mg/dl)   konsentras i kalibrator (mg/dl)(8, 16)
kalibrator DA

Faktor konversi
Fosfor (mg/dl) x 0,3229 = fosfor (mmol/dl)

Rentang referensi
Serum / Plasma
(mg/dl) (mmol/l)
Dewasa 2,6 - 4,5 0,84 - 1,45
Anak-anak/remaja
1 - 30 hari 3,9 - 7,7 1,25 - 2,50
1 - 12 bulan 3,5 - 6,6 1,15 - 2,15
1 - 3 tahun 3,1 - 6,0 1,00 - 1,95
4 - 6 tahun 3,3 - 5,6 1,05 - 1,80
7 - 9 tahun 3,0 - 5,4 0,95 - 1,75
10 - 12 tahun 3,2 - 5,7 1,05 - 1,85
13 - 15 tahun 2,9 - 5,1 0,95 - 1,65
16 - 18 tahun 2,7 - 4,9 0,85 – 1,60

Urin
0,4 – 1,3 g/24 jam (12,9 – 42,0 mmol/24 jam)

Batas deteksi
Batas bawah deteksi adalah 0,7 mg/dl
TES GLUKOSA (METODE GOD-PAP)

Tujuan:
Untuk menentukan konsentrasi glukosa dalam sampel manusia

Prinsip:
Konsentrasi glukosa ditentukan setelah oksidasi enzimatis oleh glukosa oksidase. Indikator
kolorimetri adalah quinoneimine, yang dihasilkan dari reaksi 4-aminoanipyrine dan fenol oleh
hidrogen peroksida dibawah aksi katalitik peroksidase (reaksi Trinder). Reaksinya adalah sebagai
berikut:
Glukosa  O 2 GOD
 asam glukonat  H 2 O 2
2 H 2 O 2  4 - aminoantip yrine  fenol GOD
 Quinoneimi ne  4 H 2 O 2

Sampel:
Serum, plasma+EDTA atau plasma+heparin, CSF
Pisahkan darah dari konten selular paling lambat 1 jam setelah pengambilan sampel.
Konsentrasi glukosa dalam darah yang mengalami deproteinisasi dan tersentrifufasi segera setelah
pengambilan sampe, akan stabil selama 5 hari pada suhu 15oC sampai 25oC atau pada suhu 4oC.
Konsentrasi glukosa dalam serum atau plasma yang disiapkan 30 menit setelah pengambilan sampel
akan tahan selama 24 jam dalam suhu 4oC.
Stabilitas setelah penambahan glikolitik inhibitor (NaF, KF): 1 hari pada suhu 20 - 25oC atau 7 hari
pada suhu 4 - 8oC.

Reagen:
Komponen dan Konsentrasi dalam tes
Buffer fosfat pH 7,5 250 mmol/L
Fenol 5 mmol/L
4-aminoantipyrine 0,5 mmol/L
Glukosa oksidase (GOD) 10 kU/L
Peroksidase (POD) 1 kU/L
Standar: 100 mg/dL (5,55 mmol/L)

Instruksi Penyimpanan dan Stabilitas Reagen


Reagen stabil sampai akhir bulan kadaluarsa yang tertera, jika disimpan pada suhu 2-8o C, tidak
terkena cahaya, dan dihindarkan dari kontaminasi. Jangan membekukan reagen!

Note: perlu dicatat bahwa pengukuran tidak terpengaruh oleh perubahan warna yang kadang
terjadi, selama absorbansi reagen <0,3 pada panjang gelombang 546 nm. Reagen stabil sampai akhir
bulan kadaluarsa yang tertera, jika disimpan pada suhu 2-25o C.

Peringatan dan Pencegahan


1. Reagen mengandung sodium azide (0,95 g/L) sebagai pengawet. Jangan ditelan. Hindari
kontak dengan kulit dan membran mukosa.
2. Lakukan tindakan pencegahan yang diperlukan selama penggunaan reagen-reagen
laboratorium.

Reagen tambahan:
Larutan asam trikloroasetat 300 mmol/L untuk deproteinisasi, stabil pada suhu 15-25oC.

Prosedur Assay:
Panjang gelombang 500 nm, Hg 546nm
Jalur optik 1 cm
Suhu 20 - 25o C, 37 o C
Pengukuran terhadap reagen blanko

Kalkulasi
Dengan standar atau kalibrator
abs. sampel
Glukosa (mg/dl)   konsentras i standar/ka librator (mg/dl)
abs. standar/ka librator

Faktor konversi
Glukosa (mg/dL) x 0,05551 = glikosa (mmol/L)

Rentang normal:
Puasa 70 - 100 mg/dL (darah utuh)
70 - 115 mg/dL (serum)
35 - 50 mg/dL (CSF)
TES TANTANGAN GLUKOSA
Tujuan:
Untuk mengetahui respon tubuh setelah pembebanan glukosa dan untuk screening DM pada wanita
hamil

Prinsip:
Tubuh pasien dipaksa untuk merespon pembebanan glukosa dan glukosa darah diukur. Hasil
abnormal didapatkan setelah pembebanan (tantangan).

Sampel: serum atau plasma

Reagen:
1. Glukosa 50 g
2. Reagen kit untuk assay glukosa (metode GOD-PAP)

Prosedur ASSAY:
 Pasien tidak berpuasa sebelum tes
 Pasien diberi pembebanan glukosa 50 g yang dialrutkan dalam 200 ml air. Glukosa harus
diminum dalam waktu 5 menit.
 Sampel darah vena pasien diambil setelah 1 jam.
 Konsentrasi glukosa diukur dari sampel.

Interpretasi:
Tes didefinisikan sebagai positif jika konsentrasi glukosa plasma vena 140 mg%
TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL

Tujuan:
Untuk mengetahui respon tubuh setelah pembebanan glukosa dan untuk screening DM pada orang
yang dicurigai DM

Prinsip:
Tubuh pasien dipaksa untuk merespon pembebanan glukosa dan glukosa darah diukur setiap jam
selama 3 jam. Kurva glukosa darah dapat menunjukkan pola abnormal setelah pembebanan pada
pasien diabetes laten.

Sampel: serum atau plasma

Reagen:
1. Glukosa 100 g
2. Reagent kit untuk assay glukosa (metode GOD-PAP)

Prosedur Assay:
 Pasien berpuasa 8-12 jam sebelum tes
 Dalam kondisi puasa, sampel darah diambil dan konsentrasi glukosa diukur.
 Pasien diberi pembebanan glukosa 100 g yang dilarutkan dalam air yang cukup.
 Sampel darah pasien diambil 1 jam, 2 jam, dan 3 jam setelah pembebanan.
 Konsentrasi glukosa diukur dari ketiga sampel tersebut.

Hasil
Berdasarkan National Diabetes Data Group, hasil didefinisikan sebagai normal jika kadar glukosa
puasa <105 mg%, 1 jam <190mg%, 2 jam <165 mg%, dan 3 jam <145 mg%.

Interpretasi:
Pasien dikatakan diabetes jika ada 2 hasil yang abnormal.
BADAN KETON – TES ROTHERA

Tujuan:
Untuk menentukan keberadaan badan keton dalam sampel urin

Prinsip:
3 badan keton utama tubuh adalah aseton, asam asetoasetat (asam diasetat), dan asam beta-
hidroksibutirat.
Aseton dan asam asetoasetat bereaksi dengan sodium nitropruside dalam keadaan alkali dan
menghasilkan warna ungu.

Sampel:
Tes badan keton dilakukan pada urin yang baru dikumpulkan atau spesimen yang disimpan dalam
suhu 4oC.

Reagen:
Reagen Rothera: campuran kering
Hancurkan 210rize 7,5 g sodium nitropruside dengan 200 g amonium sulfat. Simpan dalam botol
amber kering pada suhu 25-35oC. Stabil selama 6 bulan.
Amonia terkonsentrasi, grafitasi spesifik 0,91
Kontrol positif: 1-2 tetes aseton ditambahkan pada 5 ml urin
Kontrol negatif: air distilasi

Prosedur Assay:
Asukkan 5 ml urin dalam tabung gelas ukuran 18 x 150 mm, tambahkan 1 sendok teh campuran,
aduk rata, lalu tambahkan 0,5 sampai 1 ml amonia terkonsentrasi di sisi tabung sehingga cairan
menutupi atas urin. Amati perubahan warna dalam 30-60 detik.

Hasil
Jika ada aseton dan asam diasetat, maka warna ungu (permanganate calomel red) akan terbentuk di
perbatasan antara 2 lapisan dalam 30-60 detik. Hasil dapat berupa grade trace sampai 3+
berdasarkan intensitas warna yang terbentuk:
 Tidak ada perubahan warna (- negatif)
 Cincin pink (+) = 5 mg asam asetoasetat atau 20 mg aseton per 100 ml urin
 Cincin merah (++) = 30 mg asam asetoasetat atau 250 mg aseton per 100 ml urin
 Cincin ungu tua (+++) = 80 mg asam asetoasetat atau 800 mg aseton per 100 ml urin

Interpretasi:
Badan keton adalah produk intermediet metabolisme lemak dan keberadaannya dalam darah lalu
urin mengindikasikan bahwa metabolisme terganggu atau tidak sempurna. Hal ini diasosiasikan
dengan asidosis metabolik dan terjadi pada DM yang tidak terkontrol dan juga pada kelaparan.
Urin normal biasanya tidak memiliki konten metil keton. Hasil positif palsu lemah dapat terjadi jika
urin mengandung L–dopa atau asam fenil piruvat.
Jika ada kecurigaan tes positif palsu, panaskan urin dalam tabung tes dengan Bunsen burner selama
1 menit, dinginkan, lalu ulang tes Rothera. Urin yang dipanaskan tidak akan memberikan hasil
Rothera positif karena adanya badan keton.
TES HbA1c

Tujuan:
Untuk menentukan persentase HbA1c dalam darah manusia.

Prinsip:
Glikasi hemoglobin terjadi selama pemaparan eritrosit terhadap glukosa untuk membuat
ikatan yang stabil menjadi labil. Dalam HbA, fraksi ikatan labil normalnya adalah 10% dari total
ikatan glukosa. Jumlah HbA dipengaruhi oleh glikosilasi bergantung pada derajat dan durasi
pemaparan glukosa. HbA1 terdiri dari 3 HbA1a, A1b, dan A1c. HbA1c menempati 60-70% total HbA1.
TES HbA1c adalah pengukuran afinitas boronate. Pengukuran total glycoHb oleh
kromatografi asam boronat juga mengukur Hb terglikasi abnormal seperti HbA terglikasi dan
hasilnya tidak dipengaruhi oleh gagal ginjal, aspirin, atau fluktuasi suhu. Ketika darah ditambahkan
ke reagen, eritrosit akan lisis dengan segera. Seluruh hemoglobin mengalami presipitasi. Konjugat
asam boronat berikatan dengan cis-diols hemoglobin terglikasi. Aliquot campuran reaksi
ditambahkan pada alat pengukur, dan seluruh presipitasi hemoglobin, terikat konjugat maupun tidak
berikatan, akan berada di atas filter. Kelebihan konjugasi warna dibuang dengan larutan pencuci.
Presipitasi dievaluasi dengan mengukur intensitas warna biru (hemoglobin terglikasi) dan merah
(hemoglobin total) secara berurutan dengan alat pembaca, rasio antara keduanya menjadi
proporsional terhadap persentase di sampel.

Sampel:
Darah kapiler dan darah vena dengan atau tanpa antikoagulan (EDTA, heparin, dan NaF) dapat
digunakan.

Reagen:
TD/test device 1 x 24 unit
Plastic device yang mengandung filter membran uncoated
R1/reagen
Buffer glycinamide yang mengandung ion Zn, asam boronat dye-bound, dan deterjen
R2/larutan pencuci
Morpholine buffered larutan NaCl dan deterjen

Prosedur Assay:
1. Presipitasi hemoglobin
Masukkan 5 mL darah utuh pada tabung tes yang telah diisi R1/reagen. Campur rata. Biarkan
tabung minimal 2 menit, maksimal 3 menit. Catatan: pastikan tabung kapiler benar-benar
kosong setelah pencampuran.
2. Aplikasi sampel
Campur lagi sampai menjadi suspensi yang homogen. Tempatkan 35 mL campuran reaksi ke
TD/test device dengan memegang pipet kira-kira 0,5 cm diatas sumuran tes. Kosongkan
pipet dengan cepat ke tengah sumuran tes. Biarkan campuran reaksi menyerap sempurna ke
dalam membran, tunggu selama 15-20 detik. Catatan: hindarkan gelembung udara.
3. Aplikasi R2/larutan pencuci
Tempatkan 25 mL R2/larutan pencuci ke TD/test device. Biarkan larutan pencuci menyerap
sempurna ke dalam membran. Tunggu 10 detik. Catatan: hindarkan gelembung udara.
4. Pengukuran hasil tes
Baca hasil tes dalam 5 menit menggunakan alat pembaca.

Interpretasi
Nilai normal 4,5 - 6,3% HbA1c
Metode ini mengukur total hemoglobin terglikasi (GHb), tetapi laporkan nilai HbA1c terstandarisasi.
Standarisasi dilakukan menurut rekomendasi European Reference Laboratory untuk
glikohemoglobin.

Anda mungkin juga menyukai