Anda di halaman 1dari 14

Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

ANALISIS RENDAHNYA PENYERAPAN ANGGARAN


KEMENTERIAN/LEMBAGA (K/L) DAN PEMERINTAH DAERAH

HN
(Analysis on Ministries, State Organisations, and Regional Government Low Budget Absorption)

Edward James Sinaga


Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

BP
Balitbang Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. H.R. Rasuna Said Kav 4-5 Kuningan, Jakarta Selatan 12020
Email: edwardjames88@ymail.com

Naskah diterima: 8 Juni 2016; direvisi: 14 Juli 2016; disetujui: 18 Agustus 2016

ing
Abstrak
Pelaksanaan kegiatan pemerintahan masih belum memenuhi harapan. Salah satu indikasinya adalah penyerapan
anggaran belanja yang tidak maksimal dan terkonsentrasi pada akhir tahun anggaran. Hal ini menyebabkan pelayanan
publik pemerintah kepada masyarakat menjadi terhambat. Dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif, penelitian
ind
ini dimaksudkan untuk menganalisis perencanaan dan kebijakan penyerapan anggaran berbasis kinerja, faktor yang
mempengaruhi penyerapan anggaran, serta hambatan yuridis dalam peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
pengelolaan anggaran pemerintahan. Penelitian ini menemukan bahwa perencanaan yang baik akan sangat membantu
tingkat penyerapan anggaran. Selain itu diperlukan pengawasan sejak awal perencanaan agar dapat mendeteksi
kemungkinan kegagalan penyerapan anggaran lebih dini. Pelaporan juga memiliki peranan penting untuk mengetahui
perkembangan penyerapan anggaran. Untuk mempercepat penyerapan anggaran belanja negara maka diperlukan
peraturan yang berorientasi pada pemberian kepercayaan pada eksekutif agar dapat lebih flesksibel dalam menggunakan
V
anggaran dengan tetap mengedepankan prinsip efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas.
Kata Kunci: penyerapan, anggaran, perencanaan
hts

Abstract
The implementation of Government’s programme has not meet the expectation. It is indicated by low budget absorption
that usually concentrated in the end of a budget year. This condition causes the public service hampered. By using judicial
normative approach, this research objective is to analyze the planning process and performance based budget absorption
policy, factors that may affect budget absorption and legal obstacles that may be found within existing regulations related
ec

to state budget management. This research found that good budget planning will help to improve absorption level. On the
other hand, proper control from the early stage of budget planning can help to detect budget absorption failure possibility
earlier. Reporting also has important role to show budget absorption progress. To hasten budget absorption, regulations
need to be constructed to give trust to the executive so it may be more flexible in managing the budget by still putting
lR

forward the efectivity, eficiency, and accountability principles.


Keywords: absorption, budget, planning
na
Jur

Analisis Rendahnya Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Edward James Sinaga) 261
Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

A. Pendahuluan Di samping itu kegagalan target penyerapan


anggaran akan berakibat pada hilangnya

HN
Rendahnya tingkat penyerapan anggaran di
manfaat belanja. Karena dana yang telah
Indonesia merupakan fenomena yang hampir
dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat
selalu terjadi setiap tahun baik itu di tingkat
dimanfaatkan, yang berarti terjadi dana yang
Kementerian/Lembaga (K/L) maupun Tingkat
‘menganggur’. Padahal apabila pengalokasian
Daerah. Menteri Keuangan Bambang P.S.

BP
anggaran efisien, meskipun dengan adanya
Brodjonegoro di hadapan Badan Anggaran DPR
keterbatasan sumber dana, negara masih dapat
menyebut ada 29 K/L yang kualitas belanjanya
mengoptimalkan pendanaan kegiatan strategis
rendah, di mana daya serap anggarannya di
lainnya.
bawah 20 persen hingga Juni 2015 dan 16 K/L
Jika dilihat data tentang penyerapan

ing
memiliki kualitas penyerapan anggaran sedang,
anggaran di setiap tahun, rata-rata penyerapan
dengan kisaran penyerapan 20 persen hingga
anggaran sangat rendah di awal tahun, bahkan
26,1 persen. Selebihnya, 40 K/L masuk kategori
ketika melewati triwulan kedua, realisasi belanja
berdaya serap anggaran tinggi yakni di atas 26,2
negara masih rendah. Hal ini disebabkan instansi
persen.1
Kendatipun undang-undang tentang
ind pemerintah yang terlalu berhati-hati ketika
melakukan pengeluaran anggarannya, terutama
keuangan negara atau Anggaran Pendapatan
untuk belanja modal. Sehingga terkesan lambat
Belanja Negara (APBN) disusun sesuai kebutuhan
dan tidak optimal dalam memanfaatkan waktu.
penyelenggara pemerintahan negara, namun
Mendagri Tjahjo Kumolo mengeluhkan
V
pelaksanaan tata kelola pemerintahan masih
masih rendahnya penyerapan APBD di
ditemukan masalah lambatnya penyerapan
seluruh daerah. Semester I Tahun 2015 ada
hts

dana APBN oleh kementerian negara/lembaga


dana APBD di seluruh Indonesia sekitar Rp
dan satuan kerja (satker) di bawahnya.
250 triliun mengendap di bank-bank daerah.
Dana yang sudah dianggarkan di APBN-P
Pemerintah DKI misalnya, penyerapannya
tidak semuanya dapat dimanfaatkan untuk
baru 10 persen hingga Juni 2015. Tjahjo
kesejahteraan masyarakat. Rendahnya
ec

Kumolo tidak memungkiri banyaknya pejabat


tingkat realisasi penyerapan anggaran tentu
atau mantan pejabat pusat dan daerah yang
menimbulkan lambatnya penerimaan hasil
dijadikan tersangka lantaran kebijakan yang
pembangunan oleh masyarakat. Lambatnya
lR

dikeluarkan dianggap bermasalah. Belakangan


hasil pembangunan yang diterima masyarakat
ini sudah mulai bermunculan kasus pejabat
akan dapat berdampak pada menurunnya
daerah setingkat kepala dinas mengundurkan
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
diri dari jabatannya, lantaran takut dipidana jika
pemerintah selaku pelaksana pembangunan
na

salah mengambil kebijakan, terutama dalam hal


dan akhirnya akan berdampak terhadap
pengadaan barang dan jasa.2
kondisi politik di Indonesia yang dapat memicu
instabilitas kehidupan berbangsa.
Jur

1
“Selama 6 bulan serapan anggaran Pemerintah jauh dari harapan”, http : // www.cnnindonesia.com / ekonomi /
20150702085840-78-63777 / (diakses 11 Februari 2016).
2
“Pejabat Takut Di pidana, Serapan APBD Rendah”, http://www.jpnn.com/ read/2015/06/27/312054/ (diakses
12 April 2016).

262 Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 2, Agustus 2016, hlm. 261–274


Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

Pelaksanaan anggaran belanja negara B. Metode Penelitian


selalu menimbulkan masalah yuridis terutama

HN
Penelitian ini menggunakan pendekatan
dalam hal disharmoni peraturan perundang-
yuridis normatif, karena menggunakan data
undangan karena dalam penyusunan
sekunder sebagai sumber tambahan, berupa
peraturan perundang-undangan tidak
berbagai peraturan perundang-undangan
mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi
dan referensi dokumen lain yang terkait

BP
implementasi rumusan pada tataran praktek.
dengan penyerapan anggaran. Pendekatan
Penyusunan peraturan perundang-undangan
ilmu hukum dilakukan dengan memecahkan
dalam pelaksanaan anggaran belanja negara
problematika hukum secara normatif yang pada
setingkat undang-undang cenderung hasil
dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan
kompromi pemikiran para elite politik, sehingga

ing
mendalam terhadap bahan-bahan pustaka dan
landasan filosofi, ekonomis dan sosiologis tidak
dokumen-dokumen hukum yang relevan dengan
menjadi pertimbangan utama dalam proses
permasalahan penganggaran. Sedangkan
pembentukannya.
dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk
Hambatan yuridis terutama dalam kaitan
penelitian bersifat deskriptif analitik yakni akan
belum harmonisnya peraturan perundang-
undangan dalam bidang pelaksanaan dan
ind menggambarkan secara keseluruhan mengenai
penyerapan anggaran dengan menganalisis
pencairan dana APBN yaitu Undang-Undang
data yang diperoleh. Data yang diperoleh dalam
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
penelitian ini bersumber dari data sekunder dan
Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
V
data primer. Data sekunder diperoleh melalui
2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan
penelusuran literatur, laporan, media, dan
peraturan pelaksanaan lainnya yang mengatur
hts

peraturan perundang-undangan yang terkait


pelaksanaan belanja negara. Oleh sebab itu
dengan penyerapan anggaran. Sementara
maka penelitian ini fokus pada permasalahan
data primer diperoleh melalui serangkaian
perencanaan dan kebijakan penyerapan
wawancara (indepth study) kepada Bendahara
anggaran berbasis kinerja, faktor pengahambat,
Pengeluaran, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
ec

dan pendekatan hukum dalam upaya efisiensi,


dan Kuasa Pengguna Anggaran.
efektivitas, akuntabilitas dan harmonisasi
peraturan perundang-undangan pelaksanaan
C. Pembahasan
lR

anggaran belanja negara.


1.
Perencanaan dan Kebijakan
Dengan berbagai latar belakang di
Penyerapan Anggaran Berbasis Kinerja
atas penelitian ini menitikberatkan pada (Performance Based Budget)
permasalahan bagaimana perencanaan dan
na

kebijakan penyerapan anggaran berbasis kinerja Anggaran berbasis kinerja adalah sistem
(performance based budget)? Faktor-faktor apa penganggaran yang berorientasi pada output
yang menghambat penyerapan anggaran? dan organisasi dan berkaitan sangat erat terhadap
visi, misi dan rencana strategis organisasi.
Jur

apa upaya yang dilakukan dalam mengatasi


lambannya penyerapan anggaran? Anggaran berbasis kinerja yaitu mengalokasikan
sumber daya pada program bukan pada
unit organisasi semata dan memakai output

Analisis Rendahnya Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Edward James Sinaga) 263
Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

measurement sebagai indikator kinerja 2) Analisis standar biaya, yaitu adanya


organisasi.3 pembandingan (benchmarking) biaya per

HN
Dalam konsep dasar ilmu ekonomi, unit setiap output.
permasalahan mendasar yang dihadapi oleh 3) Evaluasi kinerja, yaitu kegiatan untuk
manusia adalah keterbatasan sumber dana menilai atau melihat keberhasilan dan
sebagai alat pemenuhan kebutuhan dihadapkan kegagalan suatu organisasi atau unit kerja

BP
pada kebutuhan yang jumlahnya tak terbatas. dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang
Permasalahan ini juga dihadapi oleh suatu dibebankan kepadanya.
negara termasuk Indonesia. Sumber-sumber Pendekatan yang digunakan dalam
penerimaan negara yang terbatas, dihadapkan menganalisis implementasi performance based
pada kebutuhan masyarakat yang tidak budgeting ini adalah teori yang dikemukakan

ing
terbatas, mengharuskan pemerintah menyusun oleh George III C. Edward. Menurut Edwards, ada
prioritas kegiatan dan pengalokasian anggaran empat variabel dalam implementasi kebijakan
yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, ketika publik5 yaitu komunikasi (communications),
penyerapan anggaran gagal memenuhi target, sumber daya (resources), sikap (dispositions atau
ind
berarti telah terjadi infesiensi dan inefektivitas attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic
pengalokasian anggaran. structure). Keempat faktor tersebut harus
Kegagalan target penyerapan anggaran akan dilaksanakan secara simultan karena antara
berakibat pada hilangnya manfaat belanja. satu dengan yang lainnya memiliki hubungan
Sebab dana yang telah dialokasikan ternyata yang erat.
V
tidak semuanya dapat dimanfaatkan; yang Minimnya penyerapan anggaran di
berarti terjadi dana yang menganggur. Padahal kementerian, lembaga nonkementerian dan
hts

apabila pengalokasian anggaran efisien, maka pemerintahan daerah kerap kali dituding
meskipun dengan adanya keterbatasan sumber sebagai buruknya kinerja birokrasi. Penyerapan
dana, negara masih dapat mengoptimalkan anggaran sendiri memang penting untuk
pendanaan kegiatan strategis lainnya. mendorong terciptanya multiplier effect
ec

Oleh sebab itu struktur penganggaran terhadap ekonomi. Akan tetapi sejatinya kinerja
berbasis kinerja dirumuskan melalui tiga birokrasi tidak bisa diukur semata-mata dengan
komponen yaitu:4 penyerapan anggaran.
lR

1) Indikator kinerja (perfomance indicator), Menurut penilaian Direktorat Jenderal


adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang Anggaran (DJA) di Kementerian Keuangan bahwa
menggambarkan tingkat pencapaian suatu dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja
sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (performance based budget), sebenarnya
na

yang meliputi: masukan, keluaran, hasil, penyerapan anggaran bukan merupakan target
manfaat dan dampak. capaian kinerja. Penganggaran berbasis kinerja
Jur

3
Bastian, Indra. Sistem Akuntansi Sektor Publik, Edisi 2, (Jakarta : Salemba Empat, 2006), hlm. 98.
4
Paterson, William & Gandhi Harahap, Perencanaan Pengeluaran dan Penganggaran Berbasis Kinerja (Pbk) pada
Direktorat Jenderal Bina Marga, (Jakarta : Indonesia Infrastructure Initiative, 2010), hlm.9.
5
Widyantoro, Ari Eko, Implementasi Performance Based Budgeting: Sebuah Kajian Fenomologis. (Semarang:
Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2009), hlm. 37.

264 Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 2, Agustus 2016, hlm. 261–274


Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

lebih menitikberatkan pada kinerja ketimbang membatasi pengeluaran disesuaikan dengan


penyerapan itu sendiri. Hanya saja, kondisi penerimaan artinya menjaga keseimbangan

HN
perekonomian kita saat ini variabel dominan antara penerimaan dan pengeluaran.
pendorong pertumbuhannya adalah faktor Pengertian dari penganggaran dari buku Public
konsumsi, sehingga belanja pemerintah yang Management & Administration oleh Huges
merupakan konsumsi pemerintah turut menjadi disebutkan: Budgeting is concerned with the

BP
penentu pertumbuhan tersebut, yang berarti translation of financial resources. A budget
penyerapan anggaran tetap memiliki pengaruh therefor, may be characterised as a series of
besar. goal with price tags attached. Since funds are
Terkait dengan kebijakan penyerapan limited and have to be divided in one way or
anggaran tidak terlepas dari siklus Penganggaran. another, the budget becomes a mechanism for

ing
Siklus penganggaran terdiri-dari perencanaan, making choises among alternative expenditure.6
penganggaran, pengawasan, dan pelaporan. Unsur selanjutnya yang penting adalah
Berkaitan dengan reformasi di bidang pengawasan. Unsur ini diperlukan untuk
perencanaan dan penganggaran, para perencana ind menjamin keberhasilan suatu kegiatan dan
pada tingkat satuan kerja menetapkan kebijakan, digunakan untuk mendukung kelancaran
program, kegiatan, sasaran, dan anggaran. dan ketepatan pelaksanaan kegiatan. Dalam
Langkah tersebut merupakan siklus tahunan melakukan pengawasan biasanya akan
sehingga pelaksanaannya tepat sasaran, tepat mengalami berbagai macam masalah, terkadang
waktu, efisien, efektif, dan akuntabel. masalah yang timbul tanpa direncanakan
V
Di samping itu penting pula menyusun terlebih dahulu dan jika masalah tersebut
Standar Operasional Prosedur (SOP) tidak diselesaikan akan menjadi penghambat.
hts

perencanaan program dan pengendalian Masalah tersebut jika dibiarkan lambat laun
kementerian/lembaga. SOP perencanaan dan akan menjadi penghalang bagi tercapainya
penganggaran akan mengefektifkan siklus sasaran organisasi.
perencanaan tahunan sehingga pelaksanaannya Tahap terakhir dari siklus penganggaran
ec

tepat sasaran, tepat waktu, efisien, efektif, yaitu penyampaian laporan ke unit yang lebih
dan akuntabel. Dalam rangka menjembatani tinggi sebagai pertanggungjawaban terhadap
rangkaian kegiatan tersebut, SOP perencanaan kewenangan yang diembankan kepadanya.
lR

program dan pengendalian kementerian/ Analisis terhadap laporan yang masuk


lembaga memiliki tiga tahap, yaitu: perencanaan merupakan uraian terhadap perkembangan dari
program tahunan, penyusunan program setiap kegiatan dan hambatan-hambatan yang
tahunan, dan penetapan rencana kerja dan dijelaskan. Ini diperuntukkan bagi pimpinan
na

anggaran. agar dapat segera mengambil tindakan untuk


Pada pelaksanaannya pemerintah selalu mengadakan perbaikan ataupun koreksi
menggunakan sistem anggaran berimbang guna sehingga dengan usaha tersebut kegiatan atau
Jur

menghindari pengeluaran yang berlebihan, suatu program dapat dikendalikan.

6
Owen E. Huges, Public Management & Administration-An Introduction, (London:The Macmillan Press LTD), 1994,
hlm. 192.

Analisis Rendahnya Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Edward James Sinaga) 265
Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidak adanya konsep perencanaan penggunaan


Penyerapan Anggaran anggaran secara riil tentu akan berdampak

HN
Penyerapan anggaran secara umum hanya pada munculnya sejumlah kesulitan dalam
memiliki akselesari tinggi pada saat akhir mengarahkan penggunaan anggaran dengan
tahun. Sedangkan di awal tahun, umumnya sulit tepat sasaran.
direalisasikan sebagaimana yang diharapkan

BP
publik, bahkan tidak sedikit institusi yang kurang Rendahnya penyerapan anggaran K/L
memiliki daya serap anggaran pada awal hingga menjadi salah satu penyebab utama melam­
pertengahan tahun anggaran. batnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal
Persoalan rendahnya penyerapan anggaran pertama 2015. Seperti disampaikan Ekonom
terjadi akibat beberapa faktor: Bank BCA David Sumual bahwa hal itu

ing
disebabkan oleh kurangnya perencanaan. Hal ini
1) Adanya ketakutan yang berlebihan dari
masing-masing aparatur di berbagai menjadi persoalan klasik yang tak terpecahkan
institusi terkait dengan penggunaan karena kurangnya strategi dari pemerintah.7
anggaran. Menurut David, biasanya pemerintah beralasan

Ketakutan ini terjadi akibat maraknya


ind rendahnya anggaran salah satunya karena
tender yang tertunda atau belum dimulai.
kasus-kasus korupsi dalam bidang penggunaan
Padahal, jika ada perencanaan yang baik,
anggaran yang berhasil diungkap oleh Komisi
kegiatan belanja yang produktif bisa dilakukan
Pemberantasan Korupsi (KPK), khususnya
di awal tahun.
V
beberapa tahun belakangan ini. Banyak
Begitu juga halnya dalam pemaparan
institusi yang kemudian takut dan ragu dalam
riset Ekonom Institute for Development of
hts

menjalankan penyerapan anggaran, khususnya


Ekonomic and Finance (INDEF) Ahmad Heri
dalam hal pengadaan barang dan jasa. Pada K/L
Firdaus disebutkan minimnya penyerapan
yang menyebabkan rendahnya daya serapan
dan terlambatnya agenda pembangunan
yaitu karena banyak dari kuasa pengguna
pada kementerian yang menangani urusan
anggaran yang takut untuk mengambil
ec

infrastruktur disebabkan oleh masalah


kebijakan, karena konsekuensi yang dilahirkan
administrasi. Menurut Ahmad Heri Firdaus,
dari kebijakan tersebut bias dan salah sasaran,
Keterlambatan yang terjadi di era kabinet
sehingga menyebabkan pejabat terkait terkena
lR

kerja sekarang ini disebabkan oleh perubahan


kasus hukum dan tidak tertutup kemungkinan
nomenklatur kementerian, terlambatnya
dapat masuk penjara.
pengisian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
2) Lemahnya Perencanaan. (DIPA), dan terlambatnya pengukuhan
na

Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja


Lambatnya penyerapan anggaran juga Negara Perubahan (RAPBN) menjadi APBNP.
mengindikasikan institusi tidak punya konsep Seperti Kementerian Perhubungan serta
perencanaan yang matang, jelas, dan terukur. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Jur

7
“Perencanaan Lemah, Serapan Anggaran Rendah”, http://lmfeui.com/data/13mei2015/pdf, diakses (14 Mei
2016).

266 Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 2, Agustus 2016, hlm. 261–274


Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

Rakyat, dana yang terserap hingga akhir April 3)


Kurangnya pemahaman sejumlah
masing-masing 1,18 persen dan 2,8 persen. aparatur di berbagai institusi

HN
Kementerian ini adalah salah satu kementerian terkait dengan mekanisme
penggunaan anggaran dan model
yang mengalami perubahan nomenklatur
pertanggungjawaban.
yang baru selesai April 2015. Pembangunan
insfrastruktur yang menjadi stimulus Sikap ketakutan yang berlebihan karena

BP
pertumbuhan ekonomi terlambat karena dana tidak memahami secara utuh akan dasar hukum
APBNP baru cair pada pertengahan April. penggunaan anggaran yang berada dalam
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) wilayah kewenangannya. Sementara di sisi lain,
mencatat realisasi belanja kementerian tidak ada alasan bagi mereka yang melakukan
terbesar hingga akhir April 2015 dicapai oleh kesalahan dan kelalaian dalam pengelolaan dan

ing
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia penggunaan anggaran, yang atas kesalahan dan
(Kemenkumham), dengan total pengeluaran kelalaian tersebut bisa dijerat dengan hukuman
mencapai Rp 16,4 triliun dan belanja modal pidana korupsi. Atas berbagai persoalan itulah,
(capital expenditure/capex) Rp 2,38 triliun.  ind maka kemudian sejumlah institusi lebih memilih
Untuk kementerian-kementerian lain berdiam diri manakala tidak memahami secara
kisarannya di bawah itu. Kemendikbud Rp 13,5 utuh mekanisme penggunaan anggaran secara
triliun dengan capex Rp 68,5 miliar. Kemensos utuh dan menyeluruh.
Rp 10,5 triliun dan lebih banyak digunakan
untuk bantuan sosial (bansos) dengan capex Rp 4) Proses Panjang Birokrasi
V
10,2 triliun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Realitas di lapangan menunjukkan bahwa
mencapai Rp 10,38 triliun dengan belanja ada hal-hal yang sifatnya teknis implementatif
hts

modal Rp 6,6 triliun yang digunakan terutama penyebab rendahnya serapan APBN K/L, yang
untuk layanan BPJS, dan Kementerian Agama penyebabnya adalah permainan anggaran di
(Kemenag) berhasil menghabiskan pengeluaran Kementerian Keuangan via Direktorat Jenderal
sebesar Rp 7,1 triliun dengan capex Rp 229,7 Anggaran.
ec

miliar. Sementara, Kementerian Pertanian Sebagai contoh Ketika belanja modal akan
(Kementan) menghabiskan anggaran Rp 4,2 dieksekusi dalam bentuk lelang, ada kalanya
triliun, dengan capex untuk bansos Rp 2,7 triliun anggaran yang sedianya akan dipakai masih
lR

dan belanja barang Rp 800 miliar. Sedangkan di blokir/bintang oleh DJA. Termasuk adanya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan oknum DJA yang meminta jatah anggaran
Rakyat (Kemenpupera) pengeluarannya menyebabkan satker jadi enggan untuk
mencapai Rp 3,7 triliun dengan capex Rp 2,6 mengeksekusi kegiatan. Dan terkadang posisi
na

triliun.8 Satker seperti pengemis anggaran di DJA.


Kemudian terhadap penyesuaian atau revisi
mata kegiatan membutuhkan revisi DIPA yang
Jur

menyebabkan satker harus bolak balik dalam

8
“Ini Realisasi Serapan Anggaran Kementerian”, http: // ekbis.sindonews.com / read / 995014 / 33 / -1430229910,
(diakses 12 Maret 2016).

Analisis Rendahnya Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Edward James Sinaga) 267
Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

ketidakpastian kapan anggaran yang diblokir dan meminta supaya dilengkapi.10 Prosedur
harus dibuka. Termasuk lamanya birokrasi ini jadi membuat susah dan juga menganggu

HN
di DJA dalam revisi anggaran, menyebabkan percepatan anggaran. Kedua, aturan yang
sebuah kegiatan harus menunggu anggaran mengharuskan adanya ijin dari Kemenkeu
blokir dibuka. dalam pelaksanaan proyek tahun jamak. Aturan
Proses blokir menyebabkan K/L biasanya tersebut membuat pencairan anggaran menjadi

BP
menerapkan sistem gelondongan pengurusan terhambat, padahal terhadap urusan teknis
di masing-masing satker. Hal ini menyebabkan yang paling mengerti adalah kementerian
waktu tunggu dan antrian makin panjang. Alasan teknis yang melaksanakan kegiatan, oleh sebab
dari DJA bisa bermacam macam, diantaranya itu sebaiknya perlu ada evaluasi terhadap
seperti data administratif pendukung tidak peraturan tersebut.

ing
lengkap, atau sedang ditelaah fungsi dan maksud
dari kegiatan tersebut. Padahal, satker adalah 6) Keterlambatan Penetapan APBN/APBD
satuan teknis yang paling mengerti kebutuhan Indonesia Budgeting Center (IBC)11,
dan maksud dari dibelanjakannya barang/jasa. mengungkapkan salah satu alasan penyerapan
Dan jelas, telaah teknis bukan kompetensi dari
ind anggaran rendah adalah keterlambatan
kementerian keuangan. penetapan APBN. Hal ini juga yang
menyebabkan penyerapan anggaran di daerah
5) Prosedur Kementerian Keuangan rendah sampai dengan akhir bulan Agustus
V
Kementerian Pekerjaan Umum dan 2015 ini. Rendahnya penyerapan anggaran
Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan proses merupakan masalah klasik. Dari segi regulasi,
penyerapan anggaran sering terhambat prosedur rendahnya penyerapan anggaran disebabkan
hts

yang diberlakukan Kementerian Keuangan karena lambatnya penetapan APBN dan APBD.
(Kemenkeu).9 Direktur Jenderal Bina Marga Seperti penetapan APBD yang rata-rata baru
mengatakan, ada dua prosedur di Kemenkeu dilakukan pada bulan April 2015. Lambatnya
yang selama ini menjadi penyebab lambatnya penetapan APBD, diperparah juga dengan
ec

pencairan anggaran. Pertama, prosedur kualitas perencanaan yang kurang baik. Proyek-
pengajuan surat perintah membayar (SPM) proyek yang diusulkan dalam APBN dan APBD
yang dikeluarkan oleh Kantor Perbendaharaan masih membutuhkan penerjemahan sehingga
lR

Negara. Selama ini, prosedur itu bisa memakan bisa dieksekusi. Penyerapan anggaran lambat,
waktu rata-rata hingga dua pekan. Padahal, juga disebabkan karena Pejabat Pembuat
secara resmi prosedur itu hanya memakan Komitmen (PPK) harus menerjemahkan lagi
waktu lima hari. Tapi itu bisa molor lantaran proyek-proyek dari APBN dan APBD. Pasalnya,
na

Kemenkeu sering mengembalikan dokumen banyak proyek yang gelondongan atau belum
Jur


9
“Prosedur Kemenkeu Sebabkan Penyerapan Anggaran Rendah”, http: // katadata.co.id / berita / 2015 / 09 / 03 /
#sthash.N4amy3dv.dpuf., (di akses 24 Februari 2016).
10
Percepat Pelaksanaan Anggaran 2015, Kementerian PUPR Gelar Rapat Kerja”, http://www.pu.go.id/
berita/10500/, (di akses 24 Februari 2016).
11
“Penyerapan Anggaran Rendah Ini Penyebabnya”, http://www.beritasatu.com/nasional/303100.html, (di akses
24 Februari 2016).

268 Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 2, Agustus 2016, hlm. 261–274


Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

jelas pengerjaannya sehingga butuh waktu bagi dengan pergantian sumber daya manusia atau
PPK untuk menerjemahkannya. karyawan di masing-masing kementerian-

HN
lembaga membuat sistem aplikasi rawan blank.
7) Keterlambatan Petunjuk Teknis (Juknis) Penundaan suntikan dana tersebut, karena
Daya serap daerah terlambat dipengaruhi proses administrasi program dan kebijakan
juga oleh keterlambatan juknis dari pemerintah kementerian-lembaga masih harus diselesaikan

BP
pusat atau kementerian terkait, misalnya juknis antara kementerian dengan DPR.
Dana Alokasi Khusus (DAK). Anggaran dari Blokir anggaran menyalahi Undang-Undang
pemerintah pusat ke daerah bisa saja sudah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara
ditransfer pada bulan Januari, namun juknis- serta membuat kinerja penyerapan anggaran
lebih rendah. Pemblokiran anggaran bisa

ing
juknis baru ada bulan April 2015. Intervensi
kepala daerah dalam penentuan pemenang berpotensi menimbulkan praktik ‘kongkalikong’.
lelang juga dapat mempengaruhi lambatnya Sebab ketika terjadi blokir, kementerian akan
penyerapan anggaran, sebab PPK tidak bisa bernegosiasi baik kepada DPR maupun DJA
menentukan pemenang lelang karena belum
ind dengan tujuan anggaran segera cair dan
mendapat persetujuan pimpinan daerah. blokirnya dicabut.
Adanya perbaikan kualitas perencanaan
3. Mengatasi Lambannya Penyerapan
anggaran sehingga anggaran disusun berbasis
Anggaran
kinerja. Perencanaan anggaran harus jelas
Untuk mengatasi lambannya penyerapan
V
sasarannya, anggarannya rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan, dan adanya tim anggaran tersebut Kementerian Keuangan telah
menyusun langkah-langkah untuk mendorong
hts

pengawas.
Pemerintah pusat juga perlu mempercepat penyerapan anggaran.
pembuatan juknis setiap proyek dan Langkah-langkah tersebut antara lain:
memberikan perlindungan kepada PPK agar (i) meningkatkan kapasitas para pengelola
tidak mudah diintervensi oleh kepala daerah. keuangan satker dalam menyusun rencana
ec

penarikan dana (disbursement plan) dan


8)
Perubahan Sistem Aplikasi dan perencanaan pengadaan (procurement plan);
Pergantian Sumber Daya (ii) menyempurnakan regulasi, khususnya
lR

Perubahan sistem aplikasi Rencana Kerja terkait tata cara revisi anggaran tahun yang
dan Anggaran Kementerian-Lembaga (RKA- memberi kewenangan lebih besar kepada kuasa
KL) setiap tahun dapat mengakibatkan blokir pengguna anggaran dan pengguna anggaran
dalam menyelesaikan revisi anggaran dan
na

anggaran. Hal ini juga berdampak pada


rendahnya penyerapan anggaran kementerian- tata cara penerbitan ijin kontrak tahun jamak
lembaga. (multiyears contract); (iii) meningkatkan peran
Perubahan sistem aplikasi yang tidak aparat pengawasan intern kementerian negara/
Jur

dipahami oleh pembuat anggaran dan data lembaga maupun unit-unit pengendali mutu
pendukung yang tidak terlampir sistem baru di setiap kementerian negara/lembaga dalam
bisa berpotensi menimbulkan pemblokiran melakukan monitoring terhadap pelaksanaan
anggaran karena data tidak ada. Begitu pula kegiatan oleh masing-masing satker.

Analisis Rendahnya Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Edward James Sinaga) 269
Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

Penyerapan anggaran tetap menjadi indikator dan belanja negara yang setiap tahun diajukan
penting bagi kinerja birokrasi karena perannya pemerintah. Dalam Undang-Undang Nomor

HN
terhadap pertumbuhan ekonomi. Seharusnya, 17 Tahun 2003 pasal 15 ayat (5) disebutkan
dengan sudah terpolanya persoalan-persoalan “APBN yang disetujui oleh DPR terinci dengan
yang mengakibatkan rendahnya penyerapan, unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan
bisa diperoleh solusi yang memuaskan sehingga jenis belanja. Rumusan tersebut mengandung

BP
tingkat penyerapan anggaran tinggi dan tepat arti bahwa DPR melakukan pembahasan secara
sasaran. mendetail terhadap APBN yang diajukan oleh
Untuk itu diperlukan SOP untuk menghindari pemerintah. Persetujuan tersebut berimplikasi
dipidanakannya pemerintah pusat dan daerah jika dalam pelaksanaan APBN khususnya
berkaitan dengan penggunaan anggaran dalam belanja negara terdapat penyesuaian

ing
sebelum adanya audit dan temuan kerugian terhadap rincian biaya, berarti revisi atas rincian
negara dari Badan Pemeriksa Keuangan tersebut memerlukan persetujuan DPR. Saat
(BPK) atau Badan Pengawas Keuangan dan ini, dimana situasi ekonomi berjalan dengan
Pembangunan (BPKP). 12 cepat dan kondisi perekonomian yang banyak
ind dipengaruhi oleh situasi global, rumusan
4. Harmonisasi Peraturan Sebagai Upaya ketentuan pasal 15 ayat (5) telah menyebabkan
Mempercepat Penyerapan Anggaran pelaksanaan anggaran belanja tidak fleksibel.
a. Harmonisasi UUD 1945 dengan Undang- Jika dikaitkan dengan teori dari Jesse Burkhead
Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang yang mengemukakan “...First of all, to ensure
V
Keuangan Negara flexibility the budget authorization must be
Secara hirarki kedudukan UUD 1945 di permissive, not mandatory”.13 Rumusan tersebut
hts

atas UU Nomor 17 Tahun 2003. Hal tersebut semakin jelas tidak berpihak kepada percepatan
sesuai dengan ketentuan pasal 7 ayat (1) penyerapan anggaran belanja. Atas hal itu dapat
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang dipahami bahwa permasalahan dari tahun ke
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. tahun tentang penyerapan anggaran belanja
ec

Dalam UUD 1945 pasal 23 ayat (1) disebutkan yang berjalan lambat dan terkonsentrasi di akhir
“anggaran pendapatan dan belanja negara tahun. Salah satu penyebabnya adalah revisi
sebagai wujud dari pengelolaan keuangan yang harus melalui pembahasan dengan DPR.
lR

negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-


undang dan dilaksanakan secara terbuka dan b. Harmonisasi antara Keputusan Presiden
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya Nomor 42 Tahun 2002 Jo. Keputusan
Presiden Nomor 72 Tahun 2004 Jo.
kemakmuran rakyat”. Berdasarkan rumusan
na

Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun


kata “ditetapkan tiap tahun dengan undang- 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan
undang, maka mengandung arti bahwa terdapat Anggaran Pendapatan dan Belanja
persetujuan DPR atas anggaran pendapatan Negara dengan PMK Nomor 134 Tahun
Jur

12
“Pemeriksaan keuangan bukan untuk menghambat penyerapan anggaran”, http://www.neraca.co.id/
article/58097/ (diakses 02 Maret 2016).
13
Jesse Burkhead, Government Bugeting, (New York: John Wiley and Sons, Inc. 1956), hlm. 345.

270 Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 2, Agustus 2016, hlm. 261–274


Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

2005 Tentang Pedoman Pembayaran sehingga menjadi payung hukum bagi


Dalam Pelaksanaan APBN pelaksanaan belanja negara.

HN
Dalam Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun
2002 Jo. Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun c. Amanat Undang-undang Nomor 1
Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
2004 Jo. Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun
Negara Terkait Pembentukan Peraturan
2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pemerintah

BP
Pendapatan dan Belanja Negara masih
mengatur tentang dual budget. Ketentuan Dalam Undang-Undang Tentang
dalam Peraturan Presiden ini sesuai dengan Perbendaharaan Negara terdapat beberapa
pasal 5 Perpres Nomor 53 Tahun 2010 ayat (3) pasal yang mengamanatkan perlunya disusun
peraturan pemerintah sebagai petunjuk

ing
masih membagi belanja dengan belanja rutin
dan belanja pembangunan. Dalam pasal 5 pelaksanaan dalam belanja negara. Pasal-
ayat (3) disebutkan dokumen anggaran lainnya pasal tersebut meliputi pasal 3 ayat (6) yang
yang diberlakukan sebagai Surat Keputusan menyebutkan anggaran untuk membiayai
Otoritas (SKO) antara lain untuk pelaksanaan ind pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/
anggaran pendapatan dan belanja rutin dimuat atau tidak terduga disediakan dalam bagian
dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) sedangkan anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur
pelaksanaan belanja pembangunan dimuat dalam peraturan pemerintah. Kemudian pasal
dalam Daftar Isian Proyek (DIP). 21 ayat (6) tentang perlunya penyusunan
peraturan pemerintah dalam hal pengecualian
V
Kemudian dalam Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 134 Tahun 2005 Tentang terhadap pembayaran atas beban APBN/APBD
tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/
hts

Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan


APBN, belanja negara sudah diatur unfied atau jasa diterima. Selanjutnya dalam pasal 28
budget. Hal ini sesuai dengan ketentuan umum ayat (1) menghendaki pokok-pokok mengenai
bahwa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) pengelolaan uang negara/daerah diatur dengan
adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang peraturan pemerintah setelah dilakukan
ec

dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga serta konsultasi dengan bank sentral.


disahkan oleh Dirjen Perbendaharaan atas nama Amanat undang-undang tentang perben­
Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar daharaan negara pada dasarnya adalah
lR

untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan kehendak adanya peraturan pedoman lanjutan
pengeluaran negara dan pencairan dana yang baju hukumnya harus dalam bentuk
atas beban APBN serta dokumen pendukung peraturan pemerintah, tidak dalam bentuk
kegiatan akuntansi pemerintah. peraturan lain, misalnya peraturan setingkat
na

Dari dua dasar hukum pelaksanaan belanja menteri. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor
tersebut, jelas terdapat inkonsistensi secara 10 Tahun 2004 hierarki peraturan pemerintah
vertikal dari segi format peraturan yakni berada di atas peraturan presiden. Peraturan
pemerintah tersebut merupakan kewenangan
Jur

peraturan yang hierarkinya lebih rendah


bertentangan dengan hierarki peraturan yang delegasi dalam pembentukan peraturan
lebih tinggi. Inkonsisitensi ini perlu diselaraskan pemerintah tersebut merupakan kewenangan
delegasi dalam pembentukan peraturan

Analisis Rendahnya Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Edward James Sinaga) 271
Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

peraturan perundang-undangan (delegatie van dengan unit organisasi, fungsi, program,


wetgevingsbevoegdheid) yaitu pelimpahan kegiatan, dan jenis belanja.

HN
kewenangan membentuk peraturan perundang- Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran
undangan yang dilakukan oleh peraturan anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan,
perundang-undangan yang lebih tinggi dalam dan antarjenis belanja harus mendapat
hal undang-undang kepada peraturan yang lebih persetujuan DPR/DPRD.

BP
rendah dalam hal ini peraturan pemerintah. Berdasarkan bunyi UU tentang Keuangan
Dari uraian di atas, secara eksplisit Negara tersebut jelas bahwa setiap pergeseran
undang-undang tentang perbendaharaan anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan,
negara menghendaki adanya peraturan dan antar jenis belanja dalam belanja negara
pemerintah sebagai pedoman lanjutan dalam harus mendapat persetujuan DPR. Hal ini

ing
hal pengelolaan keuangan negara. Namun merupakan konsekuensi logis dari persetujuan
demikian, sampai saat ini belum terdapat DPR atas APBN yang terinci sampai dengan unit
peraturan pemerintah terkait pokok-pokok organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis
pengelolaan keuangan negara. belanja.
ind
d. Harmonisasi Peraturan Perundang- D. PENUTUP
undangan Terkait Revisi Anggaran
Belanja Negara Perencanaan memiliki peran yang
penting dalam menyukseskan suatu kegiatan
Istilah pergeseran atau revisi anggaran
V
atau program. Dalam siklus penganggaran,
belanja dalam UU Nomor 17 Tahun 2003
perencanaan sangat berpengaruh terhadap
tentang Keuangan Negara mengacu pada bunyi
hts

proses siklus penganggaran yang lain, yaitu


pasal 27 ayat (3) huruf c yang berbunyi:
penganggaran, pengawasan, dan pelaporan.
Penyesuaian APBN dengan perkembangan
dan/atau perubahan keadaan dibahas Pengawasan yang dilakukan belum maksimal
bersama DPR dengan pemerintah pusat masih terbatas pada akhir anggaran bukan pada
dalam rangka penyusunan prakiraan awal anggaran. Pelaporan yang dilakukan belum
ec

perubahan atas APBN tahun anggaran


maksimal dan terintegrasi satu sama lain. Tidak
yang bersangkutan, apabila terjadi:....(c)
keadaan yang menyebabkan harus dilakukan terdapat sanksi yang jelas bila tidak memberikan
pergeseran anggaran antarunit organisasi, laporan.
lR

antarkegiatan, dan antarjenis belanja; Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya


Kemudian dalam penjelasan UU tentang penyerapan anggaran, Pertama, adanya
Keuangan Negara disebutkan: ketakutan yang berlebihan dari masing-masing
aparatur di berbagai institusi terkait dengan
na

Dalam upaya untuk meluruskan kembali


tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu penggunaan anggaran; Kedua, lemahnya
dilakukan pengaturan secara jelas peran
DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses
perencanaan; Ketiga, kurangnya pemahaman
penyusunan dan penetapan anggaran sejumlah aparatur di berbagai institusi terkait
Jur

sebagai penjabaran aturan pokok yang dengan mekanisme penggunaan anggaran dan
telah ditetapkan dalam Undang-Undang
model pertanggungjawaban; Keempat, adanya
Dasar 1945. Sehubungan dengan itu, dalam
undang-undang ini disebutkan bahwa mafia anggaran; Kelima, Prosedur Kemenkeu;
belanja negara/belanja daerah dirinci sampai Keenam, keterlambatan penetapan APBN/

272 Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 2, Agustus 2016, hlm. 261–274


Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

APBD; Ketujuh, keterlambatan Petunjuk Teknis Dan disisi lain diperlukan harmonisasi
(Juknis); dan kedelapan perubahan sistem peraturan perundang-undangan dalam

HN
aplikasi dan pergantian sumber daya. Selain pelaksanaan anggaran belanja negara harus
itu, revisi yang dilakukan oleh internal maupun terus dilakukan dengan memperhatikan asas-
eksternal mempengaruhi tingkat penyerapan asas hukum. Untuk mempercepat penyerapan
anggaran. anggaran belanja negara yang efektif, efisien

BP
Terdapat beberapa temuan tersebut maka dan akuntabel maka diperlukan penyusunan
yang perlu untuk di tindaklanjuti adalah tingkat peraturan yang berorientasi pada pemberian
kematangan dan akurasi sebuah perencanaan kepercayaan pada eksekutif, konsep let the
sejak awal dan pentingnya melakukan penelitian managers manage but keep them accountable
awal, sehingga walaupun terjadi revisi tidak harus dibangun untuk memberikan flesksibilitas

ing
dilakukan berkali-kali. Kemudian terhadap dalam penggunaan anggaran.
kebijakan pelaksanaan anggaran di masa yang
akan datang menggunakan pendekatan New DAFTAR PUSTAKA
Public Management (NPM). Pengawasan yang ind Buku
dijalankan oleh unit kerja dan Inspektorat Bastian, Indra, Sistem Akuntansi Sektor Publik, Edisi
Jenderal dilakukan sejak perencanaan 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2006)
berlangsung. Kebijakan pembentukan satuan Hermawan, Erry, Analisis Penerapan Sistem
pengawasan intern di setiap satuan kerja menjadi Anggaran Berbasis Kinerja di Lingkungan Rumah
Tangga Keprisidenan-Sekretariat Negara RI,
alternatif sehingga membantu Inspektorat
V
(Jakarta: Universitas Indonesia, 2011)
Jenderal dalam melakukan pengawasan dan Jesse Burkhead, Government Bugeting, (New York:
pemeriksaan. Pelaporan menjadi lebih mudah John Wiley and Sons, Inc., 1956)
hts

Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, (Yogyakarta:


dengan mengintegrasikan laporan keuangan Penerbit ANDI, 2009)
dan kinerja dalam pembuatan. Satuan kerja Owen E. Huges, Public Management &
pemerintah yang tidak membuat laporan Administration-An Introduction, (London: The
Macmillan Press LTD, 1994)
mendapatkan sanksi sesuai kebijakan yang
Paterson, William & Gandhi Harahap, Perencanaan
ec

diambil dalam pembuatan aturan sanksi. Pengeluaran dan Penganggaran Berbasis Kinerja
Guna mendukung percepatan penyerapan (PBK) pada Direktorat Jenderal Bina Marga,
anggaran maka pimpinan agar tetap konsisten (Jakarta: Indonesia Infrastructure Initiative,
2010)
lR

dan tegas untuk membenahi sektor birokrasi, The Liang Gie, Ensiklopedi Admnistrasi, (Jakart: PT.
namun harus diimbangi dengan pengawasan Gunung Agung, 2001)
agar tidak timbul lagi kebijakan yang bisa Widyantoro, Ari Eko. Implementasi Performance
Based Budgeting: Sebuah Kajian Fenomologis,
membuat pejabat terkena kasus hukum.
na

(Semarang: Program Pascasarjana Fakultas


Hendaknya pejabat maupun aparatur untuk Ekonomi Universitas Diponegoro, 2009)
membuat kebijakan yang jelas dan tepat
sasaran, dan menghilangkan sifat korup di Internet
Jur

dalam setiap pengerjaan kegiatan yang ada, “Selama 6 bulan serapan anggaran Pemerintah
agar pembangunan bisa cepat terlaksana dan jauh dari harapan”, http:// www.cnnindonesia.
com / ekonomi / 20150702085840-78-63777 /
masyarakat juga bisa merasakan dampaknya (diakses 11 Februari 2016)
secara langsung.

Analisis Rendahnya Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Edward James Sinaga) 273
Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

“Prosedur Kemenkeu Sebabkan Penyerapan Peraturan


Anggaran Rendah”, http:// katadata.co.id /

HN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
berita / 2015 / 09 / 03 / #sthash.N4amy3dv.
Tahun 1945
dpuf., (di akses 24 Februari 2016)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
“Percepat Pelaksanaan Anggaran 2015, Kementerian
Keuangan Negara.
PUPR Gelar Rapat Kerja”, http://www.pu.go.id/
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
berita/10500/, (di akses 24 Februari 2016)
Perbendaharaan Negara.
“Penyerapan Anggaran Rendah Ini Penyebabnya”,

BP
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
http://www.beritasatu.com/nasional/303100.
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
html, (di akses 24 Februari 2016)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
“Pemeriksaan keuangan bukan untuk menghambat
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
penyerapan anggaran” http://www.neraca.
Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Jo.
co.id/article/58097/ (diakses 02 Maret 2016)
Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004
“Ini Realisasi Serapan Anggaran Kementerian”, http:

ing
Jo. Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010
// ekbis.sindonews.com / read / 995014 / 33 /
Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
-1430229910, (diakses 12 Maret 2016)
Pendapatan dan Belanja Negara.
“Pejabat Takut Di pidana, Serapan APBD
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 134
Rendah”, http://www.jpnn.com/
Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembayaran
read/2015/06/27/312054 / (diakses 12 April
Dalam Pelaksanaan APBN.
2016)
“Perencanaan Lemah, Serapan Anggaran Rendah”
ind
http://lmfeui.com/data/13mei2015/pdf,
(diakses 14 Mei 2016)
V
hts
ec
lR
na
Jur

Ibid., hlm. 58-59.


29

274 Jurnal RechtsVinding, Vol. 5 No. 2, Agustus 2016, hlm. 261–274

Anda mungkin juga menyukai