Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

NILAI – NILAI PANCASILA


DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI DI MASYARAKAT

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas individu dalam Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila

Disusun Oleh :
ASNYATI TODING
Jurusan/Prodi Akuntansi

POLITEKNIK MALINAU

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “ Nilai – nilai
Pancasila dalam Aktivitas Sehari- hari di lingkungan Masyarakat”.

Makalah ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu saya berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
membangun untuk penyempurnaan makalah kedepannya.

Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
dapat memberikan contoh tentang nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakat.

Malinau, 19 september 2018

penyusun

ASNYATI TODING

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………… 1

Kata Pengantar ………………………………………………………………… 2

Daftar Isi ………………………………………………………………………. 3

Bab I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 4


2. Rumusan Masalah ……………………………………………………….... 4
3. Tujuan …………………………………………………………………….. 4
4. Manfaat ………………………………………………………………….... 4

Bab II. ISI

1. Pengertian Pancasila …………………………………………………….... 5


2. Sejarah Terbentuknya Pancasila …………………………………………... 6
3. Dasar Hukum Pancasila …………………………………………………... 14
4. Pancasila sebagai Ideologi Negara ………………………………………... 15

Bab III. PENUTUP

1. Simpulan ………………………………………………………………….. 22
2. Saran ………………………………………………………………………. 22

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 23

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan sebagai ideologi nasional.
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
kebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-
hari. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam
mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara
negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun
di daerah.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada latar belakang, rumusan masalah dari
makalah ini adalah :

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Pancasila?


2. Bagaimana nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat?
3. Tujuan
Makalah ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui sejarah terbentuknya Pancasila.


2. Mengetahui penerapan / implementasi dari nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari di masyarakat.
4. Manfaat
Makalah ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan informasi tentang sejarah terbentuknya Pancasila.


2. Memberi contoh penerapan / implementasi dari nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari yang telah diterapkan oleh masyarakat di masa sekarang.

4
BAB II
ISI

1. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India. Menurut Muhammad Yamin, dalam
bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu : pañca
berarti lima dan śīla berarti prinsip, asas, batu sendi, alas, dasar, peraturan tingkah laku yang
baik/senonoh. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pengertian Pancasila secara Etimologis

Secara etimologis kata Pancasila berasal dari Pancasila yang memiliki arti secara harfiah
dasar yang memiliki lima unsur. Kata Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan
Budha di India. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana dengan
melalui Samadhi dan setiap golongan mempunyai kewajiban moral yang berbeda. Ajaran
moral tersebut adalah Dasasyiila, Saptasyiila, Pancasyiila.

Pancasila lahir sebagai produk kebudayaan Indonesia dan bukan penarikan atau sublimasi
dari negara lain. Istilah “Pancasila” pertama kali dapat ditemukan dalam buku “Sutasoma”
karya Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit (abad ke-14). Dalam buku itu istilah
Pancasila diartikan sebagai perintah kesusilaan yang jumlahnya lima (Pancasila karma) dan
berisi lima larangan untuk :

1) Melakukan kekerasan;

2) Mencuri;

3) Berjiwa dengki;

4) Berbohong; dan

5) Mabuk akibat minuman keras.

Selanjutnya, istilah “sila” itu sendiri dapat diartikan sebagai :

1) Aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa;

2) Kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan santun);

3) Dasar adab;

4) Akhlak; dan Moral.

5
Pengertian Pancasila secara Historis
Pembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap perkembangan rumusan
Pancasila sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan keluarnya Instruksi Presiden
RI No.12 Tahun 1968.
2. Sejarah Terbentuknya Pancasila
Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak,
maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada
bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat
Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura).

Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan
mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk
dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.

Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus
mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu,
banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno,
yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad
Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima
hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung
Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)

6
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.

Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk
dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi
kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni
1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya
dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri
atas sembilan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim

7
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.

Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus
dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari
kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin
bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17
Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan
acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambule-nya
(Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan
Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945
sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur
yang menemuinya.

Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di
belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik
memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta
disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam,
antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan.
Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat
Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan
dan diganti dengan “Yang Maha Esa”.

8
9
Adapun bunyi Pembukaan UUD1945 selengkapnya sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan
perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan de-ngan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidup-an bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadil-an sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila pada saat Konstitusi RIS


Pendudukan wilayah Indonesia oleh NICA menjadikan wilayah Republik Indonesia semakin
kecil dan terdesak. Akhirnya pada akhir 1949 Republik Indonesia yang berpusat di
Yogyakarta (RI Yogyakarta) terpaksa menerima bentuk negara federal yang disodorkan
pemerintah kolonial Belanda dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan hanya
menjadi sebuah negara bagian saja.

Walaupun UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 tetap berlaku bagi RI
Yogyakarta, namun RIS sendiri mempunyai sebuah Konstitusi Federal (Konstitusi RIS)
sebagai hasil permufakatan seluruh negara bagian dari RIS. Dalam Konstitusi RIS rumusan

10
dasar negara terdapat dalam Mukaddimah (pembukaan) paragraf ketiga. Konstitusi RIS
disetujui pada 14 Desember 1949 oleh enam belas negara bagian dan satuan kenegaraan yang
tergabung dalam RIS.

Rumusan kalimat
“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan,
kerakyatan dan keadilan sosial.”

Rumusan dengan penomoran (utuh):


1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2. perikemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakyatan
5. dan keadilan sosial
Rumusan VII: UUD Sementara
Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai menempuh jalan kehancuran. Hanya dalam
hitungan bulan negara bagian RIS membubarkan diri dan bergabung dengan negara bagian RI
Yogyakarta.

Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara bagian yang tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT, dan
NST. Setelah melalui beberapa pertemuan yang intensif RI Yogyakarta dan RIS, sebagai
kuasa dari NIT dan NST, menyetujui pembentukan negara kesatuan dan mengadakan
perubahan Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara.

Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan UU RIS No 7 Tahun 1950 tentang


Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar
Sementara (LN RIS Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37) yang disahkan tanggal 15 Agustus
1950. Rumusan dasar negara kesatuan ini terdapat dalam paragraf keempat dari Mukaddimah
(pembukaan) UUD Sementara Tahun 1950.

Rumusan kalimat
“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan,
kerakyatan dan keadilan sosial, …”

Rumusan dengan penomoran (utuh) :


1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2. perikemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakyatan
5. dan keadilan sosial

11
Rumusan Pancasila dari UUD 1945
Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang akan menggantikan UUD
Sementara yang disahkan 15 Agustus 1950 menimbulkan bahaya bagi keutuhan negara.
Untuk itulah pada 5 Juli 1959 Presiden Indonesia saat itu, Sukarno, mengambil langkah
mengeluarkan Dekrit Kepala Negara yang salah satu isinya menetapkan berlakunya kembali
UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD Negara Indonesia
menggantikan UUD Sementara.

Dengan pemberlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila yang terdapat dalam
Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi yang digunakan. Rumusan ini pula yang
diterima oleh MPR, yang pernah menjadi lembaga tertinggi negara sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat antara tahun 1960-2004, dalam berbagai produk ketetapannya, diantaranya:

1. Tap MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan


Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara, dan

2. Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan.
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.”

Rumusan dengan penomoran (utuh) :


1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Versi Berbeda
Selain mengutip secara utuh rumusan dalam UUD 1945, MPR pernah membuat rumusan
yang agak sedikit berbeda. Rumusan ini terdapat dalam lampiran Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.

12
Rumusan :
1.Ketuhanan Yang Maha Esa,
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5.Keadilan sosial.
Rumusan Versi Populer
Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan yang beredar dan diterima secara
luas oleh masyarakat. Rumusan Pancasila versi populer inilah yang dikenal secara umum dan
diajarkan secara luas di dunia pendidikan sebagai rumusan dasar negara. Rumusan ini pada
dasarnya sama dengan rumusan dalam UUD 1945, hanya saja menghilangkan kata “dan”
serta frasa “serta dengan mewujudkan suatu” pada sub anak kalimat terakhir.

Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)

Rumusan :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila menurut Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968
Rumusan yang beraneka ragam itu selain membuktikan bahwa jiwa Pancasila tetap
terkandung dalam setiap konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, juga memungkinkan
terjadinya penafsiran individual yang membahayakan kelestariannya sebagai dasar negara,
ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Menyadari
bahaya tersebut, pada tanggal 13 April 1968, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden
RINo.12 Tahun 1968 yang menyeragamkan tata urutan Pancasila seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945.
3. Dasar Hukum Pancasila
Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang
BPUPKI oleh Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila resmi dan sah
menurut hukum menjadi dasar negara Republik Indonesia. Kemudian mulai Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 dan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 berhubungan dengan
Ketetapan No. I/MPR/1988 No. I/MPR/1993, Pancasila tetap menjadi dasar falsafah Negara
Indonesia hingga sekarang. Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar negara,
maka seluruh kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila.

13
Landasan hukum Pancasila sebagai dasar negara memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu
kehidupan negara dari bangsa ini haruslah berpedoman kepada Pancasila.

Falsafah Pancasila sebagi Dasar Negara merupakan nilai dasar spiritual keagamaan,
kemanusiaan, dan kesatuan bangsa yang menjadi landasan dasar dalam pembangunan bangsa
baik pembangunan sumber daya manusia maupun pembangunan fisik. Pancasila kita jadikan
sebagai sumber dari segala sumber hukum. Nilai-nilai Pancasila harus mewarnai secara
dominan setiap produk hukum, baik pada tataran pembentukan, pelaksanaan maupun
penegakannya. Konsep Negara hukum Pancasila itu harus mampu menjadi sarana dan tempat
yang nyaman bagi kehidupan bangsa Indonesia.

4. Pancasila sebagai Ideologi Negara


Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu eidos dan logos. Eidos berarti
gagasan dan logos berarti berbicara. Maka secara etimologis ideologi adalah berbicara
tentang gagasan / ilmu yang mempelajari tentang gagasan. Gagasan yang dimaksud
disini adalah gagasan yang murni ada dan menjadi landasan atau pedoman dalam kehidupan
masyarakat yang ada atau berdomisili dalam wilayah negara di mana mereka berada. Ideologi
adalah kumpulan ide atau gagasan.

Kata ideologi sendiri diciptakan oleh destutt de trascky pada akhir abad ke-18 untuk
mendefinisikan “sains tentang ide”. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan
filosofis, atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat yang
dominan kepada seluruh anggota masyarakat (definisi ideologi Marxisme). Pancasila
sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan kenyataan sejarah bahawa Pancasila
merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu.
Karena Pancasila merupakan ideologi dari negeri kita. Dengan adanya persatuan dan
kesatuan tersebut jelas mendorong usaha dalam menegakkan dan memperjuangkan
kemerdekaan. Ini membuktikan dan meyakinkan tentang Pancasila sebagai suatu yang harus
kita yakini karena cocok bagi bangsa Indonesia.
Dalam beberapa kamus atau referensi, dapat terlihat bahwa definisi idelogi ada beberapa
macam. Keanekaragaman definisi ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang keahlian dan
fungsi lembaga yang memberi definisi tersebut. Keanekaragaman dimaksud antara lain
terlihat pada definisi yang berikut :

1. Definisi idelogi menurut BP-7 Pusat (kini telah dilikuidasi) adalah ajaran, doktrin, teori yang
diyakini kebenarannya yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaan dalam

14
menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam masyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2. Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Maswadi Rauf, ahli ilmu Politik Universitas
Indonesia :
Ideologi adalah rangkaian (kumpulan) nilai yang disepakati bersama untuk menjadi landasan
atau pedoman dalam mencapai tujuan atau kesejahteraan bersama.

Berdasarkan definisi Ideologi Pancasila di atas, dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah
kumpulan nilai/norma yang meliputi sila-sila Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA :

1) Pengertian Ideologi :

Berbicara tentang ilmu yang mempelajari tentang gagasan.

2) Ideologi adalah rangkaian nilai yang disepakati bersama untuk menjadi landasan atau
pedoman dalam mencapai tujuan atau kesejahteraan bersama.

3) Pancasila sebagai Ideologi terbuka diartikan sebagai ideologi yang dapat mengikuti
perkembangan ideologi negara lain yang berbeda.

4) Nilai Pancasila :

– Nilai dasar (representasi norma masyarakat),

– Nilai Instrumental (mengikuti perkembangan jaman),

– Nilai Praktis.

Pengertian sifat dasar Pancasila sebagai ideologi negara diperoleh dari sifat dasarnya yang
pertama dan utama (pokok), yakni dasar negara yang dioperasionalkan secara individual
maupun sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai
cita-cita kemerdekaan Indonesia yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Untuk mencapai cita-cita itulah Pancasila berperanan sebagai ideologi negara.
Sedemikian pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara dijelaskan
melalui Ketetapan MPR No.XX/MPRS/1966 (dan berbagai penegasannya hingga kini)
sebagai berikut: “Pembukaan UUD 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang terperinci
yang mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan yang
memuat Pancasila sebagai Dasar Negara merupakan satu rangkaian dengan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh sebab itu tidak dapat diubah oleh siapa pun juga,
termasuk MPR hasil pemilihan umum, yang berdasarkan pasal 3 UUD berwenang

15
menetapkan dan mengubah UUD, karena mengubah isi Pembukaan berarti pembubaran
negara.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila hanya berperanan sebagai ideologi
negara jika segala tindakan individual maupun sosial dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, yang mencakup aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, kebudayaan
dan lain-lain, dilaksanakan secara rasional berdasarkan Pancasila.

Ideologi juga diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara
sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai
individu, social, maupun dalam kehidupan bernegara. Eksistensi Pancasila sebagai dasar
negara, simbol pemersatu dan identitas nasional yang bisa diterima berbagai kalangan, harus
terus dijaga kesinambungannya. Tidak ada pilihan lain, Pancasila dan pilar-pilar kehidupan
bernegara lainnya harus terus dimasyarakatkan. terjadinya berbagai konflik kekerasan dan
gerakan separatis di sejumlah daerah di Indonesia adalah cermin belum meresapnya
kesadaran nasional di kalangan masyarakat.

Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka :

Pancasila jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka.
Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar, bersifat tetap dan
tidak berubah. Pancasila sebagai Ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Ideologi terbuka adalah ideologi
yang dapat berinteraksi dengan ideologi yang lain. Artinya, ideologi Pancasila dapat
mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang berbeda
dengan Pancasila dalam beberapa aspek kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karena
ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi:
1) Nilai Dasar :
Nilai dasar adalah nilai yang ada dalam ideologi Pancasila yang merupakan representasi dari
nilai atau norma dalam masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Nilai dasar merupakan
nilai yang tidak bisa berubah-ubah sepanjangbangsa Indonesia berpedoman pada nilai
tersebut. Contoh nilai dasar adalah sila-sila Pancasila yang ada dalam alinea IV, UUD 1945
yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.

2) Nilai Instrumental :
Nilai instrumental adalah nilai yang merupakan pendukung utama dari nilai dasar (Pancasila).
Nilai ini dapat mengikuti setiap perkembangan zaman, baik dalam negeri maupun dari luar
negeri. Nilai ini ini dapat berupa TAP MPR, UU, PP dan peraturan perundangan yang ada
untuk menjadi tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila sebagai pegangan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai dapat berubah sesuai perkembangan zaman.

16
3) Nilai Praktis :
Nilai ini adalah nilai yang harus ada dalam bentuk praktik penyelenggaraan negara. Sifat ini
adalah abstrak. Artinya berupa semangat para penyelenggara negara dari pusat hingga
ke tingkat yang terbawah dalam struktur sistem pemerintahan negara Indonesia.
Semangat yang dimaksud adalah semangat para penyelenggara negara untuk membangun
sila-sila dalam Pancasila secara konsekuen dan istiqomah. Contoh, memberi teladan untuk
tidak KKN, dan lain-lain.

Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri.
Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan
dalam masyarakatnya sendiri. Oleh sebab itu, ideologi terbuka adalah milik dari semua rakyat
dan masyarakat dapat menemukan dirinya di dalamnya. Ideologi terbuka bukan hanya dapat
dibenarkan melainkan dibutuhkan. Nilai-nilai dasar menurut pandangan negara modern
bahwa negara modern hidup dari nilai-nilai dan sikap-sikap dasarnya.

Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan
adanya dinamika secara internal. Sumber semangat ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat
dalam Penjelasan Umum UUD 1945. Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan
falsafah bangsa, sehingga memenuhi prasyarat sebagai suatu ideologi terbuka. Sekalipun
suatu ideologi itu bersifat terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaannya adalah sebegitu rupa
sehingga dapat memusnahkan atau meniadakan ideologi itu sendiri, yang merupakan suatu
yang tidak logis.

Fungsi dan Peranan Pancasila :

Fungsi dan Peranan Pancasila meliputi :

1) Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia;

2) Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

3) Pancasila sebagai dasar negara RI;

4) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia;

5) Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia;

6) Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia;

7) Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia;

8) Pancasila sebagai moral pembangunan;

17
9) Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.

Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari di Masyarakat :


Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, kini zaman globalisasi begitu cepat menjangkiti
negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak asasi
manusia, neo-liberalisme, serta neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki
cara pandang dan cara berfikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa meminggirkan
pancasila dan dapat menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan
kepribadian bangsa.

Implementasi pancasila dalam kehidupam bermasyarakat pada hakikatmya merupakan suatu


realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Adapun pengimplementasian tersebut di rinci
dalam berbagai macam bidang antara lain POLEKSOSBUDHANKAM.

1. Implementasi Pancasila dalam bidang Politik


Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar ontologis
manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek
Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar merealisasikan tujuan demi
harkat dan martabat manusia. Pengembangan politik Negara terutama dalam proses reformasi
dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila
dam esensinya, sehingga praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus segera
diakhiri.

2. Implementasi Pancasila dalam bidang Ekonomi


Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, sehingga lazimnya
pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang mementingkan
moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada
ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi
kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat.
Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.

3. Implementasi Pancasila dalam bidang Sosial dan Budaya


Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas
sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini.
Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai

18
social budaya dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah
Indonesia saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk
massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan yang
lainnya yang muaranya adalah masalah politik.

Oleh karena itu dalam pengembangan social budaya pada masa reformasi dewasa ini kita
harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-
nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik,
artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya.

4. Implementasi Pancasila dalam bidang Pertahanan dan Keamanan


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-hak
warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan negara, baik dalam rangka
mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya.

Implementasi / penerapan nilai-nilai dari sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut :

Implementasi / penerapan Sila Ke-1 :


1) Beriman, dan bertakwa yaitu secara sadar patuh melaksanakan perintah Tuhan. Setiap
umat harus mempelajari agama dan mengamalkannya;

2) Walaupun berbeda agama, rakyat Indonesia harus dapat bekerjasama dalam bidang
sosial, perekonomian, dan keamanan lingkungan;

3) Setiap pemeluk agama tidak boleh menghalangi ibadah agama lain;

4) Mengembangkan toleransi agama sejak dini;

5) Tidak menyebarkan agama kepada manusia yang sudah ber-Tuhan.

Implementasi / penerapan Sila Ke-2 :


1) Sesama manusia tidak boleh saling melecehkan;

2) Sesama manusia punya rasa memiliki (mau berkorban);

3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban;

4) Tidak semena-mena terhadap orang lain;

5) Mengakui adanya masyarakat majemuk; melakukan musyawarah dan kompromi;


mempertimbangkan moral; berbuat jujur; tidak curang;

6) Gemar kegiatan kemanusiaan: donor darah, menyantuni anak yatim dll ;

19
7) Mentaati hukum dan tidak diskriminatif..

Implementasi / penerapan Sila Ke-3 :


1) Menempatkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan ;

2) Berkorban demi negara: bekerja keras, taat membayar pajak, tidak KKN;

3) Cinta tanah air: meningkatkan prestasi di segala bidang ;

4) Bangga sebagai bangsa Indonesia: percaya diri sebagai Orang Indonesia..

Implementasi / penerapan Sila Ke-4 :


1) Aktif dalam musyawarah, memberikan hak suara, dan mengawasi wakil rakyat ;

2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;

3) Mengutamakan musyawarah dengan menggunakan akal sehat;

4) Menerima hasil musyawarah apapun hasilnya dan melaksanakan dengan tanggungjawab;

5) Mempunyai itikad baik dalam melakukan sesuatu.

Implementasi / penerapan Sila Ke-5 :


1) Mengembangkan perbuatan luhur: saling membantu dan gotong royong;

2) Berbuat adil: tidak pilih kasih ;

3) Menghormati orang lain: tidak menghalangi orang lain hidup lebih baik ;

4) Suka memberi pertolongan: tidak egois dan individualistis;

5) Bekerja keras: tidak pasrah kepada takdir Tuhan;

6) Menghargai karya orang lain: tidak membajak dan membeli produk bajakan;

7) Tidak merusak prasarana umum dan menjaga kebersihan ditempat umum.

20
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nilai-nilai luhur dari sila-sila Pancasila dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah, yang
mewakili kepribadian bangsa Indonesia. Akan tetapi dewasa ini penerapan atau implementasi
nilai-nilai Pancasila sudah mulai luntur, yang diakibatkan semakin pesatnya arus globalisasi,
dekadensi moral, dan sebagainya. Sebenarnya akan dapat tercipta kehidupan masyarakat
Indonesia yang baik apabila nilai-nilai Pancasila tersebut diamalkan sebagian . Apabila salah
satu sila Pancasila diterapkan, maka nilai dari sila yang lain akan terlaksana juga karena antar
sila yang satu dengan sila yang lain dalam Pancasila memiliki keterkaitan yang kuat.
Pancasila dapat berfungsi sebagai filter untuk menyaring pengaruh buruk dari luar agar tidak
masuk kedalam masyaraka Indonesia. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penanaman
nilai-nilai Pancasila sejak dini, bisa melalui keluarga dan masyarakat, ataupun melalui
pelajaran PKn dan kuliah Pendidikan Pancasila.

2. Saran
Hendaknya kemauan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara baik
ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia Indonesia, ditanamkan dalam jiwa pemuda
Indonesia, lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menjadi insan yang
pancasilais.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm
http://jeffany-jefanny.blogspot.com/2012/04/pancasila-implementasinya.html diakses tanggal
8 Desember 2013.
https://www.google.com/search?newwindow=1&site=&source=hp&q=implementasi+pancasi
la&oq=implementasi+pancasila&gs_l=hp.3…2387.10390.0.10774.22.18.0.0.0.0.0.0..0.0….0
…1c.1.32.hp..22.0.0.NvCsEIN4i08, diakses tanggal 8 Desember 2013

22

Anda mungkin juga menyukai