Anda di halaman 1dari 7

Katarak

Pengertian :

Kekeruhan lensa mata yang mengakibatkan tajam penglihat menurun.

Anamnesa :

 Keluhan utama : penglihatan kabur perlahan -lahan, lihat jauh/lihat dekat.


 Riwayat sekarang : silau pada siang hari atau kena sinar lampu mobil. Jalan menabrak-nabrak.
Pakai alat bantu baca.
 Riwayat penyakit dahulu : Penyakit mata merah, hipertensi, kencing manis, trauma mata.

Pemeriksaan fisik :

 Status genelaris : Kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, kelainan fisik.


 Pemeriksaan oftalmologis : Tajam penglihatan, tekanan bola mata (TIO), ke;lainan kornea,
keadaan iris, refleks pupil, kejernihan lensa/shadow test, , letak lensa normal/luksasi/subliksasi,
keadaan vitreaus, papil Nervus II (d/c rasio), retina, refleks makula, tes Maddox rod.

Kriteria diagnosa : Tajam penglihatan turun, Lensa mata keruh.

Diagnosis : Katarak

Diagnosa banding : Degenerasi/distropi kornea, retinopati, glaukoma kronis, neuritis optika/ papil
atropi.

Pemeriksaan penunjang : USG, retinometri, biometri, tes anel, laboratorium sesuai kebutuhan.

Terapi :

 operasi katarak dengan tehnik ECCE, ICCE, SICS, dan phacoemulsifikasi.


 Terapi pasca pembedahan ; antibiotic tetes mata/ oral, steroid tetes mata/oral, analgesic.

Edukasi :

 Prediksi hasil tajam penglihatan pasca operasi


 Komplikasi saat dan pasca operasi.
 Hal hal yang boleh dan tidak tidak boleh dilakukan pasien pasca operasi.

Progosis : Baik kecuali ada komplikasi kencing manis, hipertensi, glaukkoma, kelainan papil nervus II.

Tingkat evidens:

Tingkat rekomendasi :

Penelaah kritis :
Indikator outome : Tajam penglihatan pasca operasi

Kepustakaan :

Trauma Tajam/ Tumpul


Pengertian : Taruma yang terjadi pada mata akibat benda tajam dan benda tumpul.

Anamnesa :

 Keluhan utama : mata merah dan atau tajam penglihatan menurun.


 Riwayat neurologis ; trauma kepala/leher, kehilangan kesadaran, penurunan status mental.
 Riwayat makan minum.

Pemeriksaan fisik :

 Status genelaris : Kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, kelainan fisik.


 Pemeriksaan oftalmologis : Tajam penglihatan, tekanan bola mata (TIO), ruptur kornea dan
sklera, prolaps iris dan vitreus, hifema, kekerunan lensa, fraatur dinding orbita, adanya benda
asing intra/ekstra okuler, perdarajan vitreus, ablasio retina.

Kriteria diagnosa : Tajam penglihatan turun, ruptur korneosklera,hiofema, Lensa mata keruh,
perdarahan vitreus, ablasio retina.

Diagnosis : Trauma Tajam/tumpul

Diagnosa banding : conjungtivitis, skleritis, uveitis, glaukoma akut.

Pemeriksaan penunjang : Tonometri, plain foto orbita, USG, CT scain, MRI, laboratorium sesuai
kebutuhan.

Terapi :

 Tanpa operasi; pada luka tembus yang minimal, tanpa kerusakan intraokuli, tidak ada prolaps,
diberikan terapi antibiotik sistemik dengan atau topikal dengan observasi ketat. Bila luka tembus
dengan bilik mata yang normal, diberikan obat-obat untuk menurunkan produksi aquos, perban
tekan atau lensa kontak. Bila3 hari tidak berhasil dilakukan penjahitan kornea.
 Dengan operasi : repair korneo lensa bisa dengan lokal atau general anestesi.

Edukasi :

 Tajam penglihatan pasca operasi


 Komplikasi saat dan pasca operasi.
 Hal hal yang boleh dan tidak tidak boleh dilakukan pasien pasca operasi.

Progosis : tergantung berat ringannya luka dan letak luka tembusnya.


Tingkat evidens:

Tingkat rekomendasi :

Penelaah kritis :

Indikator outome : Tajam penglihatan pasca pengobatan/operasi

Kepustakaan :

Trauma kimia
Pengertian : Taruma yang terjadi pada mata akibat bahan kimia.

Anamnesa :

 Keluhan utama : mata merah dan atau tajam penglihatan menurun.


 Riwayat trauma ; jenis/bentuk bahan kimia (asam/basa), waktu kejadian/lama kontak sampai
tidakan pembilasan, tempat kejadian (rumah tangga, pekerjaan, kriminal)
 Riwayat penyakit dahulu : epilepsi, hipertensi, diabetes, miopia gannguan penglihan lainnya.

Pemeriksaan fisik :

 Status genelaris : Kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, kelainan fisik.


 Pemeriksaan oftalmologis : Tajam penglihatan, kelainan palpebra, kelainan konjungtiva
tarsalis/bulbi, gradasi klinis berdasarkan stem sel limbul (Hughes). kelainan kornea dan sklera,
kelainan bilik mata depan, iris dan lensa.

Kriteria diagnosa : Tajam penglihatan turun, mata merah, kekeruhan kornea.

Diagnosis : Trauma kimia asam/ basa

Diagnosa banding : conjungtivitis, skleritis, uveitis, glaukoma akut.

Pemeriksaan penunjang : tes fuoresein, Tonometri, tes schimmer, tes sitologi impresi dan laboratorium
sesuai kebutuhan.

Terapi :

 Saat kejadian : irigasi mata dengan NaCl 0,9% atau ringer laktat (RL) sampai PH air mata normal
(dinilai dengan kertas lakmus), benda asing yang melekat dan jaringan nekrosis harus dibuang.
Bila ada penetrasi bahan kimia ke dalam bilik mata depan dilakukan irigasi dengan RL.
 Obat-obatan ;
o Gradasi I; Antibiotik + steroid tetes mata 4-6x, EDTA 1% 4-6x 1 tetes, sulfas atropine 1%
3x1 tetes, vitamin C 4x500 mg.
o Gradasi II; bandage lens, Antibiotik + steroid tetes mata 6x, EDTA 1% 4-6x 1 tetes, sulfas
atropine 1% 3x1 tetes, vitamin C 4x500 mg. doksisiklin 2x 100 mg, timolol 0,5% 2x.
tetraciclin salep mata 4x.
o Gradasi III; bandage lens, serum tetes mata 6x, Antibiotik + steroid tetes mata tiap jam,
EDTA 1% tiap jam 1 tetes, sulfas atropine 1% 3x1 tetes, vitamin C 4x500 mg. doksisiklin
2x 100 mg, timolol 0,5% 2x. tetraciclin salep mata 4x. asetazolamid 2x 500mg,
nekrotomi + graf konjungtiva-limbus
o Gradasi IV; bandage lens, serum tetes mata tiap jam, Antibiotik + steroid tetes mata
tiap jam, EDTA 1% tiap jam 1 tetes, sulfas atropine 1% 3x1 tetes, vitamin C 4x500 mg.
doksisiklin 2x 100 mg, timolol 0,5% 2x. tetraciclin salep mata 4x. asetazolamid 2x 500mg,
nekrotomi + graf konjungtiva-limbus

Edukasi :

 Tajam penglihatan pasca penyembuhan


 Komplikasi saat dan pasca pengobatan
 Hal hal yang boleh dan tidak tidak boleh dilakukan saat pengobatan.

Progosis : tergantung berat ringannya truma kimia.

Tingkat evidens:

Tingkat rekomendasi :

Penelaah kritis :

Indikator outome : Tajam penglihatan pasca pengobatan

Kepustakaan :

Pterygium
Pengertian :

Jaringan fibrovaskuler terbentuk segitiga dengan dasar konjungtiva nasal dan atau temporal
dan tumbuh memasuki permukaan kornea.

Anamnesa :

 Keluhan utama : mata merah.


 Riwayat sekarang : mata merah/infeksi mata.
 Riwayat pekerjaaan.

Pemeriksaan fisik :
 Status genelaris : Kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, kelainan fisik.
 Pemeriksaan oftalmologis : Tajam penglihatan, tekanan bola mata (TIO), kelainan kornea,

Kriteria diagnosa :

 Gradasi klinis (Youngson)


o Kepala jaringan pterygium pada limbus
o Kepala jaringan pterygium di kornea berada diantara limbius dan pertengahan jarak
limbus kete[pi pupil
o Kepala jaringan pterygium di kornea berada diantara pertengahan jarak limbus ketepi
pupil dan tepi pupil.
o Kepala jaringan pterygium telah melewati tepi pupil.
 Primer atau residif
 Kesan klinis; meradang atau tanpa radang.

Diagnosis : pterygium

Diagnosa banding : pseudo-pterygium (jika bagian limbus bisa dilalui oleh sonde)

Pemeriksaan penunjang : tes sonde, laboratorium sesuai kebutuhan.

Terapi :

 Tanpa pembedahan (grade 1): air mata buatan tetes mata.


 Operasi: bare sclera, dengan graft (conjungtiva limbal, amnion).
 Terapi pasca pembedahan ; antibiotic tetes mata/ oral, steroid tetes mata/oral, analgesic.

Edukasi :

 Prediksi hasil tajam penglihatan pasca operasi


 Komplikasi saat dan pasca operasi.
 Hal hal yang boleh dan tidak tidak boleh dilakukan pasien pasca operasi.

Progosis : Baik kecuali ada komplikasi kencing manis, hipertensi, glaukkoma, kelainan papil nervus II.

Tingkat evidens:

Tingkat rekomendasi :

Penelaah kritis :

Indikator outome : Tajam penglihatan pasca operasi

Kepustakaan :
Glaukoma primer sudut tertutup
Pengertian :

Kelainan mata merah akut yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata secara tiba-
tiba.

Anamnesa :

 Keluhan utama : mata merah dan penglihatan kabur mendadak.


 Riwayat sekarang : mata merah, mual, muntah, sakit kepala.
 Riwayat penyakit dahulu : Penyakit mata merah, hipertensi, kencing manis, trauma mata.

Pemeriksaan fisik :

 Status genelaris : Kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, kelainan fisik.


 Pemeriksaan oftalmologis : Tajam penglihatan, tekanan bola mata (TIO), kelainan kornea,
kedalaman kamera okuli dan sudut kamera okuli depan, keadaan iris, refleks pupil, kejernihan
lensa, letak lensa normal/luksasi/subliksasi, papil Nervus II (d/c rasio), retina, refleks makula.

Kriteria diagnosa : Mata merah, terasa sakit, tajam penglihatan turun.

Diagnosis : Glaukoma orimer sudut tertutup

Diagnosa banding : conjungtivitis, keratitis, uveitis.

Pemeriksaan penunjang : Tonometri, Gonioskopi, laboratorium sesuai kebutuhan.

Terapi :

 Timolol tetes mata 2 x 1 tetes, pilokarpin 2% 4 x 1 tetes, antibiotik+steroid 4 X 1 tetes, galucon 3


x 250mg, Kalium 2 x 1 tablet, gliserin 1cc/kgBB, Manitol 20% 5 cc/kgBB.
 Laser iridektomy atau trabekulektomy.
 Terapi pasca pembedahan ; antibiotic tetes mata/ oral, steroid tetes mata/oral, analgesic.

Edukasi :

 Prediksi hasil tajam penglihatan pasca operasi


 Komplikasi saat dan pasca operasi.
 Hal hal yang boleh dan tidak tidak boleh dilakukan pasien pasca operasi.

Progosis : tidak Baik.

Tingkat evidens:

Tingkat rekomendasi :
Penelaah kritis :

Indikator outome : TIO, Tajam penglihatan pasca operasi

Kepustakaan :

Anda mungkin juga menyukai