Pengertian :
Anamnesa :
Pemeriksaan fisik :
Diagnosis : Katarak
Diagnosa banding : Degenerasi/distropi kornea, retinopati, glaukoma kronis, neuritis optika/ papil
atropi.
Pemeriksaan penunjang : USG, retinometri, biometri, tes anel, laboratorium sesuai kebutuhan.
Terapi :
Edukasi :
Progosis : Baik kecuali ada komplikasi kencing manis, hipertensi, glaukkoma, kelainan papil nervus II.
Tingkat evidens:
Tingkat rekomendasi :
Penelaah kritis :
Indikator outome : Tajam penglihatan pasca operasi
Kepustakaan :
Anamnesa :
Pemeriksaan fisik :
Kriteria diagnosa : Tajam penglihatan turun, ruptur korneosklera,hiofema, Lensa mata keruh,
perdarahan vitreus, ablasio retina.
Pemeriksaan penunjang : Tonometri, plain foto orbita, USG, CT scain, MRI, laboratorium sesuai
kebutuhan.
Terapi :
Tanpa operasi; pada luka tembus yang minimal, tanpa kerusakan intraokuli, tidak ada prolaps,
diberikan terapi antibiotik sistemik dengan atau topikal dengan observasi ketat. Bila luka tembus
dengan bilik mata yang normal, diberikan obat-obat untuk menurunkan produksi aquos, perban
tekan atau lensa kontak. Bila3 hari tidak berhasil dilakukan penjahitan kornea.
Dengan operasi : repair korneo lensa bisa dengan lokal atau general anestesi.
Edukasi :
Tingkat rekomendasi :
Penelaah kritis :
Kepustakaan :
Trauma kimia
Pengertian : Taruma yang terjadi pada mata akibat bahan kimia.
Anamnesa :
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan penunjang : tes fuoresein, Tonometri, tes schimmer, tes sitologi impresi dan laboratorium
sesuai kebutuhan.
Terapi :
Saat kejadian : irigasi mata dengan NaCl 0,9% atau ringer laktat (RL) sampai PH air mata normal
(dinilai dengan kertas lakmus), benda asing yang melekat dan jaringan nekrosis harus dibuang.
Bila ada penetrasi bahan kimia ke dalam bilik mata depan dilakukan irigasi dengan RL.
Obat-obatan ;
o Gradasi I; Antibiotik + steroid tetes mata 4-6x, EDTA 1% 4-6x 1 tetes, sulfas atropine 1%
3x1 tetes, vitamin C 4x500 mg.
o Gradasi II; bandage lens, Antibiotik + steroid tetes mata 6x, EDTA 1% 4-6x 1 tetes, sulfas
atropine 1% 3x1 tetes, vitamin C 4x500 mg. doksisiklin 2x 100 mg, timolol 0,5% 2x.
tetraciclin salep mata 4x.
o Gradasi III; bandage lens, serum tetes mata 6x, Antibiotik + steroid tetes mata tiap jam,
EDTA 1% tiap jam 1 tetes, sulfas atropine 1% 3x1 tetes, vitamin C 4x500 mg. doksisiklin
2x 100 mg, timolol 0,5% 2x. tetraciclin salep mata 4x. asetazolamid 2x 500mg,
nekrotomi + graf konjungtiva-limbus
o Gradasi IV; bandage lens, serum tetes mata tiap jam, Antibiotik + steroid tetes mata
tiap jam, EDTA 1% tiap jam 1 tetes, sulfas atropine 1% 3x1 tetes, vitamin C 4x500 mg.
doksisiklin 2x 100 mg, timolol 0,5% 2x. tetraciclin salep mata 4x. asetazolamid 2x 500mg,
nekrotomi + graf konjungtiva-limbus
Edukasi :
Tingkat evidens:
Tingkat rekomendasi :
Penelaah kritis :
Kepustakaan :
Pterygium
Pengertian :
Jaringan fibrovaskuler terbentuk segitiga dengan dasar konjungtiva nasal dan atau temporal
dan tumbuh memasuki permukaan kornea.
Anamnesa :
Pemeriksaan fisik :
Status genelaris : Kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, kelainan fisik.
Pemeriksaan oftalmologis : Tajam penglihatan, tekanan bola mata (TIO), kelainan kornea,
Kriteria diagnosa :
Diagnosis : pterygium
Diagnosa banding : pseudo-pterygium (jika bagian limbus bisa dilalui oleh sonde)
Terapi :
Edukasi :
Progosis : Baik kecuali ada komplikasi kencing manis, hipertensi, glaukkoma, kelainan papil nervus II.
Tingkat evidens:
Tingkat rekomendasi :
Penelaah kritis :
Kepustakaan :
Glaukoma primer sudut tertutup
Pengertian :
Kelainan mata merah akut yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata secara tiba-
tiba.
Anamnesa :
Pemeriksaan fisik :
Terapi :
Edukasi :
Tingkat evidens:
Tingkat rekomendasi :
Penelaah kritis :
Kepustakaan :