Laporan Praktikum Proses Produksi 1
Laporan Praktikum Proses Produksi 1
NAMA : SUHARIYADI
NIM : 1420160001
JURUSAN : TEKNIK MESIN
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkati saya sehingga karya laporan dapat diselesaikan. saya juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan
laporan ini dan berbagai sumber yang telah saya pakai sebagai data dan fakta pada laporan
ini.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan laporan ini yang telah saya selesaikan. Tidak semua hal dapat saya
deskripsikan dengan sempurna dalam laporan ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang saya miliki.
Maka dari itu, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
Saya akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki laporan saya di masa datang.
Dengan menyelesaikan laporan ini saya mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan
pengetahuan tentang proses produksi terutama pengelasan.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ...............................................................................................15
B. Saran .........................................................................................................15
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelasan merupakan sarana untuk mencapai pembuatan yang lebih baik. Karena itu
rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu
kekuatan dari sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga hasil
pengelasan sesuai dengan yang diharapkan. Mutu dari pengelasan di samping tergantung dari
pengerjaan lasnya sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan
pengelasan. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari
beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.
Pada kegiatan praktikum pengelasan logam ini digunakan las busur listrik . Hal
tersebut sangat erat hubungannya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, serta retak yang
pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi yang
dilas. Maka dari itu praktikan diharapkan dapat menguasai teknik pengelasan dan dapat
menghasilkan hasil pengelasan yang baik dan berkualitas. Praktikum pengelasan yang
dilakukan di Laboratorium Pengelasan UIA berlangsung selama satu hari dengan tahapan dua
B. Sejarah Pengelasan
Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal pada awal abad ke 20.
Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas acetylena yang
kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih
mulai langka.
Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama kalinya dilakukan dalam skala
besar. Dengan las listrik, dalam waktu singkat, Amerika Serikat dapat membuat sejumlah
kapal sekelas dengan kapal SS Liberty, yang merupakan kapal pertama yang diluncurkan
dengan di las. Di mana sebelumnya kapal yang dikeluarkan, proses pengerjaan menggunakan
paku keling (‘’rivets’’). Pada masa itu, muncul pula cara pertama untuk mengetes hasil
pengelasan, seperti uji ‘’kerfslag’’ (lekukan yang tertutup lapisan).
A. Pengertian Pengelasan
Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), " adalah penyambungan besi dengan
cara membakar. Dalam referensi-referensi teknis, terdapat beberapa definisi dari Las, yakni
sebagai berikut :
Berdasarkan defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk(1991:1),
mendefinisikan bahwa " las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang
dilakukan dalam keadaan lumer atau cair ". Sedangkan menurut maman suratman (2001:1)
mengatakan tentang pengertian mengelas yaitu salah satu cara menyambung dua bagian
logam secara permanen dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan Sriwidartho, Las
adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan dengan jalan mencairkannya
melalui pemanasan.
Pengertian Pengelasan adalah Sebuah ikatan karena adanya proses metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan cair. Dari pengertian tersebut
dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa pengertian las adalah sebuah sambungan setempat dari
beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.
SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik terlindung dengan
mempergunagakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis ini paling
banyak dipakai dimana–mana untuk hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan.
Tegangan yang dipakai hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk
pencairan pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum yang
dipakai berkisar 80 – 200 Ampere.
SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur terbenam atau pengelasan dengan
busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan material tambahan,
dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga bususr nyala terpendam di dalam ukuran–
ukuran fluks tersebut
ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW
namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan proses
pencairan fluk berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga
elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas yang
dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk / slag cukup tinggi untuk
mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang dilas tempraturnya mencapai 3500° F
atau setara dengan 1925° C
ESW (Electro Slag Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung
bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker) atau
“ Shear Connector “
ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang
besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga mencairkan
logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat
dinding pesawat, atau pada pagar kawat
EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses pemboman elektron, suatu
pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas
loncatan elektron yang dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas. Penelasan
ini dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya
oksidasi atau kontaminasi
GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal Active Gas) dan MAG
(Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur
nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang di–las dan metal penambah. Sebagai
pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG
digunakan untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah mengunakan
Karbon dioxida CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam non besi dan gas pelindungnya
menggunakan Helium (He) dan/atau Argon (Ar)
2. GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas)
FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada hakikatnya hampir sama dengan proses
pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan Karbon dioxida CO2.
Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan
pengelasan biasa disebut dengan super anemo
PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma yang sejenis dengan
GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan bahan campuran antara Argon
(Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang lazim disebut dengan plasma. Plasma adalah gas
yang luminous dengan derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat
menampung tempratur diatas 5000° C
OAW (Oxigen Acetylene Welding) adalah sejenis dengan las karbid / las otogen. Panas
yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan zat asam atau Oksigen
(O2). Ada juga yang sejenis las ini dan memakai gas propane (C3H8) sebagai ganti acetylene.
Ada pula yang memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas hidrogen (H) dan zat
asam (O2) yang disebit OHW (Oxy Hidrogen Welding)
EXW (Explosion Welding) adalah las yang sumber panasnya didapatkan dengan
meledakkan amunisi yang dipasang pada suatu mold/cetakan pada bagian tersebut dan
mengisi cetakan yang tersedia. Cara ini sangat praktis untuk menyambung kawat baja / wire
rope, slenk.
2. Posisi mendatar/horizontal
Posisi Datar (Horisontal), Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas
merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horisontal.
Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5º – 10º terhada garis vertikal dan 70º –
80º kearah benda kerja.
8.Posisi sumbu miring 45 sambungan pipa-pelat / sambungan sudut /fillet (6F)
Yang dimaksud dengan cacat las adalah kerusakan hasil las yang pada umumnya
dapat diamati/ dilihat secara visual.
Kerusakan lain yang tidak berhubungan dengan logam las, akan tetapi
termasuk pada kelompok cacat las adalah :
Setelah penulis membaca dari semua referensi yang di dapatkan dan dari penyusunan
makalah ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : Pada akhirnya penulis mengetahui
Pengertian las listrik, alat-alat yang digunakan pada proses pengelasan las listrik, Posisi
pengelasan laslstrik, tingkat kesususahan dalam pengelasan las listrik serta keselamatan kerja
yang semestinya dilaksanakan dalam proses pengelasan las listrik.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah ini sebagai berikut :
Dalam pembuatan makalah diperlukan kerja keras dalam mencari berbagai referensi agar
makalah yang dibuat lebih baik. Pelajari makalah yang telah dibuat, agar dapat menambah
wawasan lagi