Anda di halaman 1dari 5

Hubungan Tingkat Kehadiran Terhadap Tingkat Disiplin Kerja Karyawan Kontrak

HUBUNGAN TINGKAT KEHADIRAN MELALUI PENERAPAN ABSENSI FINGER PRINT


TERHADAP TINGKAT DISIPLIN KERJA KARYAWAN KONTRAK
DI POLITEKNIK NEGERI MADIUN
Triana Prihatinta, S.Sos., MM
Program Studi Administrasi Bisnis, Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Madiun
Alamat e-mail : triana@pnm.ac.id

Rino Desanto Wiwoho, SE.,MM


Program Studi Administrasi Bisnis, Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Madiun
Alamat e-mail : rino@pnm.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kehadiran melalui Penerapan
Absensi Finger Print Terhadap Tingkat Disiplin Kerja Karyawan. Penelitian ini dilakukan di Politeknik
Negeri Madiun dengan menggunakan karyawan kontrak sebagai responden penelitiannya. Pembuktian
hipotesis penelitian ini menggunakan teknik analisis Chi Square (2). Hasil yang diperoleh dari penelitian
yang dilakukan adalah bahwa ada hubungan antara Tingkat Kehadiran dengan Tingkat Disiplin Kerja
Karyawan.
Kata Kunci: tingkat kehadiran, absensi, disiplin kerja

ABSTRACT
The objective of this study was to determine the relationship Attendance through Application Finger Print
On The Level Employee Discipline. This research was conducted at the Polytechnic Madiun using contract
employees as respondents research. Proof of this research hypothesis using Chi Square(2) analysis
techniques. Results obtained from this research is that there is a relationship between the level of presence
with Level Employee Discipline
Keywords: level of presence, attendance, employee discipline

yang sedang dicatat kehadirannya. Hal ini sering


PENDAHULUAN memberikan peluang adanya manipulasi data kehadiran
apabila pengawasan yang kontinyu pada proses ini tidak
Tingkat Kehadiran atau Absensi adalah suatu kegiatan dilakukan semestinya. Penerapan teknologi dalam satu
atau rutinitas yang dilakukan oleh pegawai untuk Instansi Pemerintahan selalu mengacu pada sistem
membuktikan dirinya hadir atau tidak hadir dalam bekerja lama/tradisional atau dapat disebut sebagai sistem manual,
disuatu instansi. Absensi ini berkaitan dengan penerapan dimana pada akhirnya sistem manual tersebut sudah
disiplin yang ditentukan oleh masing masing perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dari suatu organisasi.
atau institusi. Menurut Heriawanto (Faisal, 2006:26), Menurut Heriawanto (Faisal, 2006:26), pelaksanaan
pelaksanaan pengisian daftar hadir atau absensi secara pengisian daftar hadir atau absensi secara manual (hanya
manual (hanya berupa buku daftar hadir), akan berupa buku daftar hadir), akan menjadikan penghambat
menjadikan penghambat bagi organisasi untuk bagi organisasi untuk memantau kedisiplinan pegawai
memantaukedisiplinan pegawai dalam hal ketepatan dalam hal ketepatan waktu kedatangan dan jam pulang
waktu kedatangan dan jam pulang pegawai setiap hari. pegawai setiap hari. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat
Hal tersebut di khawatirkan akan membuat komitmen disimpulkan bahwa diperlukan Monitoring kehadiran
pegawai terhadap pekerjaan dan organisasi menjadi melalui alat yang lebih modern agar kedisiplinan kerja
berkurang. Berkurangnya komitmen pegawai dalam karyawan bisa dipantau secara akurat
bekerja akan berdampak pada motivasi dan kinerja Salah satu penerapan teknologi guna mencapai tujuan
pegawai yang semakin menurun. Menurut Cahyana meningkatkan efektifitas kerja adalah dengan
(Faisal, 2006:26), menyatakan bahwa pencatatan absensi meningkatkan kedisiplinan kerja yaitu dengan
pegawai merupakan salah satu faktor penting dalam menggunakan mesin absensi sidik jari (finger print).
pengelolaan sumber daya manusia (SDM atau Mesin absensi sidik jari adalah mesin absensi yang
Human Resources Management). Informasi yang menggunakan sidik jari, dimana sidik jari tiap-tiap orang
mendalam dan terperinci mengenai kehadiran seorang tidak ada yang sama, oleh karena itu dengan mesin
pegawai dapat menentukan prestasi kerja seseorang, tersebut otomatis tidak akan dapat dimanipulasi. Proses
gaji/upah, produktivitas, dan kemajuan instansi/lembaga yang yang dilakukan sehingga menghasilkan suatu
secara umum. Pada alat pencatatan absensi pegawai yang laporan dapat dibuat dengan cepat dan tepat.Penggunaan
konvensional memerlukan banyak intervensi pegawai mesin absensi sidik jari ( fingerprint) pada dasarnya hanya
bagian administrasi SDM maupun kejujuran pegawai

8
Epicheirisi. Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017

menggantikan sistem absensi manual dengan mewujudkan kedisiplinan pegawai. Dengan waksat
memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang. berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi
Dalam hal ini cukup mengatur instansi/bagian, nama perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi
pegawai dan rentang waktu yang akan dibuat laporan. bawahannya. Hal ini berarti atasan harus slalu ada/hadir
Untuk membuat laporan software absensi pada di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan
umumnya sudah dilengkapi dengan pengaturan rentang petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami
waktu laporan, bisa diatur sesuai dengan kebutuhan kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. 6.
jangka waktu laporan, bisa diatur harian, mingguan, Sanksi Hukuman, Sanksi hukuman berperan penting
bulanan bahkan tahunan. (Sumber: dalam memelihara kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi
http://absensisidikjari.com/7-langkah-praktis-mudah- hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin
menggunakan-absensi, 2012) takut melanggar peraturan-peraturan instansi, sikap, dan
Menggunakannya mesin absensi berbasis pemindaian perilaku indisipliner pegawai akan berkurang.
sidik jari ini merupakan suatu tindakan yang tepat dan Berat/ringatnya sanksi hukuman yang akan diterapakn
benar dalam membangun suatu kinerja perusahaan yang ikut mempengaruhi baik-buruknya kedisiplinan pegawai.
baik, karena disiplin kerja karyawan merupakan salah satu Sanksi harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan
syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada
mendapatkan kinerja perusahaan yang baik dan mencapai semua pegawai. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu
tujuannya. ringan atau terlalu berat supaya hukuman hendaknya
Disiplin kerja merupakan suatu kekuatan yang cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indispliner,
berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk
menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan memelihara kedispilinan dalam instansi. Dari hasil
sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan- observasi pendahuluan, yaitu pada saat diberlakukannya
peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan absensi finger print di lingkungan Politeknik Negeri
tingkah laku (Asmiarsih 2006:23). Menurut Siagian Madiun (PNM) diketahui bahwa setelah karyawan
dalam Hasibuan (2003) menyatakan bahwa disiplin kerja melakukan absensi setiap hari baik itu waktu masuk,
adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau istirahat maupun pulang ada sebagian dari karyawan
tingkah laku seseorang, kelompok masyarakat berupa tersebut setelah melakukan absensi mereka tidak
ketaatan (obedience) terhadap peraturan, norma yang langsung melakukan aktivitasnya sebagai karyawan,
berlaku dalam masyarakat. Menurut Hasibuan melainkan melakukan aktivitas lain seperti pulang ke
(2005:194-198) Pada dasarnya banyak indikator yang rumah dan mengantar anak sekolah. Kondisi demikian
mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu memang sangat disayangkan dikarenakan karyawan yang
organisasi, di antaranya : 1. Tujuan dan kemampuan, seharusnya langsung melakukan aktivitas pekerjaannya
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan justru melakukan kegiatan diluar tugas dan
secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan tanggungjawabnya. Hal tersebut terjadi karena kurang
pegawai. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang sadarnya sebagian karyawan terhadap kedisiplinan serta
dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan rasa tanggungjawab pribadi masing-masing. Politeknik
kemampuan pegawai bersangkutan, agar pegawai bekerja Negeri Madiun menetapkan pemberlakuan kebijakan
sungguh- sungguh dan displin dalam mengerjakannnya. absensi sidik jari ( fingerprint ) ini sejak awal tahun 2014,
2. Teladan pimpinan, Teladan pimpinan sangat berperan rekapitulasi kehadiran melalui fingerprint ini digunakan
penting dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena sebagai dasar penentuan uang lauk pauk yang akan
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para diterima oleh masing-masing karyawan.
bawahanya. Pimpinan harus memberikan contoh yang Berdasarkan observasi awal yang diperoleh bahwa
baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan setelah diberlakukannya absensi fingerprint terlihat
perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kondisi kampus PNM terlihat lebih ramai dengan begitu
kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. 3. Balas Jasa , banyak karyawan yang hadir awal (jam 07.30 - 08.00
Balas jasa sangat berperan penting untuk menciptakan wib) untuk melakukan absensi masuk kerja dan presensi
kedisiplinan pegawai. Artinya semakin besar balas jasa siang hari (jam 12.00-13.00) serta pulang kerja (jam
semaikin baik kedisiplinan pegawai. Sebaliknya apabila 16.00 wib) selama hari kerja (Senin s/d Jumat),
balas jasa kecil kedisiplinan pegawai menjadi rendah. berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
Pegawai sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan- penggunaan absensi ini sebenarnya dapat meminimalisir
kebutuhan primernya tidak terpenuhi. 4. Keadilan, masalah yang terkait dengan kurangnya disiplin kerja
Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam karyawan. Sejak diterapkannya absensi ini terjadinya
pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan beberapa perubahan sikap dan kebiasaan dari para
merangsang terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik. karyawan. Berdasarkan hasil observasi didapatkan
Pemimpin yang cakap dalam memimpin selalu berusaha beberapa indikasi permasalahan seperti : masih adanya
bersikap adil terhadap semua bawahannya. Jadi, karyawan yang hadir diatas jam mulai masuk kerja dan
keadialan harus diterapkan dengan baik pada setiap pulang masih dalam jam kerja, masih adanya karyawan
instansi supaya kedisiplinan pegawai organisasi baik yang hanya mementingkan kehadiran namun
pula. 5. Pengawasan Melekat (Waskat) , Pengawasan mengesampingkan tugas pokoknya atau beranggapan
melekat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam “yang penting absensi terpenuhi” dikarenakan kurangnya

9
Hubungan Tingkat Kehadiran Terhadap Tingkat Disiplin Kerja Karyawan Kontrak

tanggungjawab dari karyawan, jauhnya jarak tempuh kelompokkan untuk memperoleh Nilai Tingkat Disiplin
beberapa karyawan untuk melakukan absensi karena unit Kerja sebagai berikut :
- unit kerja yang lokasinya berjauhan dari tempat Tabel 2 : Kriteria Penilaian Tingkat Disiplin
fingerprint berada. Kategori
Sebutan Syarat Pengelompokan
Berdasarkan ulasan latar belakang tersebut maka dapat Nilai
dirumuskan permasalahan sebagai berikut Rumusan 3 Baik Jika : Jml Nilai Disiplin > Nilai M + D
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 2 Sedang
Jika : Nilai M + D > Jumlah Nilai Disiplin >
Bagaimanakah Hubungan Tingkat Kehadiran melalui Nilai M-D
1 Kurang Jika : Jumlah Nilai Disiplin < M - D
Penerapan Absensi Finger Print Terhadap Tingkat Keterangan :
Disiplin Kerja Karyawan Kontrak di Politeknik Negeri M : Nilai Mean ( Nilai Rata-rata) data
Madiun ? D : Standar Deviasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
mengkonfirmasi tentang hubungan antara tingkat
kehadiran/ absensi dengan tingkat disiplin kerja karyawan, Teknik analisis yang digunakan untuk menguji
sehingga nantinya bisa digunakan oleh pihak yang diteliti hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini
guna dijadikan acuan sebagai alat untuk meningkatkan menggunakan Teknik analisis Chi Square (2). Chi
dan efesiensi dari tujuan perusahaan. Square (2) memiliki skala pengukuran berupa skala
Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah frekwensi yaitu pengelompokan data sesuai dengan
sebagai berikut : kriteria yang ditentukan, atau pengelompokan dibedakan
dalam 3 kategori. Dengan teknik analisis ini maka akan
menjawab Hipotesis penelitian yaitu bahwa terdapat
TINGKAT ABSENSI TINGKAT DISIPLIN hubungan antara Tingkat Kehadiran/Absensi (X) dengan
KERJA Tingkat Disiplin Kerja (Y) Karyawan Politeknik Negeri
Madiun
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODE
Lokasi penelitian ini adalah di Politeknik Negeri Diskripsi Hasil Penelitian
Madiun dengan populasi karyawan kontrak. Populasi
Tabel 3 : Distribusi Variabel Tingkat Kehadiran / Absensi
penelitin ini adalah karyawan kontrak yang ada di
Politeknik Negeri Madiun dengan sample yang berjumlah Kategori Frekuen Prosentase
No
65 orang karyawan menggunakan teknik sampling total Kehadiran/Absensi si (%)
sampling. 1 Rendah 17 26,1
Berdasarkan kerangka konseptual variabel penelitian 2 Sedang 39 60
yang ditetapkan adalah variabel bebas yaitu Tingkat
3 Tinggi 9 13,9
Kehadiran/ Absensi (X) dimana data yang dipakai untuk
variabel ini adalah data sekunder yaitu data Jumlah 65 100 %
ketidakhadiran karyawan yang diperoleh dari rekap data
absensi melalui Finger Print dan telah dikelompokkan Berdasarkan tabel 3 didapatkan data tentang tingkat
sebagai berikut : kehadiran karyawan berdasarkan data sekunder yang
Tabel 1: Kriteria Penilaian Tingkat Kehadiran diberikan yaitu terdapat 17 karyawan atau sebesar 26,1 %
NO KUALIFIKASI
RENTANG SCORE memiliki tingkat kehadiran/ absensi dalam kategori
ABSENSI NILAI rendah. Sedangkan 39 orang karyawan memiliki tingkat
1 Rendah ≤ 2 Hari 3 kehadiran/ absensi dalam kategori sedang atau sebesar 60
2 Sedang 3 Hari sd 5 Hari 2
3 Tinggi ≥ 6 Hari 1
%. Dan terdapat 9 karyawan atau sebesar 13,9 %
memiliki tingkat kehadiran/ absensi dalam kategori tinggi.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Tingkat Jadi responden dalam penelitian ini sebagian besar
Disiplin Kerja Karyawan (Y), dengan indikator Menurut memiliki tingkat kehadiran/ absensi dalam kategori
Hasibuan (2005:194-198) sebagai berikut ; sedang.
1. Tujuan dan kemampuan
2. Teladan pimpinan Tabel 4 : Distribusi Variabel Tingkat Disiplin Kerja
3. Balas Jasa No Kategori Disiplin Kerja Frekuensi Prosentase (%)
4. Keadilan 1 Rendah 11 16,9
5. Pengawasan Melekat (Waskat) 2 Sedang 49 75,4
6. Sanksi Hukuman. 3 Tinggi 5 7,7
Jumlah 65 100 %
Data Tingkat Disiplin Kerja Karyawan (Y), diperoleh
melalui Kuesioner dengan menggunakan skala likert Berdasarkan tabel 4 didapatkan data tentang tingkat
jenjang 4. Data jumlah nilai variabel Disiplin Kerja tiap disiplin kerja berdasarkan skor kuesioner yang diberikan
masing masing responden tersebut kemudian dan
yaitu terdapat 11 karyawan atau sebesar 16,9 % memiliki

10
Epicheirisi. Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017

tingkat disiplin dalam kategori rendah. Sedangkan 49 diperoleh nilai sebesar 65.707 dengan signifikansi hitung
orang karyawan memiliki tingkat disiplin kerja dalam (sebesar P = 0,000). Jadi P < 0,05 yang berarti menolak
kategori sedang atau sebesar 75,4 %. Dan terdapat 5 Ho dan Menerima Ha. Jadi dengan demikian berdasarkan
karyawan atau sebesar 7,7 % memiliki tingkat disiplin hasil analisis Chi Square diperoleh kesimpulan bahwa ada
kerja kategori kurang. Jadi responden dalam penelitian ini hubungan antara Tingkat Kehadiran/ Absensi terhadap
sebagian besar memiliki tingkat disiplin dalam kategori Tingkat Disiplin Kerja Karyawan. Hasil output tentang
tinggi. koefisien contingensi, seperti tabel berikut ini :

Tabel 5 : Tabulasi silang antar Variabel Tabel 6 : Output Uji SPSS nilai koefisien kontingensi (C²)
Asymp. Std. Approx.
N Tingkat Tingkat Disiplin Kerja Value Error
a
T
b
Approx. Sig.
Jumlah
o Absensi Rendah Sedang Tinggi
Nominal by Nominal Contingency
1 Rendah 0 12 5 17 Coefficient
.569 .000
0%
18,5 % 7,7 % 26,2 % Interval by Interval Pearson's R .522 .118 4.858 .000
c

2 Sedang 2 37 0 39
Ordinal by Ordinal Spearman c
.530 .118 4.954 .000
Correlation
3,1 % 56,9 % 0% 60 %
2 Tinggi 9 0 0 9 N of Valid Cases 65

13,8 % 0% 0% 13,8% Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai koefisien


Jumlah 11 49 5 65
kontingensi = C² diperoleh sebesar C² = 0,569 dengan
signifikasi hitung sebesar 0,000 < 0,0569 yang memberi
Berdasarkan tabel tabulasi silang di atas diketahui pengertian bahwa tingkat pengaruh kehadiran/absensi
bahwa karyawan dengan Tingkat kehadiran/absensi terhadap Tingkat Disiplin Kerja adalah 56 %. Hal ini
rendah dan Tingkat disiplin kerja rendah ada 0 orang atau memberi makna bahwa apabila Tingkat Kehadiran/absensi
0 % , karyawan dengan Tingkat kehadiran/absensi rendah meningkat maka 56 % kemungkinan Tingkat Disiplin
dan Tingkat disiplin kerja sedang ada 12 orang atau 18,5 Kerja akan meningkat pula.
%, karyawan dengan Tingkat kehadiran/absensi rendah
dan Tingkat disiplin kerja tinggi ada 5 orang atau 7,7 %,
karyawan dengan Tingkat kehadiran/absensi sedang dan PENUTUP
Tingkat disiplin kerja rendah ada 2 orang atau 3,1 %, Berdasarkan uraian yang sudah dikemukakan pada
karyawan dengan Tingkat kehadiran/absensi sedang dan bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai
Tingkat disiplin kerja sedang ada 37 orang atau 56,9 %, berikut:
karyawan dengan Tingkat kehadiran/absensi sedang dan Dari output SPSS tentang besarnya nilai diperoleh
Tingkat disiplin kerja tinggi ada 0 orang atau 0 %, koefisien chi square melalui uji chi square diperoleh
karyawan dengan Tingkat kehadiran/absensi tinggi dan kesimpulan bahwa ada hubungan Tingkat
Tingkat disiplin kerja rendah ada 9 orang atau 13,8 %, Kehadiran/absensi terhadap Tingkat Disiplin Kerja
karyawan dengan Tingkat kehadiran/absensi tinggi dan Karyawan.
Tingkat disiplin kerja sedang ada 0 orang atau 0 %,
karyawan dengan Tingkat kehadiran/absensi tinggi dan
Tingkat disiplin kerja tinggi ada 0 orang atau 0 %. DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian
Pengujian data atau analisis data dalam penelitian ini Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
menggunakan Teknik analisis Chi Square (2)
menggunakan bantuan program SPSS. Analisis ini Davis, B. Gordon. 1992. Kerangka Dasar Sistem
digunakan untuk menguji hubungan Tingkat Kehadiran Informasi Manajemen Bagian II : Struktur dan
dengan Tingkat Disiplin Kerja Karyawan. Berdasarkan Pengembangannya. Jakarta : PT. Pustaka Binaman
Hasil analisis diperoleh data sebagai berikut : Pressindo.
Hasibuan, Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya
Tabel 6 : Output Uji SPSS Chi Square (2) Manusia : edisi revisi cetakan kelima. Jakarta : Bumi
Asymp. Sig. (2- AKsara.
Value df sided)

Pearson Chi-Square 65.707


a
4 .000
Gibson, James L.,John M. Ivancevich., dkk. 1996.
Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta
Likelihood Ratio 56.049 4 .000
Binarupa Aksara.
Linear-by-Linear
35.980 1 .000
Association Mahsun,Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor
N of Valid Cases 65 Publik. Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta.
Mangkunegara, A P. 2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Dari output SPSS tentang uji Chi Square di atas
diketahui bahwa koefisien korelasi Chi Square antara X
(tingkat Kehadiran) dan Y (Tingkat Disiplin Kerja)

11
Hubungan Tingkat Kehadiran Terhadap Tingkat Disiplin Kerja Karyawan Kontrak

Muhidin Sambas, Maman A. 2009. Analisis Korelasi


Regresi dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung : Pustaka
Setia.
Priyanto, Dwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan
SPSS 17. Yogyakarta : Andi. Purwanto. 2007.
Instrument Penelitian social dan pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis data penelitian
menggunakan SPSS.
Yogyakarta : Andi. Sedarmayanti. 2010. Manajemen
Sumber Daya Manusia Refprmasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : PT.Refika
Aditama.
Sinungan, Muchdarsyah. 2003. Produktivitas : Apa dan
Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi.
Bandung : Alfabeta.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik.
Jakarta : Grasindo

12

Anda mungkin juga menyukai